Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

KARYA TULIS

TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN KITE PEMBEBASAN


PADA KANTOR WILAYAH DJBC SUMATERA

Diajukan oleh:
Siti Sarah
NIP : 199708022018012001

Peserta Pelatihan Teknis Kepabeanan Dan Cukai Dasar


Angkatan I Kelas B
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Pelatihan Teknis Kepabeanan dan Cukai Dasar
Tahun Anggaran 2020

v
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah - Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini sebagai salah satu syarat untuk
dinyatakan lulus dari Pelatihan Teknis Kepabeanan dan Cukai Dasar Angkatan I
T.A. 2020. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Karya Tulis ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN KITE PEMBEBASAN PADA KANTOR
WILAYAH DJBC SUMATERA UTARA”. Proses penyusunan Karya Tulis ini
tentunya tidak terlepas dari dukungan banyak pihak baik secara material,
bimbingan, nasihat, motivasi, dan doa. Melalui kata pengantar ini dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada :
1. Ayah dan mama yang setia membimbing, menyayangi, dan mendoakan
penulis hingga saat ini. Terima kasih atas kasih sayang dan
pengorbanannya selama ini;
2. Adik-adikku yang telah memberikan semangat untuk penulis selama ini;
3. Segenap pengajar Pelatihan Teknis Kepabeanan dan Cukai Dasar di
Pusdiklat Bea dan Cukai atas ilmu yang diberikan yang kelak akan sangat
bermanfaat bagi diri penulis;
4. Nadya, Widya, Greta, Munir, Bang Henra, Juan teman Samapta Khusus dan
DTSD Khusus;
5. Teman-teman seperjuangan DTSD Angkatan I Tahun Anggaran 2020 kelas
B;
6. Nabila Andini Siregar yang sudah membantu saya dalam pengerjaan Karya
Tulis ini; dan
7. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Karya Tulis ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini terdapat kekurangan dan
keterbatasan sehingga penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat bagi diri
penulis maupun pembaca.

1.
2. Medan, April 2020
3.
4.
5.
6.
7. Siti Sarah

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum tugas utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah
melakukan pengawasan terhadap keluar masuknya barang dari daerah pabean
dan pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan negara lainnya. Dalam
menjalankan tugas tersebut, DJBC memiliki fungsi utama yaitu (1) Trade
Facilitator, memberikan fasilitas perdagangan, diantaranya melaksanakan tugas
titipan dari instansi lain; (2) Industrial Assitance, melindungi industri dalam negeri
dari persaingan yang tidak sehat dengan industri sejenis dari luar negeri; (3)
Revenue Collector, memungut bea masuk dan bea keluar serta cukai secara
maksimal; (4) Community Protector, melindungi masyarakat dari masuknya
barang- barang berbahaya.
Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai Trade Facilitator dan
Industrial Assistance, DJBC memberikan fasilitas perdagangan berupa
pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor dan pengembalian bea
masuk yang telah dibayar atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit,
atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 Pasal 26
menyatakan bahwa pembebasan atau keringanan bea masuk dapat diberikan
atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor. Hal ini menegaskan bahwa yang difasilitasi
tidak hanya impornya tetapi juga kegiatan produksi serta ekspornya sehingga hal
ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan produksi sehingga Indonesia
menjadi basis kegiatan produksi internasional.
Dalam Karya Tulis ini penulis ingin membahas bagaimana pelaksanaan
pelayanan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Pembebasan oleh Bidang
Fasilitas pada Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara
Dari penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis
dengan judul “TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN KITE PEMBEBASAN PADA
KANTOR WILAYAH DJBC SUMATERA UTARA”.

v
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Karya Tulis ini adalah:
1. Menambah wawasan penulis mengenai KITE Pembebasan;
2. Mengaplikasikan ilmu yang didapat saat Pelatihan Teknis Kepabeanan dan
Cukai Dasar dengan praktik dan implementasi di lapangan nanti;
3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Pelatihan Teknis Kepabeanan
dan Cukai Dasar di Pusdiklat Bea dan Cukai Angkatan I Tahun 2020;
4. Meninjau apakah Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara telah melaksanakan
layanan KITE Pembebasan sudah optimal sesuai dengan peraturan dan janji
layanan yang telah ditetapkan.

C. Ruang Lingkup Permasalahan


Penulis hanya memberikan tinjauan dari pelaksanaan Kantor Wilayah
DJBC Sumatera Utara atas KITE Pembebasan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2018 dan Perdirjend Nomor
04/BC/2019 yang meliputi pengertian KITE, persyaratan administratif dan
kriteria pengusaha KITE Pembebasan, pengajuan permohonan KITE
Pembebasan, periode pembebasan, jaminan, ekspor, laporan
pertanggungjawaban, selisih konversi dan janji layanan serta kendala yang
dihadapi oleh Kantor Wilayah DJBC Sumatera.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana
telah diubah dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006;
2. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2018 tentang
Pembebasan Bea Masuk dan Tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas
impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor;
4. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER- 4/BC/2019 tentang
petunjuk pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 160/PMK.04/2018 tentang Pembebasan Bea Masuk dan Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas impor barang dan bahan untuk diolah,
dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor;
5. IK-2/WBC.02/2019 tentang Instruksi Kerja penetapan sebagai Perusahaan
KITE Pembebasan pada Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara.

v
BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum
Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara adalah salah satu instansi vertikal
yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Kantor wilayah tersebut dipimpin oleh seorang Kepala
Kantor Wilayah. Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara berada di Gedung
Keuangan Negara Medan dan memiliki 8 (delapan) satuan kerja di bawahnya
yaitu KPPBC TMP Belawan, KPPBC TMP B Kualanamu, KPPBC TMP B Medan,
KPPBC TMP C Pematangsiantar, KPPBC TMP C Sibolga, KPPBC TMP C Kuala
Tanjung, KPPBC TMP C Teluk Nibung dan BLBC Kelas II Medan.

1. Tugas dan Fungsi


Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan
pelaksanaan tugas dalam wilayah kerja kantor wilayah agar dapat
mengoptimalkan peran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam
menghimpun penerimaan negara disektor Kepabeanan dan Cukai,
memberikan pelayanan kepada pengguna jasa kepabeanan dan cukai,
memfasilitasi perdagangan dan industri, menjaga wilayah perbatasan dan
melindungi masyarakat indonesia dari penyelundupan dan perdagangan
ilegal, serta meningkatkan efektivitas dan kinerja organisasi guna
mewujudkan good governance.
Dalam melaksanakan tugasnya, kantor wilayah menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
a. Pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan peraturan perundang- undangan di
bidang kepabeanan dan cukai;
b. Pemberian bimbingan teknis, pengawasan teknis, dan penyelesaian masalah di
bidang kepabeanan dan cukai pada unit- unit operasional di daerah wewenang
kantor wilayah;
c. Pengendalian, evaluasi, perijinan dan pemberian fasilitas di bidang kepabeanan
dan cukai;
d. Penelitian atas keberatan terhadap keputusan di bidang kepabeanan dan cukai;
e. Pemberian bantuan hukum terhadap permasalahan hukum yang timbul akibat
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
f. Pengendalian, evaluasi, pengoordinasian dan pelaksanaan intelijen di bidang
kepabeanan dan cukai;
g. pengendalian, evaluasi, dan koordinasi pelaksanaan patroli dan operasi
pencegahan pelanggaran peraturan perundang- undangan, penindakan, dan
penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai;

v
h. pengendalian dan pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan penyidikan
tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai;
i. perencanaan dan pelaksanaan audit, serta evaluasi hasil audit di bidang
kepabeanan dan cukai;
j. pengoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan
laporan di bidang kepabeanan dan cukai;
k. pengendalian, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana operasi dan senjata api
kantor wilayah;
l. pengoordinasian dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi
kinerja; dan
m. pelaksanaan administrasi kantor wilayah.

2. Struktur Organisasi

Susunan organisasi pada Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, terdiri atas:
a. Bagian Umum, terdiri atas: subbagian kepegawaian, subbagian rumah
tangga, dan subbagian tata usaha dan keuangan;
b. Bidang Kepabenan dan Cukai, terdiri atas: seksi pemeriksaan, seksi
keberatan dan banding, seksi penerimaan dan pengelolaan data, dan seksi
bantuan hukum;

v
c. Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai, terdiri atas: seksi perijinan dan
fasilitas yang berjumlah 3 (tiga) seksi, dan seksi bimbingan kepatuhan dan
hubungan masyarakat;
d. Bidang Penindakan dan Penyidikan, terdiri atas: seksi intelijen, seksi
penindakan, seksi narkotika dan barang larangan, dan seksi penyidikan dan
barang hasil penindakan;
e. Bidang Kepatuhan Internal, terdiri atas: seksi kepatuhan pelaksanaan tugas
pelayanan, seksi kepatuhan pelaksanan tugas pengawasan, dan seksi
kepatuhan pelaksanaan tugas administrasi; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri atas: Pengendali Mutu Auditor,
Pengendali Teknis Auditor, Ketua Auditor dan Anggota Auditor.

3. Pelayanan Fasilitas di Bidang Kepabeanan dan Cukai


Pengendalian, evaluasi, perijinan dan pemberian fasilitas di bidang kepabeanan
dan cukai pada Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara adalah:
a. Fasilitas terhadap Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) berupa KITE
Pembebasan maupun KITE Pengembalian;
b. Fasilitas terhadap Tempat Penimbunan Berikat yang terdiri dari Kawasan
Berikat, Pusat Logistik Berikat, Toko Bebas Bea dan Gudang Berikat;
c. Fasilitas terhadap Tempat Penimbunan Sementara; dan
d. Fasilitas terhadap Kawasan Pabean.

B. Kebijakan Pelaksanaan KITE Pembebasan yang diterapkan Kantor Wilayah


DJBC Sumatera Utara

1. Pengertian KITE
Fasilitas KITE ada dua, yaitu:
1. KITE Pembebasan
KITE Pembebasan adalah pembebasan Bea Masuk, serta Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah terutang tidak dipungut atas impor atau pemasukan barang
dan bahan yang berasal dari luar daerah pabean untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor (PMK-
160/PMK.04/2018).
2. KITE Pengembalian
KITE Pengembalian adalah pengembalian Bea Masuk yang telah dibayar
atas impor atau pemasukan barang dan bahan yang berasal dari luar daerah
pabean untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan
untuk diekspor (PMK-161/PMK.04/2018).

2. Persyaratan Administratif dan Kriteria Pengusaha KITE Pembebasan


Syarat Administratif:
1. Sudah memiliki Nomor Induk Berusaha;
2. Sudah memiliki nomor izin usaha industri;
3. Memiliki bukti kepemilikan atau bukti penguasaan lokasi;

v
4. Memiliki daftar barang dan bahan, daftar hasil produksi, dan daftar penerima
subkontrak, dalam hal terdapat proses produksi yang akan disubkontrakkan;
5. Memiliki data jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, serta jumlah aset, utang
dan permodalan;
6. Memiliki data indikator kinerja utama (key performance indicator) untuk
mengukur manfaat ekonomi yang ditimbulkan.

Memenuhi kriteria sebagai berikut:


a. Memiliki jenis kegiatan produksi dan uraian proses produksi, jenis barang
dan bahan serta hasil produksi yang jelas;
b. Terdapat keterkaitan jenis barang dan bahan yang akan diimpor dengan
fasilitas KITE dengan bidang usaha badan usaha dan hasil produksi yang
akan diekspor;
c. Memiliki teknologi persediaan berbasis komputer (IT Inventory) yang baik;
dan
d. Memiliki Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang baik.

3. Pengajuan Permohonan KITE Pembebasan

Untuk mendapatkan penetapan sebagai Perusahaan KITE


Pembebasan, badan usaha yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan
yang telah diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
160/PMK.04/2018 dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor

v
Wilayah atau KPU yang mengawasi lokasi pabrik atau lokasi kegiatan usaha
badan usaha.
Berdasarkan IK nomor 2/WBC.02/2019 tanggal 11 November 2019
tentang Instruksi Kerja Penetapan sebagai Perusahaan KITE Pembebasan
pada Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, prosedur kerja dalam hal
penetapan KITE pembebasan adalah:
1. Dalam hal permohonan dikirimkan secara online melalui portal INSW:
a. Pelaksana melakukan monitoring di portal INSW;
b. Apabila KPPBC telah mengupload berkas Berita Acara pemeriksaan
dokumen dan lokasi. Pelaksana membuat dan menyampaikan
undangan melalui SKP kepada perusahaan untuk melakukan
pemaparan proses bisnis perusahaannya;
c. Membuat surat undangan ke KPPBC dan Kantor Pajak.
2. Dalam hal permohonan dilakukan secara manual, KPPBC mengirimkan
Nota Dinas rekomendasi, Berita Acara pemeriksaan dokumen dan lokasi,
dan berkas permohonan beserta dokumen pendukung lainnya ke kantor
wilayah melalui surat elektronik;
3. Kepala Kantor Wilayah meneliti dan mendisposisi berkas Nota Dinas
rekomendasi, Berita Acara pemeriksaan dokumen dan lokasi, dan berkas
permohonan perusahaan beserta dokumen pendukung lainnya kepada
Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai;
4. Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai meneliti dan mendisposisi
Nota Dinas rekomendasi, Berita Acara pemeriksaan dokumen dan lokasi,
dan berkas permohonan perusahaan beserta dokumen pendukung lainnya
kepada Seksi Perijinan dan Fasilitas;
5. Kepala Seksi Perijinan dan Fasilitas meneliti dan mendisposisi Nota Dinas
rekomendasi, Berita Acara pemeriksaan dokumen dan lokasi, dan berkas
permohonan perusahaan beserta dokumen pendukung lainnya kepada
pelaksana untuk diteliti lebih lanjut;
6. Pelaksana menerima disposisi dan meneliti Nota Dinas rekomendasi,
Berita Acara pemeriksaan dokumen dan lokasi, dan berkas permohonan
perusahaan beserta dokumen pendukung lainnya;
7. Dalam hal berkas tidak lengkap, pelaksana meminta kekuranglengkapan
dokumen ke KPPBC;
8. Dalam hal berkas lengkap, pelaksana membuat konsep Surat Undangan
Pemaparan Proses Bisnis dan mengirimkan kepada Perusahaan, KPPBC
dan Kantor Pajak;
9. Perusahaan melakukan pemaparan proses bisnis dihadapan Kepala
Kantor Wilayah dan seluruh tamu undangan;
10. Setelah selesai pemaparan, Kepala Kantor Wilayah melakukan sidang
pengambilan keputusan dalam batas waktu maksimal 1 (satu) jam untuk
menentukan apakah hasil pemaparan proses bisnis perusahaan dapat
diterima/ditolak dan pengajuan ijin pendirian Tempat Penimbunan dapat
diberikan/ ditolak;
11. Kepala Kantor Wilayah memberikan keputusan berupa:

v
a. Disetujui, pelaksana mencetak Berita Acara Pemaparan Proses
Bisnis dan Surat Keputusan Persetujuan untuk ditandatangani;
b. Ditolak, pelaksana mencetak Berita Acara Pemaparan Proses Bisnis
dan Surat Penolakan untuk ditandatangani.
12. Pelaksana menyampaikan salinan keputusan persetujuan/ penolakan
kepada perusahaan;
13. Pelaksana mengarsip keseluruhan berkas dokumen dari permohonan
sampai dengan surat persetujuan.
Perusahaan wajib memasang papan nama yang paling kurang
mencantumkan nama perusahaan dan status sebagai perusahaan penerima
fasilitas KITE Pembebasan pada setiap lokasi pabrik, lokasi penimbunan dan
lokasi kegiatan serta IT Inventory perusahaan wajib dapat diakses oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai secara daring.
Dalam hal terdapat perubahan data, perusahaan harus mengajukan
permohonan kepada kantor wilayah yang menerbitkan Keputusan Penetapan
disertai alasan perubahan dan melampirkan dokumen pendukung,
persetujuan atau penolakan perubahan data akan diterbitkan oleh kantor
wilayah tersebut setelah dilakukan penelitian dan pemeriksaan atas
permohonan tersebut.

4. Periode Pembebasan
Periode KITE Pembebasan merupakan periode yang diberikan kepada
perusahaan KITE Pembebasan untuk melaksanakan realisasi ekspor
terhitung sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean impor dan/atau
pemberitahuan pabean pemasukan.
Periode KITE Pembebasan diberikan untuk jangka waktu paling lama
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean impor
dengan memperhatikan masa produksi perusahaan. Jangka waktu periode
pembebasan dapat diberikan perpanjangan waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak periode pembebasan sebagaimana dimaksud berakhir.
Pengajuan permohonan perpanjangan harus diserahkan sebelum periode
pembebasan berakhir.
Jangka waktu perpanjangan diberikan berdasarkan persetujuan Kepala
Kantor Wilayah dalam hal terdapat penundaan ekspor dari pembeli di luar
negeri, pembatalan ekspor atau penggantian pembeli di luar negeri dan/atau
terdapat kondisi force majeure seperti peperangan, bencana alam atau
kebakaran atau bencana lainnya yang dinyatakan oleh instansi yang
berwenang.

5. Jaminan
Atas impor dan/atau pemasukan barang dan bahan dengan fasilitas
KITE Pembebasan, perusahaan harus menyerahkan jaminan kepada kantor
wilayah atau Kantor Pabean tempat pemberitahuan pabean disampaikan,
penyerahan jaminan diserahkan pada saat pemberitahuan pabean diajukan.
Jaminan yang diserahkan paling sedikit sebesar Bea Masuk serta Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas barang

v
dan bahan sebagaimana diberitahukan dalam pemberitahuan pabean impor
dan/atau pemberitahuan pabean pemasukan.
Jangka waktu jaminan paling singkat selama penjumlahan waktu:
 Periode KITE Pembebasan; dan
 Tiga bulan sesuai jangka waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban,
penelitian laporan pertanggungjawaban dan penyelesaian jaminan.
Dalam hal terdapat perpanjangan periode KITE Pembebasan, perusahaan
wajib melakukan perpanjangan jangka waktu jaminan.

6. Ekspor
Perusahaan KITE Pembebasan wajib melakukan ekspor terhadap seluruh
hasil produksi. Ekspor yang dimaksud dilaksanakan dengan cara:
a. Langsung ke luar daerah pabean;
b. Melalui Pusat Logistik Berikat; dan/atau
c. Diserahkan kepada perusahaan KITE Pembebasan lain atau perusahaan
KITE Pengembalian untuk ekspor barang gabungan.
Atas ekspor tersebut, perusahaan KITE Pembebasan memberitahukan
ekspor sebagai kategori ekspor dengan fasilitas KITE Pembebasan dan/atau
mencantumkan nomor dan tanggal keputusan penetapan sebagai
perusahaan KITE Pembebasan pada dokumen pemberitahuan pabean
ekspor.

7. Laporan Pertanggungjawaban
Perusahaan KITE Pembebasan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban atas penyelesaian barang dan bahan (BCL.KT 01)
kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak berakhirnya periode pembebasan. Laporan
pertanggungjawaban harus dilampiri dengan:
1. PIB yang telah mendapat persetujuan keluar pejabat bea dan cukai;
2. PEB yang telah mendapat persetujuan ekspor;
3. Dokumen yang membuktikan adanya transaksi ekspor; dan
4. Laporan pemeriksaan ekspor.
Ketika laporan pertanggungjawaban disampaikan, bea cukai akan melakukan
penelitian terhadap:
1. Kelengkapan dokumen;
2. Pemenuhan periode pembebasan, kebenaran impor, kebenaran ekspor dan
kebenaran pengisian laporan pertanggungjawaban; dan
3. Kesesuaian koversi dengan jumlah pemakaian bahan baku, jumlah hasil
produksi yang dilaporkan dan sisa proses produksi.

8. Selisih Konversi
Terhadap barang dan bahan yang diolah, dirakit atau dipasang pada barang
lain yang mendapat fasilitas KITE Pembebasan wajib menyerahkan konversi
kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU sebelum proses produksi dimulai.
Dalam hal terdapat selisih jumlah pemakaian bahan baku berdasarkan hasil
pengujian kesesuaian konversi, maka atas selisih tersebut tidak diberikan

v
pembebasan dan dikenakan sanksi adminitrasi berupa denda sesuai
peraturan perundang- undangan di bidang kepabeanan dan perpajakan.
Bahan baku dan hasil produksi yang tidak dilaporkan sampai dengan periode
pembebasan selesai, tidak diberikan pembebasan bea masuk dan dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sesuai peraturan perundang-undangan
dibidang kepabeanan dan perpajakan.

9. Janji Layanan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara


1. Pelayanan Perizinan Penetapan Perusahaan Penerima Fasilitas KITE
Pembebasan
 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penerbitan Berita Acara
pemeriksaan lokasi dilaksanakan kegiatan kegiatan pemaparan
proses bisnis perusahaan;
 1 (satu) jam setelah pemaparan proses bisnis selesai oleh
perusahaan untuk penetapan Keputusan Surat Persetujuan/
Penolakan
2. Pelayanan Permohonan Perubahan Data Izin Perusahaan Penerima
Fasilitas KITE
Pembebasan
 5 (lima) jam kerja setelah permohonan diterima secara lengkap
dalam hal permohonan diajukan secara elektronik melalui SKP;
 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap dalam
hal permohonan diajukan secara tertulis.
3. Pelayanan Pemeriksaan atas Laporan Pertanggungjawaban Barang dan
Bahan (BCLKT.01)
 20 hari kerja

v
Bab III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian KITE
Dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang kepabeanan Pasal
26 ayat 1 (k) disebutkan bahwa pembebasan atau keringanan bea masuk
dapat diberikan atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan di ekspor.
Fasilitas KITE terdiri dari 2 (dua) yaitu:
a. Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Pembebasan, yang selanjutnya disebut
KITE Pembebasan adalah pembebasan Bea Masuk, serta Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah terutang tidak dipungut atas impor atau pemasukan barang
dan bahan yang berasal dari luar daerah pabean untuk diolah, dirakit atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor (diatur dalam
PMK Nomor 160/PMK.04/2018).
b. Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Pengembalian, yang selanjutnya disebut
KITE Pengembalian adalah pengembalian Bea Masuk yang telah dibayar
atas impor atau pemasukan barang dan bahan yang berasal dari luar
daerah pabean untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain
dengan tujuan untuk diekspor (diatur dalam PMK Nomor
161/PMK.04/2018).

2. Persyaratan Administratif dan Kriteria KITE Pembebasan


Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2018 Pasal 3 ayat
1, untuk dapat ditetapkan sebagai perusahaan KITE Pembebasan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki jenis bidang usaha (nature of business) berupa industri manufaktur;
b. Memiliki bukti kepemilikan atau bukti penguasaan yang berlaku untuk waktu
paling singkat 3 (tiga) tahun atas lokasi yang akan digunakan untuk kegiatan
produksi, tempat penimbunan barang dan bahan serta hasil produksi;
c. Mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai; dan

v
d. Mendayagunakan sistem informasi persediaan berbasis komputer (IT
Inventory) untuk pengelolaan barang, yang memiliki keterkaitan dengan
dokumen kepabeanan dan dapat diakses oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Dalam PMK Nomor 160/PMK.04/2018 Pasal 3 ayat 2 disebutkan badan
usaha yang akan ditetapkan sebagai perusahaan KITE Pembebasan harus
memenuhi persyaratan:
a. Telah mendapatkan Nomor Induk Berusaha; dan
b. Memiliki izin usaha industri atau sejenisnya.

Pada PMK Nomor 160/PMK.04/2018 Pasal 3 ayat 3 dijelaskan untuk


mendapatkan penetapan sebagai perusahaan KITE Pembebasan, badan
usaha harus mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah atau
KPU yang mengawasi lokasi pabrik atau lokasi kegiatan dengan mengisi
dafatar isian berupa:
a. Nomor Induk Berusaha;
b. Nomor, tanggal, dan nama instansi penerbit izin usaha industri;
c. Jenis, nomor dan tanggal bukti kepemilikan atau bukti penguasaan lokasi;
d. Daftar barang dan bahan, daftar hasil produksi dan daftar penerima
subkontrak, dalam hal terdapat proses produksi yang akan disubkontrakkan;
e. Data jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, serta jumlah aset, utang dan
permodalan;
f. Data indikator kinerja utama (key performance indicator) yang ditargetkan
oleh badan usaha untuk mengukur manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari
pemanfaatan fasilitas KITE Pembebasan seperti peningkatan pajak
penghasilan badan, peningkatan investasi dan peningkatan tenaga kerja;
dan
g. Waktu kesiapan pemeriksaan lokasi serta pemaparan mengenai proses
bisnis dan pemenuhan kriteria.

3. Pengajuan Permohonan KITE Pembebasan


Dalam Pasal 3 Per-4/BC/2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 160/PMK.04/2018, berikut alur
permohonan KITE Pembebasan oleh badan usaha.
1. Permohonan disampaikan secara elektronik melalui portal Indonesia
National Single Window (INSW) di https://www.insw.go.id/;
2. Dalam hal permohonan tidak dapat dilakukan secara elektronik, permohonan
disampaikan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala
Kantor Pabean;
3. Dalam hal permohonan disampaikan secara elektronik, SKP melakukan
validasi terhadap isian data yang disampaikan badan usaha;
4. Dalam hal data tidak valid, SKP memberikan respon penolakan disertai
alasan penolakan;

v
5. Dalam hal permohonan disampaikan secara elektronik, sistem komputer
pelayanan memberikan respon kepada Kepala Kantor Pabean untuk:
 Melakukan pemeriksaan dokumen dan lokasi;
 Menerbitkan Berita Acara pemeriksaan dokumen dan lokasi.
6. Dalam hal permohonan disampaikan secara tertulis, Kepala Kantor Pabean:
 Melakukan pemeriksaan dokumen dan lokasi;
 Menerbitkan Berita Scara pemeriksaan dokumen dan lokasi.
7. Pemeriksaan dokumen dan lokasi meliputi:
a. Validasi Nomor Induk Berusaha, dalam hal permohonan disampaikan
secara tertulis;
b. Validasi atas izin usaha atau sejenisnya;
c. Pemeriksaan data isian dengan dokumen pembuktian kriteria dan
persyaratan yang menjadi dasar pengisian;

d. Pemeriksaan terhadap pemenuhan kriteria dan persyaratan meliputi:


1. Pemeriksaan jenis usaha;
 Jenis kegiatan produksi dan uraian produksi, jenis barang dan
bahan serta hasil produksi;
 Keterkaitan jenis barang dan bahan yang akan diimpor
dengan fasilitas KITE dengan bidang usaha badan usaha dan
hasil produksi yang akan diekspor;
2. Pemeriksaan bukti kepemilikan atau penguasaan lokasi kegiatan
usaha;
 Untuk kegiatan produksi tempat penimbunan barang dan
bahan serta hasil produksi paling singkat 3 (tiga) tahun sejak
permohonan penetapan sebagai perusahaan KITE
Pembebasan diajukan;
 Untuk tempat penimbunan bahan baku dan tempat
penimbunan hasil produksi paling singkat 6 (enam) bulan
sejak penetapan sebagai perusahaan KITE Pembebasan
diajukan, dalam hal tempat penimbunan terpisah dari lokasi
kegiatan produksi;
3. Penilaian sistem pengendalian internal;
4. Pemeriksaan pemenuhan kriteria pendayagunaan sistem informasi
persediaan berbasis komputer (IT Inventory);
5. Pemeriksaan lokasi kegiatan usaha, tempat penyimpanan,
pembongkaran; dan
6. Pemeriksaan terhadap badan usaha penerima subkontrak
berdasarkan manajemen resiko
8. Dalam hal diperlukan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pabean
yang mengawasi lokasi pabrik atau lokasi kegiatan usaha badan usaha
dapat meminta asli dokumen;

v
9. Pemeriksaan dokumen, lokasi, dan penerbitan Berita Acara pemeriksaan
lokasi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung
setelah pernyataan kesiapan pemeriksaan lokasi dalam permohonan;
10. Kepala Kantor Pabean menyampaikan Berita Acara pemeriksaan kepada
Kepala Kantor Wilayah.

Dalam Pasal 4 Per-4/BC/2019 berikut alur Pemaparan Proses Bisnis:


1. Badan usaha yang mengajukan permohonan fasilitas KITE harus melakukan
pemaparan proses bisnis kepada Kepala Kantor Wilayah;
2. Pemaparan dilakukan oleh wakil anggota direksi perusahaan;
3. Pemaparan dilakukan paling cepat pada hari kerja berikutnya atau paling
lambat
3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penerbitan Berita Acara pemeriksaan
dokumen dan lokasi;
4. Kepala Kantor Wilayah atau KPU atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk
membuat berita acara yang ditandatangani pihak badan usaha dan Kantor
Wilayah atau KPU, yang paling kurang mencantumkan hasil pemaparan
serta waktu selesai pemaparan;
5. Dalam hal terdapat hal yang belum dipaparkan atau perlu dilengkapi,
pemaparan
dinyatakan belum selesai dan dilakukan penjadwalan ulang;
6. Dalam hal pemaparan tidak dilakukan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan kepala Kantor Wilayah atau KPU atau Pejabat Bea dan Cukai
yang ditunjuk membuat berita acara tentang tidak dilakukannya pemaparan
sesuai waktu yang ditentukan.

Dalam Pasal 5 Per-04/BC/2019, menyebutkan:


1. Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri memberikan:
a. Persetujuan dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai
penetapan sebagai perusahaan KITE Pembebasan; atau
b. Penolakan dengan menerbitkan surat penolakan yang disertai
dengan alasan penolakan berdasarkan hasil pemaparan.
Berdasarkan berita acara pemeriksaan yang telah dibuat, serta
menyerahkan berita acara tersebut;
2. Persetujuan atau penolakan diberikan paling lama 1 (satu) jam setelah
pemaparan
selesai dilakukan;
3. Dalam hal pemaparan tidak dilakukan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud, Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri memberikan
penolakan dengan menerbitkan surat penolakan yang disertai dengan
alasan penolakan;
4. Format dokumen permohonan penetapan oleh badan usaha serta format
yang digunakan pejabat bea dan cukai dalam proses penetapan harus
sesuai ketentuan yang ada.

v
Dalam Pasal 6 Per-04/BC/2019 ayat 4 bagian kedua tentang kewajiban
perusahaan KITE Pembebasan, Kepala Kantor Wilayah atau KPU
melakukan pengawasan untuk memastikan dipenuhinya kewajiban
pemenuhan sistem informasi persediaan berbasis komputer (IT Inventory)
yang dapat diakses oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai secara daring
dan kewajiban pemasangan papan nama melalui mekanisme monitoring dan
evaluasi.
Dalam Pasal 8 ayat 1 Per-04/BC/2019 bagian ketiga tentang perubahan
atas keputusan penetapan sebagai perusahaan KITE Pembebasan, dalam
hal terdapat perubahan data dalam keputusan penetapan sebagai
perusahaan KITE Pembebasan, perusahaan yang bersangkutan harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang
menerbitkan keputusan penetapan sebagai perusahaan KITE Pembebasan
untuk diterbitkan perubahan atas keputusan penetapan sebagai perusahaan
KITE Pembebasan. Persetujuan atau penolakan perubahan data keputusan
penetapan paling lama:
a. 5 (lima) jam kerja setelah permohonan diterima secara lengkap, dalam
hal permohonan disampaikan secara elektronik dan tidak dilakukan
pemeriksaan lapangan; atau

b. 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap, dalam


hal:
1) Permohonan disampaikan secara elektronik dan dilakukan
pemeriksaan lapangan; atau
2) Permohonan disampaikan secara tertulis.

4. Periode Pembebasan
Dalam Pasal 21 Per-04/BC/2019 ayat 1 menyebutkan periode KITE
Pembebasan merupakan periode yang diberikan kepada perusahaan KITE
Pembebasan untuk melaksanakan realisasi ekspor terhitung sejak tanggal
pendaftaran pemberitahuan pabean impor dan/atau pemberitahuan pabean
pemasukan.
Ayat 2 menyebutkan periode KITE Pembebasan sebagaimana dimaksud
diberikan:
a. Untuk waktu paling lama 12 (dua belas) bulan; atau
b. Melebihi waktu sebagaimana dimaksud dalam hal perusahaan KITE
Pembebasan memiliki masa produksi lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Dalam ayat 3 dan 4 perusahaan KITE Pembebasan mengajukan
permohonan perpanjangan periode pembebasan dilampiri dengan bukti yang
mendukung pemenuhan persyaratan perpanjangan pembebasan dan harus
disampaikan sebelum periode KITE Pembebasan berakhir.
Atas permohonan perpanjangan periode KITE Pembebasan, Kepala Kantor
Wilayah atau KPU atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan
penelitian terhadap:

v
a. Periode KITE Pembebasan atas dokumen pemberitahuan pabean impor
dan/atau
pemberitahuan pabean pemasukan;
b. Alasan permohonan perpanjangan periode KITE Pembebasan; dan
c. Bukti pendukung terkait alasan permohonan perpanjangan periode KITE
Pembebasan.
Kepala Kantor Wilayah atau KPU memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan paling lama:
a. 5 (lima) jam kerja setelah permohonan diterima secara lengkap, dalam hal
permohonan disampaikan secara elektronik; atau
b. 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap, dalam hal
permohonan disampaikan secara tertulis.
Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Kantor Wilayah atau KPU:
a. Menerbitkan surat persetujuan perpanjangan periode KITE Pembebasan,
dengan jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan; dan
b. Menyampaikan pemberitahuan kepada perusahaan KITE Pembebasan
untuk memperpanjang jangka waktu jaminan.
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 21 ayat 10, dalam hal permohonan ditolak,
Kepala Kantor Wilayah atau KPU menyampaikan surat penolakan dengan
menyebutkan alasan penolakan.

5. Jaminan
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 10 menyebutkan:
1. Atas impor dan/atau pemasukan barang dan bahan dengan fasilitas KITE
Pembebasan, harus menyerahkan jaminan kepada:
a. Kantor Wilayah atau KPU Penerbit keputusan penetapan; atau
b. Kantor Pabean tempat pemberitahuan pabean disampaikan;
pada saat pemberitahuan pabean diajukan.
2. Jaminan yang diserahkan paling sedikit sebesar Bea Masuk serta Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah atas barang dan bahan sebagaimana diberitahukan dalam
pabean impor dan/atau pemberitahuan pabean pemasukan;
3. Jangka waktu jaminan paling singkat selama penjumlahan waktu:
a. Periode KITE Pembebasan; dan
b. Tiga bulan sesuai jangka waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban, penelitian laporan pertanggungjawaban dan
penyelesaian jaminan.
4. Dalam hal terdapat perpanjangan periode KITE Pembebasan, perusahaan
wajib melakukan perpanjangan jangka waktu jaminan;
5. Perusahaan KITE Pembebasan dapat menyerahkan jaminan dalam bentuk
jaminan perusahaan (corporate guarantee) dengan ketentuan:
a. Perusahaan KITE Pembebasan telah mendapatkan pengakuan sebagai
operator ekonomi bersertifikat (authorized economic operator);

v
b. Merupakan importir yang telah ditetapkan sebagai MITA Kepabeanan;
atau
c. Perusahaan KITE Pembebasan dengan kategori risiko rendah
yang memiliki kondisi keuangan yang baik.

6. Ekspor
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 23 menyebutkan:
1. Perusahaan KITE Pembebasan wajib melakukan ekspor terhadap seluruh
hasil produksi.
2. Ekspor dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Langsung ke luar daerah pabean;
b. Melalui Pusat Logistik Berikat; dan/atau
c. Diserahkan kepada perusahaan KITE Pembebasan lain atau
perusahaan KITE Pengembalian untuk ekspor gabungan.
3. Ekspor barang gabungan sebagaimana dimaksud harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Digabungkan dengan hasil produksi perusahaan KITE Pembebasan
atau KITE Pengembalian;
b. Wajib diekspor dalam satu kesatuan unit;
c. Ekspor dilakukan sebelum periode KITE Pembebasan;
d. Penyerahan barang untuk tujuan penggabungan dilakukan dengan
menggunakan Surat Serah Terima Barang (STTB); dan
e. Diberitahukan dalam 1 (satu) dokumen pemberitahuan ekspor sebagai
ekspor hasil produksi dengan mengisi nomor dan tanggal SSTB dalam
dokumen pelengkap pabean.
4. Atas ekspor yang dilakukan, perusahaan KITE Pembebasan:
a. Memberitahukan ekspor sebagai kategori ekspor dengan fasilitas KITE
Pembebasan; dan/atau
b. Mencantumkan nomor dan tanggal keputusan penetapan sebagai
Perusahaan KITE Pembebasan
pada dokumen permberitahuan pabean ekspor.

7. Laporan Pertanggungjawaban
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 32 menyebutkan:
1. Perusahaan KITE Pembebasan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban atas penyelesaian barang dan bahan kepada Kepala
Kantor Wilayah atau KPU yang menerbitkan keputusan penetapan sebagai
perusahaan KITE Pembebasan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
berakhirnya periode KITE Pembebasan;
2. Laporan pertanggungjawaban disampaikan dalam bentuk laporan
pertanggungjawaban barang dan bahan (BCL.KT 01);
3. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian laporan pertanggungjawaban
jatuh pada hari libur nasional, paling lama pada hari kerja berikutnya
setelah tanggal jatuh tempo;
4. Dalam hal sampai batas waktu laporan pertanggungjawaban tidak
disampaikan, fasilitas KITE Pembebasan dibekukan;

v
5. Dalam hal perusahaan KITE Pembebasan tidak dapat menyampaikan
laporan pertanggungjawaban sampai dengan 30 (tiga puluh) hari sejak
fasilitas KITE Pembebasan dibekukan, Kepala Kantor Wilayah atau KPU
menerbitkan dan menyampaikan surat penetapan kepada perusahaan
untuk melunasi:
a. Bea Masuk dan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas barang dan bahan
yang terutang;
b. Sanksi administrasi berupa denda sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan;
c. Sanksi administrasi atas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sesuai
peraturan perundang- undangan dibidang perpajakan.

8. Selisih Konversi
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 15 menyebutkan:
1. Terhadap barang dan bahan yang diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain
wajib menyerahkan konversi kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU dalam hal
konversi belum direkam dalam SKP/ sebelum proses produksi dimulai;
2. Dalam hal terdapat perubahan konversi atas hasil produksi sebelumnya, harus
menyerahkan konversi baru paling lama sebelum tanggal pemberitahuan pabean
ekspor;
3. Perubahan konversi setelah tanggal pemberitahuan pabean ekspor dapat
dilakukan dalam hal:
a. Kesalahan penulisan kode satuan;
b. Kesalahan penulisan karakter pada kode barang dan bahan dan/atau kode
hasil produksi; dan/atau
c. Kesalahan penulisan koefisien karena ekuivalensi, seperti 100 cm tertulis 1 m.
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 34 ayat 2 (j), terhadap laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan, Kepala Kantor Wilayah atau KPU atau
Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan penelitian kesesuaian nomor
konversi yang dicantumkan dalam laporan pertanggungjawaban barang dan
bahan (BCL.KT 01) berdasarkan data konversi pada SKP. Dalam hal hasil
penelitian kedapatan tidak sesuai, laporan pertanggungjawaban dikembalikan.

Dalam Pasal 35 ayat 5, dalam hal perusahaan telah menyampaikan


kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud, Kepala Kantor Wilayah atau
KPU atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk melakukan penelitian terhadap:
a. Pemenuhan waktu penyerahan konversi, kebenaran impor dan/atau
pemasukan, dan kebenaran transaksi ekspor atau penyelesaian lain;
b. Kesesuaian jumlah pemakaian barang dan bahan yang dilaporkan dalam
laporan pertanggungjawaban barang dan bahan (BCL.KT 01) dengan
jumlah pemakaian barang dan bahan yang terkandung dalam hasil
produksi berdasarkan konversi.

v
Dalam Pasal 36 dalam hal hasil penelitian pada pasal 35 ayat 5 huruf b
terdapat selisih, atas selisih tersebut Kepala Kantor Wilayah atau KPU
melakukan penetapan sebagai dasar bagi perusahaan KITE Pembebasan
untuk melunasi:
a. Bea Masuk serta Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas barang dan bahan yang
selisih;
b. Sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dibidang kepabeanan; dan
c. Sanksi administrasi atas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dibidang perpajakan.

B. Pembahasan Tinjauan atas Pelaksanaan KITE Pembebasan Pada Kantor


Wilayah DJBC Sumatera Utara

1. Tinjauan Pengertian KITE


Pengertian KITE Pembebasan dan KITE Pengembalian dalam Kantor
Wilayah DJBC Sumatera Utara pada Bidang Fasilitas di Seksi Perijinan dan
Fasilitas telah sesuai dengan pengertian KITE Pembebasan yang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2018 dan KITE
Pengembalian yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
161/PMK.04/2018.

2. Persyaratan Administratif dan Kriteria KITE Pembebasan


Menurut penulis, persyaratan administratif dan kriteria untuk pengusaha
mendapatkan fasilitas KITE Pembebasan sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2018. Untuk kriteria harus memenuhi:
a. Memiliki jenis bidang usaha (nature of business) berupa industri manufaktur;
b. Memiliki bukti kepemilikan atau bukti penguasaan yang berlaku untuk waktu
paling singkat 3 (tiga) tahun atas lokasi yang akan digunakan untuk kegiatan
produksi, tempat penimbunan barang dan bahan serta hasil produksi;
c. Mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai; dan

v
d. Mendayagunakan sistem informasi persediaan berbasis computer (IT
Inventory)
untuk pengelolaan barang, yang memiliki keterkaitan dengan dokumen
kepabeanan dan dapat diakses oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Badan usaha yang akan ditetapkan sebagai perusahaan KITE Pembebasan
harus memenuhi persyaratan:
a. Telah mendapatkan Nomor Induk Berusaha; dan
b. Memiliki izin usaha industri atau sejenisnya.
Untuk dapat mengisi daftar isian di dalam mengajukan permohonan kepada
Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang mengawasi lokasi atau kegiatan
menyiapkan dokumen sesuai PMK Nomor 160/PMK.04/2018 Pasal 3 ayat 3.

3. Tinjauan Pengajuan Permohonan KITE Pembebasan


Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara dalam memberikan keputusan
penetapan persetujuan/ penolakan fasilitas KITE Pembebasan dimulai dari
permohonan dari perusahaan sampai dengan pemaparan proses bisnis
selesai telah sesuai dengan PER-04/BC/2019 yang diatur dalam pasal 3 dan
4 tersebut.
Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara juga melakukan pengawasan
terhadap IT Inventory perusahaan dan memastikan perusahaan telah
memasang papan nama yang paling kurang mencantumkan nama
perusahaan dan status sebagai penerima fasilitas KITE Pembebasan.
Menurut penulis, Janji layanan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara penetapan
perusahaan penerima fasilitas KITE Pembebasan juga telah sesuai dengan
ketentuan Per-04/BC/2019, yaitu:
 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penerbitan Berita Acara pemeriksaan
lokasi, dilaksanakan kegiatan pemaparan proses bisnis perusahaan;
 1 (satu) jam setelah pemaparan proses bisnis selesai oleh perusahaan untuk
penetapan Keputusan Surat Persetujuan/ Penolakan
Janji layanan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara juga sudah sesuai dengan
ketentuan PER-04/BC/2019, yaitu:
 5 (lima) jam kerja setelah permohonan diterima secara lengkap dalam hal
permohonan diajukan secara elektronik melalui SKP;
 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap dalam hal
permohonan diajukan secara tertulis.
Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara dalam memberikan KITE
Pembebasan pada perusahaan terkadang masih mengalami kendala dengan
tidak lengkapnya dokumen yang diberikan ke Bea dan Cukai, sehingga
dokumen tersebut akan dikembalikan dan tidak dapat diproses.
Menurut Penulis, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara sudah
memberikan sosialisasi kepada perusahaan mengenai dokumen apa saja
yang perlu disiapkan untuk mendapatkan KITE Pembebasan dan
menyampaikan bahwa mengenai KITE Pembebasan sudah diatur di dalam
PMK No 160/ BC.04/ 2018 dan PER-04/BC/2019.

4. Tinjauan Periode Pembebasan

v
Menurut penulis, periode KITE Pembebasan di Kantor Wilayah DJBC
Sumatera Utara telah sesuai dengan periode yang ditentukan dalam PER-
04/BC/2019 pasal 21 yaitu:
a. Untuk waktu paling lama 12 (dua belas) bulan; atau
b. Melebihi waktu sebagaimana dimaksud dalam hal perusahaan KITE
Pembebasan
memiliki masa produksi lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Periode pembebasan bisa diperpanjang maksimal 12 (dua belas) bulan
setelah permohonan disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah atau KPU dengan
menerbitkan surat persetujuan perpanjangan periode pembebasan dan
menyampaikan pemberitahuan kepada perusahaan untuk memperpanjang
jangka waktu jaminan. Apabila permohonan ditolak, maka Kepala Kantor
Wilayah atau KPU menyampaikan surat penolakan dengan menyebutkan
alasan penolakan.

5. Tinjauan Jaminan
Dalam PER-04/BC/2019 Pasal 10 menyebutkan jaminan yang diserahkan
perusahaan atas impor dan/atau pemasukan barang dan bahan dengan
fasilitas KITE Pembebasan, diserahkan paling sedikit sebesar Bea Masuk
serta Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana diberitahukan dalam pabean
impor dan/atau pemberitahuan pabean masukan, hal ini menurut penulis
sudah sesuai dengan yang dilakukan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara.
Jangka waktu jaminan adalah penjumlahan waktu periode KITE
Pembebasan dan tiga bulan sesuai jangka waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban, penelitian laporan pertanggungjawaban dan
penyelesaian jaminan.

6. Tinjauan Ekspor
Menurut penulis, pengertian ekspor menurut Kantor Wilayah DJBC Sumatera
Utara telah sesuai dengan PER-04/BC/2019 Pasal 23, yaitu perusahaan
wajib melakukan ekspor terhadap seluruh hasil produksi dengan cara:
a. Langsung ke luar daerah pabean;
b. Melalui Pusat Logistik Berikat; dan/atau
c. Diserahkan kepada perusahaan KITE Pembebasan lain atau perusahaan
KITE Pengembalian untuk ekspor gabungan
Saat melakukan ekspor perusahan KITE Pembebasan wajib
memberitahukan ekspor sebagai kategori ekspor dengan fasilitas KITE
Pembebasan, dan/atau mencantumkan nomor dan tanggal keputusan penetapan
sebagai perusahaan KITE Pembebasan pada dokumen pemberitahuan pabean
ekspor.

7. Tinjauan Laporan Pertanggungjawaban


Menurut Penulis, mengenai laporan pertanggungjawaban setelah barang
diekspor sudah sesuai perlakuannya dengan aturan PER-04/BC/2019 Pasal 32,

v
perusahaan KITE Pembebasan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban atas penyelesaian barang dan bahan kepada Kepala
Kantor Wilayah atau KPU paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak berakhirnya
periode KITE Pembebasan. Laporan pertanggungjawaban disampaikan dalam
bentuk laporan pertanggungjawaban barang dan bahan (BCL.KT 01), laporan
tersebut akan diteliti oleh Pejabat Bea dan Cukai, adapun yang diteliti adalah:
1. Kelengkapan dokumen;
2. Pemenuhan periode pembebasan, kebenaran impor, kebenaran ekspor dan
kebenaran pengisian laporan pertanggungjawaban; dan
3. Kesesuaian konversi dengan jumlah pemakaian bahan baku, jumlah hasil
produksi yang dilaporkan dan sisa proses produksi.
Surat Pemberitahuan Penyelesaian Jaminan (SPPJ) merupakan surat
yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah yang menunjukkan jumlah
Bea Masuk dan/atau Cukai serta Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang sudah selesai dipertanggungjawabkan
dan/atau masih harus dijaminkan oleh perusahaan. Jangka waktu
penyelesaian pelayanan penerbitan SPPJ paling lama setelah berkas
BCL.KT 01 diterima lengkap dan diperiksa sesuai janji layanan Kantor
Wilayah DJBC Sumatera Utara.

8. Tinjauan atas Selisih Konversi


Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara akan melakukan penelitian dan
pemeriksaan atas konversi saat sebelum produksi dan saat pelaporan
pertanggungjawaban. Hal ini telah sesuai dengan PER-04/BC/2019 Pasal 35
ayat 5, dalam hal perusahaan telah menyampaikan kelengkapan dokumen
sebagaimana dimaksud, Kepala Kantor Wilayah atau KPU atau Pejabat Bea dan
Cukai yang ditunjuk melakukan penelitian terhadap:
a. Pemenuhan waktu penyerahan konversi, kebenaran impor dan/atau
pemasukan, dan kebenaran transaksi ekspor atau penyelesaian lain;
b. Kesesuaian jumlah pemakaian barang dan bahan yang dilaporkan dalam
laporan pertanggungjawaban barang dan bahan (BCL.KT 01) dengan
jumlah pemakaian barang dan bahan yang terkandung dalam hasil
produksi berdasarkan konversi.
Kendala yang kadang terjadi pada Kantor Wilayah DJBC
Sumatera Utara adalah adanya perbedaan konversi pelaporan sebelum di
produksi dan pelaporan pertanggungjawaban setelah pelaporan, atas hal
tersebut Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara akan memberikan penetapan
sebagai dasar bagi perusahaan KITE Pembebasan untuk melunasi Bea
Masuk, Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas barang dan bahan yang selisih, sanksi
administrasi berupa denda atas kekurangan Bea Masuk dan sanksi
administarasi atas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Hal ini sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal apabila terjadi selisih
konversi dikarenakan ketidaktepatan jumlah dan nilai yang dilaporkan
perusahaan saat awal sebelum produksi dan yang sebenarnya.

v
v

Anda mungkin juga menyukai