Oleh :
NAMA : KURNIYAWATI
KELAS :B
NOMOR : 19031402710134
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimanakah keaktifan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada
siswa kelas IV SDN Ngargosari 3?
2. Apakah pemanfaatan sumber belajar yang optimal dapat meningkatkan
prestasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Ngargosari
3?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Tinjauan Tentang Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa
mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan
usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya
untuk mengubah perilakunya. Hasil dari kegiatan belajar adalah berupa
perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Perubahan yang diharapkan tentu perubahan ke arah yang positif atau yang
lebih baik.
Dimyati dan Moedjiono (1999: 7) mendefinisikan belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Menurut Dimyati dan Moedjiono (1999:9) belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun,
sedangkan menurut Nana Sudjana (1999:11) belajar adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang berkat pengalaman dan latihan.
Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri
siswa, Agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan
belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku, maka guru harus
merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar
yang memungkinkan tercapainya tujuan belajar tersebut. “Aktivitas guru
untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung secara optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran”
(Whandi: 2007). Harryanto (2008) menambahkan, “Pembelajaran adalah
proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu”. Jadi,
4
5
B. Kajian Teori
1. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran
a. Tinjauan Keaktifan
Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru
tentang suatu pelajaran. Jika sistem pembelajaran tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Keaktifan siswa sangat
ditekankan dalam proses pembelajaran. Menurut Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa (2001: 23), “Keaktifan adalah kegiatan, kesibukan”.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif fisik tapi juga
aktif mentalnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Martinis
Yamin (2007: 81-82) yaitu ”Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui
keaktifan siswa yang belajar secara fisik, namun juga keaktifan mental.
Justru keaktifan mental merupakan hal yang sangat penting dan utama
dalam belajar aktif dibandingkan keaktifan fisik”. Memperjelas pendapat
tersebut, Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan tanda-tanda keaktifan
mental. Ferawatidewi (2008: 5) menyatakan “Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan
merupakan tanda-tanda aktif mental”.
Berdasar kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa peran
aktif siswa dalam pembelajaran meliputi keaktifan fisik dan keaktifan
mental. Keaktifan yang diutamakan dalam pembelajaran aktif adalah
keaktifan mental siswa. Keaktifan mental dapat ditunjukkan dengan
kegiatan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, dan
merespon pendapat orang lain.
Sementara oleh ahli lain keaktifan siswa diperinci menjadi
beberapa golongan. Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar siswa
menjadi 8 golongan sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2)
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3)
Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya:
menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang
termasuk di dalamnya antata lain: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental
activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional
activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001: 99).
Berdasarkan uraian penggolongan jenis keaktifan siswa di atas,
dapat diketahui bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat
kompleks. Beragam jenis aktivitas dapat dilakukan siswa di sekolah.
Keaktifan mental seperti kegiatan siswa bertanya, berpendapat, dan
merespon pendapat orang lain menurut penggolongan keaktifan di atas
termasuk ke dalam oral activities.
Mengacu pada beragamnya jenis keaktifan siswa, maka sistem
pembelajaran harus dapat didesain oleh guru secara sistematis, agar dapat
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terutama keaktifan
mental siswa. Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan ”Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut:
ditertawakan atau dimarahi jika salah”. Oleh karena itu, pembelajaran
diupayakan guru agar dapat menghilangkan penyebab ketakutan siswa, baik
yang berasal dari guru maupun dari siswa.
b. Tinjauan Komunikasi
Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif dalam rangka
membangun pengetahuan siswa. Interaksi selalu berkaitan dengan istilah
komunikasi. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang
berarti berpatisipasi atau memberitahukan.
Onong Uchjana Effendy (2006: 11) menyatakan pada hakikatnya proses
komunikasi adalah ”Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Lebih lanjut Onong Uchjana
Effendy (2006: 11) mendefinisikan yang dimaksud pikiran dan perasaan dalam
proses komunikasi yaitu ”Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan
lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,
keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang timbul dari lubuk hati”.
Proses komunikasi di dalamnya terkandung dua macam hal yang
disampaikan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) yaitu
pikiran dan perasaan. Pikiran merupakan gambaran dalam benak yang dapat
dituangkan dalam bentuk penyampaian pendapat, informasi, ide, saran,
pertanyaan dan lain-lain. Perasaan merupakan sesuatu yang muncul dari dalam
hati yang dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, kekhawatiran,
keberanian, dan lain sebagainya.
Beberapa pendapat para ahli dalam Alo Liliweri (2007: 4) tentang
komunikasi adalah:
1) Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya
maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga
sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992; Liliweri, 2003). 2)
Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan
yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3)
pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau
dengan metode lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain;
(5) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses
pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu
(Walhstrom, 1992: Liliweri 2003).
Menurut beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi
merupakan proses pertukaran informasi, gagasan, pesan, dan perasaan yang
dapat berbentuk verbal dan non verbal melalui saluran, cara, alat, atau metode
tertentu dari komunikator kepada komunikan.
S3
S1
S1 S2 S3 S1 S2 S3
S2
Keaktifan
Kondisi Akhir berkomuniasi siswa
meningkat dan hasil
belajar meningkat
C.Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kajian teori,hasil penelitian yang relevan,dan kerangka
berfikir maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan :
1.Penggunaan sumber belajar yang optimal dapat meningkatkan keaktifan
komunikasi siswa.kelas IV SDN Ngargosari 3
2.Penggunaaan sumber belajar secara optimal dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV SDN Ngargosari 3
15
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Ngargosari 3,kecamatan Sumberlawang semester
gasal tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah murid kelas IV sebanyak 22
siswa,sebanyak 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.Waktu penelitian
dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan September sampai bulan
Desember 2019.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngargosari 3 pada semester gasal tahun
pelajaran 2019/2020. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
Ngargosari 3. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai
Desember kurang lebih selama tempo tiga bulan.
C. Jadwal pelaksanaan
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan Pelaksanaan Penelitian
No Jadwal Penelitian September Oktober Nopember desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
Penyusunan Proposal
1.
Mengurus Perizinan
Menyusun Instrumen
Tahap Pelaksanaan
a. Siklus I
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
2.
3) Observasi
4) Refleksi
b. Siklus II
1) Perencanaan
15
16
2) Pelaksanaan
3) Observasi
4) Refleksi
Pengumpulan Data
Analisis Data
Perumusan Hasil
Penelitian
3. Tahap Penyelesaian
a. Tes
Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa kelas
IV SDN Ngargosari 3 dalam bentuk uraian untuk mengetahui sejauh mana materi
yang telah diberikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dan siswa
membacakan jawabannya.
b. Observasi
c. Wawancara
a. Untuk tes tertulis menggunakan butir-butir soal yang dibuat oleh guru
sesuai dengan materi yang diberikan, uraian yang diberikan pada siswa dikerjakan
terlampir.
pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa mengenai masalah atau kesulitan yang
E. Validasi Data
Validasi data diperlukan agar diperoleh data yang valid. Butir soal tes
digunakan dalam mencari data agar valid, maka sebelum butir-butir soal tersebut
di buat tes lebih dahulu dibuat kisi-kisi. Kisi-kisi dibuat agar butir soal merata
tidak hanya pada satu materi tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan 2
analisis yaitu:
1. Analisis Kualitatif
2. Analisis Kuantitatif
1. Trianggulasi Sumber
Menggunakan data sejenis dari sumber berbeda, dengan teknik trianggulasi data
2. Trianggulasi Metode
F. Analisis Data
berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Dari hasil itu akan dideskripsikan kearah
kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Deskripsi-
deskripsi itu dalam bentuk kategori dan satuan uraian dasar dalam bentuk
penilaian kualitatif seperti : (1) Aktif / Sedang / Pasif, (2) Meningkat / Tetap /
Buruk dan lain sebagainya. Penilaian kualitatif seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Tabel Analisis Hasil Evaluasi Kelas IV Tahun Pelajaran 2018 /2019
Banyak Siswa
No Keaktifan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1. Kurang 6 3 -
2. Cukup 14 11 10
3. Sudah Aktif 2 8 12
G. Indikator Kinerja
Observasi
Pengamatan
proses SIKLUS I
pembelajaran Pelaksanaan
. Pembelajaran dengan
pemanfaatan sumber
belajar secara optimal
Refleksi Menganalisis
proses dan dampak
pelaksanaan
tindakan, serta
melihat ketercapaian Perencanaan
indikator. Penyusunan rencana
perbaikan
pembelajaran, media
pembelajaran.
Penyusunan instrumen
penelitian: lembar
observasi,
SIKLUS II
Observasi
Pengamatan proses
pembelajaran. Pelaksanaan
Pembelajaran dengan
pemanfaatan sumber
belajar secara optimal
Gambar 1. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Kemmis dan Mc Taggart dalam Zain