Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan


mempunyai populasi yang terus meningkat (The Global Initiative for Asthma,
2004). Kasus asma diseluruh dunia menurut survey GINA (2004) mencapai 300
juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 penderita asma bertambah menjadi 400
juta jiwa. Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi
(kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi
asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga
mencolok.

Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima
belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global
untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan
kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidak hadiran di sekolah,
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan
kematian. (Muchid dkk,2007)

Saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab


kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh
pengelolaan asma yang tidak terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan
dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga
menyebabkan kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat
menyebabkan kematian seketika pada penderitanya (Dahlan, 1998)

Tenaga kesehatan dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting dan


harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada
penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana
sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan
bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma. Pengobatan dan
pencegahan penyakit asma memerlukan tindakan yang tepat dan benar oleh tenaga
kesehatan. Termasuk perawat sebagai tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
keperawatan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Apa Definisi Asma?


B. Apa Etilogi Penyakit Asma?
C. Bagaimana Patofisiologi Penyakit asma?
D. Bagimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma?

1.3 TUJUAN PENULISAN

A. Untuk Mengetahui Definisi Asma.


B. Untuk Mengetahui Etiologi Penyakit Asma.
C. Untuk Mengetahui Patofisilohi Penyakit Asma.
D. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Yang Dilakukan Pada Pasien
Asma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asma


Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamsi kronik pada jalan
nafas yang berdampak pada tubulus paru, menyebebabkan timbulnya
reaksi berlebihan pada dinding bronkioulus terhadap berbagai stimulus
seperti debu, stress, dan emosional.
Asma adalah suatu penyakit pernafasan yang ditandai dengan
inflamasi saluran pernafasan (bronkus) yang menyebabkan aliran udara ke
dan dari paru menjadi kurang lancar, sehingga menimbulkan gejala-gejala
khas yaitu : mengi, batuk, kontriksi dada, dan sesak nafas. Faktor-faktor
pemicu asma Antara lain meliputi : faktor herediter, infeksi, alergenik,
lingkungan, psikososial.

Selama berlangsungnya serangan asma otot-otot bronkus


mengencang menjadi kaku, lapisan mukosa saluran pernafasan
membengkak dan produksi mucus/lendir saluran pernafasan meningkat
secara berlebihan sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas
karena, sekret berlebih dan menimbulkan suara mengi (wheezing)
sehingga membuat kesulitan bernafas.

2.2 Etiologi Asma

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.


Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma
menurut bararawidjaja (2000) adalah:

1 Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh


alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk,
bulubulu binatang

3
2 Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,
seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi,
dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3 Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
(Smeltzer & Bare, 2002).

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi


timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

1 Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan
a. Faktor presipitasi
1) Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
a) Inhalan : yang masuk melalui saluran
pernapasan Contoh : debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b) Ingestan : yang masuk melalui mulut Contoh :
makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan
kulit Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang

4
mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.
3) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi
pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan Asma yang sudah ada.
Disamping gejala Asma yang timbul harus segera
diobati penderita Asma yang mengalami stres atau
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa
diobati.
4) Lingkungan kerja
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.
5) Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita Asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan Asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

5
2.3 Patofiologi Asma

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu


alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya
kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada
bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi
mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan
penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan
menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi),
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus
dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. 
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

6
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi menekan bagian luar bronkiolus.
Karena, bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya
dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien
dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula
adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi
dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang
tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress)
dapat memacu serangan asma

7
8
BAB III
KASUS

1. Pengkajian
Ny.A umur 45 tahun jenis kelamin perempuan beralamat di cilandak
diantar oleh keluarganya ke UGD RSUD Pasar Minggu pada tanggal 20
september 2019 pada jam 20.00 WIB dengan keluhan sesak napas dan batuk
berdahak.
Waktu timbulnya serangan sesak sering terjadi tiba-tiba dan terjadi di
malam hari,klien juga mengatakan pada saat tidur malam posisi yang di gunakan
yaitu posisi setengah duduk,serangan asma terjadi jika ia merasa kedinginan, atau
terkena paparan debu, dan ketika serangan terjadi gejala lain yang di timbulkan
yaitu flu dan batuk berdahak.
Ny. A juga mengatakan ketika batuk sulit untuk mengeluarkan dahak,
apabila asmanya kambuh usaha yang dilakukan yaitu meminum obat yang sudah
di beli di apotik sebelumnya.Ny. A mengatakan pernah melakukan pemeriksaan
Tes Sputum hasilnya normal, Ny. A sudah beberapa kali masuk RS dengan
penyakit yang sama dan keluarganya memiliki riwayat penyakit Asma.
Terdapat bunyi suara napas tambahan wheezing. Ny. A nampak sesak,
batuk dan berdahak dengan konsistensi kental dan berwarna kuning. Tekanan
darah: 100/80mmHg, Respirasi: 28x/ menit, Nadi: 100x /menit, Suhu: 36,5˚C

9
FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : Ny.A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cilandak
Suku/ Bangsa : Betawi / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 20 September 2019
Tanggal Pengkajian : 20 September 2019
No. Registrasi : 534671

Diagnosa Medis : Asma Bronchial

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.D
Usia : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Cilandak
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : Ny.A mengatakan sesak nafas, dan batuk


berdahak.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada saat pengkajian Ny.A
mengatakan sesak nafas sering terjadi tiba-tiba dan terjadi di
malam hari,Ny.A juga mengatakan pada saat tidur malam
posisi yang di gunakan yaitu posisi setengah duduk,serangan
asma terjadi jika ia merasa kedinginan, atau terkena paparan
debu, dan ketika serangan terjadi gejala lain yang di timbulkan
yaitu flu dan batuk berdahak.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu: Ny.A juga mengatakan ketika
batuk sulit untuk mengeluarkan dahak, apabila asmanya
kambuh usaha yang dilakukan yaitu meminum obat yang sudah
di beli di apotik sebelumnya.Ny. A mengatakan pernah

10
melakukan pemeriksaan Tes Sputum hasilnya normal, Ny. A
sudah beberapa kali masuk RS dengan penyakit yang sama dan
keluarganya memiliki riwayat penyakit Asma.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga: Ny.A mengatakan terdapat
anggota keluarga yang menderita penyakit asma bronchial.

Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Laki-laki Meninggal

= Perempuan Meninggal

= Garis Perkawinan

= Garis Keturunan

= Tinggal Serumah

= Klien

11
d. Pola Kesehatan Fungsional

1. Pola Persepsi Kesehatan


kesehatan dan manajemen Ny.A tahu tentang penyakit yang
diderita, Ny.A menceritakan keluhan yang muncul kepada
keluarga. Jika sakit Ny.A langsung memeriksakan ke
puskesmas atau ke dokter terdekat.

2. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit:
Ny.A mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring
dengan menu makan nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk.
Dalam 1 hari Ny.A minum 8 gelas ukuran sedang.
b. Selama sakit:
Ny.S mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring
dengan menu yaitu nasi, sayur mayur,dan lauk-
pauk.Dalam 1 hari Ny.A minum 8 gelas ukuran sedang,
hanya saja jika mau makan dan minum Ny.A dibantu
oleh keluarganya.

3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit:
Ny.A BAB kurang lebih sehari 1x dengan konsistensi
sedikit lembek dan BAK kurang lebih 4 kali sehari
dengan warna jernih dan berbau khas.
b. Selama sakit:
Ny.A BAB sehari 1x, dengan konsistensi sedikit
lembek.BAK seperti biasa 4 kali sehari, dalam satu kali
BAK Ny.A mengeluarkan urin sampai 400 cc. Dalam
satu hari ada 1600 cc.

4. Pola Latihan Aktivitas

Kemampuan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur
Berpindah √
Amblulasi/ROM -

12
Keterangan : 0 : Mandiri 1 : Di bantu sebagian 2 : Di bantu orang
lain 3 : Di bantu orang dan peralatan 4 : Ketergantungan / tidak
mampu.

5. Pola Tidur dan Istirahat


a. Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit Ny.A mengatakan
tidur selama 7 jam, dari jam 21.30 WIB sampai jam
04.30 WIB dan tidur siang selama 1 jam dari jam 14.00
WIB sampai jam 15.00 WIB.
b. Selama sakit Ny.A mengatakan tidur terasa cukup yaitu
selama 7 jam, dari jam 21.30 WIB sampai jam 04.30
WIB dan tidur siang selama 1 jam dari jam 14.30 WIB
sampai jam 15.30 WIB.

6. Pola kognitif perseptual / persepsi pribadi


a. Sebelum sakit Ny.A mengatakan percaya pada dirinya
sendiri bahwa apa yang selama ini dia lakukan, itu semua
semata-mata hanya ingin membahagiakan suami dan 2
orang anaknya.
b. Selama sakit Ny.A mengatakan bahwa penyakit yang
diderita itu adalah cobaan dari Allah SWT.

7. Pola konsep diri/persepsi diri


a. Gambaran diri
Pasien mengatakan “ saya senang dengan anggota
tubuh saya meskipun saya terlihat agak kurusan ”.
b. Identitas diri
Pasien mengatakan “ saya bersyukur diciptakan
sebagai perempuan dan saya bangga pada diri saya ”.
c. Peran diri
Pasien mengatakan “ saya berperan di rumah sebagai
ibu rumah tangga dan sebagai nenek dari cucu-cucu
saya”.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan “ harapan saya sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai nenek yang baik dan mampu
mengajari, menemani bermain cucu-cucu saya ”.
e. Harga diri
Pasien mengatakan “ saya senang semua keluarga
mendukung saya dan saya merasa di perhatikan dan
saya ingin cepat sembuh serta segera beraktifitas seperti
biasanya lagi ”.

8. Pola peranan dan berhubungan


Ny.A mengatakan hubungan Ny.A dengan orang lain dan
keluarga sangatlah baik.

13
9. Pola reproduksi seksual
Ny.A mengatakan menstruasinya lancar setiap bulan nya
selama 1 minggu

10. Pola toleransi stress-koping


Ny.A mengatakan dalam mengatasi masalah Ny.A selalu
terbuka ketika sedang ada masalah Ny.A selalu menceritakan
keluh-kesah yang dialami pada keluarganya.

11. Pola nilai dan keyakinan


Ny.A beragama islam, Ny.A selalu shalat lima waktu. Selama
sakit. Ny.A mengatakan hanya dapat shalat diatas tempat tidur
dan berdo’a untuk kesembuhannya.

e. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-Tanda Vital :
1. Tekanan Darah : 100/80mmHg,
2. Pernapasan : 28x/menit
3. Nadi : 100x/menit,
4. Suhu : 36,5 °C
c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Mesochepal, tidak ada jejas, rambut hitam, bersih.
2. Wajah : Bentuk oval, tidak ada luka, tidak berjerawat.,
klien terlihat lemas
3. Mata : Penglihatan normal, konjungtiva tidak anemis,
sklera ikterik, pupil isokor.
4. Hidung : Penciuman normal, tidak ada polip.suara nafas
terdengar wheezing, terdapat sekret berlebih dengan
konsistensi kental berwarna kuning
5. Telinga : Telinga simetris, tidak ada serumen, pendengaran
baik.
6. Mulut : Mulut bersih, tidak ada karies gigi dan gigi
palsu,tidak ada stomatitis, membrane mukosa bibir
lembab
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Jantung :
a. Inspeksi : Ictus cordic tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordic teraba
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi : Terdengar bunyi jantung I dan II murni
9. Paru :
a. Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri
simetris
b. Palpasi : Bunyi fremitus kanan dan kiri sama

14
c. Perkusi : Bunyi paru sonor
d. Auskultasi : Terdengar suara tambahan wheezing
karena terdapat adanya sekret pada bronkus.
10. Abdomen :
a. Inspeksi : Dinding perut cekung dari dada, tidak ada
lesi.
b. Auskultasi : Terdengar bising usus 15x/menit
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
penumpukan cairan.
d. Perkusi : Tympani

11. Ekstremitas :
Pada ekstremitas atas terpasang IV line RL di tangan
sebelah kanan 20 tetes/menit, turgor kulit baik, dan tidak
ada jejas, tidak ada odema. Ekstremitas bawah tidak ada
oedema, turgor kulit baik, tidak adanya jejas di kaki.
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah sedikit melemah.

Kekuatan otot : 4 4

4 4

Keterangan :
Skala 0: Otot tak mampu bergerak
Skala 1: Terdapat sedikit kontraksi 7otot namun tidak didapatkan
gerakan.
Skala 2: Dapat menggerakkan otot sesuai perintah tapi jika disuruh
ditahan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.
Skala 3: Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal.
Skala 4: Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
Skala 5: Bebas bergerak.

f. Terapi Medik
1. IVFD : RL 20 tpm
2. Oksigen : 3 Liter / Menit
3. Inhalasi : Combivent/ 8 jam 2,5 ml, 3-4 kali perhari diberikan
4. Inj Ranitidin 1 Amp /12 jam /iv
5. Aminofilin 1 amp /12jam /iv
6. Ambroxol 3x1 tablet

15
2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


.
1. DS : mucus dalam Ketidak
- Ny.A mengatakan sesak napas dan jumlahberlebihan. efektifan
batuk berdahak. bersihan
- Ny. A mengatakan waktu timbulnya jalan napas
serangan sesak sering terjadi tiba-tiba
dan terjadi di malam hari.
- Ny. A mengatakan serangan asma
terjadi jika ia merasa ke dinginan,
atau terkena paparan debu.
- Ny. A mengatakan ketika serangan
terjadi gejala lain yang ditimbulkan
yaitu pilek Allergen (cuaca dingin)
- Ny.A mengatakanketika batuk sulit
untuk mengeluarkan dahak
DO :
- Klien nampak sesak.
- terdapatbunyi suara napas ronchi
- pernapasan 28x/menit.
- Irama napas cepat,
- Nampak batuk berdahak dengan
konsistensi kental dan berwarna
kuning.
- Ttv :
Tekanan darah:100/80mmHg
Respirasi: 28x/ menit.
Nadi: 100x /menit
Suhu: 36.0C

16
3. Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan.

4. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Ketidak Setalah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
tindakan keperawatan
efektifan vital.
selama 3 kali 24jam
bersihan jalan diharapkan bersihan jalan 2. Berikan posisi senyaman
napas kembali efektif
napas mungkin(semi fowler).
ditandai dengan :
berhubungan - sesak napas 3. Latih batuk efektif.
berkurang saat
dengan mucus 4. Berikan Health
beraktivitas
dalam jumlah ringan. Education tentang
- dapat batuk secara
berlebihan. penyakit dengan cara
efektif,
- irama napas menghindari faktor
teratur.
pencetus
- frekwensi
pernapasan dalam 5. Kaloborasi pemberian
rentang normal obat nebulizer
yaitu 16–24
˟/menit (combiven).

5. Implementasi Keperawatan
no Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Respon hasil
/jam keperawatan
1. Jum’at 20, Ketidak 1. Memonitor 1. Ttv :
Td:100/80mmH
september efektifan tanda-tanda
g
jam 20.30 Bersihan vital. Rr: 28×/menit
N: 90 ×/menit
WIB jalan napas
Sh: 36.5˚C
berhubungan
20.35 wib dengan 2. Memberikan

17
penumpukan posisi 2. Pasin lebih
nyaman dengan
mucus dalam senyaman
posisi
jumlah mungkin. semifowler
20.40 WIB berlebihan 3. Mengkalobora
sikan
3. 1 ampul obat
pemberian
combiventdosisy
obat nebulizer ang diberi
2,5ML, 3 sampai
sesuai
4 kali per hari
program diberikan
terapi
20.55 WIB 4. Melelatih 4. Nampak sulit
untuk melekukan
batuk efektif
batuk efektif
karena, Nn T
baru pertama
kali melakukan.

21.10 WIB 5. Ajarkan


5. Menjelaskan
tentang pengertian,asma
bronkial,Tanda
penyakitnya
dan gejala asma
dengan cara bronkial,Faktor
pencetus asma
menghindari
bronkial,Perawat
faktor an asma bronkial
dirumah,Cara
pencetus.
pencegahan
kekambuhan
asmabronkial,
Cara pernafasan
yang benar.
2. Sabtu, 21 1 Memonitor 1 Ttv :
tanda-tanda Td:100/60
september
vital mmHg,
2019 08.00 Rr : 24˟/ menit
N: 98˟/menit
WIB
Sh : 37,5 ˚C

2 Memberikan 2 Ny. A
08.05 WIB
posisi mengatakan

18
Senyaman lebih nyaman
mungkin. dengan posisi
semi fowler
10.00 WIB
3 Mengkolabora 3 1 ampul obat
sikan combivent dosis
pemberian yang diberi 2,5
obat nebulizer ML, 3 sampai 4
sesuai kali per hari
program diberikan.
terapi
10.30 WIB

4 Melatih batuk 4 Ny. A nampak


efektif bisa melakukan
batuk efektif
tanpa bantuan
intruksi perawat
melatih batuk
efektif dilakukan
3 kali dalam
sehari.

6. Evaluasi keperawatan
N Hari/tanggal/ Diagnosa keperawatan Evaluasi
o jam
1. Jum’at, 20 Ketidak efektifan bersihan jalan Subjektif :
- Ny. A mengatakan
september napas berhubungan dengan
masih merasa sesak
2019 21.30 mucus dalam jumlah berlebihan. nafas
- Ny. A mengatakan
WIB
masih batuk dan
sulit untuk
mengeluarkan
dahak
Objektif :
- Klien terlihat lemas
- Ny. A Nampak
terlihat sesak
nafas,

19
- batuk klien terlihat
berdahak. Sputum
kental dan
berwarna kuning
pernapasan

- Ttv :

Td : 100/80 mmHg,
Rr :28˟/menit
N : 90˟/menit
Sh : 36,5˚C

Assesment :
masalah Ny. A belum
teratasi

Planning :
- intervensi di
lanjutkan
- memonitor tanda-
tanda vital
- melatih batuk
efektif,
- memberikan posisi
yang nyaman,
- kaloborasi
pemberian obat
inhalasi,
- pantau batuk
efektif, frekuensi
nafas, irama nafas,
dan bunyi nafas

2. Sabtu, 21 Ketidak efektifan bersihan jalan Subjektif:


- Ny. A mengatakan
september napas berhubungan dengan
sudah tidak sesak,
2019 mucus dalam jumlah berlebihan - Ny. A mengatakan
sudah tidak batuk
11.00 WIB
dan dahak sudah
tidak ada
Objektif :
- Klien terlihat tidak
lemas
- Keadaan umum
composmentis

20
- tv:
Td: 100/ 70 mmHg
Rr : 18˟/menit
N : 89˟/menit
Sh: 37,5˚C
- Klien Nampak
tidak terlihat sesak,
Nampak tidak
batuk, tidak
terdapat bunyi
napas tambahan.

Assesment :
masalah Ny. A
teratasi.

P : intervensi dihentikan

21

Anda mungkin juga menyukai