Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Fungsinya
adalah pengamatan obat pilihan dokter terhadap kondisi diagnosanya, pengamatan
pemakaian obat, jaminan ketepatan dosis (jumlah, frekuensi, rute dan bentuk
sediaan obat), pengenalan respon terapi obat saat itu cukup atau kurang,
penilaian adverse effect potensial yang terjadi, alternatif atau perubahan yang
direkomendasikan dalam terapi apabila situasi tertentu mengharuskan. Sasaran
yang ingin dicapai mengoptimalkan terapi obat dengan memastikan secara efektif,
efisien, efikasi terapi dan meminimalkan toksisitas, memberikan solusi masalah
yang merusak atau mengurangi akses seorang pasien patuh pada suatu regimen
terapi obat tertentu.
Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi
secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi
dapat diketahui. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penetapan tujuan
terapi yaitu derajat keparahan penyakit dan sifat penyakit (akutataukronis). Pilihan
terapi dari berbagai alternatif yang ada ditetapkan berdasarkan efikasi, keamanan,
biaya dan regimen yang mudah dipatuhi. Tujuan utama pemberian terapi obat
adalah peningkatan kualitas hidup pasien, antaralain :
1. Menyembuhkan penyakit.
2. Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien.
3. Menghambat progresivitas penyakit.
4. Mencegah kondisi yang tidak diinginkan.
Kegiatan pemantauan terapi obat, meliputi :
1. Pengumpulan data pasien dan mengatur data kedalam suatu format masalah.
2. Hubungkan terapi obat dengan masalah tertentu atau status penyakit untuk
menetapkan ketetapan terapi tertentu.
3. Mengembangkan sasaran terapi tertentu.
4. Mendesain rencana pemantauan terapi obat mencakup pengembangan
parameter pemantauan tertentu, penetapan tittik akhir farmakoterapi dan
pemantauan frekuensi pemantauan.
5. Identifikasi masalah (dosis, kontraindikasi, keslahan pemberian obat,
interaksi, toksisitas) dan kemungkinan reaksi obat merugikan (ROM).
6. Pengembangan alternatif atau solusi masalah (proses pengambilan
keputusan).
7. Pendekatan untuk intervensi dan tidaknlanjut (format SOAP meliputi
Subjective, Objective, Assessment, Plan atau PAM/Problem, Action,
Monitoring).
8. Mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi.
Hepatitis A
2.2 RiwayatPenyakit
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaa Nilai 16/1 17/1 18/1 19/1 20/1 21/1
n normal 2 2 2 2 2 2
60-80x 85x
Nadi
/mnt /mnt
20x/m
Pernafasan 20x/mnt nt
1. Infus D5%
a. Komposisi : Dextrose 5%
b. Golongan : Glukosa
c. Indikasi : Menangani hipoglikemia, mengatasi kekurangan
cairan
d. Digunakan : Dewasa dan Anak-anak
e. Pemberian : Cairan suntik atau infus
2. Ondansetron
a. Komposisi : Ondansetron
b. Indikasi : Mual dan muntah akibat kemoterapi, pencegahan
mual dan muntah pasca oprasi
c. Dosis : Dosis anak : Pencegahan dan pengobatan mual
muntah kemoterapi dan radioterapi: (6-18 tahun) infus iv lebih dari 15
menit. 5mg/m2 segera menjelang terapi atau oral 150mcg/kgBB segera
menjelang terapi(maksimal dosis 8mg diulang setiap 4 jam untuk 2 dosis
berikutnya, kemudian dilanjutkan oral untuk berat badan <10kg setiap 4 jam
sampai 5 hari (maksimal dosis perhari 32mg)
d. Efek samping : sangat umum: sakit kepala; umum: sensasi hangat
atau kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi injeksi; tidak umum: kejang,
gangguan gerakan, aritmia, nyeri dada dengan atau tanpa depresi segmen
ST, cegukan.
e. Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval
QT bawaan
f. Interaksi Obat :Phenytoin, carbamazepin dan rifamfisin
meningkatkan metabolisme ondansetron. Ondansetron menurunkan efek
tramadol
3. Paracetamol
a. Komposisi : Paracetamol
b. Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam
c. Dosis : Anak <12 tahun : 10mg/kgBB/kali(bila ikterik:
5mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4 dosis per hari
d. Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan hati
e. Efek Samping :Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau
urtikaria, kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati.
f. Interaksi Obat : Kolestramin menurukan absorpsi paracetamol
4. Urdohex
a. Komposisi : Asam ursodeoksikolat
b. Indikasi :Melarutkan batu empedu kolesterol dengan
diameter <10mm
c. Dosis : Dewasa: 6-12mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal
atau 2-3 dosis terbagi, selama 6-24 bulan. Pengobatan dianjurkan setelah
batu empedu tidak terlihat secara radiologis.
d. Kontra Indikasi :batu kolesterol yang mengalami kalsifikasi, batu
radiolusen, pigmen empedu; kolestitis akut yang tidak mengalami remisi,
kolangitis, obstruksi biliar, batu pankreas atau vistula biliar
gastreoestostinal; kehamilan
e. Interaksi Obat : Obat estrogenik meningkatkan kolesterol empedu.
Obat yang mengikat asam empedu. Contoh : antasid, kolestramin
5. Cefixime
a. Komposisi : Cefixime
b. Indikasi :Infesksi yang disebebkan oleh patogen yang
sensitif terhadap cefixime pada penyakit ISK tanpa komplikasi, infeksi
saluran nafas atas, infeski saluran nafas bawah.
c. Dosis : Anak BB < 30kg ; 2 x 1,5 – 3mg/kgBB/hari
selama 2 pekan
d. Efek Samping :Gangguan saluran cerna, gangguan SSP, gangguan
hematologi
e. Kontra Indikasi :Hipersensitifitas terhadap chepalosporin
Dosis yang
1 cth diminum 3 kali
2 Curcuma 3x1 cth digunakan
sehari
sesuai
Paracetamol Dosis yang
3 (120mg/5m 3x1 cth 10mg/kgBB/kali digunakan
L) sesuai
4 Hepamax 1x1 cap 1-2 x sehari 1 kapsul Dosis yang
(Sylimarin) digunakan
sesuai
Dosis yang
Dewasa: 6-
5 Urdohex 2x150 mg digunakan
12mg/kgBB/hari
sesuai
Dosis yang
2x1,5-3mg/kgBB/hari
6 Cefixime 2x75mg digunakan
selama 2 pekan
sesuai
2. Objectif
36,
o
36,4o o
36,7o
Suhu 34,8 C 37,0 C 2o
36,6oC 37oC C C
C
3. Dos is Rendah -
4. Dosis Tinggi -
5. Efek Samping -
6. Interaksi Obat -
4. Plans :
a. Memberi informasi kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya, tujuan
pengobatan, memotivasi agar pasien mengusahakan minum dan makan
dalam kuantitas yang cukup meskipun biasanya minat makan menurun.
b. Diet lemak atau protein dan disarankan untuk banyak makan sayuran atau
buah untuk mencegah sembelit.
c. Memberitahukan kepada keluarga untuk banyak istirahat (Bedrest)
d. Banyak minum air putih.
e. Monitoring kadar SGOT SGPT
Daftar Pustaka
Fantry, Lory. 2001. Hepatitis A. The Health Care of Homeless Persons. Available
at: www.nhchc.org/HepatitisA.pdf. Accessed at: November 02 2019.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2006. Buku
Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta