2. Anatomi Fisiologi
Appendisitis adalah tonjolan seperti cacing dengan panjang sampai 18 cm dan membuka pada
caecum pada sekitar 2,5 cm dibawah katup lleosekal appenks memiliki lumen yang sempit.
Lapisan submukosanya mengandung banyak jaringan limfe.
Appendiks berhubungan dengan mesentrium ileum oleh mesentrium pendek berbentuk segitiga
dan didalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular. Posisinya
bervariasi berdasarkan frekuensi letaknya dibelakang caecum, dibawah caecum atau
menggantung kedalam pelvis, didepan atau dibelakang ujung ileum, didepan caecum.
3. Etiolgi
a. Obstruksi lumen yang disebabkan oleh fekalit atau massa fekal padat, batu, tumor,
cacing/parasit lain atau benda asing yang mengakibatkan pembentukan jaringan limfoid.
b. Infeksi virus / bakteri
c. Diit yang rendah serat
d. Kurang minum (terutama air puith)
4. Patoflow
Fekal padat
Obstruksi lumen
Hipoksia
Ganggren Apendiktomi :
Komplikasi : Risti infeksi
Ulserasi / perforasi : kebocoran usus Nyeri
Intoleransi aktivitas
Peritonitis : risti perluasan infeksi Peningkatan suhu tubuh
Kurang pengetahuan
Portoflebitis : peradangan pada pembuluh limfe dan pembuluh darah
1) Nyeri yang berhubungan dengan distensi abdomen sekunder terhadap proses inflamasi.
2) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoredania, mual dan muntah.
3) Ansietas yang berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Post op :
1) Nyeri yang berhubungan dengan proses insisi pembedahan dan prosedur invasif.
2) Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme
sekunder terhadap adanya luka insisi bedah.
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
status hipermetabolik dan puasa.
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penatalaksanaan dirumah, kondisi dan
prognosis yang berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3. Rencana Tindakan
Pre op :
DP I : Nyeri yang berhubungan dengan distensi abdomen sekunder terhadap oleh inflamasi.
Sasaran :
DP II : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah.
Sasaran :
3) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, anjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi
sering.
R/ : Mencegah mual, mencukupi asupan nutrisi adekuat.
5) Beri makanan halus, hindari makanan kasar dan merangsang sesuai indikasi.
R/ : Menurunkan iritasi gaster.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin / suplemen tambahan dan pemberian
diit.
R/ : Meningkatkan rangsangan nafsu makan dan mencukupi asupan nutrisi.
Sasaran :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan rileks yang mendukung pasien dapat mengungkapkan
kekhawatirannya.
R/ : Lingkungan yang tenang dapat memberi suasana nyaman untuk komunikasi.
4) Kolaborasi / jelaskan pada pasien aktivitas rutin periode post op (seperti; pencukuran,
puasa).
R/ : Pemahaman tindakan perawatan dapat mengurangi kecemasan pasien.
5) Kolaborasi, jelaskan periode post op (seperti : ambulasi dan mobilisasi bertahap, nyeri post
op).
R/ : Pemberitahuan awal untuk mengurangi stress dan kecemasan lebih lanjut.
Post op :
DP 1 : Nyeri yang berhubungan dengan proses insisi pembedahan dan prosedur invasif.
Sasaran :
- Pasien mengungkapkan nyeri hilang / terkontrol.
- Pasien dapat mendemonstrasikan cara untuk mengurangi tekanan pada daerah anus.
- Pasien tampak rileks.
- TTV dalam batas normal.
- Skala nyeri menurun : 0.
Intervensi :
2) Kaji TTV.
R/ : Takikardia, tacipnea dan hipertensi dapat merupakan petunjuk meningkatkan respon
nyeri.
DP 2 : Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme
sekunder terhadap adanya luka insisi bedah.
Sasaran :
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang benar dan steril.
R/ : Mencegah terjadinya kontaminasi silang.
DP 3 : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
status hipermetabolik dan puasa.
Sasaran :
2) Awasi TTV.
R/ : Demam terus menerus mengidentifikasikan kehilangan cairan yang berlebihan.
6) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, anjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi
sering.
R/ : Mencegah mual, mencukupi asupan nutrisi adekuat.
9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin / suplemen tambahan dan pemberian
diit.
R/ : Meningkatkan rangsangan nafsu makan dan mencukupi asupan nutrisi
Sasaran :
3) Diskusikan gejala infeksi dan laporkan pada dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
R/ : Pengawasan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
6) Diskusikan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh; peningkatan nyeri, edema /
eritema luka, drainase purulen, demam.
R/ : Mengawasi proses penyembuhan luka yang tepat dan mencegah kemungkinan
terjadinya infeksi dan memerlukan perawatan lebih lanjut.
Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi rasa
cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
e. Wawancara.
2. Persiapan klien malam sebelum operasi
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak
integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur operasi.
4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 - 10 jam sebelum
operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi sebelum
operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga mentalnya
dan diberi sedasi yang cukup.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan pre
operasi :
1. Mencatat tanda-tanda vital
9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.
Evaluasi
a. Gangguan rasa nyaman teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Charles,J Reeves (2001).Gayle Roux dan Robin Lockhart. Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 1.Jakarta
Salemba Medika
Doenges, Marilyin E. et All (2000).Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran : EEG
Pearce ,C. Evelyn.(2008). Anatom dani Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.