Anda di halaman 1dari 15

November 2014

HIDROLISIS PATI ENZIMATIS


Widi Ridwanto 230110130148
Kelompok 3 Perikanan B Lab. TPHP

ABSTRAK
Praktikum mengenai hidrolisis pati enzimatis bertujuan untuk mengetahui nilai absorbansi,
dimana nilai absorbansi ini dapat diketahui dengan memasukan sampel kedalam alat
spektrofotometer, yang nantinya akan diubah dalam bentuk kurva standar. Absorbansi adalah
suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan ( komponen kimia ) tertentu pada panjang
gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu terhadap sampel yang di
praktikan. Alat yang digunakan dalam praktikum hidrolisis pati enzimatis yaitu gelas ukur,
gelas kimia, spatula, hot plate, tabung reaksi, pipet tetes, inkubator, dan spektrofotometer.
Sementara bahan yang digunbakan yaitu pati dari tepung beras, tepung maizena, tepung aci,
tepung terigu (yang digunakan sebagai sampel), glukosa, aquades, enzim amylase (yang
digunakan sebagai katalis), dan reagen iodien. Sampel yang telah dilarutkan kemudian
ditambahkan iodin dan enzim amylase, dan diinkubasi. Hasil dari praktkum menunjukan
bahwa nilai absorbansi sampel berupa aci sebanyak 4 mL dengan penambahan 6 tetes amilase
adalah 1.00 dan penambahan 10 tetes amilase adalah 0.525, pada sampel yang lainpun
cenderung serupa yakni nilai arsorbansinya lebih tinggi pada penambahan 6 tetes enzim
amilase. Endapan yang dihasilkan pun lebih banyak atau pekat pada penambahan 6 tetes
enzim amilase dibanding dengan penambahn 10 tetes.

Kata kunci : alat, bahan, amilase, absorbansi

PENDAHULUAN
Salah satu rujukan penting dalam memilih bahan pangan pokok adalah kandungan
karbohidrat dari bahan pangan tersebut.Karbohidrat (‘hidrat darikarbon‘, hidrat arang) adalah
segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki
berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan
bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnyapati pada tumbuhan
dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada prosesfotosintesis, tetumbuhan
hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman
berklorofil. Bagi tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang
dan pada bagian umbi tanaman. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada
asal pati tersebut, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50–60% dan
pati yang berasal dari umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno, 1986).
Hidrolisis adalah istilah yang umum digunakan untuk reaksi yang menggunakan air.
Hidrolisis merupakan pemecahan air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion
hidroksida (OH-) melalui proses kimia. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis
murni, hidrolisis katalis asam dan basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan
katalis enzim. Sedangkan, berdasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi
hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap. Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati
dengan reaktan air. Metode hidrolisis pati yang lebih sering digunakan adalah enzimatis
dengan menggunakan enzim. Enzim yang digunakan adalah amilase, seperti α-amilase. Α-
amilase dapat menghidrolisis ikatan α-1.4-glikosida secara spesifik (Assegaf, 2009).
Polisakarida merupakan senyawa yang terdiri dari unit terkecil monosakarida yang
dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Polisakarida akan menjadi monosakarida lalu dihidrolisis
secara lengkap. Pati meerupakan polimer 1,4-α-D glukosa yang terdiri dari amilosa dan
amplotein. Amilosa akan berubah menjadi warna biru bila diwarnai dengan reagen iodin.
Contoh polisakarida adalah pati, glikogen, agarosa, dan selulosa. Beberapa polisakarida
kompleks dapat juga memiliki atom tambahan misalnya nitrogen, seperti pektin, kitin,
dan lignin.Polisakarida mencakup senyawa yang paling sering ditemukan di bumi (selulosa)
dan memasok energi dan aktivitas bagi kehidupan di dalamnya.
Pati termasuk polisakarida jenis heksosan. Pati merupakan homopolimer glukosa
dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari
panjang rantai C-nya, serta rantai molekulnya lurus atau bercabang. Pati terdiri dari dua fraksi
yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut
disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-d-glukosa,
sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,4)-d-glukosa sebanyak 4–5 % dari
berat total. Perhatikan struktur amilosa berikut.

Gambar 1. Strukrur Amilase

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memahami proses hidrolisis
pati menggunakan enzim amilase dan memahami kondisi suhu dan pH optimal terjadinya
hidrolisis pati, sertamenghidrolisis glukosa dengan enzim serta mencari aktivitas enzim α
amilase dengan mengukur jumlah glukosa yang dihasilkan.

METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum inu dilakukan pada hari jumat tanggal 7 November 2014 di Laboratorium
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran pada pukul 13.00 sampai 15.00 WIB. Metode yang digunakan dalam praktikum
ini adalah metode hidrolisis dan enzimatis untuk dapat mengetahui aktivitas enzim amilase
pada pati. Adapun alat yang idgunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur, yang
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur larutan sampel yang akan direaksikan, pipet
tetes berfungsi untuk meneteskan cairan atau larutan lain kedalam arutan sampel, spatula
berfungsi sebagai pengaduk larutan sampel agar nantinya dapat homogen kemudian ada
alumunium foil yang digunakan untuk mencegah oksigen masuk saat penyimpanan sampel,
gelas kimia digunakan untuk mengukur larutan tertentu yang akan direaksikan, kemudian ada
inkubator yang merupakan alat yang berfungsi untuk menginkubasi atau menyimpan larutan
sampel maupun hasil reaksi pada suhu dan waktu yang dapat diatur sesuai dengan keinginan
praktikan, Hot plate digunakan untuk memanaskan dan menghomogenkan larutan, alat yang
terakhir adalah spektrofotometer yang digunakan untuk mengukur nilai arsorbansi dari suatu
sampel dengan melewatkan cahaya.Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap
oleh bahan ( komponen kimia ) tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan
memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat
monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu.
Bahan yang digunakan dalam praktikum hidrolisis pati enzimatis yaitu pati dari
tepung beras, tepung maizena, tepung aci, tepung terigu, glukosa, aquades, enzim amilase,
dan reagen iodine
Kemudian dalam melakukan praktikum ini haruslah sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan agar kegiatan praktikum berjalan benar, prosedur pada denaturasi asam atau
basa, dan pemanasan. Prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

Penyiapan larutan pati 0,2%


ditimbang pati terlarut sebanyak 0,2 gr

dimasukkan pati ke gelas kimia


ditambahkan 10 ml akuades.

dipanaskan perlahan hingga mendidih selama 15 menit

dinginkan pada suhu ruang sambil terus diaduk.

dipisahkan pati 0,1ml untuk tabung 1 dan tabung 2, dan pati 0,25ml untuk tabung 3 dan
tabung 4 (Total 4 tabung).

Penyiapan larutan standar glukosa


ditimbang glukosa sebanyak 0,5 mg

dituuangkan ke dalam labu ukur

ditambahkan akuades sampai volume tepat 10 ml.

Pembuatan kurva standar


Dibuat pengenceran glukosa dengan konsentrasi 0,01 gr/ml pada tabung 1; 0,02 gr/ml
pada tabung 2; 0,03 gr/ml pada tabung 3; 0,04 gr/ml pada tabung 4; 0,05 gr/ml pada
tabung 5. (Hitung dengan menggunakan rumus pengenceran)

diukur nilai absorbansi dengan spektrofotometer (panjang gelombang 600 nm)

Pengujian aktivitas amilase


ditambahkan 0,1 ml enzim amilase pada pati tabung 1 dan tabung 3

Dilakukan penambahan 0,2 ml enzim amilase pada tabung 2 dan tabung 4

Dilakukan inkubasi pada suhu 55 oC atau suhu ruangan selama 10 menit

ditambahkan iodine 2 tetes


dipanaskan pada suhu mendidih selama 5 menit

diukur nilai absorbansinyadengan spektrofotometer (panjang gelombang 600 nm)

PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengamatan hidrolisis pati labolatorium Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan
Kel Sampel Tabung 1 Tetabung 2 Absor
. (+ 6 tetes amilase) (+ 10 tetes amilase ) bansi
1 Terigu Iodin : Merah pekat Iodin : Merah pekat 6 tetes : 1,291
(4 mL) Amilase : Belum berubah Amilase : Belum berubah 10 tetes : 1,211
Inkubasi : Hijau pekat, Inkubasi : Hijau pekat,
endapan hitam endapan hitam
Panas : Hijau transparan, Panas : Hijau transparan,
endapan hitam peleburan endapan
2 Terigu Iodin : Hitam kecoklatan Iodin : Hitam kecoklatan 6 tetes : 1,6
(5 mL) Amilase : Hitam kecoklatan Amilase : Hitam kecoklatan 10 tetes : 1,381
Inkubasi : Coklat pekat Inkubasi : Bening, endapan
Panas : Putih, endapan hitam
hitam dan putih Panas : Putih, endapan
hitam dan putih
3 Aci Iodin : Hitam kehijauan Iodin : Hitam kehijauan 6 tetes : 1,00
(4 mL) Amilase : Hitam kehijauan Amilase : Hitam kehijauan 10 tetes : 0,525
Inkubasi : Endapan hitam > Inkubasi : Hijau, endapan putih
endapan putih > endapan hitam
Panas : Kuning kehijauan Panas : Kuning
4 Aci Iodin : Hitam kehijauan Iodin : Hitam kehijauan 6 tetes : 1,25
(5 mL) Amilase : Hitam kehijauan Amilase : Hitam kehijauan 10 tetes : 0,15
Inkubasi : Atas coklat teh Inkubasi : Hijau larut
Panas : Endapan hitam Panas : Kuning, endapan
hitam
5 Maizena Iodin : Biru gelap, Iodin : Biru gelap, endapan 6 tetes : 0,399
(4 mL) endapan hitam hitam 10 tetes : 0,388
Amilase : Biru kekuningan, Amilase : Biru kekuningan,
endapan endapan
Inkubasi : Bening, endapan Inkubasi : Bening, endapan
Panas : Keruh, endapan Panas : Keruh, endapan
6 Maizena Iodin : Biru tua Iodin : Biru tua 6 tetes : 1,125
(5 mL) Amilase : Biru tua Amilase : Biru tua 10 tetes : 1,606
Inkubasi : Tidak berubah Inkubasi : Tidak berubah
Panas : Kuning Panas : Orange kecoklatan
keorangean
7 Beras Iodin : Ungu kehitaman Iodin : Ungu kehitaman 6 tetes : 0,886
(4 mL) Amilase : Ungu kehitaman Amilase : Ungu kehitaman 10 tetes : 0,794
Inkubasi : Coklat, endapan Inkubasi : Coklat, endapan
Panas : Coklat muda, Panas : Coklat muda,
gumpalan hitam endapan hitam
8 Beras Iodin : Hitam pekat Iodin : Hitam pekat 6 tetes : 1,396
(5 mL) Amilase : Tidak berubah Amilase : Tidak berubah 10 tetes : 0,182
Inkubasi : Merah the, Inkubasi : Hijau lumut,
endapan endapan hitam dan putih
Panas : Merah teh, Panas : Bening kekuningan,
peleburan endapan peleburan endapan

Tabel 2. Hasil data Standar glukosa

X Y

(Konsentras X.Y X2 Y2
(Absorbansi)
i Glukosa)

0.4 0.03 0.012 0.16 0.0009


0.3 0.026 0.0078 0.09 0.000676
0.2 0.013 0.0026 0.04 0.000169

Ʃ= 0.9 Ʃ= 0.069 Ʃ= 0.0224 Ʃ= 0.29 Ʃ= 0.001745

Untuk mendapatkan garis fungsi Y=a+bX, maka digunakan persamaa sebagi berikut:

∑ (¿ x 2) ∑ y−∑ x ∑ xy ¿
a= n ∑ 2−¿¿
x

( 0.29 )( 0.069 )−(0.9)( 0.0224)


a=
3 ( 0.29 ) −(0.81)
0.02001−0.02016
a= 0.87−0.81
−0.00015
a= 0.06

a= -0.0025
dan untuk mencari b yaitu:
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b= n ∑ 2−¿ ¿
x

3 ( 0.0224 )−(0.9)(0.069)
b= 3 ( 0.29 ) −(0.81)
0.0672−0.0621
b= 0.87−0.81
0.0051
b= 0.06

b=0.085
dari hasil perhitungan diatas kita dapatkan persamaan
Y=0.085X-0.0025
dari persamaan diatas kita dapatkan grafik sebagai berikut:

Kurva Standar Glukosa


0.04
Linear () Linear ()
0.03 f(x) = 0.09 x − 0
R² = 0.91
0.03
Absorbansi

0.02

0.02

0.01

0.01

0
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Konsentrasi

Gambar 2. Grafik Fungsi Standar Glukosa

Untuk menentukan nilai R2 atau nilai koefisien korelasi maka menggunakan persamaan
berikut:

N ∑ ( xy )−∑ x ∑ y
R= 2 2
√ {N ∑ x −( ∑ ❑ x ) }{N ∑ ❑ y 2− (∑ y ) }
2

3 ( 0.0224 )−( 0.9 ) (0.069)


R = √ {3 ( 0.29 )−( 0.9 )2 }{3( 0.001745)−(0.069) ² }
¿
¿
0.0672−0.0621
R=
√{0.87−0.81}{0.005235−0.004761}
0.0051
R=
√ {0.06 }{0.000474 }
0.0051
R=
0.00533251665
R = 0.914
Berikut merupakan nilai dari koefisien korelasi standar glukosa:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Dari data yang diperoleh nilai dari koefisien korelasi standar glukosa ini yaitu nilai dari
koefisien korelasinya sebesar 0.914, sehingga saat dibandingkan dengan nilai dari koefisien
korelasi standar glukosakita dapat menyimpulkan bahwa standar glukosa ini sangat kuat.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan glukosa yang digunakan maka dapat pula digunakan
dengan persamaan sebagai berikut:
Absorbansi larutan pati yang ditetesi enzim amilase 6 tetes (kelompok 3)
1.00 = - 0.0025+0.085 X
1.00+0.0025 = 0.085 X
1.0025 = 0.085 X
1.0025
X=
0.085
X= 11.79
Absorbansi larutan pati yang ditetesi enzim amilase 10 tetes (kelompok 3)
0.525 = - 0.0025 + 0.085 X
0.525 + 0.0025 = 0.085 X
0.5275 =0.085 X
0.5275
X=
0.085
X= 6.20
Maka konsentrasi glukosa dalam aci tersebut adalah 11.79 gr/mL dan 6.20 gr/mL
Dari tabel dan grafik 1 terlihat bahwa besarnya konsentrasi dan absorbansi berbanding
lurus, saat konsentrasi meningkat maka nilai absorbansi juga meningkat. Hal ini dikarenakan
semakin besar konsentrasi larutan maka semakin pekat warnanya sehingga kekuatan untuk
menembus warnanya semakin besar. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert yang berbunyi :
“Ketika radiasi monokromatik lewat melalui suatu medium yang transparan yang berisi
suatu unsur absorbing, tingkat penurunan kekuatan radiasi dengan ketebalan dari medium
adalah setara dengan kekuatan radian dari suatu radiasi “

Datakonsentrasi glukosa laboratorium teknologi pengolahan hasil perikanan


Kelompo Sampel Konsentrasi Glukosa (mg/l)
6 tetes 10 tetes
k
1 Terigu 4ml 15.2 14.2
2 Terigu 5ml 18.8 16.2
3 Aci 4ml 11.7 6.20
4 Aci 5ml 1.47 14.7
5 Maizena 4ml 4.7 4.5
6 Maizena 5ml 17.9 18.9
7 Beras 4ml 10.45 8.78
8 Beras 5ml 16.4 2.17

Setiap jenis pati memiliki ciri dan sifat yang berbeda maka kandungan glukosanya akan
berbeda pula. Praktikum ini menggunakan beberapa jenis pati, yaitu tepung terigu, tepung
aci, tepung beras, dan tepung maizena. Kelompok kami melakukan praktikum dengan
menggunakan sampel aci sebenyak 0.2 gram.Aci merupakan salah satu contoh dari bahan
yang mengandung pati, Pati  adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan
oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihanglukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Amilosa memberikan warna biru pekat pada tes iodin.
Dalam proses hidrolisis pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim atau
asam selama pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan
dalam reaksi hidrolisis tersebut, yaitu molekul pati mula-mula pecah menjadi unit rantai
glukosa yang lebih pendek (6 – 10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah
menjadi maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil glukosa.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan praktium ini adalah
sterlilisasi alat yang akan digunakan, sterilisasi alat sangatlah penting, mengingat jika
terdapat zat tambahan yang tidak diinginkan akan mengganggu kelangsungan reaksi, dan
memengaruhi hasil akhir dari suatu reaksi.Setelah menyipakan sampel aci 0,2 gram, tuangkan
sampel tersebut kedalam beaker glass yang sudah disterilisasi, agar mudah untuk melakukan
pemisahan. Kemudian larutkan dalam 10 mL akuades dan homogenkan dengan spatula,
proses penghomogenan dilakukan agar pati dapat terlarut secara sempurna dalam larutan.
Setelah didapatkan larutan pati sebanyak 10 mL dilakukan pemanasan dengan hot plate
selama 10 menit, kemudian pembagian kedalam tabung reaksi satu, dan tabung reaksi dua,
masing-masing sebanyak 4 mL. Tabung reaksi satu dengan 4 mL larutan aci ditambahkan
reagent iodin sebanyak 2 tetes, penetesan iodin haruslah dilakukan secara benar, karena jika
terjadi kesalahan saat melakukan penetesan akan memengaruhi reaksi atau perubahan warna
yang terjadi. Sama halnya dengan tabung satu, penambahan reagent sebanyak 2 tetes juga
dilakukan terhadap tabung reaksi dua. Fungsi dari penambahan reagent iodin adalah untuk
mengetahui perubahan reaksi pati terhadap enzim amylase. Pada saat penambahan iodin
sebanyak dua tetes pada masing-masing tabung reaksi, terjadi reaksi yang ditandai dengan
perubahan warna pada tabung reaksi satu dan dua, warna larutan yang awalnya putih berubah
menjadi hitam kehijauan setelah penambahan dua tetes iodin.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penambahan enzim amylase pada masing-
masing tabung reaksi. Tabung reaksi satu dilakukan penambahan 6 tetes enzim amylase, pada
tahap penetesan haruslah diperhatikan, setelah penambahan enzim amylase pada tabung
reaksi satu tidak terjadi perubahan warna, warna yang dihasilkan tetap hitam kehijauan. Pada
tabung reaksi dua dilakukan penambahan 10 tetes enzim amylase, sekali lagi pada tahap
penetesan haruslah diperhatikan kadar penetesannya, enzim amylase berfungsi sebagai
katalisator reaksi dan hidrolisis. setelah penambahan enzim amylase pada tabung reaksi satu
tidak terjadi perubahan warna, warna yang dihasilkan tetap hitam kehijauan.
Setelah dilakukan penambahan iodin dan enzim amylase, dilakukan pemanasan
dengan hot plateselama 15 menit, pemanasan bertujuan untuk menghomogenkan larutan
sampel, pemasukan tabung reaksi dilakukan pada saat keadaan air sudah mendidih atau
panas, sehingga larutan sampel tidak akan menggumpal dibawah dan menjadi endapan.
Waktu pemanasan haruslah sesuai dengan larutan yang dipanaskan, jangan terlalu lama dan
terlalu singkat, suhu yang setting juga harus sesuai dengan karakteristrik larutan sampel,
karena jika suhu terlalu panas maka akan merusak struktur dari larutan sampel. Jika telah
dipanaskan pada hot plate, sampel yang terdapat pada tabung reaksi satu dan dua dimasukan
kedalam alat inkubator selama 10 menit, suhu yang di atur pada alat inkubator sebesar 55 0C.
Enzim mulai bekerja pada saat diinkubasi. Semakin lama waktu inkubasi semakin efektif
kerja dari enzim, namun tidak selamanya semakin lama waktu inkubasi dapat meningkatkan
kerja enzim. Enzim akan berhenti bekerja apabila telah mencapai masa jenuhnya. Masa jenuh
ini terjadi apabila enzim telah berikatan dengan substrat. Pada waktu 0 menit, tumbukan
partikel baru dimulai sehingga frekuensi tumbukan masih berkurang namun seiiring
bertambahnya waktu tumbukan akan semakin kuat karena adanya gerakan zigzag atau dalam
istilah koloid gerak brown yang terjadi pada partikel. Semakin besar frekuensi tumbukan
yang terjadi memperbesar laju reaksi enzim. Setelah dilakukan proses inkubasi segera
dilakukan kembali proses pemanasan dengan hot plate selama 5 menit. Tujuan dari
pemanasan kedua ini adalah untuk kembali menghomogenkan larutan sampel pada tabung
reaksi satu dan dua. Ketika selesai dipanaskan terjadi perubahan warna larutan yaitu pada
tabung reaksi satu (6 tetes amilase) warna larutan berubah menjadi kuning kehijauan, terdapat
endapan hitam dan putih, konsentrasi endapan hitam lebih banyak dari pada endapan putih.
Sementara pada tabung reaksi dua (10 tetes amilase) warna larutan berubah menjadi kuning,
terdapat endapan hitam dan putih, konsentrasi endapan hitam lebih sedikit dari pada endapan
putih
Langkah terakhir adalah menghitung nilai absorbansi larutan sampel. Absorbansi
adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan ( komponen kimia ) tertentu pada
panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar
yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang
tertentu.Alasan mengapa dipergunakan panjang gelombang maksimum dalam pemeriksaan
spektrofotometri adalah panjang gelombang max memiliki kepekaan maksimal karena terjadi
perubahan absorbansi yang paling besar, Pada panjang gelombang max bentuk kurva
absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Pada saat melakukan pemindahan larutan
sampel dari tabung reaksi kedalam puppet, haruslah benar, yaitu pemindahan dilakukan
dengan menggunakan pipet tetes, sampel yang dipindahkan adalah berupa cairannya bukan
endapannya. Nilai absorbansi yang dikatakan sempurna bila berada pada kisaran 0.2 sampai
0.8 abs. kesempurnaan ini dapat dilihat dari hasil reaksi yang menunjukan warna coklat. Pada
sampel yang terdapat pada tabung reaksi satu nilai absorbansinya menunjukan angka 1,00 abs
sedangkan pada tabung reaksi dua nilai absorbansinya menunjukan angka 0,525 abs.
Hidrolisis terjadi secara sempurna apabila menghasilkan nilai absorbansi antara 0,2
sampai 0,8 abs. Dimana warna yang dihasilkan dari hasil reaksinya adalah warna coklat, pada
sampel yang kelompok kami teliti, nilai absorbansi tabung reaksi satu ( 6 tetes amilase)
adalah 1.00 abs dengan warna larutan kuning kehijauan. Artinya hidrolisis yang terjadi tidak
sempurna. Sedangkan nilai absorbansi tabung reaksi dua ( 10 tetes amilase) adalah 0,525 abs
dengan warna larutan kuning, warna kuning yang didapat cenderung mengarah kewarna
coklat bening. Ini mengartikan bahwa hidrolisis pati dengan menggunakan 10 tetes enzim
amylase terbilang sempurna. Perbedaan hasil akhir pad tabung reaksi satu dan dua dapat
disebabkan oleh jumlah enzim amylase yang diteteskan, saat diteteskan 10 tetes amylase
reaksi akan berlangsung lebih cepat sehingga hidrolisisnyapun akan berjalan lebih cepat
dibanding dengan penambahan 6 tetes amylase. Waktu pemanasan dan inkubasi juga
memengaruhi hasil yang didapatkan, waktu pemanasan yang terlalu lama atau terlalu singkat
di suhu yang tidak tepat alkan mengakibatkan proses hidrolisis tidak berjalan sempurna.
Penambahan jumlah iodin saat penetesan juga memengaruhi hasil akhir dari reaksi,
ketikakonsentrasi iodin terlalu tinggi maka warna yang dhasilkan akan terlalu pekat karena
konsentrasi iodin tidak sebanding dengan konsentrasi larutan sampel. Proses peng-homogen-
nan juga dapat memengaruhi hasil akhir dari suatu reaksi, jika saat peng-homogen-nan tida
dilakukan penagdukan dengan spatula, maka akan mengakibatkan adanya endapan di bagian
bawah tabung reaksi. Pada proses hidrolisis pati, molekul air menguraikan molekul pati yang
merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman terbagi menjadi dua
fraksi yaitu amilosa dan amilo pectin. Amilosa (± 20%) memiliki struktur linier dan larut
dalam air, fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (± 80%) dengan struktur bercabang. Hal
inilah yang myebabkan terdapat dua buah lapisan dalam larutan sampel pati, yaitu cairan, dan
endapan.
Jika dibandingkan dengan kelompok 4 yang juga menggunakan aci sebagai sampel
namun dengan volume yang berbeda yakni 5 mL. hasil yang didapatkan adalah setelah
sampel pada tabung satu ditambahkan 2 tetes iodin, warna yang dihasilkan adalah hijau
kehitaman, begitu pula saat ditambahkan dengan 6 tetes enzim amylase. Pada saat setelah
dilakukan inkubasi dan pemanasan terjadi perubahan warna menjadi terdapat dua lapisan
warna yakni coklat dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Sedangkan untuk tabung reaksi
dua setelah sampel ditambahkan 2 tetes iodin, warna yang dihasilkan adalah hijau kehitaman
dengan nilai arsorbansi 1,252 abs. Begitu pula saat ditambahkan dengan 10 tetes enzim
amylase. Pada saat setelah dilakukan inkubasi dan pemanasan terjadi perubahan warna
menjadi terdapat dua lapisan warna yakni hijau lumut dibagian atas dan hitam dibagian
bawah. Setelah dilakukan pemanasan untuk yang kedua kali, terjadi erubahan warna larutan
menjadi kuning, dengan nilai arsorbansi 0,15 abs. perbedaan ini dapat disebabkan oleh
jumlah larutan sampel
(pati) yang digunakan, atau ketelitian praktikan dalam melakukan praktikum dan pengamatan
terhadap prubahan reaksi yang terjadi, serta kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan oleh
praktikan.
Berikut adalah hasil dari semua kelompok praktikum di laboratorium teknologi hasil
perikanan, kelompok 1pada tabung satu menunjukan hasil hidrolisis tidak sempurna karena
nilai absorbansinya melebihi 1, pada tabung dua menunjukan hasil tidak sempurna karena
nilai absorbansinya melebihi 1, kelompok 2 pada tabung satu menunjukan hasil tidak
sempurna karena nilai absorbansinya melebihi 1, pada tabung dua menunjukan hasil tidak
sempurna karena nilai absorbansinya melebihi 1, kelompok 3 pada tabung satu menunjukan
hasil tidak sempurna karena nilai absorbansinya melebihi 1, pada tabung dua menunjukan
hasil sempurna karena nilai absorbansinya berada diantara 0,2 dan 0,8, kelompok 4 pada
tabung satu menunjukan hasil tidak sempurna karena nilai absorbansinya melebihi 1, pada
tabung dua menunjukan hasil tidak sempurna karena nilai absorbansinya kurang dari 1,
kelompok 5 pada tabung satu menunjukan hasil sempurna karena nilai absorbansinya berada
diantara 0,2 dan 0,8, pada tabung dua menunjukan hasil sempurna karena nilai absorbansinya
berada diantara 0,2 dan 0,8, kelompok 6 pada tabung satu menunjukan hasil tidak sempurna
karena nilai absorbansinya melebihi 1, pada tabung dua menunjukan hasil tidak sempurna
karena nilai absorbansinya melebihi 1, kelompok 7 pada tabung satu menunjukan hasil tidak
sempurna karena nilai absorbansinya melebihi 0.8, pada tabung dua menunjukan hasil
sempurna karena nilai absorbansinya berada diantara 0,2 dan 0,8, kelompok 8 pada tabung
satu menunjukan hasil tidak sempurna karena nilai absorbansinya melebihi 1, pada tabung
dua menunjukan hasil hasil sempurna karena nilai absorbansinya berada diantara 0,2 dan 0,8.
Dari data diatas hanya kelompok 5 yang 100% hidrolisis sempurna. Sedangkan hidrolisis
sempurna yang hanya pada salah satu tabung reaksi terdapat pada kelompok 3, 7, dan 8.
Untuk kelompok lainnya tidak ada yang terhidrolisis secara sempuna.

KESIMPULAN
Hidrolisis adalah istilah yang umum digunakan untuk reaksi yang menggunakan air.
Hidrolisis merupakan pemecahan air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion
hidroksida (OH-) melalui proses kimia. Pati termasuk polisakarida jenis heksosan. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai macam pati tidak
sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta rantai molekulnya lurus atau
bercabang
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, hidrolisis yang terjadi pada sample aci
terlarut sebanyak 4 mL menunjukan hasil sempurna pada penambahan 10 tetes enzim
amylase, sementara pada penambahan 6 tetes enzim amylase menunjukan hidrolisis tidak
sempurna, penentuan hidrolisis sempurna dan tidak sempurna dapat dilihat dari nilai
absorbansinya, Nilai absorbansi yang dikatakan sempurna bila berada pada kisaran 0.2
sampai 0.8 abs. kesempurnaan ini dapat dilihat dari hasil reaksi yang menunjukan warna
coklat. Faktor yang memengaruhi ini adalah konsentrasi iodin yang tidak sebanding dengan
konsentrasi larutan sampel, waktu pemanasan yang kurang atau terlalu lama, proses
pemanasan yang tidak dibantu dengan pengandukan, dan faktor kesalahan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Rochima, Emma dkk. Modul Praktikum Biokimia Perairan. Fakultas perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran, maret 2013
Lehninger A, 1994.dasar-dasar biokimia jilid 1. Themawijaya M. Penerjemah ; Jakarta:
Penerbt Erlangga. Terjemahan dari Principle of Biochemystry
http://habibana.staff.ub.ac.id/2014/06/30/pengertian-karbohidrat-klasifikasi-karbohidrat-dan-
metabolisme-karbohidrat/ diakses pada 10 November 2014
http://www.bisakimia.com/2014/04/14/apa-itu-hidrolisis/ diakses pada 04 November 2014
http://www.id.wikipedia.org/wiki/enzim diakses pada 03 November 2014
http://www.id.wikipedia.org/wiki/hidrolisis diakses pada 03 November 2014

LAMPIRAN

(aci 0,2 gr)

(iodine) (inkubator) (larutan aci dipanaskan)


(+iodin dan amylase) (pemanasan kedua) (hasil pemanasan kedua)
(di inkubasi)
(pemanasan ketiga) (hasi pemanasan ketiga) (hasil spektrofotometri tabung 1)

Anda mungkin juga menyukai