Anda di halaman 1dari 24

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

”UPAYAMENINGKATAKAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI DAN


PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI OPTIMALISASI
SUMBER BELAJAR PADA SISWA KELAS IV
SDN NGARGOSARI 3 SEMESTER GASAL
TAHUN 2019/2020.

Oleh :
NAMA : KURNIYAWATI
KELAS :B
NOMOR : 19031402710134

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHAP 4


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk
memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada
individu-individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian
mereka. Melalui pendidikan, manusia berusaha mengembangkan dirinya
menghadapi setiap perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran IPS di kelas 1V SDN
Ngargosari 3 menunjukkan bahwa siswa nampak bosan ketika pembelajaran
sedang berlangsung.Dalam pembelajara juga di ketahui bahwa proses
pembelajaran IPS belum melibatkan keaktifan siswa berkomunikasi secara
menyeluruh. Penyajian pelajaran yang di lakukan dengan ceramah yang disertai
dengaan pemberian pertanyaan pada siswa untuk merangsang keaktifan
berkomunikasi siswa terhadap pembelajaran.Pada awalnya siswa antusias
menjawab pertanyan dari guru ,namun jawaban yang diberikan merupakan
jawaban yang serentak.Saat ditengah proses belajar mengajar ,siswa tidak
bersemangat menjawab pertanyaan dari guru dan hanya menjawab bila siswa
ditunjuk.Antusiasme siswa makin lama semakin berkurang,dari hanya ada 3 siswa
yang mengajukan pertanyaan di pra siklus dan hanya 2 siswa yang
mengemukakan pendapat pada siklus 1,dan hanya 4 anak yang nilainya sudah
mencapai KKM.Dalam hal ini keberhasilan yang didapat hanya 70% dal muatan
pelajaran IPS.
Keaktifan berkomunikasi siswa masih rendah pada pembelajarn IPS
berdampak pada hasil belajar yang masih rendah pula.Dalam pembelajaran IPS
guru biasanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran,hal tersebut
yang menyebabkan siswa nampak bosan dalam pembelajaran.Keaktifan
berkomunikasi siswa dapat dirangsang dengan mengoptimalkan sumber belajar
yang ada disekitar lingkungan siswa sehingga siswa akan merasakan penbelajara
yang konkrit bukan hanya sekedar teori.Dengan demikian ,adanya keaktifan

1
2

berkomunikasi siswa yang tinggi terhadap suatu materi pelajaran,membuat siswa


belajar dengan sungguh – sungguh karena ada daya tarik yang membuatnya
bersemangat serts segera mengkomunikasikan apabila siswa mengalami kesulitan.
Bertolak dari latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya ,maka akan
dilakukan penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatakan Keaktifan
Berkomunikasi dan Prestasi Belajar IPS Melalui Optimalisasi Sumber Belajar
Pada Siswa Kelas IV SDN Ngargosari 3 Semester Gasal Tahun 2019/2020.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimanakah keaktifan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada
siswa kelas IV SDN Ngargosari 3?
2. Apakah pemanfaatan sumber belajar yang optimal dapat meningkatkan
prestasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Ngargosari
3?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah :
1. Untuk Meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa dalam
pembelajaran IPS dengan pemanfaatan sumber belajar secara optimal
pada siswa kelas IV SDN Ngargosari 3
2. Untuk Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS
pada siswa kelas IV SDN Ngargosari 3

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1 Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa terhadap
pembelajaran IPS
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran
c. Meningkat prestasi belajar siswa setelah penggunaan sumber belajar secara
optimal
2. Bagi guru
a. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan.
b. Memberi kemudahan dalam penanaman suatu konsep materi IPS kelas IV
di SD Negeri Ngargosari 3
3. Bagi Kepala Sekolah sekolah
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan
proses pembelajaran pada tahap berikutnya.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Tinjauan Tentang Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa
mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan
usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya
untuk mengubah perilakunya. Hasil dari kegiatan belajar adalah berupa
perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Perubahan yang diharapkan tentu perubahan ke arah yang positif atau yang
lebih baik.
Dimyati dan Moedjiono (1999: 7) mendefinisikan belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Menurut Dimyati dan Moedjiono (1999:9) belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun,
sedangkan menurut Nana Sudjana (1999:11) belajar adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang berkat pengalaman dan latihan.
Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri
siswa, Agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan
belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku, maka guru harus
merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar
yang memungkinkan tercapainya tujuan belajar tersebut. “Aktivitas guru
untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung secara optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran”
(Whandi: 2007). Harryanto (2008) menambahkan, “Pembelajaran adalah
proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu”. Jadi,

4
5

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang


disengaja dan membuat siswa belajar pada lingkungan dan situasi tertentu.
Gino (1997: 32-33) mengatakan bahwa pembelajaran atau pengajaran
merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa pembelajaran merupakan proses yang dilakukan
oleh guru untuk membuat siswa belajar. Adapun ciri siswa yang belajar
yaitu didapatkannya kemampuan baru yang merupakan hasil dari suatu
usaha siswa tersebut dan kemampuan itu bersifat tahan lama.
Yudhi Munadi (2008: 4) mengungkapkan, pembelajaran merupakan
usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar
agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bukan terbatas pada
kegiatan guru dan siswa di kelas, melainkan dapat diartikan pula sebagai
kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Jadi, siswa
yang belajar mandiri tanpa guru pun dapat dikatakan sedang melakukan
proses pembelajaran.
Rochman Natawidjaja dan Moein Moesa (1991: 23) mendefinisikan
pembelajaran sebagai upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa sadar
dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-
baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan.
Pengertian tersebut mencerminkan bahwa belajar merupakan upaya yang
dilakukan oleh guru dalam membimbing siswa agar mereka memiliki
kesadaran dan keinginan untuk belajar sesuai dengan keadaan dan
kemampuan demi didapatkannya pengetahuan baru.
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa proses pembelajaran adalah
aktivitas yang dilakukan oleh guru dengan cara mengadakan pemilihan
terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada dan paling memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal dalam untuk mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu tercapainya perubahan tingkah laku siswa yang positif
dan bersifat permanen.

B. Kajian Teori
1. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran
a. Tinjauan Keaktifan
Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru
tentang suatu pelajaran. Jika sistem pembelajaran tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Keaktifan siswa sangat
ditekankan dalam proses pembelajaran. Menurut Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa (2001: 23), “Keaktifan adalah kegiatan, kesibukan”.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif fisik tapi juga
aktif mentalnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Martinis
Yamin (2007: 81-82) yaitu ”Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui
keaktifan siswa yang belajar secara fisik, namun juga keaktifan mental.
Justru keaktifan mental merupakan hal yang sangat penting dan utama
dalam belajar aktif dibandingkan keaktifan fisik”. Memperjelas pendapat
tersebut, Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan tanda-tanda keaktifan
mental. Ferawatidewi (2008: 5) menyatakan “Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan
merupakan tanda-tanda aktif mental”.
Berdasar kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa peran
aktif siswa dalam pembelajaran meliputi keaktifan fisik dan keaktifan
mental. Keaktifan yang diutamakan dalam pembelajaran aktif adalah
keaktifan mental siswa. Keaktifan mental dapat ditunjukkan dengan
kegiatan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, dan
merespon pendapat orang lain.
Sementara oleh ahli lain keaktifan siswa diperinci menjadi
beberapa golongan. Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar siswa
menjadi 8 golongan sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2)
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3)
Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya:
menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang
termasuk di dalamnya antata lain: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental
activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional
activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001: 99).
Berdasarkan uraian penggolongan jenis keaktifan siswa di atas,
dapat diketahui bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat
kompleks. Beragam jenis aktivitas dapat dilakukan siswa di sekolah.
Keaktifan mental seperti kegiatan siswa bertanya, berpendapat, dan
merespon pendapat orang lain menurut penggolongan keaktifan di atas
termasuk ke dalam oral activities.
Mengacu pada beragamnya jenis keaktifan siswa, maka sistem
pembelajaran harus dapat didesain oleh guru secara sistematis, agar dapat
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terutama keaktifan
mental siswa. Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan ”Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut:
ditertawakan atau dimarahi jika salah”. Oleh karena itu, pembelajaran
diupayakan guru agar dapat menghilangkan penyebab ketakutan siswa, baik
yang berasal dari guru maupun dari siswa.
b. Tinjauan Komunikasi
Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif dalam rangka
membangun pengetahuan siswa. Interaksi selalu berkaitan dengan istilah
komunikasi. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang
berarti berpatisipasi atau memberitahukan.
Onong Uchjana Effendy (2006: 11) menyatakan pada hakikatnya proses
komunikasi adalah ”Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Lebih lanjut Onong Uchjana
Effendy (2006: 11) mendefinisikan yang dimaksud pikiran dan perasaan dalam
proses komunikasi yaitu ”Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan
lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,
keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang timbul dari lubuk hati”.
Proses komunikasi di dalamnya terkandung dua macam hal yang
disampaikan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) yaitu
pikiran dan perasaan. Pikiran merupakan gambaran dalam benak yang dapat
dituangkan dalam bentuk penyampaian pendapat, informasi, ide, saran,
pertanyaan dan lain-lain. Perasaan merupakan sesuatu yang muncul dari dalam
hati yang dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, kekhawatiran,
keberanian, dan lain sebagainya.
Beberapa pendapat para ahli dalam Alo Liliweri (2007: 4) tentang
komunikasi adalah:
1) Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya
maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga
sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992; Liliweri, 2003). 2)
Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan
yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3)
pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau
dengan metode lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain;
(5) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses
pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu
(Walhstrom, 1992: Liliweri 2003).
Menurut beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi
merupakan proses pertukaran informasi, gagasan, pesan, dan perasaan yang
dapat berbentuk verbal dan non verbal melalui saluran, cara, alat, atau metode
tertentu dari komunikator kepada komunikan.

c. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran


Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya tidak
terlepas dari unsur-unsur terjadinya komunikasi. Sardiman (2001: 7)
mengemukakan bahwa ”Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah
komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media”. Komunikator adalah
pengirim pesan dan komunikan adalah penerima pesan. Hubungan antara
komunikator dan komunikan adalah untuk menginteraksikan pesan. Pesan
tersebut disampaikan melalui saluran atau media.
Proses belajar mengajar di dalam kelas merupakan proses komunikasi.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 10) menyebutkan ”Guru yang sedang
mengajar berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi
penerimanya. Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru adalah pesannya”. Proses
komunikasi semacam ini bukanlah suatu hal yang mutlak, tergantung respon
siswa terhadap proses komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran. Respon
siswa dalam proses komunikasi menentukan jenis-jenis komunikasi yang
berlangsung di dalam kelas.
Respon siswa yang pasif terhadap pembelajaran, yang ditunjukkan
dengan sikap siswa yang hanya diam mendengarkan penjelasan dari guru,
merupakan jenis komunikasi satu arah. Posisi siswa dalam komunikasi satu arah
hanya sebagai penerima pesan. Siswa tidak ada keinginan untuk mengungkapkan
yang ada dalam pikirannya, seperti mengekspresikan suatu pertanyaan atau
pernyataan.
Saat siswa mengajukan pertanyaan atau menyatakan pendapat, dalam
proses komunikasi semacam itu posisi siswa berubah menjadi sumber pesan.
Dengan cara demikian, proses komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa
berlangsung dua arah. Sesuai yang dikemukakan oleh Yudhi Munadi (2008: 10)
yang menuturkan ”Terjadinya komunikasi dua arah ialah apabila para pelajar
bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan
pertanyaan, diminta atau tidak diminta”. Aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan
bertanya, berpendapat merupakan tanda-tanda terjadinya komunikasi dua arah
antara siswa dengan guru.
Sikap responsif siswa dalam proses komunikasi tidak hanya merespon
gurunya saja tetapi juga merspon siswa lainnya. Yudhi Munadi (2008: 10)
menyatakan ”Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja
tetapi dapat juga merespon siswa lain yang telah terlebih dahulu memberikan
stimulus (pendapat, tanggapan, atau pertanyaan) dalam kondisi seperti ini maka
telah terjadi komunikasi multi arah”. Artinya keaktifan siswa dalam kegiatan
bertanya dan berpendapat dibarengi dengan respon siswa dalam menjawab
pertanyaan maupun menanggapi pendapat baik dari guru maupun dari siswa lain
sehingga terjadi komunikasi multi arah.
Menurut keterangan di atas, terdapat tiga jenis komunikasi yang
berlangsung dalam pembelajaran, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua
arah, dan komunikasi multi arah. Proses komunikasi yang diharapkan terjadi
dalam proses pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah dan multi arah.
Proses komunikasi dua arah dapat terjadi jika siswa mengemukakan pendapat dan
mengajukan pertanyaan kepada guru. Proses komunikasi multi arah dapat terjadi
jika siswa merespon stimulus baik yang berasal dari guru maupun dari siswa lain
yang diwujudkan dalam kegiatan menanggapi pendapat dan menjawab
pertanyaan. Kegiatan siswa dalam berkomunikasi seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat
merupakan bentuk keaktifan mental siswa.
Komunikasi antara guru dan siswa terlihat pada Gambar 1.
G G
G

S3
S1

S1 S2 S3 S1 S2 S3
S2

Komunikasi Satu Arah Komunikasi Dua Arah Komunikasi Multi


Arah Gambar 1. Jenis-Jenis Proses Komunikasi
(Yudhi Munadi, 2008: 10)
Pembelajaran yang dapat mengakomodasi keaktifan berkomunikasi siswa
tidak terlepas dari peran guru. Guru berperan penting agar komunikasi dalam
proses pembelajaran berjalan efektif. Karadag dan Caliskan (2009: 3)
mengemukakan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan guru untuk
meningkatkan interaksi dan komunikasi dalam kelas yaitu:
1) The teacher must use an explicit language and should abstain from language;
2) Teachers should analyze students' thoughts from their body reactions, control their
own body reactions and use body language consciously; 3) Teachers should annihilate
the distracters which decrease the concern of student; 4) Teachers should have enough
knowledge of method and techniques. They should teach all subjects and units;
5)Teachers should know the properties of tools and materials well and use them in a
professional manner; 6) Teachers should conduct classes like a game in order to
facilitate and motivate learning. Because children learn about life through games; 7)
Teachers should choose tools and equipment that motivate students most; 8) Teachers
should use the feedback mechanism in effective ways and should evaluate feedbacks
instantly; 9) Other stimulants (lovely odours, wearing different clothes, etc.) should be
applied; 10) Teachers should always come and leave the class on time (Karadag dan
Caliskan, 2009: 3).
Secara garis besar, agar komunikasi di dalam kelas berjalan efektif, guru
diharapkan menguasai komunikasi dengan bahasa non verbal seperti bahasa
tubuh. Pengetahuan mengenai teknik, metode, alat, dan media pembelajaran harus
dikuasai guru. Guru diharapkan mengkondisikan kelas dalam suasana permainan
dan diharapkan memberikan umpan balik (feedback).
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika terdapat keaktifan
berkomunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya,
sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Keaktifan berkomunikasi dalam
pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi untuk kegiatan penyampaian pikiran
yang meliputi kegiatan siswa mengajukan pertanyaan secara lisan, menjawab
pertanyaan secara lisan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar” prestasi berarti
hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787). Sedangkan pengertian belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995 : 14). Jadi
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan olen mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai atau angka
yang diberiakan olen guru.Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah
nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran ips salam bentuk nilai berupa
angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang
diberikan padanya.
Sumber Belajar
Menurut AECT (1977: 60) dalam Sadiman (1989: 141) mendefinisikan
”sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang,
dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam
mencapai tujuan belajar”. Yang dimaksud sumber-sumber bahan dan belajar
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan
pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Sumber belajar merupakan
bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru
bagi si pelajar.
Menurut AECT dalam Sadiman (1989: 141) sumber belajar dibedakan
menjadi 6 (enam) jenis yaitu : pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Menurut.
Wianataputra dan Rustana (1991:165) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2000:57)
berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar,
yaitu :
1. Manusia
2. Buku / Perpustakaan
3. Media Massa
4. Alam lingkungan :
a. Alam lingkungan terbuka;
b. Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah
c. Alam lingkungan manusia
5. Media pendidikan
B.Kerangka Berfikir
Dengan menggunakan sumber belajar secara optimal pada pembelajaran
IPS kelas IV SDN Ngargosari 3 dapat meningkatkan keaktifan siswa dan prestasi
siswa tentang gejala alam sehingga hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan
yang diharapkan
Kondisi Awal Awal
Kondisi Guru hanya Keaktifan
menggunakan satu berkomunikasi dan
sumber belajar hasil belajar rendah

Tindakan Pembelajaran Siswa Aktif


menggunakan
berbagai sumber
belajar

Keaktifan
Kondisi Akhir berkomuniasi siswa
meningkat dan hasil
belajar meningkat
C.Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kajian teori,hasil penelitian yang relevan,dan kerangka
berfikir maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan :
1.Penggunaan sumber belajar yang optimal dapat meningkatkan keaktifan
komunikasi siswa.kelas IV SDN Ngargosari 3
2.Penggunaaan sumber belajar secara optimal dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV SDN Ngargosari 3
15

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Ngargosari 3,kecamatan Sumberlawang semester
gasal tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah murid kelas IV sebanyak 22
siswa,sebanyak 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.Waktu penelitian
dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan September sampai bulan
Desember 2019.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngargosari 3 pada semester gasal tahun
pelajaran 2019/2020. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
Ngargosari 3. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai
Desember kurang lebih selama tempo tiga bulan.
C. Jadwal pelaksanaan
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan Pelaksanaan Penelitian
No Jadwal Penelitian September Oktober Nopember desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
Penyusunan Proposal
1.
Mengurus Perizinan
Menyusun Instrumen
Tahap Pelaksanaan
a. Siklus I
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
2.
3) Observasi
4) Refleksi
b. Siklus II
1) Perencanaan

15
16

2) Pelaksanaan
3) Observasi
4) Refleksi
Pengumpulan Data
Analisis Data
Perumusan Hasil
Penelitian
3. Tahap Penyelesaian

Tehnik Dan Alat Pengumpulan Data

1. Tehnik pengumpulan data

a. Tes

Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa kelas

IV SDN Ngargosari 3 dalam bentuk uraian untuk mengetahui sejauh mana materi

yang telah diberikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dan siswa

membacakan jawabannya.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah proses perekaman data dengan

mengamati semua kejadian yang ada selama berlangsungnya proses pembelajaran,

untuk mengumpulkan data keaktifan siswa dalam pembelajaran dan ketrampilan

guru dalam menerapkan metode ekspositori.

c. Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan dialog atau wawancara secara langsung

kepada siswa kelas IV SDN Ngargosari 3 mengenai kesulitan dan hambatan

dalam hal berkomunikasi atau menyampaikan pendapatnya.


2. Alat pengumpulan data

a. Untuk tes tertulis menggunakan butir-butir soal yang dibuat oleh guru

sesuai dengan materi yang diberikan, uraian yang diberikan pada siswa dikerjakan

di siklus I dan siklus II.

b. Untuk observasi menggunakan lembar observasi yang formatnya

terlampir.

c. Untuk wawancara menggunakan pedoman wawancara berupa pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa mengenai masalah atau kesulitan yang

dihadapi siswa dalam pembelajaran IPS.

E. Validasi Data

Validasi data diperlukan agar diperoleh data yang valid. Butir soal tes

digunakan dalam mencari data agar valid, maka sebelum butir-butir soal tersebut

di buat tes lebih dahulu dibuat kisi-kisi. Kisi-kisi dibuat agar butir soal merata

tidak hanya pada satu materi tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan 2

analisis yaitu:

1. Analisis Kualitatif

Dengan cara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

2. Analisis Kuantitatif

Dengan cara deskriptif kuantitatif komparatif yaitu membandingkan nilai-nilai

pada setiap siklus.

Proses pembelajaran observasi dan wawancara agar data yang

dikumpulkan valid maka menggunakan trianggulasi yaitu:

1. Trianggulasi Sumber
Menggunakan data sejenis dari sumber berbeda, dengan teknik trianggulasi data

diharapkan dapat memberikan informasi lebih tepat sesuai keadaan siswa.

2. Trianggulasi Metode

Mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda pada

sumber data yang sama.

F. Analisis Data

Untuk observasi dan wawancara dengan analisis diskriptif kualitatif

berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Dari hasil itu akan dideskripsikan kearah

kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Deskripsi-

deskripsi itu dalam bentuk kategori dan satuan uraian dasar dalam bentuk

penilaian kualitatif seperti : (1) Aktif / Sedang / Pasif, (2) Meningkat / Tetap /

Menurun, (3) Menarik / Cukup menarik / Membosankan, (4) Baik / Sedang /

Buruk dan lain sebagainya. Penilaian kualitatif seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Tabel Analisis Hasil Evaluasi Kelas IV Tahun Pelajaran 2018 /2019

Banyak Siswa
No Keaktifan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1. Kurang 6 3 -
2. Cukup 14 11 10
3. Sudah Aktif 2 8 12
G. Indikator Kinerja

Pada indikator ini sesungguhnya tidak ditargetkan bahwa siswa harus

mencapai nilai yang sangat tinggi, namun yang diharapkan keterlibatan/

partisipasi/ keaktifan siswa dalam proses pembelajaran itu meningkat, maka

dengan sendirinya prestasi belajar siswa juga naik.


Deskripsi Per Siklus
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan perbaikan
pembelajaran mengikuti model seperti halnya pada penelitian tindakan kelas yakni
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1997) dalam Zainal Aqib (2006:
22-23) yang berupa model spiral yaitu dalam satu siklus terdiri dari tahap
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut adalah langkah-langkah
operasional:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan materi pada pembelajaran IPS sekaligus menyusun perangkat
mengajar berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran (Lampiran).
2) Menyusun instrumen penelitian berupa:
a) Lembar observasi kegiatan pembelajaran
b) Lembar observasi keaktifan berkomunikasi siswa
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan tindakan dengan memanfaatkan sumber belajar
secara optimal untuk meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa dalam
pembelajaran IPS. Tahap ini terdiri dari 1 kali tatap muka dengan alokasi waktu 1
x 35 menit. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada Rencana Perbaikan
Pembelajaran Siklus I (terlampir).
1) Materi pada siklus I ini adalah tentang peristiwa alam
2) Urutan tahap pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Guru menguraikan secara singkat materi tentang peristiwa alam
b) Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 siswa
c) Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok
d) Siswa melaporkan hasil kerja kelompok
e) Siswa membahas bersama dengan bimbingan guru
f) Siswa mengerjakan evaluasi
g) Menutup pelajaran
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan
Pelaksanaan Tindakan . Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan
dalam pembelajaran dan keaktifan berkomunikasi siswa. Pengamatan ini disertai
dengan pengisian lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Lembar
observasi tersebut antara lain lembar observasi kegiatan pembelajaran dan lembar
observasi keaktifan berkomunikasi siswa. Pengisian lembar observasi dilakukan
oleh guru serta teman sejawat yang membantu dalam penelitian ini.
d. Tahap Refleksi
Mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang
memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi dilaksanakan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dan memproses data yang
diperoleh dari pengamatan. Refleksi dilakukan peneliti, guru, dan obsever untuk
menganalisis proses pelaksanaan tindakan sehingga dapat menjadi pertimbangan
untuk penarikan kesimpulan. Selain itu dilakukan analisis terhadap hambatan,
kelebihan, dan kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat
menjadi pertimbangan pengambilan keputusan untuk langkah selanjutnya.
1. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan materi pada pembelajaran IPS sekaligus menyusun perangkat
mengajar berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran (Lampiran).
2) Menyusun instrumen penelitian berupa:
a) Lembar observasi kegiatan pembelajaran
b) Lembar observasi keaktifan berkomunikasi siswa
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan tindakan dengan memanfaatkan sumber belajar
secara optimal untuk meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa dalam
pembelajaran IPS. Tahap ini terdiri dari 1 kali tatap muka dengan alokasi waktu 1
x 35 menit. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada Rencana Perbaikan
Pembelajaran Siklus II (terlampir).
1) Materi pada siklus II ini masih melanjutkan materi pada siklus I yakni
tentang peristiwa alam
2) Urutan tahap pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Guru menguraikan secara singkat materi tentang peristiwa alam
b) Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 siswa
c) Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok
d) Siswa melaporkan hasil kerja kelompok
e) Siswa membahas bersama dengan bimbingan guru
f) Siswa mengerjakan evaluasi
g) Menutup pelajaran
c. Tahap Observasi
Seperti halnya pada siklus I, kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan
dengan kegiatan Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan
terhadap kegiatan dalam pembelajaran dan keaktifan berkomunikasi siswa.
Pengamatan ini disertai dengan pengisian lembar observasi yang telah disusun
sebelumnya. Lembar observasi tersebut antara lain lembar observasi kegiatan
pembelajaran dan lembar observasi keaktifan berkomunikasi siswa. Pengisian
lembar observasi dilakukan oleh guru serta teman sejawat yang membantu dalam
penelitian ini.
d. Tahap Refleksi
Mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan II yang
memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi dilaksanakan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dan memproses data yang
diperoleh dari pengamatan. Refleksi dilakukan peneliti, guru, dan obsever untuk
menganalisis proses pelaksanaan tindakan sehingga dapat menjadi pertimbangan
untuk penarikan kesimpulan. Selain itu dilakukan analisis terhadap hambatan,
kelebihan, dan kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat
menjadi pertimbangan pengambilan keputusan untuk langkah selanjutnya.
Hasil refleksi dijadikan sebagai penentu keberhasilan tindakan.
Keberhasilan tindakan diukur melalui indikator yang telah ditetapkan. Indikator
keberhasilan tindakan dirumuskan dalam bentuk persentase capaian target.
Prosedur jalannya penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi Permasalahan Mengungkap


permasalahan pembelajaran.
Refleksi Menganalisis proses
dan Perencanaan
dampak pelaksanaan Penyusunan rencana
tindakan. Bila indikator perbaikan pembelajaran,
belum tercapai diteruskan media pembelajaran.
siklus kedua. Penyusunan instrumen
penelitian: lembar
observasi,

Observasi
Pengamatan
proses SIKLUS I
pembelajaran Pelaksanaan
. Pembelajaran dengan
pemanfaatan sumber
belajar secara optimal
Refleksi Menganalisis
proses dan dampak
pelaksanaan
tindakan, serta
melihat ketercapaian Perencanaan
indikator. Penyusunan rencana
perbaikan
pembelajaran, media
pembelajaran.
Penyusunan instrumen
penelitian: lembar
observasi,

SIKLUS II
Observasi
Pengamatan proses
pembelajaran. Pelaksanaan
Pembelajaran dengan
pemanfaatan sumber
belajar secara optimal
Gambar 1. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Kemmis dan Mc Taggart dalam Zain

Anda mungkin juga menyukai