Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Bioekologi mangrove
Mangrove merupakan tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara
laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut (Cooper, Harrison dan Ramm, 1995).
Habitat mangrove ditemukan pada daerah muara sungai dan air laut sehingga mangrove memiliki
peran untuk melindungi daratan dari gelombang air laut.. Menurut Irwanto (2006) sungai
mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh
air garam atau air payau.
Sistem perakaran mangrove pada umumnya menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan salah satu cara adaptasi terhadap keadaan tanah
yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Ekosistem hutan mangrove memberikan manfaat bagi
flora dan fauna. Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air,
menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-
lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk
partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (Spalding
dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).
Menurut Dirjen RRL Departemen Kehutanan (2006).komunitas tumbuhan mangrove di
Indonesia secara umum terdiri atas 47 jenis pohon, 5 jenis semak, 9 jenis herba, 9 jenis liana, 29
jenis efifit dan 2 jenis parasit Sejauh ini tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, yang
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit
dan 1 (satu) jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan
beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai
9 mangrove sejati, sementara jenis lain ditemukan di sekitar mangrove yang dikenal associate
mangrove.
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan,
air dan alam sekitarnya. Manfaat tersebut dapat ditinjau dari sisi fisik, biologi, maupun ekonomi..
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove
sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat, tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan
(spawning ground) bagi biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi
ekonominya antara lain penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan
penghasil bibit (Santoso dan Arifin, 1998).
2.2 Hutan Mangrove Desa Mojo, Kabupaten Pemalang
Menurut Purnawati dkk (2015) Kabupaten Pemalang sebagai salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah pesisir dengan panjang sekitar 35 km dan memiliki
luas mangrove sekitar 2.839,44 Ha. Sebagian hutan mangrove mengalami kerusakan. Seluas
mangrove yang mengalami kerusakan mencapai 453,38 Ha atau sekitar 16% dari luas yang ada.
Kecamatan Ulujami memiliki wilayah hutan mangove seluas 327 ha atau sebesar 40,18 % dari
luas total hutan mangove di Kabupaten Pemalang yaitu seluas 813,8 ha. Hutan mangrove Desa
Mojo sendiri pada tahun 2014 seluas 72 ha dengan luas lahan yang dijadikan area pertambakan
327 ha yang digunakan untuk budidaya ikan bandeng, udang vaname dan kepiting soka. Hutan
mangrove Desa mojo antara pertengahan tahun 1970-1990 di konversi untuk area pertambakan,
hutan mangrove yang tersisa hanya di bagian-bagian tertentu saja yang hanya mampu menahan
abrasi langsung dari arah pantai.

Anda mungkin juga menyukai