Anda di halaman 1dari 12

Bahan Ajar Pelatihan Ekonomi Terpadu

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)


Semester VI (Nindya Praja)
Mata Pelatihan : Peternakan
Materi Pelatihan : ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN
Pelatih Pengampu : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP. dan Taemi Fahmi, S.Pt.

1. Pendahuluan

Usaha peternakan memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan


sebagai sumber pendapatan masyarakat. Permintaan terhadap produk-produk asal
ternak seperti susu, telur, dan daging terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk serta kesadaran penduduk terhadap pentingnya pemenuhan
kebutuhan protein hewani. Permintaan pasar yang tinggi terhadap produk asal
hewan tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh para pelaku
usaha peternakan untuk mengembangkan usaha ternak yang dilaksanakannya
sehingga mampu memenuhi permintaan pasar serta memberikan keuntungan bagi
peternak.

Usaha peternakan yang dilaksanakan tentunya harus memiliki tujuan untuk


mendapatkan keuntungan atau pendapatan yang maksimal. Untuk mendapatkan
pendapatan atau keuntungan yang maksimal, usaha peternakan yang dilaksanakan
harus melalui suatu perencanaan yang matang. Perencanaan usaha yang baik akan
membantu para pelaku usaha dalam membuat keputusan penting dalam
pelaksanaan usahanya. Salah satu bagian dalam perencanaan usaha adalah
pelaksanaan analisis kelayakan usaha atau analisis usaha.

Analisis kelayakan usaha atau analisis usaha disebut juga sebagai feasibility
study. Kegiatan analisis usaha dilakukan untuk menilai atau mengetahui sampai
sejauhmana manfaat yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan suatu kegiatan
usaha. Hasil dari analisis usaha ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan
pelaksanaan atau pendirian suatu usaha. Pengertian layak dalam analisis usaha
adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat
memberikan manfaat dalam arti finansial atau ekonomi. Dengan adanya analisis
usaha ini diharapkan resiko kegagalan dalam pelaksanaan usaha dapat dihindari.
2. Tujuan Analisis Usaha

Tujuan utama dari pelaksanaan analisis usaha adalah :

1. Mengetahui tingkat keuntungan terhadap alternatif usaha yang akan


dilaksanakan.
2. Mengadakan penilaian terhadap alternatif usaha yang akan dilaksanakan.
3. Menentukan prioritas investasi, sehingga investasi menjadi lebih efisien dan
dapat mengindari jenis investasi yang menjadi sumber pemborosan anggaran.

Tujuan penting lain dalam melakukan analisis usaha adalah :

1. Menghindari risiko kerugian

Fungsi analisis usaha adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan,
baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Asumsi-asumsi yang timbul mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang dapat digunakan untuk mempermudah dalam melakukan perencanaan.
Perencanaan tersebut meliputi:

 Berapa jumlah dana yang diperlukan


 Kapan usaha akan dijalankan
 Di mana lokasi usaha akan dibangun
 Siapa yang akan melaksanakan
 Bagaimana cara melaksanakannya
 Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
 Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap
tahap usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan
dapat tepat sasaran serta sesuai rencana. 

4. Memudahkan pengawasan

Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari rencana
yang telah disusun.
5. Memudahkan pengendalian

Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan pelaksanaan


pekerjaan yang melenceng, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.

3. Aspek-Aspek Dalam Analisis Usaha

Secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan


analisis usaha adalah : aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen sumberdaya manusia
dan aspek keuangan. Namun demikian, pada usaha yang baru dirintis tidak semua
aspek digunakan sebagai bahan analisis usaha, biasanya hanya memperhatikan
sebagian dari aspek-aspek tersebut.

Aspek-aspek yang sering menjadi perhatian dalam melakukan analisis usaha


terutama oleh pelaku usaha yang baru merintis usahanya diantaranya aspek teknis
dan teknologi, aspek pasar dan pemasaran serta aspek keuangan. Aspek teknis dan
teknologi berkaitan dengan kesiapan pelaku usaha dalam menjalankan produksi
dalam usahanya. Aspek pasar dan pemasaran berkaitan dengan potensi pasar dan
persaingan pasar yang dihadapi, market share serta strategi pemasaran yang akan
dipilih. Aspek keuangan berkaitan dengan biaya-biaya yang timbul (investasi dan
modal kerja), tingkat pengembalian investasi, pendapatan serta laba yang akan
diperolah dari usaha yang akan dijalankan.

Aspek Teknis Dan Teknologi

Aspek teknis dan teknologi dalam pelaksanaan usaha perlu mendapat


perhatian utama karena dengan melakukan analisis pada aspek ini dapat
menggambarkan apakah usaha tersebut dapat dijalankan atau tidak serta dukungan
teknologi yang diperlukan sudah tersedia atau belum. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan aspek teknis dan teknologi dalam analisis usaha diantaranya: penentuan
lokasi usaha, penentuan luas atau skala usaha, penggunaan alat-alat produksi serta
penentuan teknologi pendukung.

Penentuan lokasi akan sangat mempengaruhi keberlanjutan usaha yang


dilaksanakan, karena akan berkaitan secara langsung dengan kemudahan
mendapatkan bahan baku, akses pasar, ketersediaan sumber energi, sumber air,
sarana transportasi, sarana telekomunikasi serta pendukung lainya.

Skala usaha berkaitan dengan nilai investasi yang akan digunakan, kebutuhan
bahan baku atau bahan pendukung lainnya, jumlah produksi yang dihasilkan,
kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi, jumlah alat atau mesin yang
diperlukan, luas lahan yang diperlukan serta jumlah tenaga kerja yang diperlukan.

Penentuan alat-alat produksi yang digunakan berkaitan erat dengan


keuntungan dan kerugian jangka panjang. Ketepatan alat produksi akan menunjang
keuntungan jangka panjang karena pemilik usaha dapat mengoptimalkan
penggunaan alat tersebut. Sebaliknya, kesalahan dalam memilih alat-alat produksi
akan memaksa pemilik usaha untuk mengganti alat tersebut. Jika ini terjadi maka
pemilik usaha sama saja melakukan investasi dua kali untuk pekerjaan yang sama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alat-alat produksi antara lain:
kesesuaian dengan teknologi, kesesuaian harga peralatan dengan kemampuan
keuangan, kemampuan atau kapasitas produksi peralatan, ketersediaan suku
cadang dan perawatan, kualitas dan umur ekonomis.

Penggunaan teknologi yang tepat akan berpengaruh terhadap produksi yang


dihasilkan, namun pemilihan teknologi pendukung harus disesuaikan dengan
kemampuan tenaga kerja dalam mengaplikasikan jenis teknologi yang dipilih,
kesesuaian teknologi dengan ketersediaan bahan baku, kemungkinan perubahan
dan pengembangan teknologi serta keberhasilan penggunaan teknologi di tempat
lain. Hal ini perlu diperhatikan karena teknologi senantiasa berkembang dari waktu
ke waktu sehingga akan selalu memerlukan penyesuaian.

Aspek Pasar Dan Pemasaran

Perencanaan pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan dari suatu usaha
peternakan yang dilaksanakan harus sudah dipersiapkan sebelum usaha dijalankan.
Hal ini perlu dilakukan untuk melihat dan mengetahui posisi usaha yang
dilaksanakan, sasaran produksi yang akan dicapai serta tindakan-tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Langkah-langkah yang dapat diambil pada saat menyusun perencanaan pasar


dan pemasaran diantaranya : menganalisa keadaan dan peluang pasar yang
tersedia, rencana pengembangan pemasaran selain peluang pasar yang sudah
tersedia, menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk memenuhi peluang
pasar yang tersedia serta menyiapkan strategi yang tepat dalam mengeksekusi
rencana strategi pemasaran yang telah disusun terutama yang berkaitan dengan
proses produksi hasil yang akan dipasarkan sehingga kualitas dan kuantitas produk
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh pasar.

Perencanaan pemasaran yang disusun selain agar produk yang dihasilkan


sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dipersyaratkan oleh pasar, harus juga
dipikirkan mengenai kepuasan konsumen, dalam arti produk yang dipasarkan dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga dapat menjamin
keberlangsungan pemasaran produk yang dihasilkan. Semakin memberikan
kepuasan kepada konsumen maka jaminan keberlangsungan pemasaran produk
akan semakin besar. Demikian sebaliknya, jika konsumen tidak merasa puas maka
jaminan keberlangsungan pemasaran produk yang dihasilkan semakin kecil.

Aspek Keuangan

Aspek keuangan dalam analisis usaha lebih sering disebut dengan analisis
finansial usaha. Analisis finansial merupakan kegiatan menganalisis hal-hal yang
berkaitan dengan penggunaan uang dalam aliran pelaksanaan usaha, baik
penerimaan, pengeluaran operasional dan aliran kas perusahaan sehingga dapat
diketahui apakah usaha yang dilaksanakan dapat memberikan keuntungan atau
sebaliknya.

Analisis finansial yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar,


yaitu: merekap semua aliran penerimaan usaha baik dari penerimaan pokok maupun
penerimaan sampingan, merekap semua aliran pengeluaran operasional dari usaha
yang dilaksanakan dan menguji aliran kas perusahaan antara penerimaan dan
pengeluaran untuk mengetahui apakah usaha yang dilaksanakan tersebut layak
atau tidak layak berdasarkan perhitungan finansial.

Manfaat dari pelaksanaan analisis finansial pada suatu usaha yang akan
dijalankan, antara lain: 1) bagi pelaku usaha: informasi mengenai keuntungan yang
diperoleh serta potensi pengembalian modal yang telah digunakan dalam usaha
yang dijalankan, 2) bagi penanam modal: informasi tentang kelayakan usaha jika
usaha tersebut dibiayai, terutama dalam hal pengembalian modal, sehingga si
penanam modal dapat menentukan angsuran yang harus dipenuhi oleh si pelaku
usaha serta berpa lama waktu yang diperlukan agar modal tersebut dapat
dikembalikan, 3) informasi dan panduan dalam menjalankan usaha agar
berkesesuaian dengan target dan rencana yang telah direncanakan sebelumnya dan
4) bagi pemangku kebijakan: informasi mengenai kemampuan usaha dalam
memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat, sehingga akan memudahkan
dalam pemberian ijin usaha sesuai dengan kebijakan dan aturan yang berlaku.

4. Contoh Kasus Analisis Usaha Peternakan

Analisis Usaha Penggemukan Ternak Sapi Potong

Informasi awal
1 Jenis usaha : Penggemukan ternak sapi potong
.
2 Produk yang dihasilkan : Sapi potong
.
3 Pemasaran : Pasar hewan, RPH, konsumen langsung
.
4 Lokasi usaha : Sentra usaha ternak sapi potong
.
5 Model pemeliharaan : Intensif
.
6 Skala pemeliharaan : 10 ekor
.
7 Bangsa sapi : Bangsa sapi potong
.
8 Estimasi masa produksi : 6 bulan (1 tahun 2 kali)
.

Biaya Tetap
Penyusutan (per tahun)
2
1 Sewa lahan (1.000 m ) : Rp. 5.000.000 Rp. 5.000.000
.
2 Kandang (20 m2) : Rp. 20.000.000 Rp. 2.000.000
.
3 Peralatan : Rp. 5.000.000 Rp. 1.000.000
.
Keterangan :
Penyusutan kandang dihitung selama 10 tahun
Penyusutan peralatan dihitung selama 5 tahun
Biaya Variabel
1 Bakalan sapi
.
10 ekor x 50.000/kg x 250 kg = Rp. 125.000.000
2 Pakan hijauan
.
25 kg/ekor/hari (Rp. 150/kg) = 25 x Rp. 150 = Rp. 3.750/ekor/hari
Rp. 3.750 x 10 ekor x 180 hari = Rp. 6.750.000/10 ekor/6 bulan
3 Pakan konsentrat
.
2 kg/ekor/hari (Rp. 3.000/kg) = 2 x Rp. 6.000 = Rp. 12.000/ekor/hari
Rp. 12.000 x 10 ekor x 180 hari = Rp. 21.600.000/10 ekor/6 bulan
4 Biaya obat-obatan : 10 paket x Rp. 150.000 = Rp. 1.500.000
.
5 Biaya tenaga kerja : 2 orang x Rp. 1.000.000 x 6 = Rp. 12.000.000
.
6 Biaya lain-lain : Rp. 500.000 x 6 bulan = Rp. 3.000.000
.

Total Biaya
1 Biaya tetap : Rp. 4.000.000
.
2 Biaya Variabel : Rp. 169.850.000
.
Total : Rp. 173.850.000

Pendapatan
1 Kenaikan bobot badan sapi
.
0,8 kg/ekor/hari = 0,8 x 180 hari = 144 kg
Total bobot sapi setelah penggemukan = 250 + 144 = 394 kg
Total bobot sapi yang akan dijual = 394 kg x 10 ekor = 3.940 kg
2 Harga jual sapi : Rp. 65.000/kg
.
3.940 kg x Rp. 65.000 = Rp. 256.100.000

Penerimaan

= Total pendapatan – Total Biaya yang dikeluarkan


= Rp. 256.100.000 – Rp. 173.850.000
= Rp. 82.250.000

Keuntungan yang diperoleh dalam 1 periode penggemukan (6 bulan) adalah


Rp. 82.250.000

Break Event Point (BEP)

BEP volume produksi = Total biaya operasional : Harga Produksi


= Rp. 173.850.000 : Rp. 55.000
= 3.161 kg

BEP ini berarti titik balik modal akan tercapai apabila total bobot badan yang
dihasilkan selama masa penggemukan mencapai 3.161 Kg.

BEP Harga Produksi

= Total biaya : Volume produksi


= Rp. 173.850.000 : 3.940 Kg
= Rp. 44.124/Kg
BEP harga produksi berarti titik balik modal akan tercapai apabila sapi hasil
penggemukan dijual pada harga Rp. 44.124/kg bobot hidup.

R/C ratio

= Total pendapatan : Total biaya operasional

= Rp. 256.100.000 : Rp. 173.850.000

= 1,473

Jika nilai R/C lebih dari satu artinya usaha penggemukan 10 ekor sapi berbobot
masing masing 250 Kg dengan PBH 0,8 kg/hari selama 6 bulan cukup layak untuk
dilaksanakan.

Return Of Investment (ROI)

= (Keuntungan : Total Biaya Operasional) X 100%

= (Rp.82.250.000 : Rp. 173.850.000) x 100%

= 211,37%

Perhitungan ROI ini dapat diartikan dengan nilai ROI sebesar 211,37% berarti
setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 dalam usaha penggemukan sapi potong dengan
penambahan bobot badan 0,8 kg/ekor/hari selama 6 bulan akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 2,113.

Analisis Usaha Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB)

Informasi awal
1 Jenis usaha : Ayam KUB pedaging
.
2 Produk yang dihasilkan : Ayam pedaging
.
3 Pemasaran : Restoran, pasar, konsumen langsung
.
4 Model pemeliharaan : Intensif
.
5 Skala pemeliharaan : 100 ekor
.
6 Estimasi masa produksi : 3 bulan
.

Biaya Tetap
Penyusutan (per tahun)
1 Kandang (5 m2) : Rp. 2.000.000 Rp. 400.000
.
2 Peralatan : Rp. 500.000 Rp. 250.000
.
Keterangan :
Penyusutan kandang dihitung selama 5 tahun dan peralatan dihitung selama 2 tahun

Biaya Variabel
1 DOC (anak ayam KUB umur 0 hari)
.
100 ekor x 8.000/ekor = Rp. 800.000
2 Pakan konsentrat
.
Minggu 1 35 gr/ekr 35 x 100 = 3.500 3,5 kg x Rp. 6.500 = Rp. 22.750
Minggu 2 70 gr/ekr 70 x 100 = 7.000 7 kg x Rp. 6.500 = Rp. 45.500
Minggu 3 105 gr/ekr 105 x 100 = 10.500 10,5 kg x Rp. 6.500 = Rp. 68.250
Minggu 4 140 gr/ekr 140 x 100 = 14.000 14 kg x Rp 6.500 = Rp. 91.000
Minggu 5 224 gr/ekr 224 x 100 = 22.400 22,4 kg x Rp. 6.500 = Rp. 145.600
Minggu 6 259 gr/ekr 259 x 100 = 25.900 25,9 kg x Rp. 6.500 = Rp. 168.350
Minggu 7 294 gr/ekr 294 x 100 = 29.400 29,4 kg x Rp. 6.500 = Rp. 191.100
Minggu 8 385 gr/ekr 385 x 100 = 38.500 38,5 kg x Rp. 6.500 = Rp. 250.250
Minggu 9 420 gr/ekr 420 x 100 = 42.000 42 kg x Rp. 6.500 = Rp. 273.000
Minggu 10 420 gr/ekr 420 x 100 = 42.000 42 kg x Rp. 6.500 = Rp. 273.000
Minggu 11 420 gr/ekr 420 x 100 = 42.000 42 kg x Rp. 6.500 = Rp. 273.000
Minggu 12 980 gr/ekr 980 x 100 = 98.000 98 kg x Rp. 6.500 = Rp. 637.000
Total Biaya Pakan Rp. 2.438.800
3 Biaya obat-obatan : 100 paket x Rp. 2.500 = Rp. 250.000
.
Keterangan : Untuk pemeliharaan 100 ekor dapat dikerjakan sendiri, sehingga tidak
terdapat biaya tenaga kerja
Total Biaya
1 Biaya tetap : Rp. 162.500
.
2 Biaya Variabel : Rp. 3.488.800
.
Total : Rp. 3.651.300

Pendapatan
1 Estimasi kematian ternak (mortalitas) = 10% = 10 ekor
.
Jumlah ayam dijual = 100 – 10 = 90 ekor
2 Harga jual ayam : Rp. 50.000/ekor
.
90 ekor x Rp. 50.000 = Rp. 4.500.000
Keterangan : Harga ayam akan bergantung pada situasi dan permintaan pasar,
harga Rp. 50.000/ekor untuk ayam kampung hidup adalah harga
minimal

Penerimaan

= Total pendapatan – Total Biaya yang dikeluarkan


= Rp. 4.500.000 – Rp. 3.631.300
= Rp. 868.700

Keuntungan yang diperoleh dalam 1 periode pemeliharaan (3 bulan) adalah


Rp. 868.700.

Break Event Point (BEP)

BEP volume produksi = Total biaya operasional : Harga Produksi


= Rp. 3.651.300 : Rp. 50.000
= 73 ekor

BEP ini berarti titik balik modal akan tercapai apabila jumlah ayam yang dijual pada
saat panen sebanyak 73 ekor..

BEP Harga Produksi

= Total biaya : Volume produksi


= Rp. 3.651.300 : 90 ekor
= Rp. 40.750/ekor

BEP harga produksi berarti titik balik modal akan tercapai apabila ayam dijual pada
harga Rp. 40.750/ekor.

R/C ratio

= Total pendapatan : Total biaya operasional

= Rp. 4.500.000 : Rp. 3.651.300

= 1,232
Jika nilai R/C lebih dari satu artinya usaha pemeliharaan ayam KUB sebanyak 100
ekor selama 3 bulan cukup layak untuk dilaksanakan.

Return Of Investment (ROI)

= (Keuntungan : Total Biaya Operasional) X 100%

= (Rp.868.700 : Rp. 3.651.300) x 100%

= 23,792%

Perhitungan ROI ini dapat diartikan dengan nilai ROI sebesar 23,792% berarti setiap
pengeluaran sebesar Rp. 1 dalam usaha pemeliharaan ayam KUB sebanyak 100 ekor
selama 3 bulan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,237.

Anda mungkin juga menyukai