Anda di halaman 1dari 4

a.

Kekurangan Vitamin A (KVA)


1) Pengertian Kekurangan Vitamin A (KVA)

Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa
pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan rabun
senja, dan jika kekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akan mengakibatkan
keratomalasia (tadesse, Lisanu, 2005). KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya
gejala kekurangan konsumsi vitamin A. Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan
masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada
semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.

KVA menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel-
sel epitel bersisik dan kering. Kulit menjadi kering, kasar, dan luka sukar sembuh. Membran
mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan secara sempuna sehingga mudah terserang infeksi.
Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan
lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme dan menyebabkan infeksi. Bila infeksi ini
terjadi pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan
saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal, kantung kemih, dan vagina.
Perubahan ini dapat juga meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal
dan gangguan kantung kemih. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat
menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan
komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan kematian.

2) Gejala/Tanda-tanda Kekurangan Vitamin A

KVA merupakan kelainan sistemik yang dapat mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ
seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain. Akan tetapi gambaran yang
karakteristik langsung terlihat pada mata. Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh
mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak
menderita penyakit campak, diare, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan penyakit infeksi
lainnya.

Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO / USAID UNICEF /
HKI / IVACG, 1996 sebagai berikut :

- XN : Buta senja

- XIA : Xerosis konjungtiva (kekeringan pada selaput lendir mata)

- XIB : Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot

- X2 : Xerosis kornea (kekeringan pada selaput bening mata)

- X3A : Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea) kurang dari 1/3 permukaan kornea

- XS : Jaringan parut kornea (sikatriks / scar)

- XF : Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.

Selain itu kelainan pada kulit umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan
lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini selain
disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang
vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.

3) Akibat Kurang Vitamin A

- Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat
menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga mudah sakit.

- Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain,
penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan
menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan
mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.

- Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.

- Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita KVA,
karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. (Gsianturi, 2004).
4) Pencegahan Kurang Vitamin A

Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan (susu, hati,
daging ayam, telur) atau dari sayuran hijau serta buah bewarna merah atau kuning (mangga,
pepaya).
Dalam keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi
kapsul vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. (Gsianturi,2004). Untuk mencegah kekurangan vitamin A, maka di adakan pemberian
vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali dalam satu tahun. Suplementasi vitamin A dosis
tinggi yang dilakukan secara berkala pada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan
vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang
ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat
digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. (Puspitorini, 2008)

Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan dua
pendekatan. Pertama pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan kedua
“tidak melalui makanan” atau non food based intervention.

5) Patologi Kekurangan Vitamin A (KVA)

Dalam gejala klinis defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A dalam hati
dan organ-organ tubuh lain sudah menurun dan kadar vitamin A dalam serum mencapai garis
bawah yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik mata. Deplesi vitamin A
dalam tubuh merupakan proses yang memakan waktu lama. Diawali dengan habisnya
persediaan vitamin A di dalam hati, menurunnya kadar vitamin A plasma (kelainan biokimia),
kemudian terjadi disfungsi sel batang pada retina (kelainan fungsional), dan akhirnya timbul
perubahan jaringan epitel (kelainan antomis). Penurunan vitamin A pada serum tidak
menggambarkan defisiensi vitamin A dini, karena deplesi telah terjadi jauh sebelumnya.

Vitamin A merupakan “body regulators” dan berhubungan erat dengan proses-proses


metabolisme. Secara umum fungsi tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu :

- Yang berhubungan dengan pengelihatan

- Yang tidak berhubugan dengan pengelihatan


Fungsi yang berhubungan dengan pengelihatan di jelaskan melalui mekanisme Rods (batang)
yang ada di retina yang sensitive terhadap cahaya dengan intensitas yang rendah, sedangkan
Cones (kerucut) untuk cahaya dengan intensitas yang tinggi dan untuk menagkap cahaya
berwarna. Pigmen yang sensitive terhadap cahaya dari Rods disebut sebagai Rhodopsin.

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konkus) dan sel batang (sel
basilus). Retina adalah kelompok prostetik pigmen fotosensitif dalam batang maupun kerucut,
perbedaan utama antara pigmen pengelihatan dalam batang (rhodopsin) dan dalam kerucut
(iodopsin) adalah protein alami yang terikat pada retina. Vitamin A berfungsi dalam
pengelihatan normal pada cahaya remang. Di dalam mata, retinol (bentuk vitamin A yang
terdapat di dalam darah) dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin
dan membentuk rhodopsin (suatu pigmen pengelihatan). Rhodopsin merupakan zat yang
menerima rangsangan cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi energi biolistrik yang
merangsang indra pengelihatan. Beta karoten efektif dalam memperbaiki fotosensivitas pada
penderita dengan protoporfiria erithopoetik.

Mata membutuhkan waktu beradaptasi dan dapet melihat dari ruangan dengan cahaya terang ke
ruangan dengan cahaya remang-remang. Bila seseorang berpindah dari tempat terang ke tempat
gelap, akan terjadi regenerasi rhodopsin secara maksilmal. Rhodopsin sangat penting dalam
pengelihatan di tempat gelap. Kecepatan mata untuk beradaptasi, berhubungan langsung dengan
vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rhodopsin. Apabila kurang vitamin A,
rhodopsin tidak terbentuk dan akan memnyebabkan timbulnya tanda pertama kekurangan
vitamin A yaitu rabun senja.

Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel pada selaput lendir
mata. Kelainan tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelanjar tidak
memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata yang disebut
xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak bitot (Bitot Spot)
yaitu suatu bercak putih, berbentuk segi tiga di bagian temporal dan diliputi bahan seperti busa.

https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/551110aea33311c539ba954f/all-about-kva-kurang-
vitamin-a

https://www.scribd.com/doc/92826575/makalah-KVA

Anda mungkin juga menyukai