Amortisasi
pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh aset tak berwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk perpanjangan hak atas tanah yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, diamortisasi dengan
metode garis lurus atau straight line method maupun metode saldo
menurun atau declining balanced method. dalam metode saldo menurun
nilai buku aset tak berwujud atau hak-hak tersebut diamortisasi sekaligus
pada akhir masa manfaatnya
Seperti halnya dalam penyusutan dan amortisasi aset tak berwujud dan
pengeluaran tersebut jika menggunakan metode saldo menurun nilai sisa
buku pada tahun terakhir masa manfaat akan diamortisasi sekaligus
dengan syarat dilakukan secara taat asas. Untuk aset tak berwujud yang
masa manfaatnya tidak tercantum pada kelompok masa manfaat yang
ada wajib pajak menggunakan masa manfaat yang terdekat. Misalnya
masa manfaat yang sebenarnya adalah 6 tahun maka dapat
menggunakan kelompok masa manfaat 8 tahun atau 4 tahun. Sementara
itu jika masa manfaat aset tak berwujud sebenarnya adalah 5 tahun aset
tak berwujud tersebut diamortisasi dengan menggunakan masa manfaat
4 tahun amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk bidang usaha tertentu diatur dalam peraturan menteri keuangan.
Contoh 1
Pt Alviano pada tanggal 2 januari 2016 mengeluarkan uang sebesar rp200
untuk memperoleh waralaba dari kentucky fried chicken atau KFC selama
4 tahun untuk memproduksi ayam goreng KFC. Bagaimana perhitungan
amortisasi metode yang diperbolehkan ?
Contoh 2
Pada awal tahun 2016 PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak
pengembangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp
500.000.000. Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah tersebut
adalah 200.000.000 barel realisasi produksi selama 5 tahun berturut-turut
adalah 30.000 barel 40.000 baris 60.000 baris 45.000 baris dan 25.000
barel berapa amortisasi PT X selama 5 tahun ?
Persentase
Tahun Amortisasi Nilai sisa buku
amortisasi
15% x Rp
30000 / 200000 x
2016 500.000.000 = Rp Rp 425.000.000
100% = 15%
75.000.000
20% x Rp
10000 / 200000 x Rp
2017 500.000.000 = Rp
100% = 20% 325.000.000
100.000.000
30% x Rp
60000 / 200000 x
2018 500.000.000 = Rp Rp 175.000.000
100% = 30%
150.000.000
22,5% x Rp
45000 / 200000 x
2019 500.000.000 = Rp Rp 62.500.000
100% = 22,5%
112.500.000
Contoh 3
PT Belanda tahun 2012 mengeluarkan uang sebesar Rp 500.000.000
untuk memperoleh hak pengusahaan hutan yang mempunyai potensi
10.000.000 ton kayu. Jumlah produksi kayu 2016 dan 2017 masing-
masing 3.000.000 ton kayu dan 2.000.000 ton kayu. Berapa amortisasi
maksimum yang diperbolehkan ?
Jumlah amortisasi
Tahu Jumlah motivasi berdasarkan persentase maksimal yang
n realisasi produksi diperbolehkan (20%)
Walaupun jumlah produksi tahun 2016 mencapai 30% dari jumlah potensi
yang tersedia, tetapi besarnya amortisasi yang menyenangkan untuk
dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun tersebut adalah 20% dari
pengeluaran yaitu sebesar Rp100.000.000.
Contoh 4
PT Ananda mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan
minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp500.000.000. Taksiran
jumlah kandungan minyak di daerah tersebut sebanyak 200.000.000
barel. Setelah produksi minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000
barel, PT Ananda menjual hak penambangan tersebut kepada pihak lain
dengan harga sebesar Rp300.000.000. Penghitungan penghasilan dan
kerugian dari penjualan hak tersebut adalah:
Harga perolehan Rp500.000.000
Amortisasi yang telah dilakukan:
(100.000.000 + 200.000.000) x Rp500.000.000
Rp250.000.000 (-)
Nilai buku aset Rp250.000.000
Harga jual aset Rp300.000.000
Oleh karena itu, jumlah nilai buku aset sebesar Rp250.000.000
dibebankan sebagai kerugian dan harga jual aset sebesar Rp300.000.000
dibukukan sebagai penghasilan.
Dalam jual beli secara umum, harga perolehan aset bagi pihak
pembeli adalah harga yang sesungguhnya dibayar dan harga
penjualan bagi pihak penjual adalah harga yang sesungguhnya
diterima. Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan
biava yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aset tersebut
seperti bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya pemasangan.
PT A PT B
(Aset X) (Aset Y)
Contoh:
PT AKbar PT Hakım
Nilai sisa buku Rp200.000.000 Rp300.000.000
Harga pasar Rp300.000.000 Rp450.000.000
Contoh:
1. Persediaan awal 100 unit @ Rp9 100 unit @ Rp12
2. Pembelian
3. Pembelian
4. Penjualan/dipakai
5. Penjualan/dipakai 100 unit @ Rp11,25 100 unit 100 unit
Penghitungan harga pokok penjualan dan nllai persediaan jika
digunakan metode rata-rata:
No Didapat Dibeli Dipakal/Dljual Sisa/Persediaan
.
1 100 @ Rp 9 =Rp 900
2 100 @ Rp12 = 200 @ Rp10,50 =
Rp1.200 Rp2.100
3 100 @ Rp11,25 = 300 @ Rp10,75 = Rp
Rp1.125 3.225
4 100 @ Rp10,75 = 200 @
Rp1.075 Rp10,75=Rp2.150
5 100 @ Rp10,75 = 100 @ Rp10,75 =
Rp1.075 Rp1.075*
Besarnya harga pokok penjualan dengan metode rata-rata adalah
Rp2.150.000, sedangkan nilai persediaan adalah Rp11.075.000.
Berikut ini penghitungan beban pokok penjualan dan nilai
persediaan ika e FIFO yang digunakan.
8. Pajak penghasilan
Pajak penghasilan yang dimaksud adalah Pajak Penghasilan
yang terutang oleh Wajib Pajak. Contoh, PT Perdana selama tahun
2008 telah membayar angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp12.000.000
(dua belas juta rupiah), jumlah ini tidak bolch dikurangkan dari
penghasilan bruto tahun 2008.
9. Biaya yang dihebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang'yang menjadi
tanggungannya
5. kerugian dari aset atau utang yang tidak dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek
Pajak.