Anda di halaman 1dari 32

Dewi Agustini

Minggu, 11 Desember 2016

Peranan Filsafat dalam penyelenggaraan perencanaan


program pendidikan di Sekolah Dasar
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah
dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek
kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan
dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-
data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. 

Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan
tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis
dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga berfungsi memberikan
arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut
pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya
mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga
berkembang dalam masyarakat. 

Di samping itu merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat
hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan
menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam
memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut,
yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat. 

Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern ini diakuisebagai
sesuatu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas seseorang. Tidak ada suatu fungsidan
jabatan di dalam mesyarakat tanpa melalui proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan memerlukan
proses pendidikan dalam arti demikian, terutama berlangsung di dalam dan oleh lembaga-lembaga
pendidikan formal (sekolah, universitas). Akan tetapi scope pendidikan lebih daripadanya hanya
pendidikan formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses pendidikan
kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di dalam kehidupan sosial yang
disebut pendidikan informal ini, bahkan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. 

Meskipun pengaruh pendidikan informal ini tak terukur dalam perkembangan pribadi, tapi tetap diakui
adanya. Secara sederhana misalnya, orang yang tak pernah mengalami pendidikan formal, mereka yang
buta huruf, namun mereka tetap dapat hidup dan melaksanakan fungsi-fungi sosial yang sederhana.
Alam dan lingkungan sosial serta kondisi dan kebutuhan hidup telah mendidik mereka. Akan tatapi, yang
paling diharapkan ialah pendidikan formal yang relatif baik, dilengkapi dengan suasana
pendidikaninformal yang relatif baik pula. Ini ternyata dari usaha pemerintah, pendidik dan para orang tua
untuk membina masyarakat keseluruhan sebagai satu kehidupan yang sehat lahir dan batin. Sebab,
krisis apapun yang terjadi di dalam masyarakt akan berpengaruh negatif bagi manusia, terutama anak-
anak,genarasi muda. 

Peranan filsafat pendidikan itu sendiri adalah memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang
kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu, Suatu ilmu baru muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat.
Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan
sebagai induk dari semua bidang ilmu. Bagi filsafat pendidikan berkepentingan untuk membangun
Filsafat hidup agar bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan untuk
selanjutnya, kehidupan sehari-hari tersebut selalu dalam keteraturan. Jadi untuk pendidikan, Filsafat
memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal-mula, eksistensi, dan tujuan
kehidupan manusia. 

Bagi guru dan pendidik pada umumnya, filsafat pendidikan itu sangat perlu karena tindakan-tindakannya
mendidik dan mengajar akan selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya dan oleh filsafat pendidikan yang
dianutnya.filsafat pendidikan akan member arah kepada peerbuatannya mendidik dan mengajar.misal
dalam menyusun kurikulum sekolah,guru harus jelas merumuskan tujuan kurikulum itu, dan untuk itu ia
harus merujuk kepada filsafat pendidikannya.perlakuannya terhadap siswa merupakan releksi
filsafatnya.Gaya mengajarnya juga akan dipengaruhi oleh filsafatnya yang dianutnya.seorang guru
seharusnya memiliki filsafat hidup dan filsafat pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari
kepribadiannya.oleh karena itu bagi seorang mahasiswa calon guru mempelajari ilmu filsafat dan ilmu
filsafat pendidikan adalah perlu.bukan saja memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta
membantunya dalam memmahami siswa dan mengembangkannya gaya belajar yang tepat, tetapi juga
dapat menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia.dan yang lebih penting
lagi bahwa sikap dan tindakanya yang mencerminkan filsfatnya akan berpengaruh kepada
siswanya.disinilah peran yang sangat esensial dari seorang guru. 

Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut


pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam,
serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak
memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun
sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan
tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan
langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan . Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. 

Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai
tujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik
(guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM).
Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba,
mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. 

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan. Tujuan proses
perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling
alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila
prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan misalnya: iklim, makanan, kesehatan, keamanan
sesuai dengan kebutuhan manusia adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan
jawaban manusia atas problema itu. Karena manusia berkesimpulan, dan yakin bahwa pendidikan itu
mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebaga aktualitas, maka pendidikan itu
diselenggarakan. Timbulnya problem dan pikiran pemecahan itu adalah bidang pemikiran filsafat dalam
hal ini filsafat pendidikan berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan perkataan
lain ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia,
telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan. 

Peran filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru mengetahui hakekat manusia,
khususnya anak sehingga tahu bagaimana cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui
tujuan pendidikan. Dengan filsafat epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan kepada
siswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan
tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru memehami yang harus diperoleh siswa tidak hanya kuantitas
pendidikan tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut. Yang menentukan filsafat
pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki dan berhubungan kuat dengan
perilaku guru, yaitu: Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa
yang perlu diketahui. 

Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan
kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru Sekolah Dasar baik
mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai
bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam
kehidupan yang baik. 

Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran.
Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru Sekolah Dasar dapat
menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan. 

Sumber:
Soetriono dan SRDm Rita Hanafi, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta :C.V Andi
Ofset. 
Sebenarnya mempelajari filsafat tidaklah sulit yang dibayangkan sebagian
orang. Sebab filsafat pada kenyatannya adalah urusan yang bertalian dengan
hidup dan konteks manusia dalam melibatkan sejarahnya. Filsafat merupakan
bagian dari hidup manusia sendiri. Pemikiran filosofis dilihat dari sudut ini
adalah bentuk pemikiran reflektif yang melihat hidup dari sisi yang lebih dalam
dan bermakna.

Pertanyaan tentang keadilan, hak asasi manusia, makna hidup dan hendak
kemana manusia setelah mati merupakan medan pemikiran reflektif filosofis.
Karena filsafat melihat segala sesuatu dari sudut yang mendalam, filsafat
cendrung radikal, mempertanyakan segala sesuatu secara mendasar dan
tidak mau melihat gejala yang nampak sebagai hal yang biasa-biasa saja.

Filsafat adalah seni bertanya, mengapa ini begini, kenapa tidak begitu.
Pertanyaan demikian adalah spirit dan inti filsafat. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan para filsuf melahirkan jawaban-jawaban yang serius dan
berimplikasi besar yang kemudian mempengaruhi cara pandang manusia
dalam melihat dan mengerti kompleksitas kehidupan (Bambang, 2003: 5).
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal
tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang
sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau
kejelekan dan sebagainya.

Filsafat pendidikan adalah ilmu yang membahas teori, praktek, dan masalah-
maslah pendidikan dari sudut pandangan filosofis. pendidikan membutuhkan
filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah
yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi
pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat
dijangkau oleh sains pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat pendidikan?
2. Apakah tujuan filsafat pendidikan?
3. Apakah peranan filsafat dalam melaksanakan program pendidikan di SD?
4. Bagaimanakah Penerapan filsafat pendidikan di sekolah dasar?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian filsafat dan filsafat pendidikan
2. Mengetahui tujuan filsafat pendidikan
3. Mengetahui peranan filsafat dalam melaksanakan program pendidikan di
SD
4. Mengetahui penerapan filsafat pendidikan di sekolah dasar

D. Manfaat
Makalah ini digunakan sebagai bahan referensi untuk penulis maupun
membaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis filsafat dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa
Yunani; philosophia. Yang terdiri dari kata philen = mencintai, philis = cinta
dan sophia = kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnya adalah seorang
“pencinta kebijaksanaan”. Jadi kata majemuk “philosophia” berarti “daya
upaya pemikiran dan renungan manusia untuk mencari kebenaran atau
kebijaksanaan”.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia
artinya kearifan,kebijakan atau kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta yang
mendalam terhadap kearifan atau kebijaksanaan .Dan dapat juga diartikan
sebagai sikap atau pandangan seseorang yang memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.

Filsafat dalam bahasa arab yaitu “Falsafah” yang artinya cinta akan
kebijaksanaan atau hikmah.filsafat adalah suatu ilmu yang mempersoalkan
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dalam alam semesta ini secara
universal(menyeluruh), sistematis(Teratur), radikal(mendalam) untuk
menemukan kebenaran yang hakiki atau hakikat kebenarannya.

Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa filsafat berarti alam berpikir,


dan berfilsafat adalah berpikir. Tetapi tidak semua kegiatan berpikir bisa
disebut berfilsafat. Berpikir yang disebut berfilsafat adalah berpikir dengan
isaf, yaitu berpikir dengan teliti dan menurut suatu aturan yang pasti. Harun
Nasution mengatakan bahwa intisari filsafat adalah berpikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai pada dasar persoalan. Ini sesuai
dengan tugas filsafat yaitu mengetahui sebab-sebab sesuatu, menjawab
pertanyaan-pertanyaan fundamental, dan pokok serta bertanggungjawab,
sehingga dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
(Fathurrahman Djamil, 1999: 2).

Jadi, filsafat adalah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan
kalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara sistematis, fundamental,
universal, integral, dan radikal untuk mencari dan menemukan kebenaran
yang hakiki (pengetahuan, kebenaran, dan kearifan).

B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan cabang dari ilmu filsafat, yaitu sama halnya
dengan filsafat hokum,fisaat politik, dan lain –lain.filsafat pendidikan
merupakan aplikasi filsafat untuk mempelajari atau memecahkan masalah-
masalah pendidikan.Dengan kata lain filsafat pendidikan dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang membahas teori, praktek, dan masalah-maslah pendidikan
dari sudut pandangan filosofis.ia membahas tentang manusia,misalnya
tentang bagaimana peran pendidik, peserta didik, dan masyarakat dalam
konteks tujuan pendidikan dan bagaimana upaya mencapai tujuan
itu.masalah disiplin misalnya akan menyangkut pendidikan moral, dn untuk
hal itu sudah tentu diperlukan peninjauan filosofis tentang manusia baik
sebagai makhluk individu dan makhluk social.Demikian juga dalam
menentukan kurikulum sekolah akan menyangkut tinjauan tentang ontologis,
tentang nilai-nilai, tentang hakekat ilmu, tentang logika, serta asumsi tentang
belajar dan mengajar.Aplikasi pandangan filsafat dalam pendidikan, terutama
filsafat negara merupakan kemutlakan dalam kegiatan pendidikan.Karena itu
flsafat pendidikan dapat dipandang sebagai aplikasi filsafat untuk mempelajari
atau memecahkan masalah-masalah pendidikan.

C. Tujuan Filsafat Pendidikan


Tujuan filsafat pendidikan ialah memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni
menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah
yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan
pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan
dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar
tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan


proses perkembangan itu secara almiah adalah kedewasaan, sebab potensi
manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewasaan,
kematangan. Potensi ini akan dapat terwujud apabila prakondisi almiah dan
sosial manusia bersangkutan memungkinkan untuk perkembangan tersebut,
misalnya iklim, makanan, kesehatan, dan keamanan, relatif sesuai dengan
kebutuhan manusia. Kedewasaan yang bagaimanakah yang diinginkan
dicapai oleh manusia, apakah kedewasaan biologis-jasmaniah, atau rohaniah
(pikir, rasa, dan karsa), atau moral (tanggung jawab dan kesadaran normatif),
atau kesemuanya. Persoalan ini adalah persoalan yang amat mendasar, yang
berkaitan langsung dengan sisitem nilai dan standar normatis sebuah
masyarakat.

Filasafat pendidikan sangat penting bagi pendidik, bila pendidik memandang


formal substasialitas manusia itu bersifat biologis, dapat mempunyai fisi
pendidikan yang naturalistis. Pendidik dalam lingkungan ini adalah Jeans
Jacques Rouseuau yang menuliskan pandangan-pandangannya dalam
bukunya yang berjudul emile. Dalam buku ini dituliskan bahwa latihan indra
adalah praktek pendidikan yang amat penting artinya lain halnya bila anak
didik dipandang sebagai makhluk spiritual. Landasan untuk menentukan ide
dan tujuan pendidikan adalah pandangan keabadian dari ketuhanan. Anak
didik dipandangn mempunyai kepribadian bukan sebagai entited
mekanistis belaka.

D. Peranan Filsafat dalam penyelenggaraan perencanaan program


pendidikan di Sekolah Dasar
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang
didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan
menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan
kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang
ada dalam suatu masyarakat tertentu.

Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap


data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta
dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan
berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga berfungsi
memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para
ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat
tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan
agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan
tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

Di samping itu merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan


pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih
dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori
pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan
pandangan hidup dari masyarakat.

Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman


modern ini diakuisebagai sesuatu kekuatan yang menentukan prestasi dan
produktivitas seseorang. Tidak ada suatu fungsidan jabatan di dalam
mesyarakat tanpa melalui proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan
memerlukan proses pendidikan dalam arti demikian, terutama berlangsung di
dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah, universitas).
Akan tetapi scope pendidikan lebih daripadanya hanya pendidikan formal itu.
Di dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses pendidikan
kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di
dalam kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan
berlangsung sepanjang kehidupan manusia.

Meskipun pengaruh pendidikan informal ini tak terukur dalam perkembangan


pribadi, tapi tetapdiakui adanya. Secara sederhana misalnya, orang yang tak
pernah mengalami pendidikan formal, merekayang buta huruf, namun mereka
tetap dapat hidup dan melaksanakan fungsi-fungi sosial yang
sederhana.Alam dan lingkungan sosial serta kondisi dan kebutuhan hidup
telah mendidik mereka. Akan tatapi, yang paling diharapkan ialah pendidikan
formal yang relatif baik, dilengkapi dengan suasana pendidikaninformal yang
relatif baik pula. Ini ternyata dari usaha pemerintah, pendidik dan para orang
tua untuk membina masyarakat keseluruhan sebagai satu kehidupan yang
sehat lahir dan batin. Sebab, krisisapapun yang terjadi di dalam masyarakt
akan berpengaruh negatif bagi manusia, terutama anak-anak,genarasi muda.
Peranan filsafat pendidikan itu sendiri adalah memberikan inspirasi, yakni
menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah
yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan
pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan
dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar
tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Hubungan
Antara Filsafat dan Ilmu, Suatu ilmu baru muncul setelah terjadi pengkajian
dalam filsafat. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan
ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan sebagai induk dari semua bidang ilmu.
Bagi filsafat pendidikan berkepentingan untuk membangun Filsafat hidup agar
bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan untuk
selanjutnya, kehidupan sehari-hari tersebut selalu dalam keteraturan. Jadi
untuk pendidikan, Filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran
menyeluruh tentang asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia.

Bagi guru dan pendidik pada umumnya, filsafat pendidikan itu sangat perlu
karena tindakan-tindakannya mendidik dan mengajar akan selalu dipengaruhi
oleh filsafat hidupnya dan oleh filsafat pendidikan yang dianutnya.filsafat
pendidikan akan member arah kepada peerbuatannya mendidik dan
mengajar.misal dalam menyusun kurikulum sekolah,guru harus jelas
merumuskan tujuan kurikulum itu, dan untuk itu ia harus merujuk kepada
filsafat pendidikannya.perlakuannya terhadap siswa merupakan releksi
filsafatnya.Gaya mengajarnya juga akan dipengaruhi oleh filsafatnya yang
dianutnya.seorang guru seharusnya memiliki filsafat hidup dan filsafat
pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari kepribadiannya.oleh
karena itu bagi seorang mahasiswa calon guru mempelajari ilmu filsafat dan
ilmu filsafat pendidikan adalah perlu.bukan saja memperluas wawasannya
mengenai pendidikan serta membantunya dalam memmahami siswa dan
mengembangkannya gaya belajar yang tepat, tetapi juga dapat
menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan
manusia.dan yang lebih penting lagi bahwa sikap dan tindakanya yang
mencerminkan filsfatnya akan berpengaruh kepada siswanya.disinilah peran
yang sangat esensial dari seorang guru.

Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak


hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang
tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak
memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik
sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui
filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta
terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa
berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu
dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup.

Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga
masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus
mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut
akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar
(PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka
dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan.


Tujuan proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan,
kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh
menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud
apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan misalnya:
iklim, makanan, kesehatan, keamanan sesuai dengan kebutuhan manusia
adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban
manusia atas problema itu. Karena manusia berkesimpulan, dan yakin bahwa
pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebaga
aktualitas, maka pendidikan itu diselenggarakan. Timbulnya problem dan
pikiran pemecahan itu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat
pendidikan berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat.
Dengan perkataan lain ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai
peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu
pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan.

Peran filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru


mengetahui hakekat manusia, khususnya anak sehingga tahu bagaimana
cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Dengan filsafat epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan
kepada siswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana
cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru
memehami yang harus diperoleh siswa tidak hanya kuantitas pendidikan
tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut. Yang
menentukan filsafat pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan
yang dimiliki dan berhubungan kuat dengan perilaku guru, yaitu: Keyakinan
mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang
perlu diketahui.

Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai
pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan
profesional guru. Setiap guru Sekolah Dasar baik mengetahui atau tidak
memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai
bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia
pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.

Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan


semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada
tataran praktis, para guru Sekolah Dasar dapat menemukan berbagai
pemecahan permasalahan pendidikan.

E. Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha disini berarti kegiatan atau
perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai
suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti. Sedangkan
terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk
kemudian dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan
sungguh-sungguh ini tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyeluruh terhadap
keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan, khususnya pendidikan di
sekolah dasar. Dan penerapan filsafat pendidikan di dalamnya merupakan
faktor yang ikut menentukan dan membantu para pelaku pendidikan tersebut.

Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan


kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik
juga anak didiknya. Adanya berbagai aliran dalam filsafat pendidikan juga
menyebabkan berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan
guru dan siswa tersebut dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung
pada mazhab apa yang diterapkan atau dianut oleh para pelakunya. Hanya
saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk memiliki kurikulum yang relevan
dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan perkembangan jaman dan
menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal.
Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai instrinsik dan ekstrinsik
yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya
terpaku pada salah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang
terlibat dalam pendidikan. Kedudukan guru dan siswa harus benar-benar
dimengerti oleh keduanya sehingga dapat menjalankan peranannya masing-
masing dengan baik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
filsafat pendidikan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membahas teori,
praktek, dan masalah-maslah pendidikan dari sudut pandangan filosofis.ia
membahas tentang manusia,misalnya tentang bagaimana peran pendidik,
peserta didik, dan masyarakat dalam konteks tujuan pendidikan dan
bagaimana upaya mencapai tujuan itu.

Peranan filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru


mengetahui hakekat manusia, khususnya anak sehingga tahu bagaimana
cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Dengan filsafat epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan
kepada siswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana
cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru
memehami yang harus diperoleh siswa tidak hanya kuantitas pendidikan
tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut. Yang
menentukan filsafat pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan
yang dimiliki dan berhubungan kuat dengan perilaku guru, yaitu: Keyakinan
mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang
perlu diketahui.

B. Saran
Guru penting mempelajari Filsafat Pendidikan karena Filsafat Pendidikan
terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau
merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru.
Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar
Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha disini berarti
kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu
maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti. Sedangkan terencana adalah menyusun sistem
dengan landasan tertentu untuk kemudian dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan
sungguh-sungguh ini tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan, khususnya
pendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat pendidikan di dalamnya merupakan faktor yang ikut
menentukan dan membantu para pelaku pendidikan tersebut. 

Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan kurikulum, metode, tujuan,
serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak didiknya. Adanya berbagai aliran dalam filsafat
pendidikan juga menyebabkan berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan
siswa tersebut dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang diterapkan atau
dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk memiliki kurikulum yang
relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan perkembangan jaman dan menekankan pada
aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-
nilai instrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku pada salah satu pihak
semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan. Kedudukan guru dan siswa harus
benar-benar dimengerti oleh keduanya sehingga dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan
baik. 

Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar


Pendidikan Sekolah Dasar

Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyelenggarakanberbagai pendidikan
dasar untuk meningkatkan atau mengembangkan diri anak serta mempersiapkan anak untuk melanjutkan
ke tingkatan yang lebih tinggi. Umumnya,pendidikan yang diperoleh anak di sekolah dasar adalah selama
6 tahun. Adapun fungsisekolah dasar adalah :

1. Lembaga pendidikan pertama yang meletakkan dasar bagi pembinaan warga negarasebagai
manusia sosialis.
2. Peletak dasar bagi pembangunan kehidupan bangsa dengan menjadikan sekolahdasar sebagai
lembaga pendidikan yang lengkap, fungsional, dan ilmiah.
3. Lembaga pendidikan yang memberi dasar-dasar pengetahuan dan kecakapan, danmemberi
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Guru sekolah dasar sebagai operator pendidikan, memiliki tanggung jawab danperan yang besar dalam
menentukan keberhasilan anak untuk mendayagunakan semuapotensi yang dimilikinya dan menjadi
manusia yang seutuhnya. Di sinilah anak memperoleh berbagai bimbingan, pengajaran dan latihan dasar
untuk terusdikembangkan setelahnya. Bagaimanapun, mendidik anak yang masih berada ditingkatan
sekolah dasar berbeda dengan mendidik anak yang sudah mencapai tingkatandi atasnya, sehingga
memberikan tantangan tersendiri bagi guru dalam menghadapianak-anak didiknya.

Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar

Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentangSistem Pendidikan
Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usahasadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di siniberarti
kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu
maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti. Sedangkanterencana adalah menyusun sistem
dengan landasan tertentu untuk kemudiandilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan
sungguh-sungguh initentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan,
khususnyapendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat pendidikan di dalamnya merupakanfaktor
yang ikut menentukan dan membantu para pelaku pendidikan tersebut.

Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuankurikulum, metode, tujuan,
serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak didiknya. Adanya berbagai mazhab dalam
filsafat pendidikan juga menyebabkanberbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru
dan siswa tersebutdalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang
diterapkanatau dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk memiliki
kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan denganperkembangan jaman dan
menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhanyang normal. Metode pendidikan juga harus
mengandung nilai-nilai instrinsik danekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional
dapatdirealisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku padasalah satu
pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan.Kedudukan guru dan siswa
harus benar-benar dimengerti oleh keduanya sehingga dapatmenjalankan peranannya masing-masing
dengan baik.

Sumber:

 Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu,. Yogyakarta: Liberty, 2004.


 Isma’il, Muhammad al-Husain, Kebenaran Mutlak,. Jakarta: SAHARA, 2006.
 Nasr, Seyyed Hossein, The Heart of Islam,. Bandung: Mizan, 2003.
 Qadir, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya,. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1938.
1.3  Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Filsafat Pendidikan
2.2  Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
 2.3 Peranan Filsafat Pendidikan
2.4  Epistemologi Dan Pendidikan
2.5 Aksiologi Dan Pendidikan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang memiliki tujuan. Tujuan proses
perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang
paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan
terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan misalnya: iklim,
makanan, kesehatan, keamanan sesuai dengan kebutuhan manusia adanya aktifitas dan lembaga-
lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problema itu. Karena manusia
berkesimpulan, dan yakin bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi
manusia sebagai aktualitas, maka pendidikan itu diselenggarakan. Timbulnya problem dan
pikiran pemecahan itu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan berarti
pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang
memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan
ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan.  
Ada yang berpandangan bahwa filsafat adalah wilayah pemikiran yang dapat
mempengaruhi tingkat keberimanan seseorang. Karena itu, dapatlah dimengerti jika pada
anggapan ini filsafat diletakkan sebagai wilayah yang haram disentuh dan dipelajari. Sebenarnya
mempelajari filsafat tidaklah sulit yang dibayangkan sebagian orang. Sebab filsafat pada
kenyatannya adalah urusan yang bertalian dengan hidup dan konteks manusia dalam melibatkan
sejarahnya. Filsafat merupakan bagian dari hidup manusia sendiri. Pemikiran filosofis dilihat
dari sudut ini adalah bentuk pemikiran reflektif yang melihat hidup dari sisi yang lebih dalam
dan bermakna. Pertanyaan tentang keadilan, hak asasi manusia, makna hidup dan hendak
kemana manusia setelah mati merupakan medan pemikiran reflektif filosofis. Karena filsafat
melihat segala sesuatu dari sudut yang mendalam, filsafat cendrung radikal, mempertanyakan
segala sesuatu secara mendasar dan tidak mau melihat gejala yang nampak sebagai hal yang
biasa-biasa saja.
Filsafat adalah seni bertanya, mengapa ini begini, kenapa tidak begitu. Pertanyaan
demikian adalah spirit dan inti filsafat. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para filsuf
melahirkan jawaban-jawaban yang serius dan berimplikasi besar yang kemudian mempengaruhi
cara pandang manusia dalam melihat dan mengerti kompleksitas kehidupan (Bambang, 2003: 5).
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut.
1.2  Rumusan masalah
1.      Apa itu filsafat pendidikan ?
2.      Bagaimana hubungan pendidikan dengan filsafat ?
3.      Bagaimana peran filsafat pendidikan ?
4.      Bagaimana hubungan epistemologi dan aksiologi dengan pendidikan ?

1.3  Tujuan penulisan
1.      Menjelaskan apa itu filsafat pendidikan.
2.      Menjelaskan hubungan pendidikan dengan filsafat.
3.      Menjelaskan peran filsafat.
4.      Menjelaskan hubungan epistemologi dan aksiologi dengan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Filsafat Pendidikan


 Kata filsafat atau falsafah berasal dari bahasa Yunani Philosophia yang berarti
kebijkasanaan. Ada yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata philos (keinginan)
dan Sophia (hikmah, kebijaksanaan), dan ada juga yang mengatakan berasal dari
kata phia (mengutamakan, lebih suka) dan Sophia (hikmah, kebijksanaan) (Fathurrahman
Djamil, 1999:1). Jadi filsafat berarti mencintai atau lebih suka atau keinginan kepada
kebijaksanaan.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa filsafat berarti alam berpikir, dan berfilsafat
adalah berpikir. Tetapi tidak semua kegiatan berpikir bisa disebut berfilsafat. Berpikir yang
disebut berfilsafat adalah berpikir dengan isaf, yaitu berpikir dengan teliti dan menurut suatu
aturan yang pasti. Harun Nasution mengatakan bahwa intisari filsafat adalah berpikir menurut
tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai pada dasar persoalan. Ini sesuai dengan tugas filsafat yaitu
mengetahui sebab-sebab sesuatu, menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental, dan pokok
serta bertanggungjawab, sehingga dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
(Fathurrahman Djamil, 1999: 2).
Suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif).
Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikir manusia. Filsafat mencoba
mengerti, menganalisa, menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan dalam jangkauan
rasio manusia, secara kritis, rasional, dan mendalam. Kesimpulan filsafat bersifat hakiki,
meskipun masih relatif dan subyektif. Filfasat dipandang sebagai induknya ilmu pengetahuan
atau yang melahirkan ilmu pengetahuan. Bahkan karena kedudukannya yang tinggi, filsafat
disebut pula sebagai ratu ilmu pengetahuan (queen of knowledge) (Mohammad Noor Syam,
1984: 16).
Will Durant mengatakan tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan diakhiri dengan seni. Aguste
Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan, tahap religius, metafisika dan positif.
Tahap asas religi dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran
dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) ujud
yang menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system
pengetahua di atas dasar postulat metafisika. Tahap ketiga pengetahuan ilmiah, (ilmu) di mana
asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif (Jujun S
Suriasumantri, 1990:25).
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang
mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir filsafat
mempermasalahkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu, dia pun mulai merambah
pertanyaan lain. Tentu saja tiap zaman mempunyai masalah yang merupakan mode pada waktu
itu.
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar
dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang
utama filsafat kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada; tentang hakikat
keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya
terangkum dalam metafisika; dan kedua, politik; yakni kajian mengenai organisasi
sosial/pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi
cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik di antaranya filsafat
pendidikan. Cabang-cabang filsafat antara lain: 1) Epistemologi (filsafat pengetahuan), 2) etika
(filsafat moral), 3) estetika (filsafat seni), 4) metafisika, 5) politik (filsafat pemerintahan), 6)
filsafat agama, 7) filsafat ilmu, 8) filsafat pendidikan, 9) filsafat hukum, 10) filsafat sejarah, 11)
filsafat matematika ((Jujun S Suriasumantri, 1990:32).

2.2 Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan


Pendidikan dan filsafat tak terpisahkan sebab tujuan pendidikan adalah juga tujuan filsafat-
kebijaksanaan; dan jalan yang ditempuh filsafat adalah juga jalan yang dilalui pendidikan-
bertanya dan menyelidiki yang dapat membimbing ke arah kebijaksanaan. Berfilsafat dan
mendidik adalah dua phase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan
mempertimbangkan nila-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha
merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia.
Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan
generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan
dengan cara ini demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya di
dalam kehidupan mereka.
Menurut Brauner dan Burns peranan filsafat pendidikan suatu komponen (sebagai)
aktivitas berfilsafat ialah untuk membantu tujuan-tujuan pedagogis yang dapat kita tetapkan
meliputi empat aspek yang saling berhubungan yaitu: fungsi analisa, evaluasi, spekulatif dan
integrative (Mohammad Noor Syam, 1984: 45).
Bahkan sesungguhnya tak ada satu konsepsi dan ide pendidikan tanpa ide dan
latarbelakang filsafat. Apakah yang hendak diamati oleh pendidikan, bagaimana konsepsi
pelaksanaan pendidikan amat tergantung kepada latarbelakang nilai-nilai filsafat. Tetapi konsepsi
pendidikan sebagai suatu fungsi dan proses sosial tak akan mempunyai arti secara definitif tanpa
lebih dahulu adanya suatu gambaran jenis masyarakat ideal.
Bagaimana wujud masyarakat ideal yang hendak kita ciptakan melalui proses pendidikan, bukan
sekedar gambaran dari satu pemikiran seorang tokoh atau pikiran seorang filosof. Gambaran
masyarakat ideal sudah mempunyai dasar-dasar filosofis di dalam sosio kultural suatu
masyarakat, suatu bangsa. Gambaran masyarakat ideal adalah produk ide-ide filsafat yang
melembaga dalam tata hidup masyarakat, telah tumbuh sebagai bagian daripada sosio kultural
yang sesuai dengan sosio-psikologis, atau kepribadian suatu bangsa inilah yang akan tumbuh
sebagai realita, sebagai filsafat hidup. Misalnya, apa yang kita ketahui tentang ajaran filsafat
Pancasila sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sebelum Indonesia merdeka 17 Agustus
1945, nilai-nilai filsafat Pancasila pada dasarnya telah menjadi sosio-kultural, bahkan merupakan
kepribadian Indonesia. Oleh sebab itu ketika Indonesia merdeka, ajaran filsafat tersebut
didudukkan secara formal sebagai filsafat negara, hanyalah merupakan proses restorasi
(penempatan pada kedudukannya yang wajar).
Mengapa masalah-masalah pendidikan merupakan bagian  daripada kehidupan obyektif manusia,
sebagai persolan-persoalan praktis, harus dibahas secara filosofis. Apakah dengan demikian
malahan menyebabkan pemecahan persoalan bersifat teoritis, mengambang dari kehidupan yang
realitis (Imam, Barnadib, 1988: 15).
Jika ada pertanyaan-pertanyaan demikian, ini disebabkan karena pemikiran filosofis
dipandang sebagai pikiran–pikiran teoritis, perenungan-perenungan yang tidak bertolak atas
kenyataan sosio-kultural dan kebutuhan manusia. Padahal, pikiran filosofis ialah pikiran murni
yang berusaha mengerti segala sesuatu secara hakiki, ingin mengerti sedalam-dalamnya untuk
menemukan kebenaran. Caranya dapat melalui induksi, deduksi, analisa rasional atas faktor-
faktor, perenungan atas konsepsi-konsepsi, pemahaman atas observasi, atau juga melalui intuisi.
Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata di bawah ini,
bahwa analisa persoalan tidak mungkin semata-mata melalui analisa ilmiah. Sebab masalahnya
memang masalah filosofis, misalnya meliputi
1.       Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin, guna membina kepribadian manusia, atau
tidak. Apakah potensi-hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor luar (alam
sekitar dan pendidikan). Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan
dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan.
Sebaliknya, mengapa seorang anak yang abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah,
meskipun didik dengan positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.
2.      apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu guna individu sendiri, atau
untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan bagi pembinaan manusia pribadi,
ataukah untuk masyarakatnya. Apakah pembinaan pribadi manusia itu demi hidup yang riil
dalam masyarakat dan dunia ini ataukah bagi kehidupan akherat yang kekal.
3.      apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana  kedudukan individu di dalam masyarakat;
apakah pribadi itu independen ataukah dependent di dalam masyarakat. Apakah hakekat pribadi
manusia, manakah yang utama yang sesungguhnya baik untuk pendidikan bagi manusia, ataukah
perasaan (akal, intelek atau akalnya, ataukah kemauan, ataukah perasaan (akal, karsa, rasa);
apakah pendidikan jasmani atakukah rohani dan moral yang lebih utama. Ataukah pendidikan
kecakapan-kecakapan praktis (skill), jasmani yang sehat, ataukah semunya.
4.       untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah isi pendidikan (curriculum) yang
diutamakan yang relevan dengan pembinaan kepribadian sekaligus kecakapan memangku suatu
jabatan di dalam masyarakat. Apakah curriculum yang luas dengan konsekuensi kurang intensif
ataukah dengan curriculum yang terbatas tetapi intensif penguasaannya sehingga praktis.
5.      bagaimana atas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan
otonomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan leadership yang instruktif ataukah
secara demokratis. Bagaimana metode pendidikan yang efektif membina kepribadian baik
teoritis-ilmiah, kepemimpinan, maupun moral dan aspek-aspek sosial dan skill yang
praktis.Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat Islam pada khususnya adalah bagian dari
ilmu filsafat, maka dalam mempelajari filsafat pendidikan perlu memahami terlebih dahulu
tentang pengertian filsafat terutama dengan hubungannya dengan masalah pendidikan khususnya
pendidikan Islam (Zuhairini, 1994: 32).
Berbagai pengertian (definisi) tentang Filsafat Pendidikan yang telah dikemukakan oleh para
ahli, Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang
menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan
proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan
maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan
pengalaman kemanusian merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan. Sementara itu,
filsafat juga didefinisikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam
bidang pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek pelaksana
falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang
menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan
secara praktis (Imam Barnadib, 1997: 24).
Barnadib mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya
merup
akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan
bersifat filosofis, bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisa
filosofis terhadap bidang pendidikan
2.3  Peranan Filsafat Pendidikan
Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan
kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu.
 Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data
kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori
pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
   Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan
pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan
dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi
filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau
perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan
dan pandangan hidup dari masyarakat.
Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern ini
diakui sebagai suatu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas seseorang. Tidak ada
suatu fungsidan jabatan di dalam mesyarakat tanpa melalui proses pendidikan. Seluruh aspek
kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam arti demikian, terutama berlangsung di dalam
dan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah, universitas). Akan tetapi scope
pendidikan lebih daripadanya hanya pendidikan formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan
terjadi pula proses pendidikan kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang
berlangsung di dalam kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan
berlangsung sepanjang kehidupan manusia.
Meskipun pengaruh pendidikan informal ini tak terukur dalam perkembangan pribadi,
tapi tetapdiakui adanya. Secara sederhana misalnya, orang yang tak pernah mengalami
pendidikan formal, merekayang buta huruf, namun mereka tetap dapat hidup dan melaksanakan
fungsi-fungi sosial yang sederhana.Alam dan lingkungan sosial serta kondisi dan kebutuhan
hidup telah mendidik mereka. Akan tatapi, yang paling diharapkan ialah pendidikan formal yang
relatif baik, dilengkapi dengan suasana pendidikaninformal yang relatif baik pula. Ini ternyata
dari usaha pemerintah, pendidik dan para orang tua untuk membina masyarakat keseluruhan
sebagai satu kehidupan yang sehat lahir dan batin. Sebab, krisisapapun yang terjadi di dalam
masyarakt akan berpengaruh negatif bagi manusia, terutama anak-anak,genarasi muda.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang
jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai
konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek
terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Scope dan peranan pendidikan dalam arti luas seperti dimaksud diatas, dilukiskan oleh
Prof.Richey dalam buku “Planning for Teaching, an Intriduction to Educatiomn”, antara lain
sebagai berikut :Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikankehidupan suatu masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan
tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktifitas sosial
yang efensial yangmemungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang.
Di dalam masyarakat yang kompleks/modern,fungsi pendidikan ini mengalamai proses
spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yangtetap berhubungan dengan proses
pendidikan informal di luar sekolahFilsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman
kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja didalamnya. Hal tersebut akan
mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijaksana, menghubungkan usaha-usaha
pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negara. Pemahaman akan filsafat
pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana
dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
  Prof Brubacher dalam buku “Modren Philosphies of education” menulis tentang fungsi
filsafat pendidikan secara terinci, dan pokok pemikirannya tentang fungsi filsafat pendidikan,
yang akan dibahas berikut
1.       Fungsi Spekulatif
Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan
mencobamerumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang
telah ada dari segiilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan
pendidikan dan antar hubungannyadengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan.
2.       Fungsi Normatif
Sebagai penentu arah, pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan
pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya norma moral yang
bagaimanasebaiknya yang manusia cita-citakan. Bagaimana filsafat pendidikan memberikan
norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah,
yang pada akhirnyamembentuk kebudayan
3.      Fungsi Kritik
Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan
danmenafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi baik kepribadian
maupunachievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan komparatif atas sesuatu,
untuk mendapatkesimpulan. Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan
data-data obyektif (angka-angka, statistik). Juga untuk menetapkan asmsi atau hipotesa yang
lebih resonable. Filsafat haruskompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan
bidang ilmiah, melengkapinya dengan datadan argumentasi yang tak didapatkna dari data ilmiah.
4.       Fungsi Teori dan Praktek
Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah
berfungsiteori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek pendidikan. Filsafat
memberikan prinsip- prinsip umum bagi suatu praktek.
5.      Fungsi Integratif
Mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asa kerohanian atau ronya pendidikan, maka
fungiintegratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemadu fungsional semua nilai
dan asasnormatif dalam ilmu pendidikan (ingat, ilmu kependidikan sebagai ilmu normatif).
Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu
metafisika, epistimologi, dan aksiologi (Usiono, 2006: 98-99)
 Jika kita ingin menkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan
filsafat yaitu, metafisika, epistimologi, dan aksiologi. v  Metafisika dan Pendidikan
            Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia,
hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi
persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia
memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami
filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan. Seorang guru
seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat
manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat manusia :
         Manusia adalah makhluk jasmani rohani
         Manusia adalah makhluk individual sosialü
         Manusia adalah makhluk yang bebas
         Manusia adalah makhluk menyeluruh.
Metafisika merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari masalah hakikat ; hakikat
dunia,hakikat manusia,termasuk di dsalam nya hakikat anak.Mempelajari metafisika bagi filsafat
pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan pendidikan,untuk mengetahui
bagaimana dunia anak,apakah ia merupakan mahkluk rohani atau jasmani saja,atau keduanya
 Metafisika memiliki implikasi-implikasi pentinguntuk pendidikan karena kurikulum
sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas.Dan apa yang kita ketahui
mengenai realitas itu di kendalikan/didorong oleh jenis-jenis pertanyaan yang di ajukan
mengenai dunia.Pada kenyataan nya,setiap posisi yang berkenaan dengan apa yang harus di
ajarkan sekolah di belakangnya memiliki suatu pandangan realitas tertentu,sejumlah respons
tertentu pada pertanyaan-pertanyaan metafisika (Usiono, 2006: 100). Metafisika terbagi dua ,
yaitu  Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang
berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan
hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan
hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan
yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007: 144).
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat
pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita
membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa obyek formal dari
ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hal senada juga dilontarkan oleh Jujun Suriasumantri,
bahwa ontologi membahas apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada (Jujun S. Suriasumantri, 2003: 34). 
Metafisika Khusus  Di dalam persoalan metafisika khusus ada beberapa permasalahan
yang dibahas di dalamnya, antara lain :
Teology memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Adapun yang dimaksud dengan
teologi dalam ruang lingkup metafisika adalah filsafat ketuhanan yang bertitik tolak semata-mata
kepada kejadian alam (teologi naturalis). Dalam bukunya yang berjudul philosophie, karl Jaspers
memberikan pembahasan mengenai berbagai cara yang dapat menyebabkan manusia mempunyai
keinsafan tentang adanya tuhan, berdasarkan atas sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra
 Pertama-tama terdapat suatu cara yang formal, yang menunjukkan bahwa segenap
pengertian hakiki dimiliki oleh manusia pada adanya sesuatu yang tidak terbatas, yang
menyebabkan manusia menginsafi bahwa tuhan terdapat jauh di dalam lubuk hatinya. Juga
terdapat cara simbolik yang terdapat di dalam mitos serta tulisan tangan tentang adanya tuhan.
Ada beberapa pembahasn dalam hal ini, antara lain :
1.    Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.Mengajukan Pertanyaan-
Pertanyaan sekitar Tuhan dan bagaimana hubungannya dengan realitas,bagaimana hubungan
Tuhan dengan manusia dan dengan kosmos.
2.     Kosmologi membicarakan realitas jagat raya,yakni keseluruhan sistem alam semesta.Kosmologi
terbatas pada realitas yang lebih nyata,yaitu alam fisik ,tidak mungkin pengamatan dan
penghayatan indra mampu mencakupnya.Oleh karena itu,kosmologi menghayati realitas kosmos
secara intelektual
3.    Manusia Seperti Yang Telah diuraikan,bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas,
termasuk hakikat manusia dan hakikat anak.Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi
4.    Manusia sebagai makhluk individu Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang
unik,berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.Tidak ada manusia yang persis sama
diciptakan Tuhan di jagat raya ini,walaupun pada anak  (manusia) kembar sekalipun.Secara fisik
mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan,namun secara psikologis rohaniah akan
banyak menunjukkan perbedaan.
5.    Manusia sebagai makhluk sosial.  Manusia Lahir ke dunia dari rahim ibunya dalam keadaan
tidak mengetahui apa-apa,ia lahir dalam keadaan tidak berdaya.Namun,bersamaan dengan itu,ia
lahir memiliki potensi kemanusiaan berupa kekuatan pendengaran,kekuatan penglihatan ,dan
budi nurani.Potensi kemanusiaan tersebut merupakan modal dasar bagi manusia untuk
berkembang menjadi dirinya sendiri.
6.    Manusia sebagai makhluk susila. Manusia yang lahir dilengkapi denagan kata hati atau hati
nurani,yang memungkinkan ia memiliki potensi untuk dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk ,sehingga ia dapat memiliki pengetahuan  yang berkaitan dengan itu.Manusia sebagai
makhluk susila mampu memikirkan dan menciptakan norma-norma.
7.    Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan. Manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi dan
mampu mengadakan komunikasi dengan Tuhan sebagai maha pencipta alam semesta.
 2.4  Epistemologi dan Pendidikan
Kumpulan pertanyaan berikutnya yang berhubungan dengan para guru adalah
epistimologi.Pertanyaan-pertanyaan ini semuanya terfokus pada pengetahuan: Pengetahuan apa
yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung?. Bagaimana kita mengetahui bahwa kita
mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan?
Apakah kebenaran itu konstan, ataukah Kebenaran itu berubah dari situasi satu ke situasi
lainnya? Dan pada akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?
2.5  Akisologi dan Pendidikan
Akisologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan
tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan , karena dunia nilai akan selalui
dipertimbangkan,atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan perbuatan
pendidikan. Brubacher mengemukakan tentang hubungan antar asikologi dengan pendidikan.
            Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata
dibawah ini, mengertilah kita bahwa analisa ilmiah. Sebab masalahnya memang masalah
filosofis, misalnya meliputi :
1.      Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin berguna membina kepribadian manusia atau
tidak. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor luar (alam
sekitar dan kpribadian)
2.       Mengapa anak yang potensinya hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang
baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana yang diharapkan. Sebaliknya,
mengapa seoraang anak abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun di didik dengan
positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.
3.      Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu berguna untuk individu
sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan untuk pembinaan
manusia pribadi, apakah untuk masyarakat.
4.       Apakah hakikat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam masyarakat,
apakah pribadi itu independent ataukah dependent di dalam masyarakat.
5.       Apakah hakikat pribadi itu, manakah yang utama untuk dididik, apakah ilmu, intelek atau
akalnya, ataukah kemauannya.
6.      Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan
otomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan kepemimpinan yang instruktif ataukah
secara demokratis.
7.      Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk membina kepribadian.
Tiap-tiap pendidik seogianya mengerti bagaimana jawaban-jawaban yang tepat atas
problema di atas, sehingga dalam melaksanakan fungsinya akan lebih mantap. Mereka yang
memilih propesi keguruan sepantasnya mengerti latar belakang kebijaksanaan strategi dan politik
pendidikan pada umumnya, khususnya pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang menjadi
tanggung jawabnya. Asas kesadaran kebenaran-kebenaran dari jawaban tersebut merupakan
prinsip-prinsip yang pudamental untuk keberhasilan tugas pendidikan.
Dengan mengerti asas-asas dan nilai filosofis itu dan mendasarkan segenap pelaksanaan
pendidikan menjadi norma-norma pendidikan. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan
asas normatif di dalam pendidikan, yaitu norma-norma yang berlaku di dalam dunia pendidikan

DAFTAR PUSTAKA
http://mjulijanto.wordpress.com/2010/05/19/pengantar-filsafat-pendidikan/
http://www.anakciremai.com/2008/08/analisis-filsafat-dan-teori-pendidikan.html
http://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/
http://massofa.wordpress.com/2008/01/15/peranan-filsafat-pendidikan-dalam-pengembangan-
ilmu-pendidikan/
http://edu-articles.com/guru-dan-filsafat-pendidikan/
Peran Filsafat Pendidikan di SD
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang
didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-
bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam
suatu masyarakat tertentu. 

Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern ini diakuisebagai sesuatu
kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas seseorang. Tidak ada suatu fungsidan jabatan di dalam
mesyarakat tanpa melalui proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam arti
demikian, terutama berlangsung di dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah, universitas).
Akan tetapi scope pendidikan lebih daripadanya hanya pendidikan formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan
terjadi pula proses pendidikan kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di dalam
kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. 

Meskipun pengaruh pendidikan informal ini tak terukur dalam perkembangan pribadi, tapi tetap diakui adanya.
Secara sederhana misalnya, orang yang tak pernah mengalami pendidikan formal, merekayang buta huruf, namun
mereka tetap dapat hidup dan melaksanakan fungsi-fungi sosial yang sederhana.Alam dan lingkungan sosial serta
kondisi dan kebutuhan hidup telah mendidik mereka. Akan tatapi, yang paling diharapkan ialah pendidikan formal
yang relatif baik, dilengkapi dengan suasana pendidikaninformal yang relatif baik pula. Ini ternyata dari usaha
pemerintah, pendidik dan para orang tua untuk membina masyarakat keseluruhan sebagai satu kehidupan yang
sehat lahir dan batin. Sebab, krisisapapun yang terjadi di dalam masyarakt akan berpengaruh negatif bagi manusia,
terutama anak-anak,genarasi muda. 

Peranan filsafat pendidikan itu sendiri adalah memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara
bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan
pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar
tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu, Suatu ilmu
baru muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan
pembentukan ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan sebagai induk dari semua bidang ilmu. Bagi filsafat pendidikan
berkepentingan untuk membangun Filsafat hidup agar bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-
hari, dan untuk selanjutnya, kehidupan sehari-hari tersebut selalu dalam keteraturan. Jadi untuk pendidikan,
Filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal-mula, eksistensi, dan tujuan
kehidupan manusia. 

Bagi guru dan pendidik pada umumnya, filsafat pendidikan itu sangat perlu karena tindakan-tindakannya mendidik
dan mengajar akan selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya dan oleh filsafat pendidikan yang dianutnya.filsafat
pendidikan akan member arah kepada peerbuatannya mendidik dan mengajar.misal dalam menyusun kurikulum
sekolah,guru harus jelas merumuskan tujuan kurikulum itu, dan untuk itu ia harus merujuk kepada filsafat
pendidikannya.perlakuannya terhadap siswa merupakan releksi filsafatnya.Gaya mengajarnya juga akan
dipengaruhi oleh filsafatnya yang dianutnya.seorang guru seharusnya memiliki filsafat hidup dan filsafat
pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari kepribadiannya.oleh karena itu bagi seorang mahasiswa calon
guru mempelajari ilmu filsafat dan ilmu filsafat pendidikan adalah perlu.bukan saja memperluas wawasannya
mengenai pendidikan serta membantunya dalam memmahami siswa dan mengembangkannya gaya belajar yang
tepat, tetapi juga dapat menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia.dan yang lebih
penting lagi bahwa sikap dan tindakanya yang mencerminkan filsfatnya akan berpengaruh kepada
siswanya.disinilah peran yang sangat esensial dari seorang guru. 

Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan
pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks,
yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh
sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui
filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena
tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan
tujuan hidup. 

Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup
bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan
mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat
pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. 

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu
secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh
menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial
manusia memungkinkan misalnya: iklim, makanan, kesehatan, keamanan sesuai dengan kebutuhan manusia
adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problema itu. Karena
manusia berkesimpulan, dan yakin bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia
sebaga aktualitas, maka pendidikan itu diselenggarakan. Timbulnya problem dan pikiran pemecahan itu adalah
bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide
filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi
pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan
pendidikan. 
Peran filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru mengetahui hakekat manusia, khususnya anak
sehingga tahu bagaimana cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan. Dengan
filsafat epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan kepada siswa, bagaimana cara memperoleh
pengetahuan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru
memehami yang harus diperoleh siswa tidak hanya kuantitas pendidikan tetapi juga kualitas kehidupan karena
pengetahuan tersebut. Yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan yang
dimiliki dan berhubungan kuat dengan perilaku guru, yaitu: Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran,
siswa, pengetahuan, dan apa yang perlu diketahui. 

Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan
prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru Sekolah Dasar baik mengetahui atau tidak
memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh
serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. 

Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan
menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru Sekolah Dasar dapat menemukan berbagai
pemecahan permasalahan pendidikan

Anda mungkin juga menyukai