Anda di halaman 1dari 13

BAB l

PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang


.             Menurut Nuitja, (2010), Indonesia merupakan nagara kepulauan yang luas dan

strategis, dengan sumberdaya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik di

perairan tawar maupun laut. Berdasarkan data yang terukur, Indonesia memiliki 95.181 km

panjang garis pantai dengan kurang lebih 5,8 juta luas zona ekonomi eksklusif.

Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang hidup, tumbuh, berkembang dan

mecari nafkah di kawasan pesisir dan wilayah laut. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik

langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola

potensi sumberdaya perikanan. Nelayan menjadi komponen utama kontruksi masyarakat

maritime Indonesia (Kusnadi, 2009 dalam Sipahelut, 2010).

Perairan Halmahera Selatan merupakan salah satu kawasan perairan di Maluku


Utara yang memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Kawasan perairan
Kabupaten Halmahera Selatan mayoritas masyarakatnya adalah sebagai nelayan, dimana
alat tangkap yang banyak dipergunakan untuk kegiatan penangkapan ikan di perairan
Halmahera selatan adalah bermacam-macam, salah satunya alat tangkap purse seine . Di
perairan Halmahera selatan telah memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap
tingkat produksi perikanan di Maluku Utara. Hal ini dapat dilihat dari produksi hasil
tangkapan yang cukup besar dan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Purse seine
sebagai alat tangkap ikan dipermukaan (pelagis) yang hidup bergerombolan perlu di
pertahankan. Hal ini di karenakan tertangkapnya ikan dengan alat tangkap tersebut, satu
persatu sehingga alat tangkap tersebut termasuk selektif, dengan demikian sumberdaya
alam dapat terjamin kelestariannya, (Monintja).

1
Purse seine merupakan alat penangkapan yang penting baik untuk perikanan pantai
maupun perikanan lepas pantai dengan tujuan penangkapan adalah ikan-ikan yang tingkah
lakunya antara lain membentuk shoal (gerombolan), dan berada dekat dengan permukaan
air (sea surface), (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa 2004).
Purse seine (pukat cincin) digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol
(schooling)di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine
adalah jenis-jenisikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar,
Lemuru, Kembung, Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine
karena gerombolan ikantersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong.
Jenis ikan tersebut dapat ditangkap di perairan Indonesia. Daerah-daerah penangkapan
yang terpenting adalah di perairan Maluku-Papua, Utara Jawa, Selat Malaka, Selat
Makassar, Laut Cina Selatan (Perairan Natuna) dan SelatanSulawesi yang total produksinya
mencapai sekitar 40 – 60 % total produksi seluruh perairan.

Ikan Pelagis adalah ikan yang hidupnya di permukaan air hingga kolom air antara
0-200 meter. Ikan pelagis memiliki kebiasaan hidup membentuk gerombolan (schooling)
dalam melangsungkan hidupnya , baik itu bermigrasi (ruaya), mencari makan,  bahkan
memijah. Berdasarkan jenis dan ukurannya ikan pelagis dibedakan menjadi 2, yaitu ikan
pelagis besar dan ikan pelagis kecil
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan jenis pelagis kecil adalah
pukat cincin (purse seine), jarring insang (gillnet) , payang, bagan, dll. Sedangkan untuk
jenis ikan pelagis besar biasanya menggunakan alat tangkap long line, pole and line, dan
pancing tonda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penggunaan alat tangkap purse seine sebagai salah satu
alat penangkapan ikan yang cukup efektif masih minim pengetahuan tentang teknik

oprasionalnya oleh karena itu penelitian tentang judul Teknik Penangkapan Ikan Pelagis

Kecil Dengan Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine Di Perairan Panamboang Kabupaten

Halmahera Selatan sangat penting untuk di lakukan.

2
1.3.       Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)
Adapun tujuan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
1      Untuk mengetahui metode pengoprasian alat tangkap purse seine
2.     Untuk mengetahui alat bantu yang akan di gunakan dalam pengoprasian alat
tangkap purse seine
3.     Untuk mengetahui waktu pengoprasian alat tangkap purse seine

1.4.       Manfaat Praktek Kerja Lapang(PKL)


Adapun manfaat pada Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui secara langsung teknik pengoperasian alat tangkap purse seine.
2. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang alat tangkap
purse seine.

3
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1.       Definisi Alat Tangkap Purse Seine

Purse seine adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk kantong dilengkapi
dengan cincin dan tali Purse Line yang terletak dibawah tali ris bawah yang berfungsi
menyatukan bagian bawah jarring sewaktu operasi dengan cara menarik tali Purse Line
tersebut sehingga jarring membentuk kantong. Alat Penangkapan Ikan Purse seine ini
termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong (Nedelec, 2000).

Menurut Subani dan Barus, (1989) menyatakan bahwa disebut pukat cincin karena
alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin’’ (purse line) atau tali’’ kerut’’ dilakukan didalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut tersebut jaring yang semula tidak berkantong akan
berbentuk kantong pada tiap akhir penangkapan.
2.2.       Konstruksi Alat Penangkapan Ikan Purse Seine

Alat tangkap purse seine ini tersusun atas beberapa bagian yaitu badan jaring
dan tali temali . Konstruksi dari bagian-bagian tersebut adalah bagian jaring, nama
bagian jarring ini belum mantap tapi ada yang membagi menjadi 2 bagian yaitu
“bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas badan jarring terdiri dari 3 bagian
yaitu: jarring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”. Jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6
#1”, dan jarring kantong, nilon #3/4”. Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian
pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jarring pada waktu dioperasikan
terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali
temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan
bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20
mata.

Bagian yang lainnya yaitu tal i temali dengan konstruksinya yaitu : tali pelampung
dengan bahan PE Ø 10mm, panjang 420m, tali ris atas dengan bahan PE Ø 6mm dan 8mm,
panjang 420m. Lalu tali ris bawah dengan bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang

4
450m, tali pemberat dengan bahan PE Ø 10mm, panjang 450m, tali kolor bahan
dengan bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m, dan yang terakhir tali slambar dengan
bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m.

Bagian yang lain yaitu pelampung, ada dua pelampung dengan dua bahan
yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan
kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah.
Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian
pinggir.

Kemudian ada pemberat yang terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah
dipasang pada tali pemberat. Dan cincin yang terbuat dari besi dengan diameter
lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya
1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse
line). Parameter utama dari alat tangkap purse seine ini adalah dari ukuran mata
jarring dan ketepatan penggunaan bahan pembuat alat tersebut (Nedelec, 2000).  

2.3.       Kelengkapan Dalam Penangkapan Dan Fungsi Alat Bantu Penangkapan Ikan
1.         Kapal

Pengoperasian alat tangkap ini dibutuhkan unit penangkapan yaitu berupa kapal.
Kapal ini berfungsi ketika pengoperasian yaitu untuk melingkarkan jaring pada
gerombolan ikan. Kapal yang di gunakan yaitu jenis kapal purse seine yang biasanya
kapal ini terbuat dari bahan kayu. Untuk ukuran kapal ini cukup relatif tergantung dari
skala penangkapan mulai dari yang ukurannya kecil antara 10-30 GT dengan kekuatan
mesin 20 HP, ukuran sedang antara 30-50 GT dengan kekuatan mesin 120 HP, hingga
ukuran yang besar 50-100 GT dengan kekuatan mesin 300-360 HP (Ayodyoa, 1975).

5
2.         Nelayan

Unit penangkapan ikan salah satunya adalah nelayan dan ini hal yang paling
penting. Dalam pengoperasian alat ini jumlah nelayan yang dibutuhkan sebanyak 4
sampai 10 orang tergantung dari skala penangkapannya. Pembagian tugas dari
masing-masing ABK yaitu satu orang sebagai navigator, satu orang sebagai
pengemudi kapal, satu orang sebagai kapten dan sisanya sebagai pengoperasi alat
tangkap tersebut (Subani dan Barus, 1989).

3.         Cahaya Lampu

Menurut Brant (1984) Light Fishing atau penangkapan ikan dengan cahaya
adalah suatu bentuk dari umpan yang berhubungan dengan mata ( Optical Bait) yang
digunakan untuk menarik dan mengumpulkan ikan. Light Fishing oleh Brant (1984)
diklasifikasikan kedalam kelompok Attracting Concentrating And Fringhting Fish,
karena dalam hal ini cahaya di gunakan untuk mengumpulkan ( Concentrating) ikan
pada suatu daerah tertentu sehingga mudah untuk dilakukan operasi penangkapan.

Lampu digunakan pada saat pengoperasian malam hari, fungsinya sama


seperti rumpon yaitu sebagai pengumpul ikan. Biasanya nelayan menggunakan
sumber lampu ini dari ancor atau obor, petromaks, dan lampu listrik
(penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari
perikanan industri) (Subani dan Barus, 1989).

Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu di permasalahkan
sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organism hidup
termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya
(phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber
cahaya dan berkumpul disekitarnya.

Lampu petromaks umumnya memiliki kekuatan cahaya 200 lilin atau sekitar 200
watt. Terdapat dua jenis lampu yang digunakan oleh nelayan yaitu lampu

6
petromaks dengan bola gelas yang berada pada bagian bawah dan tabung lampu
yang berada di atas, sedangkan yang satu lagi adalah petromaks dengan tabung
pada bagian bawah dan lampu berupa kaos lampu pada bagian atas. Fungsi
daripada Alat Bantu ini yaitu agar ikan-ikan tertarik pada suatu objek cahaya dan
berkumpul dalam suatu gerombolan atau kelompok. Spesifikasi cahaya lampu petromaks
umumnya oleh cahaya bulan. Oleh karena itu, biasanya lampu petromaks tidak
efisien jika digunakan pada saat terang bulan (purnama). Keadaan ini disebabkan
karena pada kondisi demikian ikan-ikan akan cenderung menyebar di dalam kolom air
dan tidak naik ke atas permukaan air. Pada saat terang bulan umumnya nelayan-
nelayan yang menggunakan atraktor lampu sebagai alat penarik ikan, tidak melakukan
operasi penangkapan ikan (Gunarso, 1985).

4.         Rumpon

Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di
laut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut di maksudkan untuk
menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah
untuk ditangkap. Dengan pemasangan rumpon maka kegiatan penangkapan ikan akan
menjadi lebih efektif dan effisien karena tidak lagi berburu ikan (dengan mengikuti
ruayanya); tetapi cukup melakukan kegiatan penangkapan ikan disekitar rumpon
tersebut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu :
pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers /
anchor). Rumpon umumnya dipasang (ditana pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang
kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap
tergantung pemberat yang digunakan.

Pada waktu penangkapan mulai diatur begitur upa, diusahakan agar ikan-ikan
berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini.
Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan menggerak-
gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-pelampungnya . Cara lain
yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu
dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo dari rumpo

7
yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang ikan-ikan yang
semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini dan disini di
lakukan penangkapan. Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah
kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan talis lambar yang terdapat di
salah satu kaki jarring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya
ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang
nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke
kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring di
lingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat
rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.

5.         Pelampung

Ada  2 pelampung dengan 2 bahan yang beda yakni. Pelampung bola plastik
dipasang dipinggir kiri dan kanan 1000 buah dan pelampung dari gabus yang terbuat dari
bahan strapon pasang di tengah sebanyak 2 buah. Pelampung yang dipasang di bagian
tengah lebih rapat disbanding dengan bagian pinggir.

6.       Pemberat
       Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.

7.         Cincin

         Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5 cm, digantungkan pada tali
pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin.
Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
8.         Holler Line

Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat
dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini
dilakukan tali kolor (purse line).

Menurut Syahasta dan Zaenal Asikin, (2004) Holler Laine merupakan mesin bantu
yang berfungsi untuk menarik/menggangkat beban yang ada jaring pukat cincin dari
dalam air ke atas deck kapal. Mesin bantu ini sebahagian besar bertenaga hidrolik serta
8
memiliki daya gerak besar. Holler Laine yang berukuran kecil dan memiliki daya
gerak kecil selain bertenaga hidrolik, adapula yang mengunakan tenaga listrik. Power
bertenaga mesin diese l hampir tidak ada, kecuali hasil rekayasa sendiri pada kapal ikan
bukan skala industri.

9.         Alat Navigasi

Alat Bantu Navigasi adalah suatu proses mengendalikan gerakan alat angkutan
baik di udara, laut, sungai, atau suatu tempat ketempat yang lain dengan lancar, aman,
dan efisien. Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi peralatan navigasi sangat
membantu akurasi penentuan posisi kapal di permukaan bumi, sehingga dapat menjamin
terciptanya aspek – aspek ekonomis dalam asas ̋ Bussines to Bussines ̏. Jenis alat bantu navigasi
yang biasa digunakan dalam perkapalan yaitu berupa Radar, Gps, Kompas, Radio, Sonar
dan lain – lain tergantung dari fungsi dan kegunaan daripada kapal tersebut.

Sejak manusia mengenal sarana apung sebagai alat transportasi dan sarana
penangkapan, maka dikenal pula alat bantu navigasi yang telah di kembangkan, yang
berfungsi untuk memudahkan  para Nelayan untuk mengetahui informasi yang lebih
akurat tentang Fishing ground serta kordinat  suatu cara yang di lakukan secara terus
menerus untuk mengarahkan  sarana apungnya menuju suatu titik sasaran dengan
tepat, hemat dan efisien. Untuk mencapai titik sasaran tersebut selain dengan
mengunakan cara yang telah disebutkan diatas, dapat juga dengan mengunakan alat
bantu lainnya agar memudahkan dalam pencapaian sasaran yang dimaksud (Wahyono
dan Sjarif, 2004).

2.4.       Daerah Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine

Pada umumnya dalam pengoperasian purse seine dikenal dua cara yaitu purse seine
dioperasikan dengan mengejar gerombolan ikan, hal ini biasanya dilakukan pada siang
hari; (2) menggunakan alat Bantu penangkapan seperti rumpon, cahaya dan fish
finder.  Hal ini dapat dilakukan pada siang hari dan malam hari.

9
Purse seine dapat digunakan pada fishing ground dengan kondisi yang a spring
layer of water temperature adalah areal permukaan laut, jumlah ikan berlimpah dan
bergerombol pada area permukaan air dan kondisi laut dalam keadaan bagus dan
tenang. Kedalaman perairan yang dapat di operasiakan alat purse seine yaitu 15m-
50m dari permukaan laut tergantung besarnya alat tangkap tersebut. Purse seine
banyak dioperasiakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai selatan
Jawa Cilacap dan Prigi (Subani dan Barus, 1989).

10
 BAB III

METODE PRAKTEK

3.1.   Waktu dan Tempat

Rencana Praktek Kerja Lapangan ini akan di laksanakan pada tanggal 20


Oktober 2018 sampai dengan 20 Desember 2018. Tempat pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan adalah di Perairan Kabupaten Halmahera Selatan.

3.2.   Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang di gunakandalam Praktek Kerja Lapangan adalah dapat di lihat dalam
table berikut.

Tabel 1.Alat dan Kegunaannya

No NamaAlat Kegunaan
1 Kapal Sebagai objek penelitian
2 Kamera Untuk dokumentasi
3 Kuisioner Untuk mengisi data
4 BukuPanduan Untuk penunjang di Lapangan

3.3.    Metode Pengambilan Data

Metode ysng digunakan dalam praktik lapang ini yaitu metode deskriftif atau
pengambilan data secara langsung dengan mewawancarai dan melihat langsung proses hasil
tangkapan.

Pengambilan data dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut:

11
3.3.1 Observasi

Observasi melibatkan mahasiswa untuk ikut melaut bersama nelayan


menangkap ikan serta melihat langsung proses penangkapan agar dapat mengetahui
cara menangani ikan yang baik, jenis alat tangkap yang digunakan, serta cara
pengoperasiannya.

3.3.2 Wawancara

Wawancara bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Mahasiswa


melakukan wawancara langsung dengan beberapa nelayan mengenai  proses dalam
penangkapan ikan.

 
 

12
DAFTAR PUSTAKA

Nuitja, (2010), Indonesia (Kusnadi, 2009 dalam Sipahelut, 2010). (Ayodhyoa, 1976
dalam Sudirman dan Mallawa 2004). Purse seine (pukat cincin) Subani da Brant (1984) Light
Fishing atau penangkapan ikan dengan cahayan Barus, ) (Subani dan Barus, 1989
Menurut Syahasta dan Zaenal Asikin, (2004) Holler Laine (Nedelec, 2000). (Wahyono dan
Sjarif, 2004) Alat Navigasi (Subani dan Barus, 1989).

13

Anda mungkin juga menyukai