html
A. Latar Belakang
Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan sifat dan perilaku, serta kepribadian seperti emosi, adaptasi dan
minatnya terhadap sesuatu.Pembentukan kejiwaan dimulai sejak seseorang terlahir ke dunia. Tiap-tiap
individu telah membawa bibit-bibit sifat dalam diri yang sepanjang proses kehidupannya akan senantiasa
berkembang menjadi kejiwaan tertentu.
Selama proses itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya, pengalaman dan cara
menghadapinya sesuai tingkat kesadaran atau usia, periode dalam menghadapi suatu masalah, kondisi
mental dan fisik dan bentuk tekanan yang diterima. Bibit sifat dan faktor yang mempengaruhinya akan
menyatu membentuk sifat dan mental yang kuat, akhlak serta jiwa yang dapat dipelajarinya berdasarkan
ilmu psikologi.
Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Psikologi pendidikan adalah cabang dari
psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah
pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Pentingnya psikologi dalam pendidikan, dalam psikologi kepatuhan yang datang dari luar merupakan
isyarat adanya konflik antara otoritarianisme dan demokrasi. Dalam pendidikan, kepatuhan sebaiknya
terjadi secara timbale-balik diantara semua pihak yang terlibat didalam, baik anak didik, pendidik,
kurikulum maupun fasilitas pendidikan, semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan perlu
mengarahkan perhatian kepada sifat dan hakikat anak didik, sehingga pelayanan pengajaran
membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara wajar dan efektif.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa.Jasmani dan nafsu
merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala jenis makanan.
Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari
kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul
sebagai bentuk ubah dari kera.
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktifitas
jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelektual. Manusia
mempunyai 3 sifat dasar, yaitu:
1. Sifat biologis: manusia tumbuh secara alami dengan prinsip biologi dengan menggunakan lingkungannya.
2. Sifat hewani: dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan internal untuk
mencari keseimbangan hidup, melalui peralatan indera manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-
keinginannya.
3. Sifat intelektual: manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, baik atau buruknya sesuatu,
serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual inilah yang membedakan manusia
dari makhluk yang lainnya. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari
makhluk-makhluk lain.
Disebut sifat hakikat kejiwaan manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia
dan tidak terdapat pada hewan.Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya.
Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang
mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan.
Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut
kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwaan
dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-
makhluk lain.
Mengenai kekuatan-kekuatan jiwa manusia, telah dibahas oleh para tokoh pendidikan dunia sejak
beberapa abad sebelum Masehi.Berikut ini dikemukakan oleh para ahli/tokoh pendidikan dunia.
Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri
atas tiga kekuatan, yaitu:
1) Akal
Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa
manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia
dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh
kehidupan yang lebih sejahtera.
Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Lock (1632-1704) menekankan pembahasan tentang
akal sebagai gudang dan pengembang pengetahuan.Akal merupakan kekuatan vital untuk
mengembangkan diri. Menurut John Locke, Akal mempunyai kekuatan-kekuatan itu. Ada dua kekuatan
akal manusia yaitu:
Segala peristiwa yang terjadi dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan dikehendaki oleh
manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas pengamatan itu menurut john
locke mencakup kegiatan mengindera, mengenal, menalar dan meyakini.
Mengamati berarti menerima impresi-impresi dari dalam dan luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati
berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran dengan menggunakan berbagai
macam cara. Ini tidak berarti bahwa pengertian dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan
saja.
Menurut Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari pada intelek manusia. Pengertian memerlukan
keterlibatan dari pada enam kekuatan manusia, yang meliputi: Mengamati/pengamatan,
Mengingat/ingatan, Imajinasi, Kombinasi aktivitet psikis, Abstraksi/pikiran, dan Pemakaian tanda atau
simbolisasi.
Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang berhubungan dengan suatu
pilihan diantara berbagai alternative. Tindakan memilih ini oleh John Locke disebut dengan istilah
“volition”. Volition dapat terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi
kemauan adalah kekuatan untuk memilih. Kemauan itu bukan keinginan.
Keinginan adalah ide refleksif yang melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang, sedangkan
Kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun
kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu berarti kita
memilih diantara dua keinginan atau lebih.
Kekuatan kejiwaan manusia menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ada lima yang terdiri dari lima
kekuatan jiwa manusia yaitu, :
2) Spirit
Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia.Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan
gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.
3) Nafsu
Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri
manusia, nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan
merugikan.
Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan, yaitu :
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya
menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan
dengan non-aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia
dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa
manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk lainnya.
2) Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas
yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang,
melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelanggu oleh tempat atau ruang ini (di
sini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan ke “masa depan” ataupun “masa
lampau”.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari
pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.
Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati, dan sebagainya. Kata hati
adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia
sebagai manusia.
Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”.
Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar
orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.
4) Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang
tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang
tinggi (luhur). Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan
realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim
dikatakan tidak bermoral.
Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinggi, serta
segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang tinggi. Moral (etika) menunjuk kepada
perbuatan yang baik/benar ataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat.
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya penyesalan yang
mendalam. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial.
Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama misalnya perasaan
berdosa dan terkutuk.
Tanggung jawab yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
6) Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat
manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan
sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban dalam realitas hidup sehari-hari, umumnya
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu
beban. Tetapi ternyata kewajiban bukanlah menjadi beban melainkan suatu keniscayaan..
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup
digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai
apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum
teraktualisasi menjadi wujud kenyataan. Dari kondisi potensi menjadi wujud aktualisasi terdapat
rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.seseorang
yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman
terkenal.
Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi pelaksanaannya mungkin saja terjadi kesalahan-
kesalahan yang biasa disebut salah didik.Hal tersebut dapat terjadi karena pendidik adalah manusia
biasa yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang
bisa terjadi, yaitu :
1) Pengembangan utuh
Tingkat keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas
dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk
memberikan\ pelayanan atas perkembangannya. Optimisme ini timbul berkat pengaruh perkembangan
iptek yang sangat pesat yang memberikan dampak kepada peningkatan perekayasaan pendidikan
melalui teknologi pendidikan.
Pengembangan yang utuh dapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu:
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses
pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya
dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun dominan afektif
didominasi oleh pengembangan dominan kognitif. Pengembangan yang tidak utuh berakibat
terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan
pengembangan yang patologis.
Psikologi mempersoalkan tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati.
aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psikologi yang mendasarinya, beberapa aktivitas
kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi pendidikan adalah:
1. Pengamatan
Manusia dapat mengenal lingkungan yang nyata, baik dalam dirinya sendiri maupun diluar dirinya dengan
menggunakan organ-organ indranya yang disebut “modalitas pengamatan”. Macam-macam modalitas
pengamatan yaitu:
2. Tanggapan
Tanggapan ialah bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Macam pengamatan
ialah tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan, tanggapan masa
sekarang yang disebut sebagai tanggapan imajinatif, dan tanggapan masa mendatang yang dapat
disebut sebagai tanggapan antisipatif.
3. Fantasi
Fantasi adalah aktivitas imajinasi untuk membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang
lama yang telah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda yang ada.
Kegunaan fantasai antara lain: melalui fantasi orang dapat mengerti sesama manusia, dapat menghargai
kultur orang lain,melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan, membantu seseorang dalam
mencari keseimbangan batin, dll. Karena banyaknya kegunaan fantasi bagi kehidupan manusia, maka
pendidikan hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak didik secara sehat.
4. Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
Fungsi ingatan meliputi tiga aktivitas, yaitu: mencamkan (mengingat kesan-kesan), menyimpan kesan-
kesan, dan mereproduksi kesan-kesan.
5. Pikiran
Berpikir ialah meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia yang di kontrol
oleh akal. Berpikir merupakan proses yang dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir,
yaitu:pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan pembentukan keputusan.
6. Perhatian
Perhatia ialah cara menggerakkan bentuk umum cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam
medan tingkah laku. Perhatian dapat diartikan dua macam yaitu: perhatian ialah kekuatan jiwa tertuju
pada suatu objek, dan pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas.
7. Perasaan
Perasaan diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan
membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri. Jenis perasaan
yaitu perasaan jasmaniah dan rohaniah. Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegairahan
belajarnya. Agar belajar anak berlangsung secara efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perasaan yang menunjang aktivitas belajar pada anak didik.
8. Kemauan
Kemauan adalah pengendali dari keinginan.kemauan dapat bekerja secara bebas ialah kemauan yang
sesuai dengan keinginan diri sendiri. Kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan oleh
kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun kondisi lingkungan.
Kuat atau lemahnya kemauan seseorang dilatarbelakangi oleh pengalaman atau hasil belajarnya. Oleh
karena kemauan dipengaruhi hasil belajar maka pendidikan mempunyai peranan penting dalam
mengendalikan kemauan anak didik untuk belajar lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani atau jiwa.Jasmani dan nafsu
merupakan alat atau bagian dari rohani.Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya.
2. Psikologi mempersoalkan tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati. aktivitas-
aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psikologi yang mendasarinya, beberapa aktivitas kejiwaan yang
berhubungan dengan psikologi pendidikan adalah:
a. Pengamatan
b. Tanggapan
c. Fantasi
d. Ingatan
e. Pikiran
f. Perhatian
g. Perasaan
h. Kemauan
B. Saran
1. Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan bimbingan agar potensi–
potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat ditumbuhkembangkan menuju
kepribadian yang mantap.
2. Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini.
Tulisan saya masih banyak kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, A. 2010. Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya. http://m-arif-
am.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03 Maret 2011.
2. Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya. http://dianmiranda.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 03 maret 2011.
3. Oddi. 2009. Wujud Hakekat Manusia. http://oddy32.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 03 Maret
2011.
4. Rojib. 2009. Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya. http://blog.beswandjarum.com. Diakses
pada tanggal 03 maret 2011.
5. Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Soemanto,Wasty.2003.psikologi pendidikan.Jakarta.PT Rineka Cipta.
https://zahranaa.blogspot.com/2017/11/sifat-hakikat-dan-aktifitas-kejiwaan.html
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berbicara mengenai psikologi sudah tentu kita akan sedikit menyinggung tentang
manusia. Psikologi atau biasa disebut dengan ilmu jiwa mestinya dikatakan sebagai ilmu yang
membicarakan tentang jiwa sebagaimana lazimnya definisi ilmu pengetahuan, tetapi psikologi
tidak berbicara tentang jiwa manusia secara murni. Psikologi berbicara tentang tingkah laku
manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Tidak ada satupun penelitian psikologi
yang meneliti tentang jiwa manusia, melainkan yang diteliti adalah tingkah laku manusia melalui
perenungan, pengamatan dan laboratorium. Kemudian dari satu tingkah laku dihubungkan
dengan tingkah laku lain dan selanjutnya dirumuskan hukum-hukum kejiwaan manusia.[1]
Psikologi memiliki cabang yang luas diantaranya adalah psikologi belajar. Psikologi
dalam pembelajaran merupakan cabang dari psikologi yang lebih menekankan pada masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya
dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar anak.
Sedangkan belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan sangat penting bagi
kehidupan manusia karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui segala sesuatu yang
belum diketahuinya. Selain itu belajar juga memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan
kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan serta
mengembangkan kehidupan.
Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam
bentuk tingkah laku dan aktivitas manusia. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang
diterima oleh manusia dan manusia mangadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya.
Jelas sekali bahwa disini manusia merupakan sasaran utama dalam pendidikan yang menekankan
pada proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga atau
masyarakat.
Dalam proses belajar tentu akan mengalami banyak tantangan, baik tantangan yang
berasal dari luar atau tantangan yang berasal dari dalam dirinya. Selama proses itu, ada beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu pengalaman dan cara menghadapinya yang
sesuai dengan tingkat kesadaran atau usia, periode dalam menghadapi suatu masalah, kondisi
mental dan fisik serta bentuk tekanan yang diterima. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
tersebut akan mempengaruhi keadaan seorang manusia.
Untuk memahami lebih dalam mengenai psikologi seorang dalam proses pembelajaran
kita perlu memahami terlebih dahulu tentang keadaan psikologi manusia secara umum. Kita
perlu memahami bagaimana alur perubahan sifat yang dialami manusia, hakikat manusia dan
aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat makalah dengan
judul Psikologi Belajar : Studi Atas Sifat, Hakikat dan Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam
Kehidupan yang akan membahas lebih lanjut tentang sifat, hakikat dan aktifitas kejiwaan
manusia dalam kehidupan.
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan ?
2. Bagaimana aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan ?
1. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1. Untuk memahami bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan sehari-hari
sehingga pengamatan terhadap perubahan emosi pada manusia lebih mudah untuk dilakukan
2. Untuk memahami aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pengamatan terhadap perubahan tingkah laku pada manusia lebih mudah untuk dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN
Ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan
jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia adalah ciri-
ciri karakteristik yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara
manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.[2] Misalnya
orang hutan, mereka memiliki tulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala jenis
makanan. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan dan
mengungkapkan bahwa bahwa manusia berasal dari kera tapi ternyata gagal karena tidak
ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari kera.
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat dasar[4], yaitu :
1. Sifat Biologis. Sifat ini membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip
biologis yang berkaitan erat dengan lingkungan di sekitarnya.
2. Sifat Hewani. Dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan
internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar
dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3. Sifat Intelektual. Dengan sifat ini manusia mampu menemukan benar atau salahnya
sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan
emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk
lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk
lain ketika dia mampu menggunakannya dengan baik.
Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri
manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna
dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan dengan
psikologi belajar yaitu[5] :
1. Pengamatan
Mata merupakan indra penglihatan manusia yang berfungsi untuk mengamati segala sesuatu
yang ada dalam lingkungan sekitar yang akan menciptakan adanya kesan dan tanggapan.
Manusia merupakan makhluk yang aktif dalam merespon segala situasi lingkungan yang
dilihatnya. Sehingga manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan
untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar maupun secara tidak sadar. Makin baik daya reaksi
terhadap lingkungan maka akan semakin banyak kesan yang didapat ketika melakukan
pengamatan.
Dalam proses belajar, ketika seorang siswa mampu
2. Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok. Selain itu, tanggapan juga dapat diartikan
sebagai gambaran ingatan dari pengamatan ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam
ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal
kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan. Misalnya sekilas jika melihat
Bapak Ir. Joko Widodo maka yang akan timbul adalah sebuah kesan seorang Presiden RI, laki-
laki, gagah, berambut pendek, dan sebagainya.
3. Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau menciptakan tanggapan-tanggapan baru
dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat
terjadi dalam dua keadaan, yaitu[6] :
1. Secara disadari, apabila fantasi terjadi secara sadar dan sengaja dimunculkan. Hal ini
banyak ditemukan pada seorang pelukis, dan pemahat
2. Secara tidak disadari, apabila individu secara tidak sadar telah dituntut oleh fantasinya.
Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak ketika membayangkan bentuk
hewan yang diterangkan oleh gurunya.
1. Ingatan
Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang pernah
diterima dalam kesadaran. Ingatan juga merupakan suatu daya jiwa yang dapat menerima,
menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
Adapun faktor yang mempengaruhi ingatan, yaitu :
1. Sifat perseorangan
2. Keadaan diluar jiwa (lingkungan dan keadaan jasmani)
3. Keadaan jiwa (kemauan dan perasaan)
4. Umur
1. Berfikir
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh, menerima,
menyimpan, dan mengolah kembali informasi (baik informasi yang didapat lewat pendengaran,
penglihatan atau penciuman). Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan
pengetahuan dalam otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan
alam semesta.
1. Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan
dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam
berbagai peristiwa yang dihadapi. Sedangkan menurut Prof. Hukstra :
“Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu
menurut rasa senang dan tidak senang”
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu merupakan alat
atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia merupakan ciri khas yang secara prinsip
membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya. Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat
dasar, yaitu : (1) Sifat Biologis, (2) Sifat Hewani, dan (3) Sifat Intelektual.
2. Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri
manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna
dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan yang berhubungan dengan
psikologi belajar yaitu : (1) Pengamatan, (2) Tanggapan, (3) Fantasi, (4) Ingatan, (5) Berfikir,
dan (6) Perasaan.
1. Saran
Sebagai calon guru seharusnya kita memperhatikan perkembangan pada anak didik dan
senantiasa memberikan bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri
peserta didik dapat dikembangkan sehingga mampu menjadi kepribadian yang baik dalam segala
hal.
DAFTAR PUSTAKA
REPORT THIS AD
1) Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh
Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan
untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia dapat
mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia
mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2) Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit
adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah
diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.
3) Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan
kekuatan paling kongkrit dalam diri manusia, nafsu ini terbentuk dari
segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-
keinginan yang tidak berguna dan merugikan.
a) Mengamati/pengamatan,
b) Mengingat/ingatan,
c) Imajinasi,
Panca indera dimiliki baik oleh manusia maupun hewan. Namun, Allah
menganugerahi manusia dengan suatu fungsi lainnya yang sangat penting
dan membedakannya dari hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan
akal budi, manusia mampu meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal
yang bisa diindera. Dengan akal budi pulalah manusia mampu menjadikan
keindahan penciptaan alam semesta seluruhnya dan penciptaan manusia
sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.[3]
Manusia memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam
lingkungannya. Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan atau tanggapan.
Proses berfungsinya alat indra terhadap sesuatu akan mengenai indra
manusia. Karena manusia itu merupakan makhluk yang aktif maka manusia
terhadap situasi lingkungan itu bersifat responsibel. Manusia secara normal
akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi
kebutuhannya secara sadar maupun secara tidak sadar. Makin baik daya
reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak memiliki kesan
(tanggapan).[4]
TANGGAPAN
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan
sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak
lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses
pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja,
peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
(2) Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah
dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-
anak.[9]
1. Jenis Fantasi:
a) Fantasi Mencipta
Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri, tanpa bantuan
orang lain atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Fantasi
macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan
para ilmuwan.
Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain.
Dalam hal ini misalnya kalau kita sedang membaca buku, kita mengikuti
pengarang buku itu dalam ceritanya.[10]
1. Fungsi Pokok Fantasi
(1) Fantasi mengh-abstrahir (mengabstraksi)
(1) Dengan berfikir kita berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah
ada tetapi belum diketahui, dengan berfantasi kita menciptakan sesuatu
yang belum ada, sesuatu yang baru.
(2) Berfikir terikat pada realitas, berfantasi melepaskan kita dari realitas.
[12]
INGATAN
Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi
yang pernah diterima dalam kesadaran.[13]
Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan
kita.
1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:
(1) Sifat perseorangan
(2) Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar atau lingkungan, keadaan
jasmani)
1. Macam-Macam Ingatan:
(1) Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-
kesan pengindraan.
(2) Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan
yang mengandung pengertian.[14]
BERFIKIR
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh
informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial
and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005).
1. Pengertian
Ialah hasil proses berfikir yang merangkum sebagian dari kenyataan yang
dinyatakan dengan satu perkataan. Dalam hal ini misalnya pengertian
“sepeda” merangkum segala jenissepeda yang kita ketahui, dan kita
menyatakannya dengan satu perkataan yaitu “sepeda”.[16]
REPORT THIS AD
Ialah pengertian yang kita peroleh, dibentuk dengan jalan berfikir secara
sadar, sengaja dan teratur. Biasanya digunakan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan.
1. Keputusan
Perhatikan ucapan berikut ini: Rumah itu megah. Bunga itu harum. Kopi itu
lezat rasanya.
1. Kesimpulan
Ialah keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang lain. Jadi,
kesimpulan adalah keputusan yang spesifik.
Macam-macam kesimpulan:
BERFIKIR ASOSIATIF
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan
proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respond. Perlu
diingat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang
benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan hasil
belajar. Sebagai contoh: siswa yang mampu menjelaskan arti penting
tanggal 12 Rabiul Awwal. Kemampuan siswa tersebut dalam
mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan hari ulang tahun Nabi
Muhammad SAW hanya bisa didapat apabila ia telah mempelajari riwayat
hidup beliau.[18]
INTELIGENSI
Definisi Intelegensi
REPORT THIS AD
(1) Inteligensi praktis, ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi
yang sulit dalam suatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat.
1. Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak
lahir, dan yang tidak sama pada setiap orang.
2. Kemasakan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang
kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya.
3. Pembentukan, ialah segala factor luar yang mempengaruhi inteligensi
di masa perkembangannya.
4. Minat, ialah inilah merupakan motor penggerak dari inteligensi kita.
PERASAAN
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang
atau tidak senang dalam berbagai taraf .[19]
Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan
yang dialami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan
peristiwa mengenal dan bersifat subjektif . [20]
Menurut Prof. Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak
senang.[21]
Perasaan seperti halnya emosi yaitu merupakan suasana batin atau suasana
hati yang membentuk kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung
yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling
negative yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau
tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau tegang dll., timbul karena
adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi
sesaat dari individu da membangkitkan sutu perasaan. Intesitas perasaan
yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau
lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan.
Oleh karena itu perasaan sangat bersifat subjektif dan temporer artinya
persaan antara orang dengan orang lain berbeda-beda.
Dorongan: suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung secara tak disadari.
1. Perhatian
2. Kelelahan
3. Sugesti/saran.
Menurut LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan satu menjadi
gejala jiwa campuran.
Karena:
1. PERHATIAN
Definisi Perhatian
REPORT THIS AD
1. Dipandang dari segi obyek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang
menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau
dikatakan secara sederhana “hal yang menarik perhatian adalah hal yang
lain dari lain-lainnya”. Kelainan atau perbedaan dari yang lain ini dapat
bermacam-macam, misalnya:
(1) Dalam sebuah barisan salah seorang di antara yang berbaris itu
memakai baju merah, sedang yang lain-lainnya berbaju putih, maka si baju
merahitu tentu menarik perhatian.
(2) Dalam suatu pertempuran hampir semua tamu telah duduk kecuali
seorang yang masih mondar-madir, maka yang mondar-mandir itu menarik
perhatian.[25
2. KELELAHAN
1. Kelelahan Jasmani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja jasmani
2. Kelelahan Rohani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kegiatan
rohani.
Mengingat hal tersebut maka dalam pengajaran:
Berilah hadiah kepada anak yang sudah lelah jasmani dan rohaninya.
3. SARAN (Sugesti)
Memberikan pengaruh kepada seseorang, sehingga orang tersebut
mengikutinya.
1. Dengan memuji/membujuk.
2. Dengan menakut-nakuti orang yang disugesti.
3. Dengan menunjukkan kelemahannya.
Alat-alat sugesti ialah:
1. Pandangan mata.
2. Dengan suara/kata-kata.
3. Dengan gambar-gambar
4. Dengan semboyan-semboyan.[26]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Ahmadi, Abu ,Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Ahmadi, Abu, dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1992.
Ahmadi, Abu,Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008, Cet-2.
Ahmadi, M.Ishom, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. Yogyakarta: SJ
Press, 2009
Azwar, Syaifuddin, Psikologi Inteligensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Sagala, Syaiful, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta,
2005
Soemanto, Wasty ,Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990
Sujatno, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara,1993. Cet-9.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja GRafindo Persada,
1998, Cet-8.Suryabrata, Sumardi Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo
Graha Persada, 2006.
Syah, Muhibbin M.Ed, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
http://muhammadmahfudznasir.blogspot.com/2016/06/sifathakikat-kejiwaan-manusia-dalam.html
Kelas : F
Semester : II
Di Susun oleh:
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam bentuk
tingkah laku dan aktivitas manusia. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh
manusia dan manusia mangadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya. Jelas sekali bahwa di
sini manusia merupakan sasaran utama pendidikan, pendidikan bermaksud membantu peserta didik
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Perilaku manusia akan lebih mudah dipahami jika kita juga memahami proses mental
yang mendasari perilaku tersebut. Demikian juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika
kita memahami proses mental yang mendasari perilaku siswa tersebut. Mengingat pentingnya
pemahaman tentang proses mental tersebut, maka dalam bab Ini akan dijelaskan beberapa
akfivitas atau proses mental yang umum terjadi pada manusia, khususnya yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar.
Proses mental juga sering disebut dengan gejala jiwa.
B.Rumusan Masalah
C. TujuanMasalah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahma,taufik,serta
hidayahnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’SifatHakikat Kejiwaan
Manusia Dalam Kehiduan Sehari-Hari Khususnya Dalam Proses Belajar‘’. Makalah ini di susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah’’Psikologi Belajar PAI’’.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan,di mana penulis pun sadar bahwasanya
penulis hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkangkan kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT.Sehinngga dalam penulisan dan penyusunan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, Kritik dan saran yang kontruktif dan senantiasa penulis terima dalam upaya evaluasi
diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap bahwa di balik tidak kesempurnaan penulis dan penyusunan
makalah ini dapat di temukan sesuatu yang bisa memberikan manfaat dan hikmah bagi penulis,pembaca
dan bagi seluruh mahasiswa mahasiswa institute agama islam negeri raden intan lampung
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang....................................................................................... 1
B. Rumusanmasalah.................................................................................. 1
C. Tujuanmasalah...................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Gejalajiwakognisi........................................................................... 3
b. Gejalajiwakognasi........................................................................... 6
c. Gejalajiwaemosi.............................................................................. 9
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan
aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek.
Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:
1) Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat initelah membuat manusia tumbuh secara alami dengan
prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya.
2) Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan
internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan
menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3) Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat
membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat
intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat
intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.
Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan, bahwa jiwa
manusia terdiri atas tiga kekuatan, yaitu:
1) Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian
jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal,
manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu
memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2) Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan untuk
menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif
gagasan.
3) Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri
manusia, nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan
merugikan.
B. MACAM-MACAM GEJALA ATAU AKTIVITAS MANUSIA YANG MELIPUTI KOGNISI,EMOSI DAN KONASI
BESERTA PENGERTIANYA
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah
satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap peilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan.[1]
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada di sekitar kita
dengan menggunakan alat indera kita. Panca indera dimiliki baik oleh manusia maupun hewan.
Namun, Allah menganugerahi manusia dengan suatu fungsi lainnya yang sangat penting dan
membedakannya dari hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan akal budi, manusia mampu
meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal yang bisa diindera. Dengan akal budi pulalah
manusia mampu menjadikan keindahan penciptaan alam semesta seluruhnya dan penciptaan
manusia sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.[2]
Proses Pengamatan
2. Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran
ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu
pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja,
peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di
bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali. Sedang tanggapan
disebut “aktual”, apabila tanggapan tersbut kita sadari.[4]
1. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
2. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3. Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
2. Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta tanggapan-tanggapan baru
dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.[6]
a. Fantasi Mencipta
Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri, tanpa bantuan orang lain atau
jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki
oleh para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.
Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain. Dalam hal ini
misalnya kalau kita sedang membaca buku, kita mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.[7]
4. Daya Ingatan
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan.
Sifat-Sifat Ingatan
Sifat Daya ingatan itu tidak sama pada tiap orang, oleh karena itu, sifat daya ingatan
dibedakan menjadi:
1. Ingatan yang mudah dan cepat: orang yang memiliki daya ingatan inidnegan cepat dan mudah
menyimpan dan mencamkan kesan-kesan.
2. Ingatan yang luas dan teguh: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang
luas
3. Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, tetap sebagimana waktu
menerimanya.
4. Ingatan yang patuh: kesan-kesan yang telah dicamkan dan disimpan itu dengan cepat dapat
direprodusir.
5. Berfikir
Proses menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang
didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir". Berfikir adalah
media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya,
orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.
Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam
rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu
membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa,
bagaimana, dimana dan lain sebagainya.
a. Pengertian
b. Keputusan
c. Kesimpulan
6. Intelligensi
Intelligensi ialah kesanggupan rohani untuk menyesuaikan diri kepada situasi yang baru
dengan menggunakan berfikir menurut tujuannya. Kapankah seseorang dikatakan berbuat intelligen?
Seseorang dapat dikatakan berbuat intelligen kalau dalam situasi tertentu, ia dapat berbuat
dengan cara-cara yang tepat. Artinya, ia dapat memecahkan kesulitan-kesulitan, soal-soal yang
terdapat dalam situasi itu. Dengan kata lain, ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru itu.
[8]
Kemauanataukehendakialahsuatufungsijiwauntukmencapaisesuatu,
kehendakinikekuatandaridalamdantampakdariluarsebagaigerakgerik.[9], dapat diartikan aktifitas psikis
yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah
titik akhir dari gerkana yang menuju suatu arah. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu
tujuan-tujuan mana, harus diartikan dalam suatu hubungan.
Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau hasrat. Kehendak
isalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencari sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatandari
dalam. Dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik.[10]
Dalam berfungsinya kehendak ini bertautan dengan pikiran dan perasaan. Untuk dapat
mempelajarinya dibagi atas:
a. Dorongan
b. Keinginann
c. Hasrat
d. Kecenderungan
e. Hawa nafsu
f. Kemauan
Proses kemauan untuk mencapai proses tindakan biasanya melalui bebrapa tingkat, ialah:
b. Perjuangan motif. Sebelum mengambil keputusan, pada batin biasanya ada beberapa motif, yang
bersifat luhur dan rendah. Disisni nerlangsung suatu pemilihan.
c. Keputusan. Inilah yang sangat penting. Disini kita mengadakan pemilihan antara motif-motif
tersebutdan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak mungkin kita punya macam-macam
keinginan dan pada waktu yang sama.
d. Perbuatan kemauan. Kalau sudah mengambil keptusan, maka bertindak sesuai dengan keputusan
yang diambil. Tetapi itu sering sangat sukar.
Gejala hasrat ini berhubungan dengan gerak dan perbuatan yang berpusat pada kejasmanian. Di
antara gejala hasrat ini ada yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, binatang pada manusia.
a. Tropisme
Adanya peristiwa yang menyebabkan timbulnya gerak ke suatu arah tertentu.
b.Refleks
Reflek adalah gerak reaksi yang tak disadari terhadap perangsang. Reflek ini dihubungka dengan
konasi yang rendah tingkatannya, maka refleks boleh dikatakan hgerak refleks, hukum perbuatan
refleks.
c. Insting
Yaitu kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir yaitu tertuju pada pemuasan dorongan-
dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain, disebut insting. Instink ini terdapat pada hewan dan
juga mansia, namun fungsi peranananya tidak sama.
d.Automatisme
e. Kebiasaan
Gerak perbuatan yang berjalan dnegan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya, disebut
dengan kebiasaan.
f. Nafsu
Dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi kekuataan bertindak untuk
memenuhi kebuthan hidup tertentu, disebut nafsu.
g. Keinginan
Nafsu yang mempunyai arah tertentu dan tuuan tertentu disebut keinginan. Kalau dorongan
sudah menuju ke arah tujuan yang nyata/konngkrit dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi
dorongan keras dan terarah pada suatu objek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan.
h. Kecenderungan (tendency)
i. Hawa Nafsu
Kecenderungan atau keinginan yang snagt kuat dan mendesak yang sedikit-sedikit ynag
memepengaruhi jiwa seseorang disebut hawa nafsu.
j. Kemauan
Kemauan adalah dorongan dari dlamyang lebih tinggi tingkatannya daripada instink, refleks,
automatisme, kebiasaan, nafsu, keinginan, kecenderungan dan hawa nafsu, sekali lagi ditandaskan
bahwa kemauan hanya terdapat pada manusia saja.
c. Gejala JiwaEmosi (Perasaan )
Jenis-Jenis Perasaan:
1. Perasaan-perasaan jasmaniyah: jenis perasaan ini sering pula disebut perasaan tingkat rendah yang
terbagi sebagai berikut:
a)Perasaan sensoris: yaitu perasaan yang berhubungan dengan stimulus terhadap indra, misalnya:
dingin, hangat, pahit, asam dan sebagainya.
b)Perasaan vital: yaitu perasaan yang berhubungan dengan kondisi jasmani pada umumnya,
misalnya lelah, lesu, lemah, segar, sehat dan sebagainya.[11]
2. Perasaan-perasaan rohaniah: sering pula disebut sebagai perasaan luhur (tingkat tinggi), yang terdiri
dari:
a) Perasaan intelektual: yaitu perasaan yang berhubungan dengan kesanggupan intelektual dalam
mengatasi suatu masalah, misalnya: senang atau puas ketika berhasil (perasaan intelektual positif),
kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).
b) Perasaan kesusilaan (etis): yaitu perasaan yang berhubungan dengan baik-buruk atau norma,
misalnya: puas ketika mampu melakukan hal yang baik, atau menyesal ketika melakukan hal yang
tidak baik.
c) Perasaan estetis (keindahan); yaitu perasaan yang berhubungan dengan penghayatan dan apresiasi
tentang sesuatu yang indah tau tidak indah. Perasaan ini timbul jika seseorang mengamati sesuatu
yang indah atau yang jelek. Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan
perasaan yang negatif.
d) Perasaan sosial (kemasyarakatan): yaitu perasaan yang cenderung untuk mengikatkan diri dengan
orang-orang lain, misalnya: perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa
simpati atau setia kawan dan sebagainya.
e) Perasaan harga diri: yaitu perasaan yang berhubungan dengan penghargaan diri seseorang,
misalnya: rasa senang, puas, dan bangga akibat adanya pengakuan dan penghargaan dari orang
lain atau sebaliknya.
f) Perasaan ketuhanan (religius): yaitu perasaan yang berkaitan dengan kekuasaan dan eksistensi
dari Tuhan. Manusia merupakan satu-satunya yang dianugrahkan perasaan ini oleh Tuhan. Perasaan
ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan mulia. Menurut pandangan filsafat
ketuhanan (theologi) menusia disebut “homo divinans” yaitu manusia senantiasa memilki kepercayaan
terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan
aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek.
Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:
1) Sifat biologis
2) Sifat hewani
3) Sifat intelektual
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas
kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada
makhluk-makhluk lain.
Dan dapat pula di simpulkan bahwa manusia memiliki gejala-gejala jiwa yang meliputi:
DAFTAR PUSTAKA
[3]M.Ishom Ahmadi, Op-Cit,. h. 29
[5]Abu Ahmadi, Op-Cit,. h. 69
[6]Ibid,. h. 70
2009) h. 70
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang
menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf
pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia
mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:
a. Sifat tumbuh-tumbuhan, adalah salah satu sifat yang menjadikan manusia tumbuh secara
alami dalam lingkunganya berdasarkan prinsip-prinsip biologis. Sifat ini didukung oleh
syaraf pertumbuhan
b. Sifat hewani, yaitu sifat yang mendorong manusia berkeinginan untuk mencari
keseimbangan hidup. Melalui inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-
keinginanya. Hal ini disebabkan adanya perasaan di dalam jiwa manusia.
c. Sifat intelektual, yaitu sifat yang mampu membedakan baik atau buruknya suatu obyek,
dan dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang
membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini,
manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.
Secara garis besar, wujud sifat hakikat manusia dibagi menjadi delapan, yaitu :
a. Kemampuan menyadari diri. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik
diri. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan
makhluk lainnya.
c. Kata hati (Consecience Of Man), adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang
baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Kata hati disebut pula
hati nurani, pelita hati, dan sebagainya.
e. Tanggung jawab.
f. Rasa Kebebasan/merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai
dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu
kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat
manusia.
g. Kewajiban dan hak. Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.
Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi
kewajiban
Akal adalah gudang dan pengembang pengetahuan. Menurut John Locke (1632-
1704), Akal mempunyai kekuatan-kekuatan vital untuk mengembangkan diri. Ada dua
kekuatan akal manusia yaitu:
a. Kekuatan berpikir
Kekuatan berfikir disebut pula sebagai pengertian. Menurut John Locke, segala
peristiwa yang terjadi dalam akal dapat dikenal dan dikehendaki oleh manusia.
Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan yang mencakup kegiatan
mengindera, mengenal, menalar dan meyakini. Mengamati adalah memasukkan ide-ide
dan konsep-konsep dari luar diri manusia kedalam kesadaran dengan menggunakan
berbagai macam cara. Pengertian memerlukan keterlibatan daripada enam kekuatan
manusia, yang meliputi:
1) Mengamati/pengamatan,
2) Mengingat/ingatan,
3) Imajinasi,
5) Abstraksi/pikiran, dan
b. Kekuatan kehendak.
Plato (428-348 SM) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga
kekuatan, yaitu:
a. Akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran
dan kesalahan. Dengan akal, manusia mampu menentukan arah dan pijakan untuk
melangkah mencari kebenaran dan jalan terang dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Misalnya mengetahui bahwa psikologi pendidikan adalah mata kuliah yang
menyenangkan.
b. Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh
akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan. Spirit merupakan kekuatan
penggerak kehidupan pribadi manusia. Misalnya rasa senang terhadap psikologi
pendidikan menjadikan sebuah keinginan untuk mempelajarinya.
c. Nafsu, merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri manusia, yang terbentuk dari
segenap keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan dengan fungsi-fungsi
jasmaniah. Misalnya usaha mengikuti perkuliahan psikologi pendidikan yang didasari
keinginan untuk mempelajarinya.
c. Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau
tidak cocok, setuju atau tidak setuju.
Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide,
memiliki dua kapasitas yaitu pertama, kapasitas penalaran indera yang
disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang benda
tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila dengan akal sehat
menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap benda yang sejenis dapat
dimasukkan kedalam ide umum itu[3].
a. Pengamatan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai
gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam
ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya
tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan. Misalnya sekilas
melihat Bapak Ka’anto, akan menimbulkan sebuah kesan seorang laki-laki, gagah,
berambut pendek, dan sebagainya.
1) Tanggapan di bawah sadar, atau tidak disadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali
disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap)
c. Fantasi
1) Secara disadari, yaitu apabila fantasi terjadi secara sadar. Hal ini banyak ditemukan pada
seorang pelukis, dan pemahat.
2) Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya.
Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak[7].
d. Ingatan
Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
1) Sifat perseorangan
4) Umur.
Macam-Macam Ingatan:
1) Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan pengindraan.
2) Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang mengandung
pengertian[9].
e. Berfikir
f. Perasaan.
Menurut Prof. Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang[13].
Perasaan seperti halnya emosi yaitu merupakan suasana batin atau suasana hati
yang membentuk kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling
positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negative yaitu sangat tidak
senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega
atau tegang dll., timbul karena adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar
berbaur dengan kondisi sesaat dari individu da membangkitkan sutu perasaan. Intesitas
perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau
lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan. Oleh
karena itu perasaan sangat bersifat subjektif dan temporer artinya persaan antara orang
dengan orang lain berbeda-beda.
1) Perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian
dengan mengesampingkan yang lain.
2) Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa, yang sudah
mempergunakan kekuatan secara maksimal.
3) Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu sehingga
pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, tanpa dengan pemikiran atau
pertimbangan[15].
hal.77
[7] Abu Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 81
41-42.
[12] Abu Ahmadi dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, (Surabaya: PT.