Anda di halaman 1dari 2

Aniaya Dan Lecehkan Anak Di Bawah Umur Dengan Kekuatan Bersama, Syukur Cs Tetap

Diproses Walau Berdamai

Wartakeadilan.com | Lembata – Kasubag Protokoker Setda Lembata, Abdullah Syukur


Wulakada dan Istrinya Iswanti Rahayu juga saudara kandung Iswanti yang dikenal bernama Ali
Topan, diduga melakukan penganiayaan dan pelecehan terhadap pria bernama Muhamad Rizal
Saputra (17), siswa SMA Negeri II Nubatukan, Lembata.
Dugaan penganiayaan dan pelecehan tersebut terjadi Kamis malam (28/11/19) sekitar Pkl. 19.15
Wita. Penganiayaan tersebut terjadi di rumah Ahmad Dore Wulakada, ayah kandung Syukur di
Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata.
Korban diduga dipukul di kepala, ditendang, diinjak di perut dan hidung, kedua lututnya dipukul
dengan batu juga dibakar telinganya dengan api rokok serta telinganya dimasukan pasir. Tak hanya
itu, korban juga diduga diplorotkan celananya hingga lutut lalu diancam untuk dicabut
kemaluannya.
Hal ini disampaikan Wens Muda dan Abdul Tale, ketika diwawancarai media ini, Jumad siang
(29/11/19) di halaman Polres Lembata, sebelum memberi keterangan sebagai saksi kepada
penyidik Unit Perempuan dan Perlindungan Anak. Orang tua kandung korban, Mahmud Doni
(ayah) dan Wiwi Astiti Lubis (Ibu) kepada media ini menyesalkan kejadian tersebut. Keduanya
bertekad untuk tetap menempuh jalur hukum, sekalipun jika ada upaya damai dari para pelaku.
“Sebagai ibu kandung, selama ini saya tidak pernah buat anak saya begitu. Ini soal martabat, Kami
tidak mau damai. Abis kejadian buat anak saya tidak bisa makan, tidak bisa tidur dan nyeri semua
badannya”, Kesal Wiwi di hadapan wartawan.
Sementara itu, Mahmud Doni selaku ayah kandung korban menjelaskan, saat penganiayaan
tersebut berlangsung, dirinya pun berada di lokasi kejadian. Namun melihat anaknya sedang
dianiaya, Doni memilih pulang untuk menenangkan diri.
“Waktu awal Rizal dipukul, saya memilih untuk pulang karena takut saya tidak bisa kendalikan
diri, kalau saya emosi pasti saya bisa hantam pelaku”, ujar Doni.
Sementara itu, Rizal sendiri dihadapan media, disela-sela pemeriksaan menjelaskan, insiden
tersebut dipicu hubungannya dengan Sukma, siswa kelas I SMA I Nubatukan, anak kandung dari
Syukur dan Iswanti. Rizal mengisahkan kalau pada hari Senin, (25/11/19), melalui pesan inbox
messenger, Sukma memintanya untuk datang ke rumahnya di bilangan CWC, Kelurahan
Selandoro, Kota Lewoleba.
Awalnya Ia menolak permintaan Sukma sebab belum lama ini, Rizal juga pernah dipukul oleh
Syukur. Namun karena didesak dan Sukma sendiri mengatakan ayahnya sedang berada di Jawa,
Rizal pun akhirnya datang.
“Kami juga hanya duduk-duduk saja di sana. Tapi tidak lama dia punya mama datang marah-marah
dan saya langsung pulang”, Ujar Rizal.
Kedatangan Rizal hari itu menyulut amarah Syukur sehingga sempat mengancam Rizal lewat
telpon. Rizal lalu memberitahu kedua orang tua dan segenap keluarga agar berencana meminta
maaf kepada kedua orang tua Sukma.
Dari situlah disepakati agar pada malam Kamis atau saat penganiayaan tersebut terjadi, Rizal dan
keluarganya datang ke rumah Ahmad Dore Wulakada, untuk bertemu kedua orang tua Syukur dan
meminta maaf. Namun saat Rizal dan Ayahnya datang, Rizal malah langsung dianiaya juga
dilecehkan oleh Syukur dan istrinya juga oleh Ali Bethan.
Ditemui di ruang kerjanya, Kasat Reskrim Polres Lembata, Iptu Komang Sukamara, SH kepada
wartawan membenarkan kejadian tersebut.
Selain menjelaskan kronologi kejadian, Komang mengatakan, untuk sementara kasus ini sedang
dilakukan penyelidikan. Kemudian dilanjutkan dengan penyidikan, dilakukan gelar perkara, baru
ditetapkan tersangka. Oleh karena itu pelaku belum bisa ditahan.
Tahapan ini ujar Komang, sudah sesuai Peraturan Kapolri nomor 06 tahun 2019. Komang juga
mengatakan jika anak dibawah umur maka pelaku diancam 12 tahun penjara, apalagi jika
mengalami luka berat.
Hingga berita ini tayang, ketiga pelaku belum berhasil di konfirmasi. Dihubungi via telpon
genggamnya namun dalam keadaan tidak aktif.
Kasus dugaan penganiayaan dan pelecehan terhadap anak di bawah umur, Muhamad Rizal Saputra
(17), siswa SMA Negeri II Nubatukan, Lembata, oleh Syukur Wulakada Cs, harus tetap diproses.
Hal tersebut dijelaskan pengacara muda, Juprianus Lamablawa ketika dimintai pendapatnya, Sabtu
(30/11/19).
Jupry mengatakan penganiayaan anak di bawah umur tersebut bukan delik aduan, melainkan delik
Umum sehingga wajib hukumnya diproses tanpa harus ada pengaduan.
“Penganiayaan dengan kekuatan bersama adalah kejahatan luar biasa. Penganiayaan anak dengan
kekuatan bersama tidak dapat dilakukan diversi (perdamaian) oleh karena ancamanya tdk kurang
dari 5 tahun. Perkara anak yang dapat dilakukan diversi apabila ancamanya dibawah 5 tahun”, ujar
Jupri.Oleh karena itu, terhadap kasus yang sedang dialami Syukur Cs, Jupri mengatakan Polres
Lembata wajib memproses sampai penuntutan oleh Jaksa Penuntut umum sesuai semangat
Undang- undang Perlindungan anak.

Anda mungkin juga menyukai