Anda di halaman 1dari 3

Nama : Miskiah Lainun L

Kelas : DIII A FT Semester 4


NIM : P27226018030

2. Mekanisme terjadinya inkontinensia urin?

Jawab :
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit infeksi
saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan abdomen
secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal cord trauma
atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar panggul yang lemah
dapat berakibat terjadinya inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia urine dapat
terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah
bagi lanjut usia.
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau
bersin. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine
banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Seiring dengan
bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih,
antara lain : melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan
mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat
menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding
kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah
menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait
dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin
meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet. Gangguan saluran
kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena
produksi urine berlebih karena berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik, seperti
diabetes melitus, yang harus terus dipantau
Selain hal-hal yang disebutkan diatas inkontinensia urine juga terjadi akibat
kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan
(obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan
berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar
panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat
otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta
robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine.
Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun
ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih
(uretra), sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Faktor risiko yang lain
adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan lainnya juga berisiko
mengakibatkan inkontinensia. Semakin tua seseorang semakin besar kemungkinan
mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan
otot dasar panggul.

3. Jelaskan bagaimana latihan otot dasar panggul dapat mencegah dan mengurangi
resiko inkontinensia urin?
Jawab :
Otot-otot dasar panggul (PFM) memainkan peran penting dalam sistem kontrol
inkontinensia dan organ panggul support. Faktor risiko untuk disfungsi otot-otot
panggul dan melemahnya PFM adalah vaginaldelivery. Selama persalinan pervaginam,
PKP, saraf, dan jaringan ikatsecara paksa menggeliat, 1, dan memar (Bobak, 2006).
Menurut Purnomo (2011), senam Kegel adalah terapi non operatif paling populer untuk
mengatasi inkontinensia urine. Latihan ini dapat memperkuat otot-otot di sekitar organ
reproduksi dan memperbaiki tonus tersebut. Senam Kegel membantu meningkatkan
tonus dan kekuatan otot lurik uretra dan periuretra. hamil dan setelah melahirkan untuk
membantu otot-otot panggul kembalike fungsi normal. Apabila dilakukan secara teratur,
latihan ini dapat membantu mencegah prolaps uterus dan stres inkontinensia di
kemudian hari (Bobak, 2004).
4. Jelaskan modalitas lain yang bisa digunakan untuk mencegah dan memgurangi
resiko inkontinensia urin!
Jawab :
Bladder training.
Berdasarkan berbagai teori dan penelitian Kegel’s exercise sudah terbukti dapat
mengatasi dan menurunkan inkontinensia urin. Bila Kegel’s exercisedikombinasi dengan
intervensi lain maka hasil dan manfaatnya semakin besar. Bladder training dapat
menurunkan kejadian inkontinensia urin, tetapi lebih efektif bila dikombinasikan dengan
terapi lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Wallace, et al. (2006) dalam penelitian
mengenai efek bladder training terhadap inkontinensia urin yang membandingkan
wanita dengan inkontinensia urin yang dilakukan bladder training dan yang tidak di-
lakukan bladder training tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Tetapi
kombinasi Kegel’s exercise dan bladder training yang dilakukan pada 125 wanita yang
dibagi menjadi dua kelompok yang ditraining dan latihan secara mandiri menunjukkan
hasil yang sangat memuaskan dan signifikan secara statistik. Penelitian yang dilakukan
oleh Setyowati, Yetti, dan Sutadi (2008) menunjukkan bahwa Kegel’s exercise dan
bladder training mampu mengembalikan interval berkemih pada interval yang normal
yaitu 2–3 jam pada responden yang mengalami inkontinensia urin. Bladder training ber-
tujuan untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke
keadaan normal atau ke fungsi optimal (Potter & Perry, 2005).
Hickey (2003) menyatakan bahwa dengan bladder training pasien dibantu belajar
menahan atau menghambat sensasi urgensi, dan berkemih sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan dengan tujuan meningkatkan interval antar waktu pengosongan
kandung kemih ataupun mengurangi frekuensi berkemih selama terjaga sampai dengan
waktu tidur, meningkatkan jumlah urin yang dapat ditahan oleh kandung kemih, dan
meningkatkan kontrol terhadap urge incontinence. Kafein dan alkohol bersifat
mengiritasi kandung kemih. Selain dapat mengiritasi otot kandung kemih, kafein juga
bersifat diuretik dan akan meningkatkan frekuensi berkemih. Selain itu, alkohol akan
menghambat hormon antidiuretik sehingga produksi urin meningkat. Menurut Ghetti
(2006), makanan dan minuman dapat menyebabkan inkontinensia seperti kafein
(ditemukan dalam kopi, soda dan coklat), dan alkohol. Dengan membatasi makanan
dan minuman tersebut dapat mengurangi inkontinensia.

Anda mungkin juga menyukai