Disusun oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang ,kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan
kepeawatan tentang prematuritas.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah asuhan keperawatan tentang diare ini
dapat diterima.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5
tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal
karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat
global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare
membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut
Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada
balita.
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua
mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun dalam
menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap
kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi) .Melalui
makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan
kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi tentang diare?
2. Apa etiologi tentang diare?
3. Bagaimana patofisiologi tentang diare?
4. Apa saja macam-macam pemeriksaan penunjang tentang diare?
5. Bagaimana penatalaksanaan tentang diare?
6. Bagaimana asuhan keperawatan tentang diare?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tentang diare
2. Untuk mengetahui etiologi tentang diare
3. Untuk mengetahui patofisiologi tentang diare
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tentang diare
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan tentang diare
6. Dapat membuat asuhan keperawatan tentang diare
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut kelompok saya Diare adalah buang air besar (BAB) yang
tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih dari tiga kali sehari.
B. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio
kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida
Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering
terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis,
obstruksi usus
C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi
lumen usus.
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal
ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
-feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candid
-Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
-AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2
meningkat, HCO3 menurun )
-Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
E. Penatalaksaan
1. Pemberian cairan.
a) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa,
untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang
kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam
dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
Jadwal pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
mau minum susu.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
3. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
a) Obat anti sekresi.
b) Obat anti spasmolitik.
c) Obat pengeras tinja.
d) Obat antibiotik.
PATHWAY DIARE
Masuk dan
Meningkatkan Toksin tak
berkembang cemas
tekanan osmotik dapat diserap
dalam usus
DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIARE
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
2. Pengkajian fisik
C. Intervensi
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal 100-200
cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi
lebih tiga kali.
Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare bisa
dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti
air bersih dan jamban/WC yang memadai.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga
bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA