BAB II
PEMBAHASAN
1. Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
1) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
2) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
3) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
4) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
2. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
2
5. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1) Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh
suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
4
2) Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga
lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.
3) Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti;
Ibu hamil
Bayi baru lahir
Balita
Anak usia sekolah
Usia lanjut
2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
6) Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
6. Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1) Proses kelompok.
2) Pendidikan kesehatan.
3) Kerja sama (partnership).
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
6
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah.
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
7
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
2.2.3 Tujuan
8
1) Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong
diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak lain.
2) Tujuan khusus
Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai
dengan macam, jenis dan tipe kelompok.
2) Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi
berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok.
3) Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
berdasarkan rencana yang telah mereka susun bersama.
4) Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan
mereka sendiri.
5) Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam
pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
6) Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam
rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri.
7) Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang
fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat.
2.2.4 Sasaran
Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi – institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan
kelompok khusus dimasyarakat yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui
posyandu yang ditujukan untuk ibu hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok
– kelompok khusus dengan cirri khas tertentu misalnya kelompok usila, kelompok
penderita berpenyakit kusta dan sebagainya.
terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan anak balita serta kelompok lainnya yang
mungkin dapat dilakukan.
2.2.6 Klasifikasi
Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan
kebutuhan yang mereka hadapi, diantaranya:
1. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat
pertumbuhan dan perkembangannya misal:
1) Kelp. Ibu hamil
2) Kelp. Ibu bersalin.
3) Kelp. Ibu nifas.
4) Kelp. Bayi dan anak balita.
5) Kelp. Anak usia sekolah.
6) Kelp. Usia lanjut.
2. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan, diantaranya:
1) Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS, Peny. Kelamin)
2) Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung, Stroke)
3) Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental, social)
4) Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit (WTS, penyalahgunaan
obat & narkotika, pekerja tertentu).
7) Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti,
kader kesehatan.
6) Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah dan
prioritas masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan kader
kesehatan dan petugas panti
2. Tahap perencanaan
Menyusun perencanaan penanggunangan masalah kesehatan /keperawatan bersama
petugas panti (bagi yang diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat). Yang
manyangkut:
1) Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, kriteria hasil).
2) Jadwal kunjungan.
3) Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.
4) Dsb.
3. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati bersama, yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa:
1) Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti.
2) Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
3) Penyuluhan kesehatan.
4) Imunisasi.
5) Penemuan khasus dini.
6) Rujukan bila dianggap perlu.
7) Pencatatan dan pelaporan kegiatan.
4. Tahap penilaian.
Penilaian atas keberhasilan kegiatan didasarkan atas criteria yang telah disusun.
Penilaian dapat dilakukan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan
dilaksanakan secara keseluruhan.
12
2. Hiperkolesterol
Hubungan antara diet dengan kenaikan kadar kolesterol serum telah terbukti secara
nyata. Faktor paling penting adalah masukan lemak hewani yang tinggi dari makanan
13
sehingga menyebabkan kenaikan kadar lipid serum. Fraksi lipoprotein kolesterol yang
berdensitas rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan faktor yang terkait
dalam peningkatan risiko penyakit jantung (Beck, 2011).
Kandungan kolesterol dalam diet merupakan masalah penting jika jumlahnya terlalu
tinggi atau kalau seseorang memiliki kepekaan khusus terhadap substansi ini (Beck, 2011).
Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah
berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke
(Debette, 2011 dalam Jumriani, 2012)
dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan manusia. Serat makanan dapat memberikan
pengaruh protektif karena beberapa jenis serat menimbulkan efek penurunan kadar lipid
darah(Beck,2011).
dapat larut air dan menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat
menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Di dalam saluran
pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian
dikeluarkan bersamaan dengan feses, dan dengan demikian serat pangan mampu
mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan
Menurut Manan dan Rismayanti (2012), garam merupakan hal yang sangat penting
melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan
mengonsumsi garam yang minimal. Mengonsumsi garam kurang dari 3 gram tiap hari
antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15- 20%. Pengaruh
5. Hiperglikemia
Menurut Kamus Kesehatan (2015), hiperglikemia adalah suatu kondisi yang terjadi
pada orang dengan diabetes bila kadar glukosa darah mereka terlalu tinggi. Menurut
Kurniati (2011), mengatakan bahwa pada penderita diabetes melitus beresiko tinggi
hiperglikemia kronis, dislipidemia dan resistensi insulin. Faktor-faktor ini membuat arteri
kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan lebih dari 200 mg/dl (Soegondo, 2009 dalam Mashudi, 2011).
6. Konsumsi kopi
Minum kopi berbahaya bagi penderita hipertensi karena senyawa kafein bisa
menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Cara kerja kafein dalam tubuh dengan
mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf yang akan memicu produksi hormon
adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung dan
15
aktivitas otot, serta perangsang hati untuk melepaskan senyawa gula dalam aliran darah
vasokonstriksi dan peningkatan resistensi pembuluh darah tepi. Tetapi dosis yang
digunakan dapat mempengaruhi efek peningkatan tekanan darah. Seseorang yang biasa
minum kopi dengan dosis kecil mempunyai adaptasi yang rendah terhadap efek kafein
Menurut Suprihatin (2012), orang yang suka mengkonsumsi alkohol berisiko terkena
hipertensi sebanyak 1,477 kali dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol.
Kenaikan tekanan darah akibat alkohol belum jelas. Tetapi, diduga peningkatan kadar
kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam
(2012) mengatakan bahwa diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kedua-
duanya. Definisi lain yang dimaksud dengan diabetes melitus (DM) adalah gangguan
kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
Adapun berbagai faktor risiko terjadinya diabetes melitus antara lain adalah stress,
merokok obesitas, umur, riwayat keluarga dan diet (kebiasaan makan gula dan
Gula adalah suatu karbohidrat dan menghasilkan energi. Pada diet tinggi gula
terjadi defisiensi tiamin, riboflavin, niasin dan vitamin. Sebagai contoh, tiamin sangat
mutlak diperlukan untuk fungsi sistem saraf. Diet rendah tiamin dapat menyebabkan fatik,
iritabilitas, gangguan mental dan depresi. Gula dapat pula memperberat stress fisik dan
mental melalui efeknya pada gula darah. Bila seseorang mengkonsumsi makanan yang
mengandung gula dan sejam kemudian merasakan gejala rendahnya kadar gula darah,
maka ia akan berusaha mengkonsumsi makanan yang mengandung gula lagi untuk
menghilangkan kelaparan.
Hal ini terus berlangsung dalam lingkaran. Makanan yang banyak mengandung
gula menyebabkan kadar gula darah meningkat dengan cepat. Untuk mempertahankan
keseimbangan, tubuh melepaskan hormon dari pankreas yang disebut insulin (Swarth, 2006
10. Dislipidemia
maupun penurunan lemak dalam darah. Kelainan lemak yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia
Tumor : benjolan atau pembengkakan; terdiri dari tumor ganas dan tumor jinak
Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan karsinoma adalah kanker yang
mengenai jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, ovarium, payudara, serviks, kolon,
pankreas dan esofagus (Bustan, 2007). Menurut Bustan (2007), bahwa terdapat prosentase
dari faktor risiko yang dapat mengakibatkan kanker, antara lain adalah merokok sebanyak
30 %, minuman beralkohol sebanyak 3-13 %, food additives 1%, pekerjaan 4%, asbes 3%,
radiasi 8%, obat-obatan 4%, polusi behavior sex 7% dan diet makanan sebesar 35-50%.
sosialisasi P2PTM.
komprehensif.
2.3.3 Strategi
sosialisasi P2PTM.
ekonomi yang hilang akibat P2PTM kepada para pengambil kebijakan lintas sektor.
bersama.
komprehensif.
CERDIK.
3) Melakukan deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM baik di Posbindu
ketentuan.
daerah.
19
program.
P2PTM terutama pencegahan terhadap faktor resiko (mis. melakukan deteksi dini
prasarana, obat dan SDM, penerapan mutu pelayanan meliputi akreditasi dan
Indikator
SDGs
Mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular
Target Global
8. Cakupan terapi farmakologis dan konseling untuk mencegah serangan jantung dan
stroke 50%
10. Penurunan prevalensi kebutaan yang dapat dicegah sebesar 25% pada tahun 2020
11. Penurunan prevalensi gangguan pendengaran sebesar 90% pada tahun 2030
1. Penurunan prevalensi hipertensi dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 23,4% tahun
2019
3. Penurunan Prevalensi merokok ≤ 18 tahun dari 7,2% tahun 2013 menjadi 5,4% tahun
2019
3.50% Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan payudara pada
1. Pengertian
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis
meliputi :
1) Instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Tidak Menular.
3. Sasaran
1) Setiap warga negara berusia 15 tahun keatas di suatu desa / kelurahan / institusi.
2) Sasaran pemeriksaan gula darah adalah setiap warga negara berusia 40 tahun ke atas
atau kurang dari 40 tahun yang memiliki faktor risiko obesitas dan atau hipertensi.
4. Tahapan Kegiatan
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Pelaksanaan
5. Mekanisme Pelaksanaan
Tahap Persiapan
dalam 1 tahun.
Posyandu Remaja).
wilayahnya.
Posbindu.
habis pakai.
Tahap Pelaksanaan
- Setiap sasaran/klien Posbindu memiliki buku monitor faktor risiko PTM yang diisi
dilaporkan.
6. Pelaksana
Kader terlatih
7. Capaian Kinerja
wilayah.
25
8. Rumus Perhitungan
9. Nominator
Desa/kelurahan yang melaksanakan kegitan posbindu PTM di suatu wilayah. 10.
Denominator Jumlah seluruh desa/kelurahan di wilayahnya.
3. Penanganan
penyandang PTM dan Program Rujuk Balik (PRB)
5. Sasaran
Setiap warga negara yang menyandang dan memiliki faktor risiko PTM yang
berkunjung ke FKTP
6. Tahapan Kegiatan
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Pelaksanaan
3) Tahap Pembinaan dan Monitoring Evaluasi.
7. Mekanisme Pelaksanaan
Tahap Persiapan
1) Dinas Kesehatan Provinsi :
- Menetapkan sasaran menggunakan data angka kesakitan PTM, PRB, temuan dan
rujukan faktor risiko di Kabupaten/Kota.
- Menyediakan peralatan mendukung penyelenggaraan Pandu PTM sesuai dengan
dengan Permenkes 75 tahun 2014.
Tahap Pelaksanaan
1) Dinas Kesehatan Provinsi :
- Menyediakan peralatan mendukung penyelenggaraan Pandu PTM sesuai dengan
dengan Permenkes 75 tahun 2014.
- Memastikan pelaksanaan di Kabupaten Kota sesuai standar.
2) Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas :
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskesmas memastikan kegiatan
tercatat di dalam Rekam Medis dan dilaporkan sesuai ketentuan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program Puskesmas memastikan rujukan
FKRTL sesuai indikasi medis dan menangani kasus rujuk balik sesuai standar.
8. Pelaksana
1) Dokter
2) Perawat
3) Bidan
9. Capaian Kinerja
Persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
28
Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and practice in
nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and
practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed.
Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :
Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv
Sagung Seto : Jakarta.
Rahajeng, S. M. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
29
.
30