Anda di halaman 1dari 10

Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia

Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak macam,
banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-
ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap,
watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.Selain makhluk individu, manusia juga makhluk
sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga
beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada
perbedaan, misalnya dalam ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin,
jenis tempat tinggal. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari
kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka,berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society) pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan
bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan
secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda
waktu itu dalam pengelompokkan komunitasnya didasarkan atas ras,etnik,ekonomi,dan agama.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua
hal,yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik.
Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti
ras,etnik,agama,pekerjaan,penghasilan,pendidikan,dan sebagainya.
Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan atau motto bangsa Indonesia yang terdapat
dalam lambang Negara “Burung Garuda”. Istilah tersebut diambil dari buku  Sutasoma
karangan Mpu Tantular yang ditulis dengan bahasa Sansekerta. Bhineka Tunggal Ika
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman  baik
dalam aspek agama, budaya, ras maupun suku bangsa. Kebhinekaan sangat berpengaruh
terhadap bangsa Indonesia, karena Bhineka Tunggal Ika merupakan perekat atau patri bagi
bangsa Indonesia dari awal-awal kemerdekaan bahkan sejak tumbuhnya kesadaran kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu pada tahun 1908 dalam melawan dan mengisi serta
mempertahankan kemerdekaan bangsa. Keadaan yang demikian sedikit demi sedikit
menyadarkan para pemimpin perjuangan bangsa sehingga pada tahun 1908 telah dirintis
perjuangan yang bersifat nasional, dengan dipelopori oleh Dr. wahidin Sudirohusodo berdirilah
suatu organisasi modern yang diberi nama “Budi Utomo”.
Selain Budi Utomo, masih banyak lagi organisasi nasional yang bergerak untuk
membebaskan bangsa Indonesiadari penjajah. Terutama setelah dicetuskannya “Sumpah
Pemuda (28 Oktober 1928)”. Dengan demikian jelaslah bahwa kebhinekan merupakan kekuatan
dari kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Dengan
keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka diperlukan sifat kesatuan dan
persatuan yang kuat demi mewujudkan semangat  dan cita-cita bangsa. Untuk memenuhi cita-
cita tersebut maka diperlukan perencanaan yang matang dan waktu untuk memenuhi serta
proses untuk melaksanakan berbagai tindakan kebijakan. Hal yang tidak jauh berbeda juga
terjadi di luar negeri, seperti Jepang, India, Filipina. Di Negara mereka, untuk mencapai
kesepakatan dan persatuan juga sangat sulit dilaksanakan. Hal ini dikarenakan oleh masih
terganggu oleh keanekagaraman yang terdapat di Negara tersebut. Oleh karena itu MPR
mengeluarkan ketetapan yang mengatur tentang kesatuan yaitu, Ketetapan Nomor V/MPR/2000
tentang “Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional” yang dalam salah satu kalimatnya
menyatakan bahwa: Konflik sosial budaya telah terjadi  karena kemajemukan suku, kebudayaan
dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat.
Kondisi yang terjadi di Indonesia tidaklah seburuk yang terjadi di india atau Filipina,
namun apabila keanekaragaman tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, maka tidak menutup
kemungkinan Indonesia akan mengalami hal yang serupa atau mungkin lebih buruk. Dengan
demikian jelaslah sudah bahwa kebhinekaan dapat menjadi tantangan atau ancaman karena
dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat orang untuk berbeda pendapat yang lepas
kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerahan atau kesukuan atau kekerasan yang sewaktu-
waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan
bangsa. Konflik-konflik yang terjadi dapat diatasi dengan mengadakan perbincangan atau
dialog dengan tokoh masyarakat. Sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
pusat dalam mengantisipasi apa yang menjadi harapan dan keinginan daerah-daerah di
Indonesia maka mulai tahun 2001 ditetapkan otonomi daerah. Berbagai kebijakan yang telah
dibuat oleh pemerintah pusat ini bukanlah satu-satunya obat yang mujarab untuk menangkal
dan mengantisipasi tuntutan melepaskan diri dari daerah-daerah yang menjadi kedaulatan
NKRI. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan yang matang dari daerah-daerah untuk menerima
dan melaksanakan berbagai otonomi daerah tersebut.
Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia utamanya disebabkan oleh jumlah
suku-suku bangsa Indonesia yang mendiamai wilayah Indonesia sangat banyak, dan tersebar
dimana suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik alam aspek sosial
maupun budaya. Menurut para ahli (Depdikbud, 1984: 194) jumlah suku bangsa yang ada
di Indonesia mencapai 300 suku bangsa. Dengan demikian, apabila masing-masing suku bangsa
tersebut memiliki tradisi sosial budayanya masing-masing, berarti di Indonesia telah ada dan
berkembang 300 keanekaragaman budaya. Keanakaragaman tersebut dapat dilihat dari tarian,
pakaian, bahasa daerah, serta masih banyak lagi aspek-aspek lainnya yang terdapat di masing-
masing wilayah di Indonesia. Tidak hanya terdapat perbedaan dalam hal budaya saja, namun
dalam mata pencaharian pun setiap lingkungan daerah memiliki jenis pencaharian yang
berbeda. Masyarakat yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan yang bermata pencaharian
sebagai petani, masyarakat di daerah pantai sebagai nelayan, yang tinggal di perkotaan sebagian
besar berprofesi sebagai pejabat, pedagang, buruh, penjual jasa, dan lain sebagainya.
Untuk mempertegas kondisi kebhinekaan di Indonesia Koentjaraningrat (1993)
menguraikan secara garis besar unsur-unsur pokok yang hidup dalam seleksi dari 15
kebudayaan di Indonesia. Ke-15 kebudayaan tersebut hanya merupakan contoh kecil saja dari
kondisi dan kenyataan yang sesungguhnya. Ke-15 kebudayaan itu, misalnya sebelah
barat Sumatra ada kebudayaan simalur, nias, banyak, batu, mentawai dan enggano. Orang
simalur dan banyak lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaan dan adat istiadat Aceh, termasuk
agama yang dipeluknya juga mayoritas islam. Sedangkan di bagian Sumatra Utara, masyarakat
Batak yang sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan, ada yang disebut Huta; Kerta;
Lumbon; Sosor; Pertalian dan Pertupungkai. Masyarakat Batak ini terkenal dengan sebutan
masyarakat patrilineal atau masyarakat kebapaan. Sebutan untuk kelompok masyarakat di Batak
terdiri dari suku bangsa, marga, dan sub marga. Contohnya: suku bangsa Karo; marga Makaro-
karo; sub marga Sitepu, Borus, Sinulingga dan lain sebagainya. Marga lain dalam Suku Bangsa
Karo ini adalah Ginting (Sub Marga Suka, Munte, Manik dan lain sebagainya), Sembiring (Sub
Marga Keloka, Muhan, Pamdie); Parangin-angin (Sub Marga: Kutabuluh, Seboayang,
Bangun,Singarimbun): Tarigan ( Sub marga Silangit dan Tambun).
Selain itu ada kebudayaan penduduk Kalimantan Tengah, Kebudayaan Minahasa,
Kebudayaan Flores, Kebudayaan Timor, Kebudayaan Aceh, Kebudayaan Minangkabau,
Kebudayaan Bugis-Makasar, Kebudayaan Bali, Kebudayaan Sunda, Kebudayaan Jawa, dan
Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia.
Faktor Penyebab keberagaman Bangsa Indonesia
 Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku bangsa
yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan daerah. Setiap suku
bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri pada aspek sosial dan budaya. Menurut
penelitian badan statistik auat BPS, yang di lakukan tahun 2010,di Indonesia terdapat 1.128
suku bangsa. Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali. Munculnya
perasaan kedaerahan dan kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan yang dapat merusak
persatuan, hal tersebut dapat mengancam keutuhan NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat
mewujudkan kerukunan bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan
prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai
berikut :
1. Letak strategis wilayah Indonesia
2. Kondisi negara kepulauan
3. Perbedaan kondisi alam
4. Keadaan transportasi dan kumunikasi
5. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
Keberagaman suku bangsa dan budaya
 Budaya mempunyai sifat yang universal. Hal tersebut berarti ada berbagai sifat umum
yang melekat dan menyatu pada setiap budaya yang ada dan dihasilkan. Beberapa sifat
universal budaya tersebut di antaranya :
a. Kebudayaan merupakan milik bangsa
b. Kebudayaan adalah hasil belajar
c. Kebudayaan brdasar pada lambang
d. Kebudayaan dapat terintegrasi
e. Kebudayaan bisa disesuaikan
f. Kebudayaan selalu berubah
g. Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif
Pada suatu budaya juga terdapat suatu pola prilaku yang biasa disebut patterm of
behavior yang merupakan tat cara masyarakat.
Keberagaman Agama, Kepercayaan dan Ras di Indonesia
Keberagaman ini antara lain di pengaruhi oleh letak geografis di jalur perdagangan
internasional. Dukungan kekayaan alam yang melimpah dan diperlukan oleh bangsa lain, maka
perdagangan asing datang ke Indonesia. Selain melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga
menyebarkan ajaran agama dan kepercayaan yang mereka yakini yakni agama Hindu dan
Budhamasuk dibawa oleh bangsa India yang sudah lama berdagang dengan Indonesia, lalu
menyusul para pedagang Gujarat menyebarkan ajaran Islam. Kedatangan bangsa Eropa
membawa agama kristen dan katolik, sedangkan pedagang Cina menganut agama Kong Hu
Chu. Berbagai agama diterima oleh bangsa Indonesia sebab sebelumnya masyarakat sudah
mengenal kepercayaan sperti animisme dan dinamisme. Juga sifat keterbukaan masyarakat
Indonesia menerima budaya lain.
Keberagaman Ras bebrapa pakar mempunyai pendapat berbeda tentang pengertian ras,
namun biasany ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang mempunyai ciri-ciri
fisik yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia yang lainnya
sebab adanya perbedaan ciri-ciri fisik seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, ukuran
badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri fisik lainnya. Masyarakat indonesia
mempunyai keberagaman ras disebabkan oleh kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia,
sejarah penyebaran ras di sunia, letak geografis wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di
Indonesia seperti ras malayan-mongoloid yang tersebar di wilayah sumatra, jawa, bali,
kalimantan sulawesi. Yang kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, maluku
dan NTT. Ketiga ras Asiatic mongoloid seperti orang Tionghoa, korea dan jepang. Ras ini
tinggal dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia, namun terkadang mendiami daerah
tertentu. Terakhir yaitu ras Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah, Australia, Eropa dan
Amerika.
 
Tipe-tipe Sosial Budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia
Koentjaraningrat (1993:32-33) mengelompokkan 15 kebudayaan yang dimiliki daerah-
daerah tersebut ke dalam 6 tipe sosial budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu berikut ini:
a. Tipe masyarakat berkebun yang amat sederhana dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman
pokoknya dalam kombinasi dengan berburu atau meramu; penanaman padi tidak dirasakan;
sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa deferensiasi dan stratifikasi
yang berarti; gelombang pengaruh kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu,
kebudayaan agama hindu dan islam tidak dialami; isolasi dibuka oleh Zending atau Missie.
Contoh kebudayaan Mentawai di pantai Utara Irian Jaya.
b. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocoktanam di ladang atau di sawah dengan padi
sebagai tanaman pokok; sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan
diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang dan yang merasakan diri bagian bawah dari
suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan
beradab di masyarakat kota. Contohnya: Kebudayaan Nias, Batak, Kalimantan Tengah,
Minahasa, Flores, dan Ambon.
c. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi
sebagai tanaman pokoknya; sistem dasar kemasyarakatnya berupa desa komunitas petani
dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang; masyarakat kota yang menjadi arah
orientasinya mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan berdagang dengan pengaruh kuat
dari agama islam, yang bercampur dengan peradaban yang dibawa oleh pemerintahan koloni.
Contohnya: kebudayaan Aceh, Minangkabau, dan Makasar.
d. Tipe masyarakat pedesaan yang bercocok tanam dengan padi sebagai tanaman pokok, sistem
dasar kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan deferensiasi dan stratifikasi sosial
yang agak komplek; masyarakat kota sebagai arah orientasi mewujudkan suatu peradaban
bekas kerajaan pertanian bercampur dengan peradaban kepegawaian yang dibawa oleh
pemerintahan koloni; semua gelombang pengaruh kebudayaan asing dialami. Contohnya:
kebudayaan Sunda, Bali,dan Jawa.
e. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor
perdagangan dan industri lemah. Contohnya: kebudayaan kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan.
f. Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sektor perdagangan dan
industri yang agak berarti, tetapi yang masih didominasi oleh aktivitas kehidupan
pemerintah, dengan suatu sektor kepegawaian yang luas dan dengan kesibukan politik di
tingkat daerah maupun nasional. Contohnya: kebudayaan kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung,Semarang, Surabaya, Medan.
Awan Mutqin (1992: 49-50) menyatakan bahwa kontruksi keragaman kebudayaan
bangsa Indonesia dapat dirumuskan berdasarkan nilai adaptasi ekologis, system
kemasyarakatan dan berbagai unsure lainnya, adapun perinciannya sebagai berikut:
1. Budaya berkebun sederhana.
2. Budaya berladang dan bersawah.
3. Budaya bersawah.
4. Budaya masyarakat kota.
5. Budaya metropolitan.
Menurut Von Savigny, hukum suatu masyarakat mengikuti Volksgeist (jiwa semangat
rakyat) dari masyarakat tempat hukum (adat) itu berlaku.
Menurut Koentjaraningrat (1993: 384) aspek yang harus diperhatikan dalam menganalisis
hubungan antar suku-suku bangsa dan golongan, yaitu:
a. Sumber-sumber koflik
b. Potensi untuk toleransi
c. Sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesama suku bangsa atau
golongan
d. Kondisi masyarakat dimana hubungan dari pergaulan antar suku bangsa atau golongan
tersebut berlangsung.
Selanjutnya dikatakan pula oleh Koentjraningrat bahwa sumber-sumber konflik di
Negara berkebang termasuk Indonesia ada 5, yaitu berikut ini:
a. Konflik bisa terjadi kalau warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam
medapatkan mata pencaharian.
b. Kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur kebudayaannya
kepada suku lain.
c. Konflik yang sama dasarnya, tapi lebih fanatik dalam wujudnya bisa terjadi kalau warga dari
satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku
bangsa lain yang berbeda agama.
d. Konflik akan terjadi kalau suku-suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa lain
secara politis.
e. Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku suatu bangsa yang telah
bermusuhan secara adat.
Namun demikian terdapat dua potensi untuk bersatu, yaitu:
a. Warga dari dua suku bangsa yang bersangkutan yang berbeda dapat saling bekerja sama
secara sosial okonomi.
b. Warga dari dua suku bangsa yang berbeda dapat hidup berdampingan konflik, kalau ada
orientasi kea rah suatu golongan ketiga yang dapat menetralisasi hubungan kedua suku
bangsa tersebut.  
Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia
Aspek kewilayahan menjelaskan, bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulau besar kecil di dalamnya. Satu pulau
dengan pulau yang lain dipisahkan oleh bentangan laut yang sangat luas. Kondisi wilayah yang
demikian menjadikan keterpisahan antara satu bagian wilayah negara dengan wilayah negara
yang lain dalam negara Indonesia. Di samping itu juga terdapatnya jarak yang jauh antara pusat
dengan daerah. Terbawa oleh kondisi kewilayahan tersebut, perlu disadari oleh semua pihak
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sesungguhnya rawan terjadinya perpecahan
(disintegrasi). Kenyataan lain menunjukkan, bahwa pemerintah dihadapkan pada persoalan
adanya daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Aspek sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh berbagai
macam perbedaan, baik perbedaan suku, ras, agama, kebudayaan, dan bahasa. Kondisi sosial
budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia menyimpan potensi terjadinya
konflik. Kenyataan juga menunjukkan, bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi
konflik antar-kelompok masyarakat yang dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan tersebut.
Sampai saat ini, konflik-konflik yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Namun demikian kenyataan semacam itu perlu manjadikan perhatian semua
pihak agar dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.
Atas dasar dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keberagaman dalam
masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa kesadaran akan keberagaman yang kita
miliki, bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke arah perpecahan.
Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif
bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.. Dampak positif memberikan manfaat bagi
perkembangan dan kemajuan, sedangkan dampak negatif mengakibatkan ketidakharmonisan
bahkan kehancuran bangsa dan negara. Keberagaman suku bangsa, budaya, ras, agama, dan
gender menjadi daya tarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Kita tidak hanya
memiliki keindahan alam, tetapi juga keindahan dalam keberagaman masyarakat Indonesia.
Perbedaan dalam lingkungan sekolah juga memiliki manfaat bagi pelajar, guru, dan
sekolah. Bayangkan apabila setiap saat semua pelajar dan guru selalu memiliki pendapat yang
sama, cara berpakain yang sama, cara berbicara yang sama. Maka kehidupan sekolah akan
“monoton atau hambar”. Kreatifitas dan inovasi akan lebih berkembang apabila memungkinkan
perbedaan pendapat, berpikir, dan berkreasi.
DAFTAR RUJUKAN

Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai