Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMBAHASAN

Salah satu sarana pelayanan kesehatan di Kota Tasikmalaya adalah Rumah


Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. Rumah sakit
tersebut digolongkan sebagai Rumah Sakit kelas B non pendidikan karena telah
memenuhi persyaratan minimal Rumah Sakit Umum Kelas B dengan fasilitas
yang tersedia adalah berupa fasilitas dan kemampuan pelayanan medik lebih dari
22 spesialistik dan 3 subspesialistik dengan disertai 18 ruangan dan 22 poliklinik,
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, syarat minimal Rumah
Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (lima) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (lima)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis
Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. Berdasarkan
kepemilikannya RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya merupakan rumah sakit
milik pemerintah daerah Kota Tasikmalaya yang bertugas untuk
menyelenggarakan kesehatan paripurna kepada seluruh lapisan masyarakat di
Kota Tasikmalaya maupun diluar Kota Tasikmalaya.
RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya Kelas B Non Pendidikan dipimpin
oleh seorang kepala rumah sakit yang disebut direktur utama. Pelaksanaan
pelayanan kesehatan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan oleh
dokter, apoteker, perawat, dan tenaga non medis lainnya dengan tujuan untuk
membantu kelancaran pelayanan. Sedangkan pelayanan kefarmasian di RSUD
dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
yang merupakan fasilitas penunjang yang wajib dimiliki oleh suatu rumah sakit
yang dipimpin oleh seorang apoteker.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh 16 orang apoteker,
34 orang tenaga teknis kesehatandan 9 orang bagian administrasi. Kepala IFRS
dengan dibawahnya terdapat administrasi IFRS kemudian membawahi langsung

58
59

koordinator bagian gudang farmasi, farmasi rawatjalan, farmasi rawat inap dan
IGD, farmasi bedah sentral, farmasiklinik, dan manajemen mutu. Fungsi Instalasi
Farmasi RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya adalah menyelenggarakan
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinis. Dalam
melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUD dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya dibagi dalam beberapa subbagian, antara lain gudang farmasi, depo
farmasi, apotek rawat jalan dan apotek rawat inap. Kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya yang terdiri dari
kegiatan pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan dan pengendalian telah dilaksanakan dengan cukup baik.
Sistem perencanaan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan
berdasarkan epidemiologi dan pola konsumsi bulan terdahulu. Perencanaan dilihat
Berdasarkan pamakaian dan kebutuhan dimaksudkan untuk menghindari
kekosongan obat. Usulan pengadaan barang tersebut kemudian ditampung untuk
selanjutnya diajukan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Setelah itu, baru
kemudian dilakukan pengadaan perbekalan farmasi oleh bagian pengadaan
melalui Surat Pesanan(SP) berdasarkan laporan obat dan alat kesehatan yang telah
menipis dari gudang farmasi. Tahapan selanjutnya, SP tersebut ditandatangani
oleh Panitia Pembelian dan Pengadaan barang dan kemudian diserahkan kepada
distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Untuk pengadaan barang harus
memenuhi kriteria seperti memiliki sertifikat analisa untuk bahan baku obat,
MSDS untuk bahan berbahaya, dan memiliki surat izin edar, serta expired date
minimal 2 tahun jika dibawah dari 2 tahun maka diperlukan surat pernyataan dari
distributor.
Penerimaan barang diterima oleh bagian gudang. Dalam proses
penerimaan harus disertai dengan faktur barang yang tercantum nama barang,
jumlah, spesifikasi, nomor batch, expired date, dan harga satuan serta harga jual.
Barang yang diterima dicocokan dengan faktur mengenai kesesuaian fisik, jumlah
dan kemasan barang. Barang yang sudah diterima akan diperiksa oleh bagian
penerimaan yang kemudian ditandatangani jika sudah sesuai. Data yang sudah
sesuai dimasukan kedalam kartu stok yang ada digudang kemudian
60

didistribusikan. Untuk pemesanan dan penerimaan obat narkotik, psikotropik,


danp rekursor dibuat dalam surat pesanan khusus narkotik, psikotropik, dan
prekursor yang terpisah dengan obat lain yang ditandatangani oleh apoteker
penanggung jawab.
Penyimpanan perbekalan farmasi dipisahkan berdasarkan jenis obat dan
alat kesehatan, bentuk sediaan (oral, topikal, injeksi), obatgenerik, obat nama
dagang, dan disusun secara alfabetis. Perbekalan farmasi juga disimpan
berdasarkan stabilitas penyimpanannya pada suhu tertentu, yaitu suhu ruangan
(15-30⁰C), suhu sejuk (8-15⁰C) dan suhu dingin (2-8⁰C). Suhu lemari pendingin
dan suhu ruangan selalu dipantau setiap hari dengan mengisi formulir pemantauan
temperatur lemari pendingin obat. Obat narkotika dan psikotoprika dipisah dengan
obat lainnya dalam lemari terkunci sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penyimpanan juga sesuai dengan prinsip First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO). Selain itu diperhatikan pula penyusunan untuk obat
yang tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untk menghindari kesalahan
dispensing. Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang
mirip. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan tidak meletakan dua jenis obat yang tergolong LASA secara
berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada
wadah penyimpanan obat. Untuk obat-obat High Alert yaitu obat yang perlu
perhatian khusus dalam penggunaannya karena jika terjadi kesalahan dalam
penggunaannya dapat menyebabkan akibat yang fatal, penyimpanannya ditandai
dengan stiker merah berlabel High Alert pada setiap kemasan terkecil obat.
Penyimpanan obat sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk
pada setiap kelompok obat. Hal ini memudahkan dalam dispensing obat
mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang banyak.

Sistem pendistribusian perbekalan farmasi di IFRS dr.Soekardjo Kota


Tasikmalaya dilakukan berdasarkan sistem desentralisasi, artinya pendistribusian
obat tidak dilakukan oleh hanya satu unit farmasi saja namun terdapat 3 unit
pelayanan kefarmasian, yaitu pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inapdan
61

IGD, dan depo farmasi. Pelayanan obat di apotek rawat jalan terdiri dari
pelayanan untuk pasien umum, pasien BPJS. Pelayanan rawat jalan menggunakan
sistem resep individual, yaitu sejumlah obat berdasarkan resep dokter diberikan
kepada pasien untuk pengobatan jangka waktu tertentu. Untuk pasien rawat inap
diterapkan sistem one day dose dan floor stock. Di ruang rawat inap juga terdapat
penempatan lemari emergency yang dapat digunakan untuk kondisi darurat. Serta
pendistribusian untuk depo farmasi juga telah dilakukan dengan baik dalam
memberikan pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien yang akan dioperasi.
Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila produk tidak memenuhi persyaratan
mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan dicabut izin
edarnya. Perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan dibuatkan berita acara
pemusnahan yang tercantum tanggal dan waktu pemusnahan, metode yang
digunakan, serta tempat pemusnahannya.
Pengendalian perbekalan Farmasi dengan menggunakan sistem informasi
rumah sakit, sehingga perbekalan farmasi dapat terkendali dengan baik.
Pengendalian ini dilakukan dengan melakukan pencatatan pada kartu stok setiap
ada barang masuk dan keluar, serta pencatatan permintaan obat pada lembar resep
pasien dan rekam medik. Salah satu sistem pengendalian ini juga dengan
melakukan stock opname yang biasanya dilakukan setiap akhir bulan.
Pelayanan farmasi klinik dilakukan oleh tim IFRS dengan dilakukannya
interaksi antar tim profesional dan pasien. Kegiatan farmasi klinik di RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya berjalan dengan cukup baik. Farmasi klinik adalah
pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan untuk menjamin
efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional
adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepatobat, tepat cara pemberian, tepat
waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi klinik yang
dilakukan yaitu meliputi pengkajian resep, pemantauan terapi obat, pelayanan
informasi obat, visite, edukasi dan konseling. Pengkajian resep yang dilakukan di
62

instalasi farmasi bertujuan untuk mencegah masalah terkait obat. Apoteker


penanggung jawab instalasi farmasi melakukan pengkajian resep yang meliputi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Apabila
terjadi masalah terkait obat, maka apoteker penanggung jawab di instalasi farmasi
menghubungi dokter penulis resep untuk dikonsultasikan. Monitoring pengobatan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya ketidaksesuaian
pengobatan pasien dan mengetahui perkembangan pengobatan pasien. Pelayanan
Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker baik
secara pasif maupun aktif. PIO pasif yaitu berupa menjawab pertanyaan yang
berasal dari tenaga kesehatan di llingkungan RS, dan PIO aktif yaitu berupa
memberikan informasi secara aktif seperti membuat buku panduan, leaflet, brosur
dan media lainnya. Visite yaitu merupakan kunjungan yang dilakukan keruang
rawat pasien yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai farmakologi,
bentuk sediaan, rejimen dosis dan aspek lain terkait terapi obat terhadap pasien.
Untuk visite ini biasaya dilakukan oleh apoteker penanggung jawab masing-
masing ruangan. Selanjutnya konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan
pasien rawat inap. Konseling ini dilakukan oleh apoteker di masing-masing unit
pelayanan dan diprioritaskan bagi pasien geriatri, pediatri, pasien yang akan
pulang, pasien dengan polifarmasi, dan pasien yang mendapatkan obat dengan
indeks terapi sempit. Kegiatan peran apoteker dalam melaksanakan kegiatan
konseling di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya telah didukung oleh prasarana
berupa ruangan konseling.
Formularium RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya merupakan daftar
obat yang disusun oleh tim farmasi dan terapi yang ditetapkan oleh pimpina
nrumah sakit. Tim farmasi dan terapi (TFT) merupakan organisasi yang mewakili
hubungan antara staf medis dengan staf farmasi. Ketua yang dijabat oleh dokter,
sekretaris oleh apoteker, dan anggota lainnya yang sesuai dengan panduan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. TFT RSBSA dalam tugasnya memantau
pengelolaan dan pemantauan obat secara rasional. Formularium rumah sakit
tersedia untuk semua penulis resep, pemberiobat, dan penyedia obat di rumah
63

sakit. Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dipertimbangkan


berdasarkan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat, sehingga dihasilkan
formularium rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang
rasional. Evaluasi formularium rumah sakit dilakukan secara rutin dan di revisi
sesuai kebijakan dan kebutuhan.
Secara garis besar, visi dan misi Instalasi Farmasi RSUD dr.Soekardjo
Kota Tasikmalaya telah dilaksanakan dengan cukupbaik.Dengan ditingkatkannya
kualitas pelayanan tersebut maka seiring dengan berjalannya waktu kesehatan dan
kualitas hidup masyarakat kota Tasikmalaya pun diharapkan akan mengalami
peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai