Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

Dosen MK : Ns. Iswanto Gobel, S.kep M.kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI:


JULIA PAPENDANG 1801055

NURAIDA YONAS 1801059

VEIBEI SANGKUNI 1801062

SANTI DAINGA 1801085

JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI NUSAUTARA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas perkenaanNya kami dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan luka
bakar.

Diucapkan terimakasih kepada dosen MK KMB II, yang telah memberikan


tugas dan tanggung jawab ini untuk kami selesaikan sehingga dapat menambah
wawasan kami baik sebagai penyusun maupun pembaca.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna kesempurnaan
Makalah ini.

Tahuna,16 maret 2020

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii
BAB I KONSEP TEORI
A. Definisi………………………………………………………… 1
B. Etiologi………………………………………………………… 1
C. Patofisiologi…………………………………………………… 1-2
D. Manifestasi Klinis……………………………………………… 2-3
E. Pemeriksaan penunjang………………………………………… 3
F. Penatalaksanaan ……………………………………………….. 3-4
BAB II PROSES KEPERAWATAN
A. Pengajian……………………………………………………… 5-7
B. Diagnosis Keperawatan……………………………………….. 7
C. Intervensi……………………………………………………… 7-12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 13

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. DEFINSI
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga oleh sebab
kontak dengan suhu rendah ( kapita selekta, 2000).
Luka bakar adalah respon kulit dan jaringan sub kutan terhadap trauma
suhu/termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang
tidakmerusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel. (At a
glance ilmu, bedah, 2007)
Luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh zat yang bersuhu
tinggi (heat)atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia
maupun reaksi fisika.(www. luka bakar.net)

B. ETIOLOGI 

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas


ketubuh. panas tersebut dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar, beratnya
luka bakar juga dipengaruhi oleh cara lamanya kontak dengan sumber air
panas, misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar,
sumber panas, api, air panas, dan zat kimia, minyak panas, listrik dan radiasi.

C. PATOFISIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 44⁰C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari
lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di
intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler
mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses
transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang
organ organ penting seperti : otak,kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
multi sistem.

D. MANIFESTASI KLINIK
Derajat luka bakar
a. Derajat 1 (luka bakar superfisial)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar
(epidermis). Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritemia),
pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka tidak dijumpai
adanya lepuhan (blister) kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra
violet termasuk dalam luka bakar derajat 1.
b. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit di bawahnya (dermis).
Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi :
1. Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial pattial thickness burn), jika
luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan
gejalanya berupa kmerahan (eritema ) tampak ada lepuhan (blister),
yaitu gelembung yang berisi cairan dan disertai rasa nyeri.
2. Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn). Jika luka
bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas tanda dan
gejalanya berupa kemerahan (eritemia) tampak ada lepuhan (lister),
tetapi kadang –kadang disertai rasa nyeri jika ujung saraf sudah rusak.
c. Luka bakar derajat 3 (full thicknees burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis,
dermis dan jaringan subkutan). Tanda dan gejalannya beerupa luka
bakar yang tampak putih pucat atau justru tampak hagus, dan kadang-
kadang disertai jaringan nekrotik yang keras berwarna hitam tetapi
tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah rusak tidak tampak
adanya lepuhan (blister) pada luka bakar derajat 3 kapiler darah,
foliker rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya luka
bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar
yang sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap : Peningkatan Ht awal menunjukkan
hemokonsentrasi
dengan perpindahan/ kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan S
DM dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap
endotelium pembuluh darah.
b. SDP : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada
sisa lukadan respons inflamasi terhadap cedera
c. GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaCO2
mungkin terlihat pada referensi karton monoksida. Asidosis dapat terjadi
sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme
komposisi pernapasan
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal, hipokalemia
dapat terjadi biladiuresis, magnesium mungkin menurun.
e. Natrium Urine Random : Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan
kelebihan resusitasi cairan; kurang dari 10 mEg/L menduga
ketidaedukuatan resusitasi cairan
f. Glukosa Serum : Peninggian menunjukkan respons stres
g. Albumim Serum : rasio albumim/globulin mungkin terbalik sehubungan
dengankehilangan protein pada edema cairan
h. Urine : Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalamdan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka bakar
listrik serius). Warna hitam kemerahan pada urine sehubungan dengan
mioglobin, kultur luka : mungkin diambil untuk data dasar dan diulang
secara periodik.
(Doenges Marllyn E tahun 2000, hal. 806)

F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat
pasien dirawatmelibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin
ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian) tindakan
yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara lain tetapi
cairan, terapi nutrisi, fisioterapi dan psikiatri
b. Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lagi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik
pada kulit yang vital danelemen didalamnya dan pembatasan
pembentukan jaringan parut
c. Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan
korban darisumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas
dengan air pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir
d. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernapasan dan
sirkulasi,yaitu:
1) Periksa jalan nafas
2) Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan
pembersihan jalannafas (suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau
intubasi.
3) Berikan oksigen
4) Pasang infus dengan cairan RL untuk mengatasi syok
5) Pasang pipa lambung/NGT untuk mengosongkan lambung selama ada
ileus parahtik.
6) Pasang kateter untuk memantau urin
7) Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure / CVP)
untuk pemanfaatan sirkulasi darah
8) Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk
menentukanadanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar

BAB II
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf
saat,melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe
, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam /
hari setelah klien mengalami luka bakardandisebabkan karena
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran
nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru
b. Riwayat penyakit dahulu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat
jika klien memounyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM,
neurologis, atau penyalahgunaan obat dan alkohol
c. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit keluarga.
2. Pengkajian pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Pengobatan teratur atau tidak
2) Mengungkapkan perhatian untuk menurunkan faktor resiko
bagi kesembuhan dan gejala sisi
b. Pola nutrisi metabolik
1) Adanya edema jaringan umum
2) Anoreksia, mual atau muntah
c. Pola aktifitas
1) Penurunan kekuatan, tahanan
2) Keterbatasan rentang gerak pada daerah yang sakit
3) Gangguan masa otot, perubahan tonus otot
4) Adanya hipotensi(syok)
5) Penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang cedera
6) Takikardia
7) Disritmi serak, batuk, mengi, partikel karbon dalam
sputum, ketidakmampuan sekresi oral, dan sianosis
8) Pengembangan torak terbatas
d. Pola eliminasi
1) Keluaran urin menurun atau tidak selama fase darurat
2) Warna urin mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam
3) Penurunan bising usus
e. Pola istirahat tidur
1) Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari,
menggigil
2) Tidur tidak nyeyak karena bersihan napas tidak efektif
f. Pola kognitif persepsi
1) Nyeri
2) Berhati-hati pada area yang sakit
3) Perilaku distraksi, gelisah
4) Perubahan orientasi, perilaku
5) Aktifitas kejang
6) Area kebas, kesemutan
7) Perubahan pada epidermis dan/atau dermis
g. Pola persepsi diri
1) Perubahan pola biasa dalam tangung jawab
2) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
3) Mengekspresikan kraguan terhadap penampilan peran
h. Pola peran dan hubungan
1) Perubahan persepsi diri mengenai peran
2) Tidak berdaya
3) Cemas dan depresi
4) Perilaku pesimis
5) Kesempatan dalam melakukan peran tidak adekuat
i. Pola seksualitas
1) Terjadi pengurangan karena kerja dan fungsi hormon
berkurang
2) Adanya bagian genital terbakar menyebabkan
ketidakpuasan dalam berhubungan seksual

j. Pola manajemen koping stress


1) Perasaan tidak berdaya atau tidak ada harapan
2) Menyangkal
3) Ansietas, ketakutan, mudah tersinggung
4) Gelisah
5) Kesedihan yang mendalam
6) Perasaan tidak mampu
k. Pola nilai dan kepercayaan
Lebih banyak berdoa dan berharap penyakitnya bisa sembuh

B. DIAGNOSIS
1. Resiko tinggi infeksi b/d hilangnya karier kulit dan terganggunya respon
imun
2. Gangguan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
3. Nyeri b/d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka
bakar
4. Risiko syok b/d kekurangan volume cairan
5. Hipovolemia b/d kehilangan cairan

C. INTERVENSI

N Diagnosa kep(SDKI) Luaran & Kriteria (SLKI) Intervensi (SIKI)


o
1. Risiko syok(D.0039) Tingkat syok (L.03032) 1. Pencegahan syok
Definisi: Definisi : (I.02068)
Berisiko mengalami Ketidakcukupan aliran darah Definisi :
ketidakcukupan aliran kejaringan tubuh yang dapat Mengidentifikasi dan menurunkan
darah ke jaringan mengakibatkan disfungsi seluler resiko terjadinya ketidakmampuan
tubuh, yang dapat yang mengancam jiwa tubuh menyediakan oksigen dan
mengakibatkan nutrien untuk mencukupi
disfunsi seluler yang Ekspektasi : menurun kebutuhan jaringan.
mengancam jiwa.
Kriteria hasil : Tindakan
Faktor risiko: 1. Kekuatan nadi (meningkat 5) Observasi :
1. Hipoksemia 2. Output urine (meningkat 5) 1. Monitor status kardiopulmonal
2. Hipoksia 3. Tingkat kesadaran (meningkat (frekuensi dan kekuatan nadi,
3. Hipotensi 5) frekuensi napas, TD, MAP)
4. Kekurangan 4. Saturasi oksigen (meningkat 5) 2. Monitor status oksigen
volume cairan 5. Akral dingin (menurun 5) (oksimetri nadi, AGD)
5. Sepsis 6. Pucat (menurun 5) 3. Monitor status cairan
6. Sindrom respons 7. Haus (menurun 5) (makanan dan haluaran, turgor
inflamasi 8. Konfusi (menurun 5) kulit CRT)
sistemik( systemic 9. Letargi (menurun 5) 4. Monitor tingakat kesadaran
inflanmatory response10. 10. Asidosis metabilik (menurun dan respon pupil.
syndrome(SIRS) 5) 5. Periksa riwayat alergi
11. 11. Mean arterial pressure Teraupetik :
Kondisi klinis terkait: (membaik 5) 1. Berikan oksigen untuk
1. 1. Perdarahan 12. 12. Tekanan darah sistolik
mempertahankan saturasinoksigen
2. 2. Trauma multipel (membaik 5)
3. 3. Pneumothoraks 13. 13. Tekanan darah diastolik >9 %
4. 4. Infrak miokard (membaik 5)
2. Persiapkan intubasindan
5. 5. Kardiomiopati 14. 14. Tekanan nadi (membaik 5)
ventilasi mekanis, jika perlu
6. 6. Cedera medulla 15. 15. Pengisihan kapiler (membaik
3. Pasang jalur IV,jika perlu
spinalis 5)
4. Pasang kateter urine untuk
7. 7. Anafilaksis 16. 16. Frekuensi nadi (membaik 5)
menilai produksi urine, jika perlu
8. 8. Sepsis 17. 17. Frekuensi napas (membaik 5)
5. Lakukan skin test untuk
9. 9. Koagulasi 18.
mencegah reaksi alergi
intravaskuler 19.
Edukasi
diseminata
1. Jelaskan penyebab /faktor
10. Sindrom respons
resiko syok
inflamasi
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
sistemik( systemic
syok
inflanmatory response
3. Anjurkan melapor jika
syndrome(SIRS)
menemukan/merasakan tanda dan
10.
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral.
10. 5. Anjurkan mengindari alergi
11. Kolaborasi
12. 1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
13. 2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
14. 3. Kolaborasi pemberian
15. antiinflamasi, jika perlu

. Pemantauan Cairan
Definisi :
Mengumpulkan dan menganalisis
data terkait pengaturan
kesembangan cairan.

Tindakan :
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi.
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisihan
kapiler
6. Monitor elastisitas atau tugor
kulit
7. Monitor jumlah, warna dan
berat urine
8. Monitor kadar albumin dan
protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan
serum (mis, osmolaritas serum,
hematikrit, natrium, kalium, BUN
10. 10. Monitor intake dan ouput
cairan
11. 11. Identivikasi tanda – tanda
hipovolemia (mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi terabah
lemahtekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun membran murkosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus,
lemah, kosentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam waktu
singkat).
12. 12. Identivikasi tanda – tanda
hipervolemia (mis, dipsnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat,
ferleks hepotojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
13. 13. Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis,
prosedur pembedahan mayor,
trauma/pendarahan, luka bakar,
afersis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal).
14.
15. Teraupetik :
16. 1. Atur interval waktu
pemantawan sesuai dengan kondisi
pasien.
17. 2. Dokumentasikan hasil
pemantauan.

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantaun.
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2. Hipovolemia(D.0023) Status Cairan (L.03028) 1. Manajemen Hipovolemia


Definisi : Definisi : Definisi :
penurunan volume Kondisi volume cairan Mengidentifikasi dan mengelola
intravaskuler, intravaskuler, interstisiel dan/atau penurunan volume cairan
interstisiel, dan/atau intraseluler. intravaskuler.
intraseluler.
Penyebab : Ekspektasi : Membaik. Tindakan.
1. 1. Kehilangan cairan Observasi :
aktif Kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
2. 2. Kegagalan 1. Kekuatan nadi (meningkat 5) hipovolemia (mis, frekuensi nadi
mekanisme regulasi 2. Tugor kulit (meningkat 5) meningkat, nadi terabah lemah,
3. 3. Peningkatan 3. Output urine (meningkat 5) tekanan darah menurun, tekanan
permeabilitas kapiler 4. Pengisihan vena (meningkat 5) nadi menyempit, turgor kulit
4. 4. Kekurangan intake 5. Ortopnea (menurun 5) menurun, membran murkosa
cairan 6. Dispnea (menurun 5) kering, volume urine
5. 5. Evaporasi 7. Paraxysmal noctunal dyspnea menurun,hematokrit meningkat,
6. Tanda &gejala: ( PND )(menurun 5) haus,lemah)
7. 1. Mayor 8. Edema anasarka (menurun 5) 2. Monitor intake dan output
8. Subjektif: - 10. 9. Edema perifer (menurun 5) cairan
9. Objektif: 11. 10. Berat badan (menurun 5)
1. Frekuensi nadi 12. 11. Distensi vena jugularis Terapeutik :
meningkat (menurun 5) 1. Hitung kebutuhan cairan
2. Nadi teraba lemah13. 12. Suara napas tambahan 2. Berikan posisi modified
3. Tekanan darah (menurun 5). trendelenburg
menurun 14. 13. Kongesti paru (menurun 5) 3. Berikan asupan cairan oral
4. Tekanan nadi 15. 14. Perasaan lemah (menurun 5)
menyempit 16. 15. Keluhan haus (menurun 5) Edukasi :
5. Turgot kulit 17. 16. Konsentrasi urine (menurun 1. Anjurkan memperbanyak
menurun 5) asupan cairan oral
6. Membran mukosa18. 17. Frekuensi nadi (membaik 5) 2. Anjurkan menghindari
kering 19. 18. Tekanan darah (membaik 5) perubahan posisi mendadak.
7. Volume urin 20. 19. Tekanan nadi (membaik 5)
meenurun 21. 20. Membran murkosa (membaik Kolaborasi :
8. Hematokrit 5) 1. Kolaborasi pemberian cairan
meningkat 22. 21. Jugular venous pressure ( JVP IV isotonis (mis, NaCl, RL)
) (membaik 5) 2. Kolaborasi pemberian cairan
3. 2. Minor: 23. 22.Kadar HB (membaik 5) IV hipotonis (mis, glukosa 2,5%,
4. Subjektif: 24. 23. Kadar HT (membaik 5) NaCl 0,4 %)
5. 1. Merasa lemah 25. 24. Cental venous pressure 3. Kolaborasi pemberian cairan
6. 2. Mengeluh haus (membaik 5) koloid (mis, albumin, plasmanate)
7. Objektif: 26. 25. Refluks hepatojugular 4. Kolaborasi pemberian produk
8. 1. Pengisian vena (membaik 5) darah.
menuruan 27. 26. Berat badan (membaik 5)
9. 2. Status mental 28. 27. Hepatomegali (membaik 5)
berubah 29. 28. Oliguria (membaik 5) 2. Pemantauan Cairan
10. 3. Suhu tubuh 30. 29. Intake cairan (membaik 5) Definisi :
meningkat 31. 30. Status mental (membaik 5) Mengumpulkan dan menganalisis
11. 4. Konsentrasi urin 32. 31. Suhu tubuh (membaik 5) data terkait pengaturan
meningkat kesembangan cairan.
12. 5. Berat badan
menurun tiba-tiba Tindakan :
13. 18. 1. Monitor frekuensi dan
14. Kondisi klinis terkait: kekuatan nadi.
15. 1. Penyakit addison 19. 2. Monitor frekuensi napas
16. 2. Trauma atau 20. 3. Monitor tekanan darah
pendarahan 21. 4. Monitor berat badan
17. 3. Luka bakar 22. 5. Monitor waktu pengisihan
18. 4. AIDS kapiler
19. 5. Penyakit chron 23. 6. Monitor elastisitas atau tugor
20. 6. Muntah kulit
21. 7. Diare 24. 7. Monitor jumlah, warna dan
22. 8. Kolitis ulseratif berat urine
23. 9. hipoalbuminemia 25. 8. Monitor kadar albumin dan
2 protein total
26. 9. Monitor hasil pemeriksaan
serum (mis, osmolaritas serum,
hematikrit, natrium, kalium, BUN
27. 10. Monitor intake dan ouput
cairan
28. 11. Identivikasi tanda – tanda
hipovolemia (mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi terabah
lemahtekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun membran murkosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus,
lemah, kosentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam waktu
singkat).
29. 12. Identivikasi tanda – tanda
hipervolemia (mis, dipsnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat,
ferleks hepotojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
30. 13. Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis,
prosedur pembedahan mayor,
trauma/pendarahan, luka bakar,
afersis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal).
31.
32. Teraupetik :
33. 1. Atur interval waktu
pemantawan sesuai dengan kondisi
pasien.
34. 2. Dokumentasikan hasil
pemantauan.

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantaun.
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif.2000. kapita Selekta. Edisi 3, jilid 2, FKUI


Suddarth and Brunner, 2002, Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, volume
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika
https://www.academia.edu/34753363/ASUHAN_KEPERAWATAN_LUKA_
BAKAR.docx
https://id.scribd.com/document/361997335/Asuhan-Keperawatan-Teoritis-
Luka-Bakar

Anda mungkin juga menyukai