DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
KELAS III B KEPERAWATAN
ADRIANUS BIASA FARA UMAINA
ALDIN K. TIMUMUN FITRA RAHMAWAN
APDALIA INTAN CAHYANI
NURSYAMSI AKMARINA MARIA ULFA
FAHRIL SITI RAHMA ROSITALIA
WINDA WINARSIH MOH FAHRIL
MOH RAFLI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan gawat
darurat pada TRAUMA ABDOMEN (LUKA TEMBAK) ini dengan lancar, dan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan gawat darurat
Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan dan saya mengucapkan
mohon maaf bila masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyajian asuhan
keperawatan ini. Semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman dan wawasan
pembaca
Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot
diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran
serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga
membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti
sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah
organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna:
lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau
appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung
empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung
kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat trauma tumpul pada
abdomen dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada semua usia, akan
tetapi jenis trauma ini merupakan keadaan yang cukup memberikan tantangan
bagi setiap departemen gawat darurat maupun bagi tenaga medis yang bekerja
pada departemen tersebut dikarenakan oleh presentasi maupun gejala klinis
yang sangat bervariasi pada setiap kasus yang terjadi. Adanya perbedaan antara
gejala yang didapatkan dengan trauma yang sesungguhnya pada banyak kasus
yang terjadi membutuhkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dan cepat. Perlu
diingat bahwa cedera yang tampak ringan pada beberapa kasus dapat menjadi
suatu penyebab trauma mayor pada organ-organ intraabdomen, sehingga deteksi
yang cepat pada pasien dengan trauma abdomen menjadi suatu tujuan utama
untuk dapat memeperbaiki kondisi pasien serta mendapatkan hasil tatalaksana
yang maksimal. (Bodhit, Bhagra, dan Stead, 2011).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertiaan trauma abdomen?
2. Apa Etiologi trauma abdomen?
3. Apa Klasifikasi trauma abdomen?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala trauma abdomen?
5. Apa Patofisiologi trauma abdomen?
6. Bagaimana Pathway trauma abdomen?
7. Apa Manifestasi Klinis trauma abdomen?
8. Apa Komplikasi trauma abdomen?
9. Apa Pemeriksaan Penunjang trauma abdomen?
10. Apa Penatalaksanaan Medis trauma abdomen?
11. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan trauma abdomen?
C. Tujuan
1. Memahami pengertiaan trauma abdomen
2. Mengetahui Etiologi trauma abdomen?
3. Mengetahui Klasifikasi trauma abdomen?
4. Mengetahui Tanda dan Gejala trauma abdomen?
5. Mengetahui Patofisiologi trauma abdomen?
6. Mengetahui Bagaimana Pathway trauma abdomen?
7. Mengetahui Manifestasi Klinis trauma abdomen?
8. Mengetahui Komplikasi trauma abdomen?
9. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang trauma abdomen?
10. Mengetahui Penatalaksanaan Medis trauma abdomen?
11. Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan trauma abdomen?
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan
daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa trauma
abdomen adalah suatu kerusakan pada daerah abdomen yang dapat
disebabkan oleh benda tumpul atau benda yang menusuk yang dapat
menyebabkan cidera baik psikologis ataupun emosional.
2. Etiologi
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma
abdomen adalah :
a. Penyebab trauma penetrasi
1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
3) Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
3. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner
(2005) terdiri dari :
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
4. Tanda dan Gejala
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragik
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
5. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan
tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek
statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
6. Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi:
nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia,
mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
a. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1) Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2) Terjadi perdarahan intra abdominal.
3) Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan
peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4) Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
5) Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
b. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1) Terdapat luka robekan pada abdomen.
2) Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3) Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
abdomen.
4) Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan
dan dapat memperburuk keadaan
9. Komplikasi
a. Segera : hemoragik, syok, dan cedera.
b. Lambat : infeksi
c. Trombosis Vena
d. Emboli Pulmonar
e. Stress Ulserasi dan perdarahan
f. Pneumonia
g. Tekanan ulserasi
h. Atelektasis
i. Sepsis
\
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip–
prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala
prioritas A(Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan
trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam
pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
a. Anamnesa
1) Biodata
Biasanya bisa menimpa siapa saja baik laki-laki maupun perempuan.
2) Keluhan Utama
Biasanya mengeluh nyeri hebat.
3) Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
a) Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
b) Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana
posisinya saat jatuh.
c) Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
d) Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana
sifatnya pada Kuadran mana yang dirasakan paling nyeri atau
sakit sekali.
N Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
o Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue integrity : Skin & Mucous Membranes NIC : Incission Site Care
Definition :
Perubahan / gangguan epidermis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 1. Kaji luka insisi ( kemerahan dan
dan / atau dermis jam, pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit pemasangan selang drainase )
Batasan karakteristik : dengan kriteria hasil : 2. monitor luka insisi untuk menemukan
Kerusakan lapisan kulit tanda dan gejala infeksi
Gangguan permukaan kulit No Indikator Awal Tujuan 3. lakukan perawatan luka steril
1 Perfusi jaringan normal 5 4. gunakan antiseptik sesuai indikasi
Invasi struktur tubuh 2 Tidak ada tanda infeksi 5
Faktor yang berhubungan 3 Tekstur jaringan 5. anjurkan klien cara untuk
5
Eksternal normal meminimalisasi stress / tekanan dari luka
4 Proses penyembuhan insisi
zat kimia 5
luka 6. ajarkan klien / keluarga cara merawat
usia yang ekstrem 5 Jaringan kulit kering 5
luka post operasi
kelembapan
Indikator 7. jelaskan kepada klien / keluaraga tanda
hipertermia
1. Gangguan ekstrem dan gejala infeksi
hipotermia
2. Berat 8. kolaborasi dengan tim medis dalam
imobilisasi fisik
3. Sedang pemberian terapi farmakologis
Internal
4. Ringan
perubahan status cairan 5. Tidak ada gangguan
perubahan turgor
perubahan pigmentasi
penurunan imunologis
pernafasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Mengekspresikan perilaku
( mis : gelisah, merengek,
menangis, waspada, iritabilitas,
mendesah )
Masker wajah ( mis : mata
kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus,
meringis )
Sikap melindungi area nyeri
Fokus menyempit ( miss :
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan )
Indikasi nyeri yang dapat
diamati
Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens cedera ( mis : biologis, zat
kimia, fisik, psikologis )
3. Resiko Infeksi NOC : Risk Control : Infectious Process NIC : Infection Control
Defenition : 1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan
Mengalami peningkatan risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 klien
terserang organisme patogenik jam diharapkan pasien menunjukkan terbebas dari 2. pertahankan tekhnik isolasi
Faktor Resiko infeksi, dengan kriteria hasil : 3. batasi jumlah pengunjung
Penyakit kronis 4. ajarkan untuk meningkatkan mencuci
No Kriteria Awal Tujuan
diabete militus tangan untuk setiap tindakan
obesitas
Pengetahuan yang tidak cukup 1 Mengakui resiko diri 5. instruksikan klien untuk hand hygiene
5
untuk menghindari pemajanan untuk infeksi 6. instruksikan pengunjung untuk hand
patogen 2 Menggunakan tekhnik hygiene sebelum dan sesudah memasuki
5
pertahanan tubuh primer yang desinfektan ruangan klien
tidak adekuat 7. gunakan sabun antimikroba untuk
3 Identifikasi diri dari tanda
gangguan peristaltik 5 mencuci tangan
dan gejala yang potensial
kerusaskan integritas kulit 8. cuci tangan sebelum dan sesudah
4 Mempertahankan
perubahan sekresi PH 5 melakukan tindakan
lingkungan bersih
trauma jaringan 9. gunakan sarung tangan steril
5 Menggunakan pelayanan 10. pastikan penanganan aseptik dari
5
kesehatan semua IV line
11. Anjurkan istirahat
Indikator : 12. dorong untuk memenuhi intake
1. Gangguan ekstrem cairan
2. Berat 13. pertahankan lingkungan aseptik
3. Sedang 14. kolaborasi dengan tim medis dalam
4. Ringan pemberian antibiotic
5. Tidak ada gangguan
4. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : Respiratory Status : Ventilation NIC : Airway Suction
nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, 1. pastikan kebutuhan oral
Definition : Ketidakmampuan
klien menunjukan perbaikan bersihan jalan nafas 2. auskultasi suara nafas sebelum dan
untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran nafas untuk dengan kriteria hasil: sesudah suctioning
mempertahankan bersihan jalan 3. informasikan kepada keluarga dan klien
nafas tentang suction
No Kriteria Awal Tujuan
4. minta klien nafas dalam sebelum dan
Batasan Karakteristik 1 Tingkat pernafasan 5
sesudah suction
Tidak ada batuk 2 Irama pernafasan 5 5. gunakan alat steril untul setiap tindakan
Suara nafas tambahan 3 Akumulasi sputum 5 6. Monitor status oksigen pasien
Perubahan frekuensi napas 4 Retraksi dada 5 7. buka jalan nafas dengan tekhnik chinlift /
Lingkungan
Perokok fasif
Menghisap asap
Merokok
Fisiologis
Disfungsi neuromuskular
) 4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
Agens farmaseutikal
( mis : diuretik)
6. Ketidakefektifan pola nafas NOC : Respiratory Status : Airway Patency NIC :
Definition : inspirasi atau Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Respiratory Monitoring
ekspirasi yang tidak memberi jam diharapkan pasien menunjukkan jalan nafas 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman
ventilasi adekuat. patent, dengan kriteria hasil : dan usaha untuk inspirasi
2. Monitor pola bernafas, bradypnea,
Batasan Karakteristik : tachypnea, dyspnea
No Kriteria Awal Tujuan
Perubahan kedalaman 3. Monitor terjadinya dyspne, dan peristiwa
1 Kecepatan pernafasan 5
pernafasan yang dapat memperburuk keadaan
Perubahan ekskursi dada 2 Irama pernafasan 5 4. Perhatikan lokasi trakea
Mengambil posisi tiga titik 3 Kedalaman inspirasi 5 5. Buka jalan nafas dengan tekhnik chinlift
Bradipnea 4 Cemas / kegelisahan 5 6. Membaca mekanisme ventilator
Penurunan tekanan ekspirasi 5 Terengah – engah 5 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
Ortopnea 3. Sedang
9. Defisit perawatan diri NOC : Activity Intolerance NIC : Self Care Assistance