Anda di halaman 1dari 14

TEORI

Rabu, 11 September 2019


PENGEMBANGAN
KURIKULUM SD
LANDASAN FILOSOFIS DAN
LANDASAN PSIKOLOGIS

Oleh

ULFAH SAMROTUL FUADAH


1907590
S2 PENDAS C

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
DAFTAR ISI

JUDUL ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 2
C. TUJUAN ............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................ 3
A. LANDASAN FILOSOFIS .................................................................. 4
B. LANDASAN PSIKOLOGIS .............................................................. 7
BAB III .......................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN .................................................................................. 11
B. REKOMENDASI............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12

i
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir
tidak berdaya dan memerlukan orang lain untuk membantu kebutuhan hidupnya.
Meskipun begitu, manusia memiliki potensi yang dapat mereka gunakan untuk
menjalani kehidupan dan mencapai tujuan. Namun, potensi tersebut tidak dapat
secara langsung berfungsi atau dapat mereka gunakan dengan begitu saja. Manusia
memerlukan latihan dan bimbingan untuk mengembangkan potensi tersebut.
Disinilah peran pendidikan sangat diperlukan.
Kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan melalui jalur formal, nonformal, dan
informal. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, pastinya harus ada sebuah
pedoman yang akan mengarahkan kegiatan pendidikan agar dapat mencapai tujuan
sesuai norma, nilai-nilai, dan cita-cita negara. Pedoman inilah yang disebut dengan
kurikulum. Dalam undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19
disebutkan bahwa kurikulum merupakan “seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. Kurikulum berperan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan menjadi batasan atau arah kemana pendidikan akan
dilaksanakan. Tanpa kurikulum, kegiatan pembelajaran akan kacau dan tidak tentu
arah.
Kurikulum dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Hal tersebut dapat
diakibatkan oleh usaha pengesuaian terhadap tuntutan zaman dan supaya
mendapatkan kurikulum yang lebih baik. Dalam kegiatan pengembangan
kurikulum tersebut, tentunya ada hal-hal yang mendasar dan dijadikan landasan
supaya kurikulum yang dikembangkan tidak terlalu jauh dari tujuan pendidikan
yang utama sesuai cita-cita negara. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pondasi,
dasar, atau landasan yang akan menjadi pijakan dalam pengembangan kurikulum.
Menurut Majir (2017, hlm. 33), landasan pengembangan kurikulum ada empat
yaitu, landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan

1
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut Sanjaya (2008, hlm. 42), ilmu
pengetahuan dan teknologi termasuk pada landasan sosiologis-teknologis. Winarso
(2015, hlm. 1) berpendapat bahwa landasan pengembangan kurikulum itu ada tiga
yaitu, filosofis, psikologis, dan sosial budaya. Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai dua landasan yaitu landasan filosofis dan landasan psikologis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum?

C. TUJUAN
1. Menginformasikan landasan filosofis dalam pengembangkan kurikulum.
2. Menginformasikan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum.

2
BAB II

Menurut Winarso (2015, hlm.1), landasan adalah “suatu gagasan atau


kepercayaan yang menjadi sandaran suatu prinsip. Sedangkan menurut Bahri (2011,
hlm. 20), landasan adalah “dasar untuk berdirinya sesuatu”. Dari kedua pendapat
tersebut, dapat saya simpulkan bahwa landasan merupakan dasar yang dijadikan
pijakan untuk sesuatu supaya dapat berdiri kokoh dan dijadikan sandara atas
berbagai hal yang akan dilakukan. Landasan ini memiliki peran yang sangat
penting. Ibaratkan seperti sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut tidak memiliki
pondasi, maka dapat dibayangkan bangunan yang berdiri akan sulit terbentuk dan
tidak akan berdiri sempurna. Begitupun jika landasan yang dibuat tidak kokoh,
maka bangunan yang berdiri akan mudah rusak dan runtuh. Semakin baik dan
kokoh pondasi yang dibuat, maka akan semakin kokoh pula bangunan yang berdiri.
Perumpamaan ini juga dapat berlaku untuk landasan dalam pengembangan
kurikulum.
Landasan pengembangan kurikulum merupakan dasar atau pijakan yang
digunakan dalam kegiatan mengembangkan kurikulum. Landasan tersebut akan
memberikan arah dan dasar pemikiran supaya kurikulum yang dikembangkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan sesuai cita-cita suatu bangsa. Beberapa ahli ada
yang memiliki pendapat berbeda dalam menentukan landasan pengembangan
kurikulum. Menurut Majir (2017, hlm. 33), landasan pengembangan kurikulum ada
empat yaitu, (1) landasan filosofis; (2) landasan psikologis; (3) landasan sosiologis;
dan (4) landasan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut Sanjaya
(2008, hlm. 42), ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk pada landasan
sosiologis-teknologis. Winarso (2015, hlm. 1) berpendapat bahwa landasan
pengembangan kurikulum itu ada tiga yaitu, filosofis, psikologis, dan sosial budaya.
Meskipun berbeda pendapat, pada intinya landasan-landasan tersebut saling terkait
dan menjadi pondasi yang kuat dalam pengembangan kurikulum.
Lawton (dalam Sanjaya, 2008, hlm.38) menggambarkan hubungan landasan
dalam proses pengembangan kurikulum.

3
Filosofi Sosiologi dan Teknologi Psikologi

Pengembangan kurikulum

Konsep Kurikulum

Kurikulum

Gambar 1.1 Bagan landasan pengembangan kurikulum menurut Lawton (Sanjaya,


2008, hlm. 38)

Diagram tersebut menggambarkan hubungan antara landasan dengan proses


pengembangan kurikulum. Landasan-landasan tersebut menjadi dasar
pertimbangan dan pijakan dalam pengembangan kurikulum. Seperti arah
pengembangan kurikulum, hal yang harus diperhatikan, hal yang dibutuhkan
masyarakat, serta keadaan zaman. Landasan juga dapat menjadi sumber dalam
menentukan keputusan kurikulum yang akan dirancang. Hal tersebut membuat
landasan memiliki peran yang penting. Berikut peran landasan menurut Lawton
(Sanjaya, 2008, hlm. 38).
1. Landasan memberikan pandangan yang jelas mengenai hakikat ilmu
pengetahuan dan hakikat nilai dalam pengembangan kurikulum
2. Landasan memberikan gambaran mengenai kebudayaan masyarakat dan
kebutuhan masyarakat yang akan datang dalam pengembangan kurikulum
3. Landasan memberikan arahan dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan
hakikat pembelajaran serta peserta didik sebagai individu yang akan belajar.

A. LANDASAN FILOSOFIS
Menurut Majir (2017, hlm. 33), arti kata filsafat secara harfiah yaitu cinta
akan kebijakan atau love of wisdom. Dalam bahasa Yunani, filsafat terdiri dari dua
kata yaitu philos yang berarti cinta yang mendalam dan sophia yang berarti kearifan

4
dan kebijaksanaan (dalam Sanjaya, 2008, hlm. 43). Proses berpikir secara
mendalam, logis, dan sistematis sangat diperlukan untuk memperoleh atau
memahami sesuatu secara bijak. Tidak semua proses berpikir dapat dikatakan
sebagai kegiatan berfilsafat, namun berfilsafat pasti melakukan proses berpikir
yang mendalam.
Sanjaya (2008, hlm. 46) menyatakan bahwa proses berpikir yang dapat
dikatakan sebagai berfilsafat memiliki tiga ciri yaitu, (1) berpikir radikal; (2)
sistematis; dan (3) universal. Berpikir secara radikal dapat berarti berpikir secara
mendalam sampai ke akar mengenai topik pemikiran tersebut. Mereka tidak akan
puas hanya dengan mendapatkan jawaban dari pertanyaan apa arti topik tersebut.
mereka akan selalu memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam sampai
topik yang mereka pahami diyakini kebenarannya. Berpikir sistematis dapat berarti
proses berpikir yang dilakukan bertahap, berjenjang, berhubungan, dan berada pada
keteraturan. Mereka tidak akan melakukan pemikiran yang berpindah-pindah dari
topik satu ke topik yang lain dengan tiba-tiba. Berpikir secara universal berarti
berpikir secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Hasil pemikiran tersebut
akhirnya melahirkan pandangan-pandangan yang dijadikan sebagai falsafah hidup
atau arah kehidupan manusia.
Terdapat beberapa aliran filsafat yang mempengaruhi kegiatan pendidikan.
Menurut Majir (2017, hlm. 36), ada tiga pemikiran filsafat yang memengaruhi
dunia pendidikan yaitu, (1) idealisme; (2) realisme; dan (3) pragmatisme.
Sedangkan menurut Ekanem (2014, hlm. 267-268), ada empat pemikiran filsafat
yang memengaruhi dunia pendidikan yaitu, (1) idealisme; (2) realisme; (3)
pragmatisme; dan (4) eksistensialisme.
Filsafat idealisme menganggap bahwa materi adalah ilusi. Mereka
menekankan pada hal yang bersifat moral, spiritual, dan hal-hal yang didorong oleh
sesuatu yang ada dalam dirinya. Pendidikan yang menganut pada aliran filsafat ini
mengembangkan tujuan pendidikan yang berpusat pada pembentukan karakter,
pembentukan bakat, serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang menitikberatkan
pada hakikat kemanusiaannya. Realisme lebih meyakini kenyataan dari pada
pendapat atau dugaan. Mereka lebih meyakini apa yang dapat mereka amati
menggunakan panca indera dan jelas kebenarannya. Implikasi pada pendidikan

5
yang menganut filsafat ini yaitu pembelajaran dengan pendekatan subject centered.
Peserta didik mempelajari berbagai hal mengenai dunia yang mereka tempati.
Aliran filsafat pragmatisme meyakini bahwa kebenaran merupakan sesuatu yang
dapat mereka rasakan sendiri dan mereka mendapat manfaatnya. Implikasi
pengaruh aliran filsafat ini pada pendidikan yaitu bahwa pendidikan diarahkan
supaya peserta didik mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai berbagai
hal yang mereka pelajari dan akan bermanfaat dalam kehidupannya. Peserta didik
harus terlibat langsung dalam proses pendidikan dan dengan lingkungannya. Aliran
filsafat eksistensialisme meyakini bahwa manusia memiliki hak untuk bebas dan
memilih pilihannya sendiri dengan tanggung jawab menerima konsekuensi dari
pilihannya. Pengaruh aliran ini terhadap pada pendidikan yaitu bahwa peserta didik
harus dilibatkan dalam pemilihan pembelajaran apa yang ingin mereka lakukan.
Mereka diberi hak untuk memilih.
Selain dari aliran-aliran filsafat yang telah dijelaskan, filsafat pendidikan juga
dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu cita-cita masyarakat dan kebutuhan peserta
didik yang hidup dimasyarakat. Setiap negara tidak pasti akan memiliki atau
menganut aliran filsafat yang sama sebagai landasan pengembangan kurikulum
pendidikannya. Hal ini menyebabkan kurikulum pendidikan yang berbeda karena
perbedaan landasan yang digunakan. Berdasakan hal ini, dapat kita pahami bahwa
landasan filsafat dalam pengembangan kurikulum merupakan hasil berpikir yang
digunakan dalam merencanakan, mimbimbing dan memberikan arah dalam
pengembangan kurikulum (dalam Majir, 2017, hlm. 34).
Landasan filsafat ini sangat penting dalam memberikan pijakan
pengembangan kurikulum. Menurut Ekanem (2014, hlm. 267) “without philosophy,
educators will have no direction as to what and how to organize and implement
whatever we are trying to achieve within the school system”, yang dapat saya
artikan bahwa tanpa landasan filsafat, pendidik tidak akan memiliki arah tentang
apa dan bagaimana mengorganisasikan berbagai hal yang ingin dicapai dalam
kegiatan pendidikan. Hal tersebut dapat mengakibatkan kekacauan dan banyak
kekeliruan karena ketidaktahuan dasar pemikiran yang digunakan supaya mencapai
tujuan. Landasan filsafat ini akan menjawab mengenai pertanyaan tentang arah
pendidikan, tujuan, hakikat pengetahuan yang harus dikaji, pewarisan nilai dan

6
norma, dan kegiatan pendidikan yang baik. Filsafat menjadi perekat nilai dan
membimbing peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Majir, 2017,
hlm. 34).
Sanjaya (2008, hlm. 43) berpendapat mengenai fungsi filsafat dalam
pengembangan kurikulum sebagai berikut.
1. Menentukan arah dan tujuan pendidikan
2. Menjadi landasan penentuan isi atau materi pembelajaran
3. Menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
4. Menjadi pedoman dalam penentuan keberhasilan proses pembelajaran.
Pada akhirnya, tidak setiap negara menganut falsafah hidup yang sama.
Falsafah hidup ini akan menentukan tujuan pendidikan dan cita-cita pendidikan
yang ingin dicapai oleh negara tersebut. Kemudian, kurikulum yang dirancang akan
berpedoman pada falsafah negara sebagai landasan dengan harapan tujuan yang
sudah ditentukan akan tercapai. Pancasila merupakan falsafah dan pandangan hidup
bangsa indonesia (Majir, 2017, hlm. 34). Hal ini dijadikan landasan filosofis dalam
pengembangan kurikulum Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 2.

B. LANDASAN PSIKOLOGI
Menurut Majir (2017, hlm. 36), psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Sedangkan menurut
Parnawi (2019, hlm. 11), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan kedua
pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai hal tentang tingkah laku manusia yang
berhubungan dengan interaksinya dengan lingkungannya. Bukan hanya tingkah
laku yang menjadi perhhatian, namun juga alasan, cara melakukan sesuatu, serta
cara mereka memahami sesuatu. Landasan psikologi dalam pengembangan
kurikulum berarti asumsi-asumsi yang berhubungan dengan tingkah laku manusia
yang berhubungan dengan lingkungannya serta dijadikan dasar pijakan dalam
menyusun dan mengembangkan kurikulum.

7
Landasan psikologi ini sangat penting sama halnya dengan landasan filosofis.
Hal tersebut karena dalam pendidikan, pasti ada kegiatan interaksi. Baik antara
peserta didik dengan guru, peserta didik dengan media pembelajaran, atau peserta
didik dengan sumber belajar yang lain. Seorang pendidik harus memerhatikan
kegitan interaksi tersebut dan mengetahui tingkah laku atau kepribadian peserta
didik supaya pembelajaran yang dilaksanakan dapat diterima dan dicern dengan
baik. Dengan hal ini, psikologi penting menjadi landasan pengembangan kurikulum
supaya dapat menjawab pertanyaan mengenai apa dan bagaimana perilaku peserta
didik harus dikembangkan. Melalui psikologi ini juga, pengembangan kurikulum
akan memiliki arah mengenai isi kurikulum, tingkat kedalaman materi yang dapat
disampaikan, keluasan materi atau pembelajaran, kesulitan yang dapat di terima
peserta didik, kelayakan materi untuk peserta didik, serta kebermanfaatan
pendidikan untuk kehidupannya (Dalam Majir, 2017, hlm. 36). Selain untuk dapat
memahami hal-hal terebut, Ma’arif (2018, hlm. 118) menyatakan bahwa landasan
psikologi itu penting untuk memberikan gambaran dalam pengembangan
kurikulum tentang prinsip perkembangan anak supaya bahan pelajaran yang
menjadi tuntutan dan harus dipelajari anak dapat dicerna dengan baik.
Menurut Sukmadinata (2007, hlm.104), ada tiga paham psikologi yang
memengaruhi pendidikan yaitu, (1) psikologi behaviorisme; (2) psikologi kognitif;
dan (3) psikologi naturalisme romantik. Tokoh dari behaviorisme ini adalah John
Lock yang beranggapan bahwa anak diibaratkan seperti kertas putih. Anak dapat
dididik dan dapat dilatih dengan cara memberikan rangsangan supaya anak dapat
belajar atau memahami sesuatu. Paham ini lebih menekankan pada perilaku nyata
yang dapat diamati. Pemahaman ini mendasari munculnya teori stimulus respon,
teori pengkondisian, dan teori penguatan. Tokoh dalam psikologi kognitif atau
kognitivisme yaitu Leibnitz lebih menakankan pada kemampuan berpikir atau
kognitif. Hal-hal yang muncul dari diri peserta didik dirinya berdasarkan dari
dorongan dalam dirinya. Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir dan belajar
pun merupakan kegiatan berpikir melalui proses inkuiri dan discovery. Psikologi
naturalisme romantik berdasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki potensi
yang dibawanya sejak lahir. Potensi tersebut harus dikembangkan manusia dapat
memanfaatkannya dalam kehidupannya. Potensi ini harus dikembangkan secara

8
alamiah tidak dalam paksaan. Jika potensi dikembangkan dalam paksaan, potensi
tersebut tidak akan berkembang dengan baik dan akan terjadi ketidak sesuaian.
Pemahaman ini menekankan pada keutuhan perkembangan baik afektif, spiritual
dan intelektual (dalam Sukmadinata, 2007, hlm. 104).
Selain dari paham-paham psikologi tersebut, psikologi sebagai landasan
dalam pengembangan kurikulum harus memerhatikan dua hal yaitu psikologi anak
atau perkembangan, serta psikologi belajar (dalam Ma’arif, 2018, hlm. 118). Kedua
hal tersebut merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi proses
pendidikan. Melalui psikologi perkembangan, kurikulum dapat diarahkan
mengenai pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, hal yang
sudah atau belum dapat dilakukan anak, dan karakteristik anak pada usia tertentu.
Melalui psikologi belajar, kurikulum dapat diarahkan untuk merancang
pembelajaran yang baik supaya anak dapat mudah dididik dan dipengaruhi
perilakunya (dalam Ma’arif, 2018, hlm. 118).
Pengembangan kurikulum untuk sekolah dasar harus memerhatikan psikologi
perkembangan anak usia sekolah dasar. Teori perkembangan menurut Piaget terdiri
dari empat fase yaitu, (1) fase sensorik motorik yang terjadi pada rentang usia 0
sampai 2 tahun; (2) fase praoperasional yang terjadi pada rentang usia 2 sampai 7
tahun; (3) fase operasional konkret terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun; dan (4) fase
operasional formal yang terjadi pada usia 11 sampai 14 tahun (dalam Sanjaya, 2008,
hlm.49-50). Usia anak sekolah dasar berada pada rentang usia 7 sampai 12 tahun
yang sedang mengalami fase operasional konkret. Fase teresbu menggambarkan
bahwa anak masih memiliki pikiran yang terbatas dalam proses memahami sesuatu.
Mereka harus dibantu dengan benda konkret atau hal-hal yang mereka dapat amati
sendiri melalui panca inderanya. Mereka akan lebih mudah memahami jika mereka
terlibat dan mengalami langsung proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
fase ini juga, mereka belajar untuk mengorganisasikan hal-hal yang mereka temui
di lingkungannya dalam bentuk ide atau konsep.
Psikologi belajar merupakan ilmu psikologi yang mempelajari tingkah laku
dalam usaha untuk mengubah perilaku melalui proses belajar (dalam Parnawi,
2019, hlm.14). Psikologi belajar ini sangat penting dipahami supaya dapat
menyediakan atau memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang baik. Psikologi

9
belajar ini berhubungan dan saling berkaitan dengan psikologi perkembangan.
Melalui psikologi perkembangan, pelaku pendidikan akan mengetahui dan
memahami cara yang baik dilakukan untuk menyediakan lingkungan belajar serta
mengatasi permasalahan-permasalahan terkait belajar. Parnawi (2019, hlm.15) juga
menyatakan pahwa ruang lingkup psikologi belajar ini meliputi masalah belajar,
proses belajar, dan situasi belajar.
Parnawi (2019, hlm.22) mengungkapkan peran penting dari psikologi belajar
yang disusun menjadi sebelas poin sebagai berikut.
1. Memahami siswa sebagai objek dan subjek belajar
2. Memahami prinsip dan teori belajar
3. Memilih model atau metode belajar yang cocok dengan perkembangan
peserta didik
4. Menetapkan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai oleh peserta didik
yang sesuai dengan perkembangannya
5. Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif
6. Menetapkan isi pembelajaran yang sesuai dengan tugas perkembangan
peserta didik
7. Membantu kesulitan belajar yang dialami peserta didik
8. Memilih alat bantu atau media dalam penyampaian informasi
pembelajaran
9. Menilai hasil pembelajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian peserta didik agar dapat
memfasilitasi pembelajaran yang sesuai
11. Membimbing perkembangan peserta didik
Melalui pemahaman psikologi perkembangan dan pembelajaran ini, kegiatan
pengembangan kurikulum memiliki dasar, arah dan batasan-batasan untuk
merancang kurikulum yang sesuai dengan target pendidikan yaitu peserta didik.

10
BAB III

A. KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum memiliki empat landasan yaitu landasan filosofis,
landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Landasan filsafat pengembangan kurikulum Indonesia yaitu pancasila
yang juga sebagai falsafah bangsa Indonesia. Landasan psikologi pengembangan
kurikulum memiliki dua hal yang harus diperhatikan yaitu pikologi perkembangan
dan psikologi pembelajaran.

B. REKOMENDASI
Selain landasan filosofis dan psikologis, ada landasan sosiologis serta ilmu
pengtahuan dan teknologi yang harus diperhatikan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum. Landasan-landasan tersebut harus benar-benar dipahami supaya hasil
kurikulum yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dan berhasil mencapai tujuan.
Untuk lebih memahami mengenai hal ini, direkomendasikan untuk membaca buku-
buku dan jurnal yang berhubungan dengan landasan pengembangan kurikulumdari
sumber yang tidak terdapat dalam makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2011). Pengambangan kurikulum dasar dan tujuannya. Jurnal Ilmiah:


Islam Futura, 11(1), hlm.15-34.
Ekanem, S.A. dan Ekefre, E. N. (2014). Philosophical foundation of curricuum
development in nigeria: The essencist Model. Roma-Italy: Journal of
educational and social research, 4(2), 265-271.
Ma’arif, M.A. (2018). Paradigma baru pengembangan kurikulum pendidikan
agama islam. Jurnal pedagogik, 5(1), hlm.109-123.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik.
Majir, A. (2017). Dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Deepublish
Parnawi, A. (2019). Psikolgi belajar. Yogyakarta: Deepublish
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan praktik
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sukmadinata. N. S. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan : Kurikulum dan
pembelajaran. Bandung: PT IMTIMA.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Winarso, W. (2015). Dasar Pengembangan kurikulum sekolah.
https://www.academia.edu/34458249/Winarso_W._2015_._Dasar_Pengemb
angan_Kurikulum_Sekolah._Cirebon_CV._Confident.

12

Anda mungkin juga menyukai