Anda di halaman 1dari 51

https://pintubelajarcerdas.blogspot.com/2016/08/makalah-psikologi-belajar-tentang.

html

Makalah Psikologi Belajar Tentang Hakikat


Kejiwaan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan sifat dan perilaku, serta kepribadian seperti emosi, adaptasi dan
minatnya terhadap sesuatu.Pembentukan kejiwaan dimulai sejak seseorang terlahir ke dunia. Tiap-tiap
individu telah membawa bibit-bibit sifat dalam diri yang sepanjang proses kehidupannya akan senantiasa
berkembang menjadi kejiwaan tertentu.

Selama proses itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya, pengalaman dan cara
menghadapinya sesuai tingkat kesadaran atau usia, periode dalam menghadapi suatu masalah, kondisi
mental dan fisik dan bentuk tekanan yang diterima. Bibit sifat dan faktor yang mempengaruhinya akan
menyatu membentuk sifat dan mental yang kuat, akhlak serta jiwa yang dapat dipelajarinya berdasarkan
ilmu psikologi.

Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Psikologi pendidikan adalah cabang dari
psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah
pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.

Pentingnya psikologi dalam pendidikan, dalam psikologi kepatuhan yang datang dari luar merupakan
isyarat adanya konflik antara otoritarianisme dan demokrasi. Dalam pendidikan, kepatuhan sebaiknya
terjadi secara timbale-balik diantara semua pihak yang terlibat didalam, baik anak didik, pendidik,
kurikulum maupun fasilitas pendidikan, semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan perlu
mengarahkan perhatian kepada sifat dan hakikat anak didik, sehingga pelayanan pengajaran
membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara wajar dan efektif.

B.  Rumusan Masalah

1.   Apa saja sifat kejiwaan manusia?


2.   Apa hakikat kejiwaan manusia?
3.   Apa wujud hakikat kejiwaan manusia?
4.   Apa saja aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia?

C.  Tujuan Pembuatan Makalah

1.   Untuk mengetahui sifat dan hakikat kejiwaan manusia.


2.   Untuk mengetahui hakikat kejiwaan pada manusia.
3.   Untuk mengetahui wujud hakikat kejiwaan manisia.
4.   Untuk mengetahui aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Sifat Dan Hakikat Kejiwaan Manusia


1.   Pengertian

Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa.Jasmani dan nafsu
merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya.

Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala jenis makanan.
Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari
kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul
sebagai bentuk ubah dari kera.

2.   Sifat Kejiwaan Manusia

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktifitas
jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelektual. Manusia
mempunyai 3 sifat dasar, yaitu:

1. Sifat biologis: manusia tumbuh secara alami dengan prinsip biologi dengan menggunakan lingkungannya.
2.   Sifat hewani: dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan internal untuk
mencari keseimbangan hidup, melalui peralatan indera manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-
keinginannya.
3.  Sifat intelektual: manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, baik atau buruknya sesuatu,
serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual inilah yang membedakan manusia
dari makhluk yang lainnya. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari
makhluk-makhluk lain.

Disebut sifat hakikat kejiwaan manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia
dan tidak terdapat pada hewan.Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya.

Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang
mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan.

Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut
kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

3.   Hakikat Kejiwaan Manusia

Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwaan
dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-
makhluk lain.

• Kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia

Mengenai kekuatan-kekuatan jiwa manusia, telah dibahas oleh para tokoh pendidikan dunia sejak
beberapa abad sebelum Masehi.Berikut ini dikemukakan oleh para ahli/tokoh pendidikan dunia.
Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri
atas tiga kekuatan, yaitu:

1)   Akal
Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa
manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia
dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh
kehidupan yang lebih sejahtera.

Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Lock (1632-1704) menekankan pembahasan tentang
akal sebagai gudang dan pengembang pengetahuan.Akal merupakan kekuatan vital untuk
mengembangkan diri. Menurut John Locke, Akal mempunyai kekuatan-kekuatan itu. Ada dua kekuatan
akal manusia yaitu:

a)   Kekuatan berpikir yang disebut pengertian

Segala peristiwa yang terjadi dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan dikehendaki oleh
manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas pengamatan itu menurut john
locke mencakup kegiatan mengindera, mengenal, menalar dan meyakini.

Mengamati berarti menerima impresi-impresi dari dalam dan luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati
berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran dengan menggunakan berbagai
macam cara. Ini tidak berarti bahwa pengertian dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan
saja.

Menurut Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari pada intelek manusia. Pengertian memerlukan
keterlibatan dari pada enam kekuatan manusia, yang meliputi: Mengamati/pengamatan,
Mengingat/ingatan, Imajinasi, Kombinasi aktivitet psikis, Abstraksi/pikiran, dan Pemakaian tanda atau
simbolisasi.

b)   Kekuatan kehendak yang disebut kemauan

Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang berhubungan dengan suatu
pilihan diantara berbagai alternative. Tindakan memilih ini oleh John Locke disebut dengan istilah
“volition”. Volition dapat terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi
kemauan adalah kekuatan untuk memilih. Kemauan itu bukan keinginan.

Keinginan adalah ide refleksif yang melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang, sedangkan
Kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun
kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu berarti kita
memilih diantara dua keinginan atau lebih.

Kekuatan kejiwaan manusia menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ada lima yang terdiri dari lima
kekuatan jiwa manusia yaitu, :

•     Penginderaan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan organ-organ indera.


•     Perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan
•     Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau tidak cocok,
setuju atau tidak setuju.
•     Kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan.
•   Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide, memiliki dua kapasitas yaitu
pertama, kapasitas penalaran indera yang disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide
tertentu tentang benda tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila dengan akal
sehat menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap benda yang sejenis dapat dimasukkan
kedalam ide umum itu.

2)   Spirit
Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia.Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan
gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.

3)   Nafsu

Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri
manusia, nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan
merugikan.

4.   Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan, yaitu :

1)   Kemampuan Menyadari Diri

Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya
menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.

Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan
dengan non-aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia
dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa
manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk lainnya.

2)   Kemampuan Bereksistensi

Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas
yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang,
melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelanggu oleh tempat atau ruang ini (di
sini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan ke “masa depan” ataupun “masa
lampau”.

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari
pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

3)   Kata Hati (Consecience Of Man)

Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati, dan sebagainya. Kata hati
adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia
sebagai manusia. 

Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”.
Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar
orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.

4)   Moral

Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang
tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang
tinggi (luhur). Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan
realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim
dikatakan tidak bermoral.

Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinggi, serta
segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang tinggi.  Moral (etika) menunjuk kepada
perbuatan yang baik/benar ataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat.
5)   Tanggung Jawab

Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya penyesalan yang
mendalam. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial.
Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama misalnya perasaan
berdosa dan terkutuk.

Tanggung jawab yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

6)   Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat
manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.

7)   Kewajiban dan Hak

Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan
sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban dalam realitas hidup sehari-hari, umumnya
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu
beban. Tetapi ternyata kewajiban bukanlah menjadi beban melainkan suatu keniscayaan..

8)   Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup
digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai
apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

5.   Pengembangan Wujud Sifat  Hakikat Manusia

Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum
teraktualisasi menjadi wujud kenyataan. Dari kondisi potensi menjadi wujud aktualisasi terdapat
rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.seseorang
yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman
terkenal.

Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi pelaksanaannya mungkin saja terjadi kesalahan-
kesalahan yang biasa disebut salah didik.Hal tersebut dapat terjadi karena pendidik adalah manusia
biasa yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang
bisa terjadi, yaitu :

1)   Pengembangan utuh
Tingkat keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas
dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk
memberikan\ pelayanan atas perkembangannya. Optimisme ini timbul berkat pengaruh perkembangan
iptek yang sangat pesat yang memberikan dampak kepada peningkatan perekayasaan pendidikan
melalui teknologi pendidikan.

Pengembangan yang utuh dapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu:

a.   Dari wujud dimensi yaitu, aspek jasmani dan rohani.


b.   Dari arah pengembangan yaitu, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2)   Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses
pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya
dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun dominan afektif
didominasi oleh pengembangan dominan kognitif. Pengembangan yang tidak utuh berakibat
terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan
pengembangan yang patologis.

B.  Macam-macam Gejala Aktifitas Kejiwaan Manusia

Psikologi mempersoalkan tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati.
aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psikologi yang mendasarinya, beberapa aktivitas
kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi pendidikan adalah:

1.   Pengamatan

Manusia dapat mengenal lingkungan yang nyata, baik dalam dirinya sendiri maupun diluar dirinya dengan
menggunakan organ-organ indranya yang disebut “modalitas pengamatan”. Macam-macam modalitas
pengamatan yaitu:

a.   Penglihatan menggunakan mata


b.   Pendengaran menggunakan telinga
c.   Perabaan menggunakan permukaan kulit
d.   Pembauan (penciuman) menggunakan hidung
e.   Pencecapan menggunakan lidah

2.   Tanggapan

Tanggapan ialah bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Macam pengamatan
ialah tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan, tanggapan masa
sekarang yang disebut sebagai tanggapan imajinatif, dan tanggapan masa mendatang yang dapat
disebut sebagai tanggapan antisipatif.

3.   Fantasi

Fantasi adalah aktivitas imajinasi untuk membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang
lama yang telah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda yang ada.
Kegunaan fantasai antara lain: melalui fantasi orang dapat mengerti sesama manusia, dapat menghargai
kultur orang lain,melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan, membantu seseorang dalam
mencari keseimbangan batin, dll. Karena banyaknya kegunaan fantasi bagi kehidupan manusia, maka
pendidikan hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak didik secara sehat.
4.   Ingatan

Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
Fungsi ingatan meliputi tiga aktivitas, yaitu: mencamkan (mengingat kesan-kesan), menyimpan kesan-
kesan, dan mereproduksi kesan-kesan.

5.   Pikiran

Berpikir ialah meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia yang di kontrol
oleh akal. Berpikir merupakan proses yang dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir,
yaitu:pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan pembentukan keputusan.

6.   Perhatian

Perhatia ialah cara menggerakkan bentuk umum cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam
medan tingkah laku. Perhatian dapat diartikan dua macam yaitu: perhatian ialah kekuatan jiwa tertuju
pada suatu objek, dan pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas.

7.   Perasaan

Perasaan diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan
membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri. Jenis perasaan
yaitu perasaan jasmaniah dan rohaniah. Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegairahan
belajarnya. Agar belajar anak berlangsung secara efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perasaan yang menunjang aktivitas belajar pada anak didik.

8.   Kemauan

Kemauan adalah pengendali dari keinginan.kemauan dapat bekerja secara bebas ialah kemauan yang
sesuai dengan keinginan diri sendiri. Kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan oleh
kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun kondisi lingkungan. 

Kuat atau lemahnya kemauan seseorang dilatarbelakangi oleh pengalaman atau hasil belajarnya. Oleh
karena kemauan dipengaruhi hasil belajar maka pendidikan mempunyai peranan penting dalam
mengendalikan kemauan anak didik untuk belajar lebih lanjut.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

1.  Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani atau jiwa.Jasmani dan nafsu
merupakan alat atau bagian dari rohani.Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya.
2.  Psikologi mempersoalkan tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati. aktivitas-
aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psikologi yang mendasarinya, beberapa aktivitas kejiwaan yang
berhubungan dengan psikologi pendidikan adalah:
a.   Pengamatan
b.   Tanggapan
c.   Fantasi
d.   Ingatan
e.   Pikiran
f.    Perhatian
g.   Perasaan
h.   Kemauan

B.  Saran

1. Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan bimbingan agar potensi–
potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat ditumbuhkembangkan menuju
kepribadian yang mantap.
2.  Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini.
Tulisan saya masih banyak kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, A. 2010. Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya. http://m-arif-
am.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03 Maret 2011.
2.  Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya. http://dianmiranda.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 03 maret 2011.
3.   Oddi. 2009. Wujud Hakekat Manusia. http://oddy32.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 03 Maret
2011.
4. Rojib. 2009. Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya. http://blog.beswandjarum.com. Diakses
pada tanggal 03 maret 2011.
5. Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
6.   Soemanto,Wasty.2003.psikologi pendidikan.Jakarta.PT Rineka Cipta.
https://zahranaa.blogspot.com/2017/11/sifat-hakikat-dan-aktifitas-kejiwaan.html

SIFAT, HAKIKAT DAN AKTIFITAS


KEJIWAAN MANUSIA DALAM
KEHIDUPAN
by Zahra Na on November 22, 2017 in tugas

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berbicara mengenai psikologi sudah tentu kita akan sedikit menyinggung tentang
manusia. Psikologi atau biasa disebut dengan ilmu jiwa mestinya dikatakan sebagai ilmu yang
membicarakan tentang jiwa sebagaimana lazimnya definisi ilmu pengetahuan, tetapi psikologi
tidak berbicara tentang jiwa manusia secara murni. Psikologi berbicara tentang tingkah laku
manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Tidak ada satupun penelitian psikologi
yang meneliti tentang jiwa manusia, melainkan yang diteliti adalah tingkah laku manusia melalui
perenungan, pengamatan dan laboratorium. Kemudian dari satu tingkah laku dihubungkan
dengan tingkah laku lain dan selanjutnya dirumuskan hukum-hukum kejiwaan manusia.[1]

Psikologi memiliki cabang yang luas diantaranya adalah psikologi belajar. Psikologi
dalam pembelajaran merupakan cabang dari psikologi yang lebih menekankan pada masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya
dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar anak.
Sedangkan belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan sangat penting bagi
kehidupan manusia karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui segala sesuatu yang
belum diketahuinya. Selain itu belajar juga memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan
kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan serta
mengembangkan kehidupan.

Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam
bentuk tingkah laku dan aktivitas manusia. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang
diterima oleh manusia dan manusia mangadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya.
Jelas sekali bahwa disini manusia merupakan sasaran utama dalam pendidikan yang menekankan
pada proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga atau
masyarakat.

Dalam proses belajar tentu akan mengalami banyak tantangan, baik tantangan yang
berasal dari luar atau tantangan yang berasal dari dalam dirinya. Selama proses itu, ada beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu pengalaman dan cara menghadapinya yang
sesuai dengan tingkat kesadaran atau usia, periode dalam menghadapi suatu masalah, kondisi
mental dan fisik serta bentuk tekanan yang diterima. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
tersebut akan mempengaruhi keadaan seorang manusia.

Untuk memahami lebih dalam mengenai psikologi seorang dalam proses pembelajaran
kita perlu memahami terlebih dahulu tentang keadaan psikologi manusia secara umum. Kita
perlu memahami bagaimana alur perubahan sifat yang dialami manusia, hakikat manusia dan
aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat makalah dengan
judul Psikologi Belajar : Studi Atas Sifat, Hakikat dan Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam
Kehidupan yang akan membahas lebih lanjut tentang sifat, hakikat dan aktifitas kejiwaan
manusia dalam kehidupan.

1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan ?
2. Bagaimana aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan ?

1. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :

1. Untuk memahami bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan sehari-hari
sehingga pengamatan terhadap perubahan emosi pada manusia lebih mudah untuk dilakukan
2. Untuk memahami aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pengamatan terhadap perubahan tingkah laku pada manusia lebih mudah untuk dilakukan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sifat dan Hakikat Manusia dalam Kehidupan

Ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan
jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia adalah ciri-
ciri karakteristik yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara
manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.[2] Misalnya
orang hutan, mereka memiliki tulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala jenis
makanan. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan dan
mengungkapkan bahwa bahwa manusia berasal dari kera tapi ternyata gagal karena tidak
ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari kera.

Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia yang berbeda dari spesies lainnya.


Manusia memiliki ciri khas yang disebut dengan sifat dan hakikat yang melekat pada dirinya, hal
ini lah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Disebut sifat dan hakikat kejiwaan
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan atau makhluk lainnya seperti jin dan malaikat.[3] Pemahaman pendidikan terhadap sifat
dan hakikat kejiwaan manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam
bersikap, menyusun startegi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam
merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat dasar[4], yaitu :

1. Sifat Biologis. Sifat ini membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip
biologis yang berkaitan erat dengan lingkungan di sekitarnya.
2. Sifat Hewani. Dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan
internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar
dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3. Sifat Intelektual. Dengan sifat ini manusia mampu menemukan benar atau salahnya
sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan
emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk
lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk
lain ketika dia mampu menggunakannya dengan baik.

1. Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam Kehidupan

Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri
manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna
dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan dengan
psikologi belajar yaitu[5] :

1. Pengamatan
Mata merupakan indra penglihatan manusia yang berfungsi untuk mengamati segala sesuatu
yang ada dalam lingkungan sekitar yang akan menciptakan adanya kesan dan tanggapan.
Manusia merupakan makhluk yang aktif dalam merespon segala situasi lingkungan yang
dilihatnya. Sehingga manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan
untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar  maupun secara tidak sadar. Makin baik daya reaksi
terhadap lingkungan maka akan semakin banyak kesan yang didapat ketika melakukan
pengamatan.
Dalam proses belajar, ketika seorang siswa mampu
2. Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok. Selain itu, tanggapan juga dapat diartikan
sebagai gambaran ingatan dari pengamatan ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam
ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal
kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan. Misalnya sekilas jika melihat
Bapak Ir. Joko Widodo maka yang akan timbul adalah sebuah kesan seorang Presiden RI, laki-
laki, gagah, berambut pendek, dan sebagainya.
3. Fantasi

Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau menciptakan  tanggapan-tanggapan baru
dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat
terjadi dalam dua keadaan, yaitu[6] :

1. Secara disadari, apabila fantasi terjadi secara sadar dan sengaja dimunculkan. Hal ini
banyak ditemukan pada seorang pelukis, dan pemahat
2. Secara tidak disadari, apabila individu secara tidak sadar telah dituntut oleh fantasinya.
Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak ketika membayangkan bentuk
hewan yang diterangkan oleh gurunya.

1. Ingatan

Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang pernah
diterima dalam kesadaran. Ingatan juga merupakan suatu daya jiwa yang dapat menerima,
menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
Adapun faktor yang mempengaruhi ingatan, yaitu :

1. Sifat perseorangan
2. Keadaan diluar jiwa (lingkungan dan keadaan jasmani)
3. Keadaan jiwa (kemauan dan perasaan)
4. Umur
1. Berfikir

Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh, menerima,
menyimpan, dan mengolah kembali informasi (baik informasi yang didapat lewat pendengaran,
penglihatan atau penciuman). Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan
pengetahuan dalam otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan
alam semesta.

Ketika berfikir, seseorang menghubungkan satu pengertian dengan pengertian lainnya


dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan persoalan,
individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa,
untuk apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya.[7]

1. Perasaan

Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan
dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam
berbagai peristiwa yang dihadapi. Sedangkan menurut Prof. Hukstra :

“Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu
menurut rasa senang dan tidak senang”

Perasaan seperti halnya emosi yaitu suasana batin atau suasana hati yang


membentuk garis. Garis ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai
dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang
atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau tegang timbul karena adanya perangsang dari
luar. Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan satu
perasaan. Perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau
lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan. Oleh karena itu
perasaan sangat bersifat subjektif yang artinya perasaan yang dialami satu orang denga orang
lainnya berbeda. Meskipun perasaan itu bersifat subjektif, namun perasaan-perasaan tertentu
muncul dari suatu kebiasaan seperti contoh: orang Padang menyukai masakan rendang yang
pedas, orang Yogyakarta menyukai gudeg yang manis, dan orang Sunda menyukai sayur asam.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu merupakan alat
atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia merupakan ciri khas yang secara prinsip
membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya. Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat
dasar, yaitu : (1) Sifat Biologis, (2) Sifat Hewani, dan (3) Sifat Intelektual.
2. Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri
manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna
dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan yang berhubungan dengan
psikologi belajar yaitu : (1) Pengamatan, (2) Tanggapan, (3) Fantasi, (4) Ingatan, (5) Berfikir,
dan (6) Perasaan.

1. Saran

 Sebagai calon guru seharusnya kita memperhatikan perkembangan pada anak didik dan
senantiasa memberikan bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri
peserta didik dapat dikembangkan sehingga mampu menjadi kepribadian yang baik dalam segala
hal.

DAFTAR PUSTAKA

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Malang Pres, 2008), hal. 55


Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), Hlm. 22

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68

Http://gudangpengetahuan.com/psikologi-belajar// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017

Http://www.id.wikipedia.org// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017

[1] Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Malang Pres, 2008), hal. 55


[2] Http://gudangpengetahuan.com/psikologi-belajar// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017
[3] Ibid
[4] Http://www.id.wikipedia.org// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017
[5] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),
Hlm. 22
[6] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
[7] Ibid. Hal.83
https://zahratussaadah.wordpress.com/2012/03/16/sifat-hakikat-dan-aktivitas-kejiwaan-manusia/

SIFAT, HAKIKAT DAN AKTIVITAS


KEJIWAAN MANUSIA
Standar
A. SIFAT DAN HAKIKAT JIWA MANUSIA
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa
yang menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut
meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu
dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:

1)      Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat initelah membuat manusia


tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan
lingkungannya.
2)      Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia
mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup.
Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti
keinginan-keinginan dan seleranya.
3)      Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar
atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta
dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah
yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat
intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.

Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta


aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu
menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-makhluk
lain.
a.      Kekuatan-Kekuatan Umum Jiwa Manusia
Mengenai kekuatan-kekuatan jiwa manusia, telah dibahas oleh para tokoh
pendidikan dunia sejak beberapa abad sebelum Masehi. Berikut ini
dikemukakan oleh para ahli/tokoh pendidikan dunia.

REPORT THIS AD

Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan,


bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan, yaitu:

1)      Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh
Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan
untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia dapat
mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia
mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2)      Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit
adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah
diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.

3)      Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan
kekuatan paling kongkrit dalam diri manusia, nafsu ini terbentuk dari
segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-
keinginan yang tidak berguna dan merugikan.

Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Lock (1632-1704)


menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang
pengetahuan. Akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan diri.
Menurut John Locke, Akal mempunyai kekuatan-kekuatan itu. Ada dua
kekuatan akal manusia yaitu:

1)      Kekuatan berpikir yang disebut pengertian, segala peristiwa yang


terjadi dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan dikehendaki oleh
manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas
pengamatan itu menurut john locke mencakup kegiatan mengindera,
mengenal, menalar dan meyakini. Mengamati berarti menerima impresi-
impresi dari dalam dan luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati berarti
memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran dengan
menggunakan berbagai macam cara. Ini tidak berarti bahwa pengertian
dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan saja,. Menurut
Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari pada intelek manusia.
Pengertian memerlukan keterlibatan daripada enam kekuatan manusia,
yang meliputi:

a)      Mengamati/pengamatan,

b)      Mengingat/ingatan,

c)      Imajinasi,

d)     Kombinasi aktivitet psikis,

e)      Abstraksi/pikiran, dan

f)       Pemakaian tanda atau simbolisasi.

2)      Kekuatan kehendak yang disebut kemauan.

Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang


berhubungan dengan suatu pilihan diantara berbagai alternative. Tindakan
memilih ini oleh John Locke disebut dengan istilah “volition”. Volition dapat
terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi
kemauan adalah kekuatan untuk memilih. Kemauan itu bukan keinginan.
Keinginan adalah ide refleksif yang melibatkan sesuatu keadaan di masa
mendatang, sedangkan Kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu
keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun kemauan tidak sama
dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu berarti
kita memilih diantara dua keinginan atau lebih.[1]
Kekuatan kejiwaan manusia menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
ada lima yang terdiri dari lima kekuatan jiwa manusia yaitu, :

1. Penginderaan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan


organ-organ indera.
2. Perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan
3. Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak
senang, cocok atau tidak cocok, setuju atau tidak setuju.
4. Kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan.
Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide,
memiliki dua kapasitas yaitu pertama, kapasitas penalaran indera yang
disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang
benda tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila
dengan akal sehat menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap
benda yang sejenis dapat dimasukkan kedalam ide umum itu.[2]
B. AKTIVITAS-AKTIVITAS KEJIWAAN MANUSIA
PENGAMATAN
Pengamatan merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada
di sekitar kita dengan menggunakan alat indera kita. Dengan kehendak-Nya,
Allah membekali manusia dan hewan dengan segala keperluan dan fungsi
yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan hidupnya.

Panca indera dimiliki baik oleh manusia maupun hewan. Namun, Allah
menganugerahi manusia dengan suatu fungsi lainnya yang sangat penting
dan membedakannya dari hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan
akal budi, manusia mampu meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal
yang bisa diindera. Dengan akal budi pulalah manusia mampu menjadikan
keindahan penciptaan alam semesta seluruhnya dan penciptaan manusia
sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.[3]
Manusia memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam
lingkungannya. Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan atau tanggapan.
Proses berfungsinya alat indra terhadap sesuatu akan mengenai indra
manusia. Karena manusia itu merupakan makhluk yang aktif maka manusia
terhadap situasi lingkungan itu bersifat responsibel. Manusia secara normal
akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi
kebutuhannya secara sadar  maupun secara tidak sadar. Makin baik daya
reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak memiliki kesan
(tanggapan).[4]
TANGGAPAN
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan
sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak
lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses
pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja,
peristiwa demikian ini disebut tanggapan.

Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila


tanggapan tersebut ada di bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu
saat bisa disadarkan kembali. Sedang tanggapan disebut “aktual”, apabila
tanggapan tersbut kita sadari.[5]
Proses Tanggapan

1. Penghayatan (terutama pengamatan) itu meninggalkan bekas atau


kesan gambaran di dalam jiwa kita
2. Gambaran (bekas atau kesan) yang ditinggalkan oleh penghayatan itu
disebut proses pengiring
3. Gambaran penghayatan itu masih dapat kita bayangkan di dalam jiwa
kita
4. Sebagai akibat dari penghayatan itu, tinggallah di dalam jiwa kita
suatu kesan yang mengingatkan kita pada pengamatan tadi. Gambaran
tersebut dalam psikologi disebut Tanggapan.[6]
Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:

1. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan


tidak terikat waktu dan tempat.
2. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek
tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3. Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak
perlu ada rangsangan.
4. Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat
imaginer.[7
FANTASI
1. Definisi Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta  tanggapan-
tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.[8] Fantasi
sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
(1)   Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan
menyadarinya akan menyadarinya. Hal ini banyak ditemukan pada seorang
pelukis, pemahat atau

(2)    Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah
dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-
anak.[9]
1. Jenis Fantasi:
a)      Fantasi Mencipta
Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri, tanpa bantuan
orang lain atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Fantasi
macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan
para ilmuwan.

b)      Fantasi Tuntunan atau Terpimpin

Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain.
Dalam hal ini misalnya kalau kita sedang membaca buku, kita mengikuti
pengarang buku itu dalam ceritanya.[10]
1. Fungsi Pokok Fantasi
(1)   Fantasi mengh-abstrahir (mengabstraksi)

Fantasi dengan menyaring atau memisahkan sifat-sifat tertentu dari


tanggapan yang sudah ada. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun
pasir, maka dalam berfantasi, dibayangkan dengan seperti lapangan tanpa
pohon-pohon disekitarnya dan tanahnya malulu pasir semua bukan rumput.

(2)   Fantasi Mengkombinir

Fantasi dengan mengabungkan dua atau lebih tanggapan-tanggapan yang


sudah ada, disusun menjadi satu tanggapan baru. Misalnya: Tanggapan
badan singa + kepala manusia =Spinx di kota Mesir

(3)  Fantasi Mendeterninir

Fantasi dimana tanggapan lama dilengkapi, disempurnakan dan


mendapatkan ketentuan yang lebih jelas dan terbatas sehingga tercipta
tanggapan baru. Misalnya anak belum pernah melihat harimau namun sudah
mengenal kucing. Dalam berfantasi harimau, bayangannya seperti kucing,
tapi bentuknya besar.[11]
Bedanya dengan berfikir ialah:

(1)   Dengan berfikir kita berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah
ada tetapi belum diketahui, dengan berfantasi kita menciptakan sesuatu
yang belum ada, sesuatu yang baru.

(2)   Berfikir terikat pada realitas, berfantasi melepaskan kita dari realitas.
[12]
INGATAN
Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi
yang pernah diterima dalam kesadaran.[13]
Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan
kita.
1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:
(1)   Sifat perseorangan

(2)   Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar atau lingkungan, keadaan
jasmani)

(3)   Keadaan jiwa kita (kemauan, perasaan).

(4)   Umur kita.

1. Macam-Macam Ingatan:
(1)   Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-
kesan pengindraan.

(2)   Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan
yang mengandung pengertian.[14]
BERFIKIR
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh
informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial
and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005).

Proses menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik


informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman)
biasa disebut “berfikir”. Berfikir adalah media untuk menambah
perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya,
orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.

Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan


pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang
dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan,
mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa,
bagaimana, dimana dan lain sebagainya.[15]
Hal-hal yang berhubungan dengan berfikir:

1. Pengertian
Ialah hasil proses berfikir yang merangkum sebagian dari kenyataan yang
dinyatakan dengan satu perkataan. Dalam hal ini misalnya pengertian
“sepeda” merangkum segala jenissepeda yang kita ketahui, dan kita
menyatakannya dengan satu  perkataan yaitu “sepeda”.[16]
REPORT THIS AD

Pengertian itu dibagi menjadi pengertian konkrit dan pengertian abstrak.


Pengertian konkrit misalnya: kursi, meja, pisau. Sedang pengertian abstrak
misalnya: indah, cantik, jujur dan sebagainya.

Dalam psikology, pengertian dibedakan dalam dua jenis, yaitu:[17]


1)     Pengertian Pengalaman
Ialah pengertian yang kita peroleh dari pengalaman dan timbul dalam
pergaulan hidup sehari-hari.

2)     Pengertian Logis

Ialah pengertian yang kita peroleh, dibentuk dengan jalan berfikir secara
sadar, sengaja dan teratur. Biasanya digunakan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan.

Adapun cara membentuk pengertian logis yaitu melalui tingkatan-tingkatan


berikut ini:

a)      Analysa        : menyelidiki sifat-sifat

b)      Komparasi   : membandingkan sifat-sifat itu

c)      Abstraksi     : mengambil sari yang hakiki dari benda-benda

d)     Definisi        : menentukan batasan

1. Keputusan
Perhatikan ucapan berikut ini: Rumah itu megah. Bunga itu harum. Kopi itu
lezat rasanya.

Dalam ilmu jiwa, ucapan-ucapan yang demikian itu dinamakan keputusan.


Keputusan itu menentukan sangkut paut (hubungan) dengan bantuan
bahasa. Jadi “memutuskan” itu ialah suatu perbuatan berfikir.

1. Kesimpulan
Ialah keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang lain. Jadi,
kesimpulan adalah keputusan yang spesifik.

Macam-macam kesimpulan:

1)     Kesimpulan induksi: kesimpulan yang diambil dan dimulai dari


kenyataan-kenyataan yang khusus dan tiba pada kaidah-kaidah yang umum.

2)     Kesimpulan deduksi: kesimpulan yang diambil, dimulai dari kenyataan


atau kaidah-kaidah yang umum menuju kenyataan-kenyataan khusus.

3)     Kesimpulan analogi: kesimpulan yang diambil dengan cara


membandingkan hal-hal yang baru dengan hal-hal lama yang telah
diketahui. Kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.

BERFIKIR ASOSIATIF
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan
proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respond. Perlu
diingat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang
benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan hasil
belajar. Sebagai contoh: siswa yang mampu menjelaskan arti penting
tanggal 12 Rabiul Awwal. Kemampuan siswa tersebut dalam
mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan hari ulang tahun Nabi
Muhammad SAW hanya bisa didapat apabila ia telah mempelajari riwayat
hidup beliau.[18]
INTELIGENSI
Definisi Intelegensi

Menurut W.Stern, inteligensi ialah kesanggupan jiwa untuk dapat


menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.

REPORT THIS AD

Menurut V. Hees inteligensi ialah sifat kecerdasan jiwa.

Menurut arah atau hasilnya, Inteligensi ada dua macam:

(1)   Inteligensi praktis, ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi
yang sulit dalam suatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat.

(2)   Inteligensi Teoritis, ialah inteligensi untuk dapat mendapatkan suatu


pikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi inteligensi

1. Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak
lahir, dan yang tidak sama pada setiap orang.
2. Kemasakan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang
kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya.
3. Pembentukan, ialah segala factor luar yang mempengaruhi inteligensi
di masa perkembangannya.
4. Minat, ialah inilah merupakan motor penggerak dari inteligensi kita.
PERASAAN
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang
atau tidak senang dalam berbagai taraf .[19]
Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan
yang dialami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan
peristiwa mengenal dan bersifat subjektif . [20]
Menurut Prof. Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak
senang.[21]
Perasaan seperti halnya emosi yaitu merupakan suasana batin atau suasana
hati yang membentuk kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung
yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling
negative yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau
tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau tegang dll., timbul karena
adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi
sesaat dari individu da membangkitkan sutu perasaan. Intesitas perasaan
yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau
lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan.
Oleh karena itu perasaan sangat bersifat subjektif dan temporer artinya
persaan antara orang dengan orang lain berbeda-beda.

Meskipun perasaan itu bersifat subjektif dan temporer, namun perasaan-


perasaan tertentu muncul dari suatu kebiasaan seperti contoh; orang
Padang senang masakaan rendang yang pedas, orang Yogya senang gudeg
yang manis, orang Sunda senang sayur asam dan lalap sambal.[22]
KEMAUAN/KEHENDAK
Yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu dan merupakan kekuatan
dari dalam. Dalam mengenai gejala ini perlu memahami pula arti sebagai
berikut.

Dorongan: suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung secara tak disadari.

Dorongan untuk mencapai syarat hidup tertentu disebut tropisme. Dorongan


hidup yang bekerja tanpa disadari disebut otomatisme.

Semua dorongan manusia itu berpangkal pada 3 macam dorongan:

1. Dorongan mempertahankan diri.


2. Dorongan mempertahankan jenis.
3. Dorongan mengembangkan diri.
REPORT THIS AD

Proses kemauan yang memilih dan menentukan disebut keputusan hati.


Proses kemauan sampai pada tindakan (perbuatan) itu melalui beberapa
tingkat.

1. Motif (alasan, dasar, pendorong)


2. Perjuangan motif, sebelum mengambil keputusan itu sebenarnya
dalam batin sudah ada motif yang bersifat luhur dan rendah.
3. Keputusan, kita mengadakan pemilihan antara motif.[23]
GEJALA JIWA CAMPURAN
Yang termasuk gejala jiwa campuran yaitu:

1. Perhatian
2. Kelelahan
3. Sugesti/saran.
Menurut LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan satu menjadi
gejala jiwa campuran.

Karena:

1. Gejala jiwa ini tidak dapat dimasukkan kedalam gejala-gejalajiwa yang


sudah kita pelajari.
2. Karena pernyataan jiwa ini merupakan campuran dari ketiga-tiganya.
Pemisahan ini hanya bertujuan agar mudah cara mempelajarinya.

1. Perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap


pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang lain.
2. Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa,
yang sudah mempergunakan kekuatan secara maksimal.
3. Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud
tertentu sehingga pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya,
tanpa dengan pemikiran atau pertimbangan.[24]
REPORT THIS AD

1. PERHATIAN
Definisi Perhatian

Menurut para ahli psikologi ada dua macam definisi, yaitu:

1. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek.


(lihat Stern, 1950, p.653, dan Bigot, 1950, hlm. 163)
2. Perhatian adalah banyak sedikitnnnya kesadaran yang menyertai
sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Macam-Macam Perhatian

1. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang


menyertai sesuatu aktivitaas atau pengalaman batin, maka dibedakan
menjadi:
(1)Perhatian intensif dan

(2)Perhatian tidak intensif.

Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman


batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam hubungannya dengan
hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang
hasilnya memberi kesimpulan, bahwa tidak mungkin melakukan dua
aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang insentif. Kecuali itu
ternyata pula bahwa makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas
akan makin sukseslah aktivitas itu.

1. Atas dasar cara timbulnya, Perhatian dibedakan menjadi:


(1)   Perhatian spontan (Perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja)

(2)   Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif).

REPORT THIS AD

Perhatian jenis yang pertama timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa


usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis kedua timbul karena
usaha, dengan kehendak.

1. Atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian, Perhatian dibedakan


menjadi:
(1)   Perhatian terpencar (distributif)

(2)   Perhatian terpusat (konsentratif).

Hal-hal yang Menarik Perhatian

1. Dipandang dari segi obyek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang
menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau
dikatakan secara sederhana “hal yang menarik perhatian adalah hal yang
lain dari lain-lainnya”. Kelainan atau perbedaan dari yang lain ini dapat
bermacam-macam, misalnya:
(1)   Dalam sebuah barisan salah seorang di antara yang berbaris itu
memakai baju merah, sedang yang lain-lainnya berbaju putih, maka si baju
merahitu tentu menarik perhatian.

(2)   Dalam suatu pertempuran hampir semua tamu telah duduk kecuali
seorang yang masih mondar-madir, maka yang mondar-mandir itu menarik
perhatian.[25
2. KELELAHAN
1. Kelelahan Jasmani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja jasmani
2. Kelelahan Rohani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kegiatan
rohani.
Mengingat hal tersebut maka dalam pengajaran:

 Harus menarik perhatian


 Harus disusun daftar pelajaran yang didasarkan kelelahan anak.
 Sikap guru harus menyenangkan para siswa.
REPORT THIS AD

Berilah hadiah kepada anak yang sudah lelah jasmani dan rohaninya.
3. SARAN (Sugesti)
Memberikan pengaruh kepada seseorang, sehingga orang tersebut
mengikutinya.

Orang yang sudah kena pengaruh disebut: suggestible. Sedang orang yang


pandai memberikan pengaruh disebut: sugestif.
Cara-cara memberi sugesti:

1. Dengan memuji/membujuk.
2. Dengan menakut-nakuti orang yang disugesti.
3. Dengan menunjukkan kelemahannya.
Alat-alat sugesti ialah:

1. Pandangan mata.
2. Dengan suara/kata-kata.
3. Dengan gambar-gambar
4. Dengan semboyan-semboyan.[26]

[1] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin


Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), Hal 10-13.
[2] DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:
Alfabeta, 2005) Hlm. 123.
[3]  M.Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. (Yogyakarta:
SJ Press, 2009)  Hlm. 26-27
[4] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008), Cet-2, Hlm. 22.
[5]  Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
[6]  M. Ishom Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 56
[7]  Abu Ahmadi, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) Hlm. 69
[8] M.Ishom Ahmadi, Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah, (Yogyakarta: SJ
Press, 2009) Hlm. 70
[9] Abu Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 81
[10] M.Ishom Ahmadi, Op-Cit., Hlm. 70
[11] Ibid,.  Hlm. 70
[12] Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Hlm. 81
[13] Syaifuddin Azwar, Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2002) Cet-3, Hlm. 29.
[14] Agus Sujatno, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,1993) Cet-9, Hlm.
41-42.
[15]  Abu Ahmadi, Op-Cit., Hlm. 83
[16]  M.Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”.
(Yogyakarta: SJ Press, 2009) Hlm. 87
[17]  Ibid,. Hlm. 88-89
[18] Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003) Hlm. 122.
[19] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Graha
Persada, 2006) Hlm.66
[20] Abu Ahmadi dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1992) Hlm. 59
[21] Agus Sujanto, Psikologi Umum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1979) Hlm. 75
[22] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosda karya, Hlm. 78.
[23] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Op-Cit.,Hlm.40
[24] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Ibid., Hlm, 40-41.
[25] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja GRafindo
Persada, 1998), Cet-8, Hlm. 13-17.
[26] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Op-Cit., Hlm, 42-43.
 

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Ahmadi, Abu ,Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Ahmadi, Abu, dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1992.
Ahmadi, Abu,Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008, Cet-2.
Ahmadi, M.Ishom, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. Yogyakarta: SJ
Press, 2009
Azwar, Syaifuddin, Psikologi Inteligensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Sagala, Syaiful, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta,
2005
Soemanto, Wasty ,Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990
Sujatno, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara,1993. Cet-9.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja GRafindo Persada,
1998, Cet-8.Suryabrata, Sumardi Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo
Graha Persada, 2006.
Syah, Muhibbin M.Ed, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
http://muhammadmahfudznasir.blogspot.com/2016/06/sifathakikat-kejiwaan-manusia-dalam.html

Rabu, 08 Juni 2016

SIFATHAKIKAT KEJIWAAN MANUSIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI KHUSUSNYA DALAM


PROSES PEMBELAJARAN
SIFATHAKIKAT KEJIWAAN MANUSIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI
KHUSUSNYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Pesikologi Belajar PAI
Dosen Pembimbing: Ibu. Eka Suci Indria Sari M.Pd.I

Kelas               : F

Semester          : II

Di Susun oleh:

M.Mahfudz Nasir       : 1511010297

Yoga Pratama             : 1511010396


M.Aditya Rizaldi        :1511010296

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKANAGAMA ISLAM 


INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERIRADEN  INTAN LAMPUNG2015-2016
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam bentuk
tingkah laku dan aktivitas manusia. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh
manusia dan manusia mangadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya. Jelas sekali bahwa di
sini manusia merupakan sasaran utama pendidikan, pendidikan bermaksud membantu peserta didik
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.

Perilaku  manusia  akan lebih  mudah  dipahami  jika  kita  juga  memahami  proses  mental 
yang  mendasari perilaku tersebut. Demikian juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika 
kita  memahami  proses  mental  yang  mendasari  perilaku  siswa tersebut. Mengingat pentingnya
pemahaman tentang proses  mental tersebut,  maka dalam  bab  Ini  akan  dijelaskan  beberapa 
akfivitas  atau  proses  mental  yang  umum terjadi  pada  manusia,  khususnya  yang  berkaitan  dengan 
proses  belajar  mengajar.
Proses mental juga sering disebut dengan gejala jiwa.

B.Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian sifat dan dan hakikat kejiwaan manusia?

2.      Apa saja macam-macam gejala atau aktvitas manusia?

3.      Apa pengertian kognsi,emosi dan konasi?

C. TujuanMasalah

1.      Mengertitentang sifat dan hakikat manusia.

2.      Mengetahui macam-macam gejala atau aktivitas manusia.

3.      Memahami pengertian dari kognisi emosi dan konasi.

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahma,taufik,serta
hidayahnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’SifatHakikat Kejiwaan
Manusia Dalam Kehiduan Sehari-Hari Khususnya Dalam Proses Belajar‘’. Makalah ini di susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah’’Psikologi Belajar PAI’’.

            Demikian pengantar yang dapat  penulis sampaikan,di mana penulis pun sadar bahwasanya
penulis hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkangkan kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT.Sehinngga dalam penulisan dan penyusunan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, Kritik dan saran yang kontruktif dan senantiasa penulis terima dalam upaya evaluasi
diri.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap bahwa di balik tidak kesempurnaan penulis dan penyusunan
makalah ini dapat di temukan sesuatu yang bisa memberikan manfaat dan hikmah bagi penulis,pembaca
dan bagi seluruh mahasiswa mahasiswa institute agama islam negeri raden intan lampung

Amin amin amin ya mujibassailin


                                                  Bandar lampung, 2 Maret 2016

                                                                      penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latarbelakang....................................................................................... 1

B.     Rumusanmasalah.................................................................................. 1

C.     Tujuanmasalah...................................................................................... 1

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN SIFAT DAN HAKIKAT KEJIWAAN MANUSIA 2

B.     MACAM-MACAM GEJALA ATAU AKTIVITAS MANUSIA

 YANG MELIPUTI KOGNISI EMOSI DAN KONASI.................. 3

a.       Gejalajiwakognisi........................................................................... 3

b.      Gejalajiwakognasi........................................................................... 6

c.       Gejalajiwaemosi.............................................................................. 9
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN  SIFAT DAN HAKIKAT KEJIWAAN MANUSIA

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan
aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek.
Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:

1) Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat initelah membuat manusia tumbuh secara alami dengan
prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya.
2) Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan
internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan
menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3) Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat
membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat
intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat
intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.

Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas


kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada
makhluk-makhluk lain.

Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan, bahwa jiwa
manusia terdiri atas tiga kekuatan, yaitu:

1)      Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian
jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal,
manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu
memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2)      Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan untuk
menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif
gagasan.

3)      Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri
manusia, nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan
merugikan.

B. MACAM-MACAM GEJALA ATAU AKTIVITAS MANUSIA YANG MELIPUTI KOGNISI,EMOSI DAN KONASI
BESERTA PENGERTIANYA

a.  Gejala Jiwa Kognisi (pengenalan)

Istilah cognitive berasal  dari  kata cognition yang  padanan  katanya knowing,  berarti 
mengetahui.  Dalam  arti  luas,  cognition  (kognisi)  ialah perolehan,  penataan,  dan  penggunaan 
pengetahuan.  Dalam  perkembangan selanjutnya,  istilah  kognitif  menjadi  populer  sebagai  salah 
satu  domain  atau wilayah/ ranah psikologis manusia  yang meliputi setiap peilaku mental  yang
berhubungan  dengan  pemahaman,  pertimbangan,  pengolahan  informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan.[1]

1.            Pengamatan

Pengamatan merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada  di  sekitar  kita 
dengan  menggunakan  alat  indera  kita. Panca  indera dimiliki  baik  oleh  manusia  maupun  hewan. 
Namun,  Allah  menganugerahi manusia  dengan  suatu  fungsi  lainnya  yang  sangat  penting  dan
membedakannya dari hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan akal budi, manusia mampu
meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal yang bisa  diindera.  Dengan  akal  budi  pulalah 
manusia  mampu  menjadikan keindahan  penciptaan  alam  semesta  seluruhnya  dan  penciptaan 
manusia sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.[2]

Proses Pengamatan

a.       Harus ada perhatian yang ditujukan kepada perangsang

b.      Ada perangsang yang mengenai alat indera kita

c.       Ada alat indera yang menangkap perangsang

d.      Ada urat syaraf yang membawa perangsang ke otak

e.       Ada otak yang menyadarinya.[3]

2.  Tanggapan

Tanggapan  sebagai  salah  satu  fungsi  jiwa  yang  pokok,  dapat diartikan  sebagai  gambaran 
ingatan  dari  pengamatan,  ketika  objek  yang diamati  tidak lagi  berada  dalam  ruang  dan waktu 
pengamatan.  Jadi,  jika proses  pengamatan  sudah  berhenti,  dan  hanya  tinggal  kesan-kesannya  saja,
peristiwa demikian ini disebut tanggapan.

Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di
bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa  disadarkan  kembali.  Sedang  tanggapan 
disebut  “aktual”,  apabila tanggapan tersbut kita sadari.[4]

Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:

1.      Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.

2.      Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.

3.      Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.

4.      Pengmatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.[5]

2.    Fantasi

              Fantasi  adalah  daya  jiwa  untuk  membentuk  atau  mencipta tanggapan-tanggapan baru
dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.[6]

a.       Fantasi Mencipta

Fantasi  yang  terjadi  atas  inisiatif  atau  kehendak  sendiri,  tanpa bantuan  orang lain  atau 
jenis  fantasi  yang  mampu  menciptakan  hal-hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki
oleh para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.

b.      Fantasi Tuntunan atau Terpimpin                              

Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain.  Dalam  hal  ini 
misalnya  kalau  kita  sedang  membaca  buku,  kita mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.[7]

4.      Daya Ingatan

  Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan.

Sifat-Sifat Ingatan

            Sifat  Daya  ingatan  itu  tidak  sama  pada  tiap  orang,  oleh karena  itu, sifat daya ingatan
dibedakan menjadi:

1.  Ingatan  yang  mudah  dan  cepat:  orang  yang  memiliki  daya  ingatan inidnegan cepat dan mudah
menyimpan dan mencamkan kesan-kesan.
2.   Ingatan yang luas dan teguh: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang
luas

3.   Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, tetap sebagimana waktu
menerimanya.

4.   Ingatan  yang  patuh:  kesan-kesan  yang  telah  dicamkan  dan  disimpan  itu dengan cepat dapat
direprodusir.

5.      Berfikir

            Proses  menerima,  menyimpan,  dan  mengolah  kembali  informasi, (baik  informasi  yang 
didapat  lewat  pendengaran,  penglihatan  atau penciuman) biasa disebut "berfikir". Berfikir adalah
media untuk menambah perbendaharaan/khazanah  otak  manusia.  Manusia  memikirkan  dirinya,
orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.

Dalam  berfikir,  seseorang  menghubungkan  pengertian  satu  dengan pengertian lainnya  dalam 
rangka  mendapatkan  pemecahan  persoalan  yang dihadapi.  Dalam  pemecahan  persoalan,  individu 
membeda-bedakan, mempersatukan  dan  berusaha  menjawab  pertanyaan,  mengapa,  untuk  apa,
bagaimana, dimana dan lain sebagainya.

Hal-hal yang berhubungan dengan berfikir:

a.       Pengertian

b.      Keputusan

c.       Kesimpulan

6.      Intelligensi

Intelligensi  ialah  kesanggupan  rohani  untuk  menyesuaikan  diri kepada situasi  yang baru
dengan menggunakan berfikir menurut tujuannya. Kapankah  seseorang  dikatakan  berbuat  intelligen? 
Seseorang  dapat dikatakan  berbuat  intelligen  kalau  dalam  situasi  tertentu,  ia  dapat  berbuat
dengan  cara-cara  yang  tepat.  Artinya,  ia  dapat  memecahkan  kesulitan-kesulitan,  soal-soal  yang 
terdapat  dalam  situasi  itu.  Dengan  kata  lain,  ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru itu.
[8]

b.  Gejala JiwaKonasi (Kemauan)

Kemauanataukehendakialahsuatufungsijiwauntukmencapaisesuatu,
kehendakinikekuatandaridalamdantampakdariluarsebagaigerakgerik.[9], dapat diartikan  aktifitas  psikis 
yang  mengandung  usaha  aktif  dan  berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah
titik akhir dari gerkana yang menuju suatu arah. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu
tujuan-tujuan mana, harus diartikan dalam suatu hubungan.

            Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau  hasrat.  Kehendak 
isalah  suatu  fungsi  jiwa  untuk  dapat  mencari  sesuatu. Kehendak  ini  merupakan  kekuatandari 
dalam.  Dan  tampak  dari  luar  sebagai gerak-gerik.[10]

Dalam  berfungsinya  kehendak  ini  bertautan  dengan  pikiran  dan perasaan. Untuk dapat
mempelajarinya dibagi atas:

a.       Dorongan 

b.      Keinginann

c.       Hasrat

d.      Kecenderungan

e.       Hawa nafsu

f.       Kemauan

Proses  kemauan  untuk  mencapai  proses  tindakan  biasanya  melalui bebrapa tingkat, ialah:

a.       Motif (alasan, dasra, dan pendorong)

b.      Perjuangan  motif.  Sebelum  mengambil  keputusan,  pada  batin  biasanya  ada beberapa  motif,  yang 
bersifat  luhur  dan  rendah.  Disisni  nerlangsung  suatu pemilihan.

c.    Keputusan.  Inilah  yang  sangat  penting.  Disini  kita  mengadakan  pemilihan antara motif-motif
tersebutdan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak  mungkin  kita  punya  macam-macam 
keinginan  dan  pada  waktu  yang sama.

d.   Perbuatan  kemauan.  Kalau  sudah  mengambil  keptusan,  maka  bertindak sesuai dengan keputusan
yang diambil. Tetapi itu sering sangat sukar.

1.            Hasrat yang berupsat pada kejasmanian

Gejala  hasrat  ini  berhubungan  dengan  gerak  dan  perbuatan  yang berpusat  pada  kejasmanian.  Di 
antara gejala  hasrat  ini  ada  yang  terdapat pada tumbuh-tumbuhan, binatang pada manusia.

a. Tropisme

  Adanya  peristiwa  yang  menyebabkan  timbulnya  gerak  ke  suatu arah  tertentu.
b.Refleks

Reflek adalah  gerak reaksi  yang tak disadari terhadap perangsang. Reflek  ini  dihubungka  dengan 
konasi  yang  rendah  tingkatannya,  maka refleks boleh dikatakan hgerak refleks, hukum perbuatan
refleks.

c. Insting

Yaitu  kemampuan  berbuat  tertentu  yang  dibawa  sejak  lahir  yaitu tertuju pada pemuasan dorongan-
dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain,  disebut  insting.  Instink  ini  terdapat  pada  hewan  dan 
juga  mansia, namun fungsi peranananya tidak sama.

d.Automatisme

Gejala-gejala  yang  menimbulkan  gerak-gerak  terselenggara  denga sendirinya, disebut autmatisme.

e. Kebiasaan

Gerak  perbuatan  yang  berjalan  dnegan  lancar  dan  seolah-olah berjalan dengan sendirinya, disebut
dengan kebiasaan.

f. Nafsu

Dorongan  yang  terdapat  pada  tiap-tiap  manusia  dan  memberi kekuataan  bertindak  untuk 
memenuhi  kebuthan  hidup  tertentu,  disebut nafsu.

g. Keinginan

Nafsu  yang  mempunyai  arah  tertentu  dan  tuuan  tertentu  disebut keinginan.  Kalau  dorongan 
sudah  menuju  ke  arah  tujuan  yang nyata/konngkrit dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi
dorongan keras dan terarah pada suatu objek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan.

h. Kecenderungan (tendency)

Keinginan-keingina  yang  sering  munculatau  timbul  disebut kecenderungan.  Kecenderungan  sama 


dengan  kecondongan. Kecenderungan Dapat menimbulkan dasra kegemaran terhadap sesuatu.

i. Hawa Nafsu

Kecenderungan atau keinginan yang snagt kuat dan mendesak yang sedikit-sedikit  ynag 
memepengaruhi  jiwa seseorang  disebut  hawa  nafsu.

j. Kemauan

Kemauan  adalah  dorongan  dari  dlamyang  lebih  tinggi  tingkatannya daripada  instink,  refleks, 
automatisme,  kebiasaan,  nafsu,  keinginan, kecenderungan  dan  hawa  nafsu,  sekali  lagi  ditandaskan 
bahwa kemauan hanya terdapat pada manusia saja.
c.   Gejala JiwaEmosi (Perasaan )

perasaanadalahsuatupernyataanjiwa, yang sedikitbanyakbersifatsubyektifuntukmerasakan.


Perasaan  termasuk  gejala  jiwa  yang  dimiliki  oleh  semua  orang  dan tingkatannya tidak sama.
Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian, perasaan sering juga berhubungan
dengan gejala mengenal.

Jenis-Jenis Perasaan:

1.  Perasaan-perasaan  jasmaniyah:  jenis  perasaan  ini  sering  pula  disebut perasaan tingkat rendah yang
terbagi sebagai berikut:

a)Perasaan  sensoris:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan stimulus terhadap indra, misalnya:
dingin, hangat, pahit, asam dan sebagainya.

b)Perasaan  vital:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan  kondisi jasmani  pada  umumnya, 
misalnya  lelah,  lesu,  lemah,  segar,  sehat dan sebagainya.[11]

2.   Perasaan-perasaan  rohaniah:  sering  pula  disebut  sebagai  perasaan  luhur (tingkat tinggi), yang terdiri
dari:

a)   Perasaan  intelektual:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan kesanggupan intelektual dalam
mengatasi suatu masalah, misalnya: senang  atau  puas  ketika  berhasil  (perasaan  intelektual  positif),
kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).

b)   Perasaan  kesusilaan  (etis):  yaitu  perasaan  yang  berhubungan dengan  baik-buruk  atau  norma, 
misalnya:  puas  ketika  mampu melakukan  hal  yang  baik,  atau  menyesal  ketika  melakukan  hal yang
tidak baik.

c)   Perasaan  estetis  (keindahan);  yaitu  perasaan yang  berhubungan dengan  penghayatan  dan  apresiasi 
tentang  sesuatu  yang  indah  tau tidak indah. Perasaan ini timbul jika seseorang mengamati sesuatu
yang  indah  atau  yang  jelek.  Yang  indah  menimbulkan  perasaan positif, yang jelek menimbulkan
perasaan yang negatif.

d)   Perasaan  sosial  (kemasyarakatan):  yaitu  perasaan  yang  cenderung untuk  mengikatkan  diri  dengan 
orang-orang  lain,  misalnya: perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa
simpati atau setia kawan dan sebagainya.

e)    Perasaan  harga diri:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan penghargaan  diri  seseorang, 
misalnya:  rasa  senang,  puas,  dan bangga  akibat  adanya pengakuan  dan  penghargaan  dari  orang 
lain atau sebaliknya.

f)    Perasaan  ketuhanan  (religius):  yaitu  perasaan  yang  berkaitan dengan  kekuasaan  dan  eksistensi 
dari  Tuhan.  Manusia  merupakan satu-satunya yang dianugrahkan perasaan ini oleh Tuhan. Perasaan
ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan mulia. Menurut  pandangan  filsafat 
ketuhanan  (theologi)  menusia  disebut “homo divinans” yaitu manusia senantiasa memilki kepercayaan
terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan
aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek.
Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:

1) Sifat biologis

2) Sifat hewani

3) Sifat intelektual

              Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas
kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada
makhluk-makhluk lain.

Dan dapat pula di simpulkan bahwa manusia memiliki gejala-gejala jiwa yang meliputi:

1.      Gejala pengenalan atau kognisi

2.      Gejala kehendak atau konasi

3.      Gejala perasaan atau emosi

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

Agus sujanto, Psikolog iUumum.(Jakarta:Bumi Aksara, 1993)

M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press, 2009)

Muhibbin Syah, "Psikologi Belajar", (Jakarta: Rajawali Press, 2009)


Wasti Soemanto, "Psikologi Pendidikan", (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)

[1] Muhibbin Syah, "Psikologi Belajar", (Jakarta: Rajawali Press, 2009) h. 22

[2]M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press, 2009) h. 26-27

[3]M.Ishom Ahmadi, Op-Cit,. h. 29

[4]Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 68

[5]Abu Ahmadi, Op-Cit,. h. 69

[6]Ibid,. h. 70

[7]M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,

2009) h. 70

[8]M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press, 2009) h. 91

[9]Agussujanto, PsikologiUumum.(Jakarta:BumiAksara, 1993) hal.84

[10]Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 112

[11]Wasti Soemanto, "Psikologi Pendidikan", (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 38

di Juni 08, 2016 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


tsu-basith.blogspot.com/2012/09/sifat-dan-hakekat-kejiwaan-manusia.html

Sifat dan hakekat kejiwaan


manusia
September 19, 2012

SIFAT DAN HAKIKAT KEJIWAAN MANUSIA


1.    Komponen Sifat dan kejiwaan Manusia

Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta


aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah
laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-makhluk lain.

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang
menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf
pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia
mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:

a.    Sifat tumbuh-tumbuhan, adalah salah satu sifat yang menjadikan manusia tumbuh secara
alami dalam lingkunganya berdasarkan prinsip-prinsip biologis. Sifat ini didukung oleh
syaraf pertumbuhan

b.    Sifat hewani, yaitu sifat yang mendorong manusia berkeinginan untuk mencari
keseimbangan hidup. Melalui inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-
keinginanya. Hal ini disebabkan adanya perasaan di dalam jiwa manusia.

c.    Sifat intelektual, yaitu sifat yang mampu membedakan baik atau buruknya suatu obyek,
dan dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang
membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini,
manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara


prinsipil membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan
banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.

Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakanmanusia itu Zoon Politicon


(hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das
Kranke Tier (hewan yang sakit)[1] yang selalu gelisah dan bermasalah.

Secara garis besar, wujud sifat hakikat manusia dibagi menjadi delapan, yaitu :

a.    Kemampuan menyadari diri. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik
diri. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan
makhluk lainnya.

b.    Kemampuan bereksistensi. Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan


diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan
menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Dengan
kata lain, adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan dikandang dan tumbuh-
tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi.

c.    Kata hati (Consecience Of Man), adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang
baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Kata hati disebut pula
hati nurani, pelita hati, dan sebagainya.

d.    Moral, disebut sebagai etika.

e.    Tanggung jawab.

f.      Rasa Kebebasan/merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai
dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu
kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat
manusia.

g.    Kewajiban dan hak. Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.
Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi
kewajiban

h.    Kemampuan Menghayati Kebahagiaan.

2.    Kekuatan dalam Jiwa Manusia

Akal adalah gudang dan pengembang pengetahuan. Menurut John Locke (1632-
1704), Akal mempunyai kekuatan-kekuatan vital untuk mengembangkan diri. Ada dua
kekuatan akal manusia yaitu:

a.    Kekuatan berpikir

Kekuatan berfikir disebut pula sebagai pengertian. Menurut John Locke, segala
peristiwa yang terjadi dalam akal dapat dikenal dan dikehendaki oleh manusia.
Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan yang mencakup kegiatan
mengindera, mengenal, menalar dan meyakini. Mengamati adalah memasukkan ide-ide
dan konsep-konsep dari luar diri manusia kedalam kesadaran dengan menggunakan
berbagai macam cara. Pengertian memerlukan keterlibatan daripada enam kekuatan
manusia, yang meliputi:

1)    Mengamati/pengamatan,

2)    Mengingat/ingatan,

3)    Imajinasi,

4)    Kombinasi aktivitet psikis,

5)    Abstraksi/pikiran, dan

6)    Pemakaian tanda atau simbolisasi.

b.    Kekuatan kehendak.

Manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang berhubungan dengan


suatu pilihan diantara berbagai alternative. Ada dua hal yang harus dibedakan, yaitu
antara kemauan dengan keinginan. Kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu
keadaan atau tindakan di masa sekarang. Sedangkan keinginan adalah ide refleksif yang
melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang. Meskipun kemauan tidak sama dengan
keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Adanya kemauan, karena menentukan
pilihan diantara dua keinginan atau lebih[2].

Plato (428-348 SM) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga
kekuatan, yaitu:
a.    Akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran
dan kesalahan. Dengan akal, manusia mampu menentukan arah dan pijakan untuk
melangkah mencari kebenaran dan jalan terang dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Misalnya mengetahui bahwa psikologi pendidikan adalah mata kuliah yang
menyenangkan.

b.    Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh
akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan. Spirit merupakan kekuatan
penggerak kehidupan pribadi manusia. Misalnya rasa senang terhadap psikologi
pendidikan menjadikan sebuah keinginan untuk mempelajarinya.

c.    Nafsu, merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri manusia, yang terbentuk dari
segenap keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan dengan fungsi-fungsi
jasmaniah. Misalnya usaha mengikuti perkuliahan psikologi pendidikan yang didasari
keinginan untuk mempelajarinya.

Sedangkan Jean Jacques Rousseau (1712-1778), mengemukakan bahwa kekuatan


jiwa manusia ada lima, yaitu;

a.    Penginderaan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan organ-organ


indera.

b.    Perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan

c.    Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau
tidak cocok, setuju atau tidak setuju.

d.    Kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan.

Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide,
memiliki dua kapasitas yaitu pertama, kapasitas penalaran indera yang
disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang benda
tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila dengan akal sehat
menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap benda yang sejenis dapat
dimasukkan kedalam ide umum itu[3].

3.    Aktivitas Kejiwaan Manusia

a.     Pengamatan

Mata merupakan indra penglihatan manusia yang berfungsi untuk mengamati


segala sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitar yang akan menciptakan adanya kesan
dan tanggapan. Manusia merupakan makhluk yang aktif dalam merespon segala situasi
lingkngan yang dilihatnya. Sehingga manusia secara normal akan selalu mencari objek-
objek dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar  maupun secara
tidak sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak
memiliki kesan (tanggapan)[4].
b.     Tanggapan

Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai
gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam
ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya
tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan. Misalnya sekilas
melihat Bapak Ka’anto, akan menimbulkan sebuah kesan seorang laki-laki, gagah,
berambut pendek, dan sebagainya.  

Tanggapan terbagi menjadi dua, yaitu;

1)    Tanggapan di bawah sadar, atau tidak disadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali
disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap)

2)    Tanggapan yang disadari disebut “aktual”[5].

c.      Fantasi

Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta  tanggapan-tanggapan


baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada[6]. Fantasi sebagai kemampuan jiwa
manusia dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu;

1)     Secara disadari, yaitu apabila fantasi terjadi secara sadar. Hal ini banyak ditemukan pada
seorang pelukis, dan pemahat.

2)     Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya.
Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak[7].

d.     Ingatan

Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang


pernah diterima dalam kesadaran[8].

Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:

1)    Sifat perseorangan

2)    Keadaan diluar jiwa (alam sekitar atau lingkungan, keadaan jasmani)

3)    Keadaan jiwa (kemauan, perasaan).

4)    Umur.

Macam-Macam Ingatan:

1)     Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan pengindraan.
2)     Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang mengandung
pengertian[9].

e.      Berfikir

Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh


informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error
secara intelektual.

Proses menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi


yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut “berfikir”.
Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia
memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.

Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian


lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam
pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha
menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya[10].

f.       Perasaan.

Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya


berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak
senang dalam berbagai taraf[11].

Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang


dialami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal
dan bersifat subjektif[12].

Menurut Prof. Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang[13].

Perasaan seperti halnya emosi yaitu merupakan suasana batin atau suasana hati
yang membentuk kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling
positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negative yaitu sangat tidak
senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega
atau tegang dll., timbul karena adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar
berbaur dengan kondisi sesaat dari individu da membangkitkan sutu perasaan. Intesitas
perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau
lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan. Oleh
karena itu perasaan sangat bersifat subjektif dan temporer artinya persaan antara orang
dengan orang lain berbeda-beda.

Meskipun perasaan itu bersifat subjektif dan temporer, namun perasaan-perasaan


tertentu muncul dari suatu kebiasaan seperti contoh; orang Padang senang masakaan
rendang yang pedas, orang Yogya senang gudeg yang manis, orang Sunda senang sayur
asam dan lalap sambal[14].
g.     Gejala Jiwa Campuran.

Yang termasuk gejala jiwa campuran yaitu:

1)  Perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian
dengan mengesampingkan yang lain.

2)  Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa, yang sudah
mempergunakan kekuatan secara maksimal.

3)  Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu sehingga
pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, tanpa dengan pemikiran atau
pertimbangan[15].

[1] Lois Leahy, Manusia Sebuah Misteri (Gramedia Utama : Jakarta, 1993),

hal.77

[2] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), Hal 10-13

[3] DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:

Alfabeta, 2005) Hlm. 123

[4] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2008), Cet-2, Hlm. 22.


[5] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68

[6] M.Ishom Ahmadi, Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah, (Yogyakarta: SJ

Press, 2009) Hlm. 70

[7] Abu Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 81

[8] Syaifuddin Azwar, Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002)

Cet-3, Hlm. 29.

[9] Agus Sujatno, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,1993) Cet-9, Hlm.

41-42.

[10] Abu Ahmadi, Op-Cit., Hlm. 83.

[11] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Graha

Persada, 2006) Hlm.66.

[12] Abu Ahmadi dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, (Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1992) Hlm. 59

[13] Agus Sujanto, Psikologi Umum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1979) Hlm. 75


[14] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,

Bandung: PT. Remaja Rosda karya, Hlm. 78

[15] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Ibid., Hlm, 40-41

Anda mungkin juga menyukai