Keperawaan Dasar 2
A. Pemeriksaan laborotarium
1. Pengertian
Pemeriksaan laborotarium adalah suatu tindakan dan prosedur peneriksaan khusus debgab
mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urin (air kencing), darah, sputum
(dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis
penyakit bersama dengan tes penunjnag lainnya, anamnesis, dan pemeriksaan lainnya.
2. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari pemeriksaan laborotarium antara lain sebagai berikut :
1. Mendeteksi penyakit
2. Menetukan resiko
3. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6. Membantu pemantauan pengobatan
7. Menyediakan informasi prognostik/perjalanan penyakit
8. Memantau perkembangan penyakit
9. Mengetahui ada tidaknya kelaianan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinis karena tidak didapati penyakit
3. Jenis-jenis
1. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, peralatan medis,
begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi diukur untuk memeriksa
mikroba patogen.
2. Parasitologi untuk mengamati parasit, contoh penyakit dissentri dan diare yang
disebabkan oleh parasit alat pemeriksaan dengan mikroskop.
3. Hematologi, untuk mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia(kurang darah).
Adanya infeksi atau kelainan sel darah darah putih yang lain, alergi dan gangguan
pembekuan darah akibat kelainan jumlah trombosit.
4. Kimia klinik, mempunyai tujuan untuk mendeteksi awal adanya virus,
memperkirakan status imun seseorang dan juga dapat digunakan dalam rangka
pemantuan respon dan pasca vaksinasi.
5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yaang disalahgunakan, dan toksin lain.
Untuk pemeriksaan racun dan keracun.
6. Imunologi, menguju antibodi contoh penyakit (heptitis)
7. Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti hepatitis atau
HIV
8. Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.
9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang di
biopsi pada bedah seperti masektomi payudara
10. Sitologi, menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker
dan lain-lain.
Darah rutin :
Hemoglobin/HB
Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
Hematokrit/HT
Mengukut konsentrasi sel darah merah dan darah
Trimbosit
Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis
Darah kimia :
SGPT (serum glumatik piruvik transaminase)
Pemeriksaan SGPT digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan
hepatoseluler.
Cara : - Ambil datah ± 5-10 ml dari vena
Masukan
Dindari hemolis
Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi keampuan albumin yang
disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk menentukan adanya gangguan hepar
seperti luka bakar, gangguan ginjal.
Cara : - Ambil datah ± 5-10 ml dari vena
Masukan pada tabung
Berikan label dan tunggal
Asam urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada gnjal, luka
bakar dan kehamilan.
Cara : - Ambil datah ± 5-7 ml dari vena
Masukan pada tulang
Berikan label dan tanggal
Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Bilirubin
direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh batu/neoplasma,
hepatitis. Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia, malaria :
Cara : - Ambil darah 5-10 ml dari vena
Masukan pada tabung
Hindari hemolis
Berikan label dan tanggal
Eksterogen
Pemeriksaan eksterogen dilakuan untuk mendeteksi difungsi ovarium, gejala
menopause dan pasca menopause.
Cara : - Ambil darah ± 5-10 ml dari vena
Masukan pada tabung
Gas Darah Arteri
Pemeriksaan darah arteri dilakuakn untuk mendeteksi untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan
respiratorik/gangguan metabolic.
Cara : - Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan
hepain
Berikan label dan tanggal
Gula Darah Puasa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes.
Cara : - Ambil darah ± 5-10 ml dari vena
Masukan ke dalam tabung
Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan
URINE
a. Pemeriksaan urine merupakan pemerikasaan yang menggunakan bahan atau
specimen urine.
Antara lain :
Asam urat
Bilirubin
Cara :
Cara :
b. Jenis Urine
1. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bila diperlukan pemeriksaan.
2. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
3. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pas
4. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam
c. Tujuan
Tes kehamilan
Tes urine untuk menentukan kehamilan dapat dilakukan sendiri menggunakan
alat tes kehamilan atau test pack yang dijual bebas di apotek, bisa juga dilakukan di
klinik atau rumah sakit.
Mengetahui zat asing
Mengetahui adanya zat atau obat tertentu dalam air seni seseorang, misalnya pada
atlet, pelajar/mahasiswa, pegawai kantoran, dan pecandu atau orang yang diduga
menyalahgunakan narkoba. Tes urine dapat mendeteksi adanya zat berbahaya
opiate/opioid, benzodiazepine, barbiturate, phencyclidine (PCP), ganja,
metamphetamine, amphetamine, kokain.
Perkembangan penyakit
Memantau perkembangan penyakit dan respons tubuh terhadap pengobatan yang
dijalani, misalnya pada pasien penderita penyakit diabetes, kerusakan dan infeksi
ginjal, lupus, dan penyakit hati.
Melakukan diagnosis penyakit
Mendiagnosis kondisi medis, seperti gangguan ginjal termasuk batu, infeksi,
dan radang ginjal, protein dalam urine, kerusakan otot, gula darah atau diabetes yang
tidak terkendali, dan infeksi saluran kemih.
Mendeteksi gejala penyakit
Menilai gejala penyakit tertentu, seperti darah dalam urine, demam, nyeri pinggang,
sering buang air kecil atau terasa nyeri saat melakukannya, nyeri perut bawah, atau
keluhan lainnya pada saluran kemih.
Pemeriksaan kesehatan rutin
Evaluasi medis rutin atau menilai kesehatan seseorang secara keseluruhan. Tes urine
bisa saja disarankan oleh dokter untuk pemeriksaan kehamilan rutin, juga untuk
menilai kondisi pasien sebelum operasi atau sebelum dirawat di rumah sakit.
Dalam kondisi normal, rentang warna urine yang sehat adalah kuning muda
hingga jernih. Warna urine tersebut merupakan hasil dari pigmen yang disebut
urokrom (urochrome).
Rentang kuning pucat hingga kuning kecokelatan pada urine, dipengaruhi oleh
jumlah air yang Anda minum. Jika mengonsumsi air dengan cukup, urine yang
dikeluarkan biasanya berwarna kuning pucat. Apabila Anda tidak minum air
dengan cukup, urine bisa berwarna pekat
Beberapa warna urine tidak normal dan kondisi pemicunya
Selain kuning pucat atau kuning tua, ada kalanya urine memiliki warna lain.
Perubahan warna urine tersebut dapat disebabkan oleh zat yang masuk ke
tubuh, maupun kondisi medis yang harus diwaspadai.
Kondisi medis: Urine yang berwarna oranye dapat menunjukkan Anda sedang
mengalami gejala kondisi dehidrasi. Apabila urine berwarna oranye disertai feses
yang terlihat cerah, ada kemungkinan empedu masuk ke aliran darah. Kondisi ini
bisa disebabkan oleh masalah pada saluran empedu atau organ hati.
Makanan: Warna urine dapat berupa merah atau merah muda (pink), jika Anda
mengonsumsi buah-buahan yang memiliki pigmen magenta atau merah muda,
seperti bit dan bluberi.
Kondisi medis: Urine berwarna merah atau merah muda, juga dapat menjadi gejala
penyakit tertentu. Misalnya, pembesaran prostat, batu ginjal, atau tumor di
kandung kemih dan ginjal. Warna merah pada urine karena penyakit dapat berasal
dari darah, dan memiliki istilah yang disebut hematuria.
Pewarna: Warna urine yang terlihat biru atau hijau dapat dipicu oleh pewarna pada
makanan. Pewarna yang digunakan dalam tes medis untuk ginjal atau kandung
kemih Anda, juga dapat membuat warna urine menjadi hijau atau biru.
Makanan: Selain obat, urine yang berwarna cokelat bisa diakibatkan oleh
konsumsi lidah buaya dan kacang fava (serupa kacang polong)
Kondisi medis: Dalam kebanyakan kasus, urine yang berwarna cokelat tua
menunjukkan Anda mengalami dehidrasi. Namun urine coklat juga bisa
disebabkan oleh penyakit. Misalnya, kondisi porfiria, suatu kelainan genetik, yang
dapat menyebabkan penumpukan bahan kimia alami dalam aliran darah, dan
membuat urin terlihat berkarat atau berwarna cokelat.
Selain porfiria, urin berwarna coklat gelap juga bisa menjadi indikator penyakit
hati, karena disebabkan oleh empedu yang masuk ke urine.
Kondisi medis: Dalam beberapa kasus, urine keruh adalah tanda dehidrasi.
Namun, urine yang keruh juga dapat menjadi penanda penyakit kronis dan
gangguan pada ginjal, termasuk infeksi saluran kemih.
Terkadang, urine keruh, bisa disertai dengan busa atau gelembung yang disebut
pneumaturia. Kondisi ini dapat menjadi gejala kondisi kesehatan yang serius,
termasuk penyakit Crohn ataupun divertikulitis.
Selain itu, ada pula beberapa kasus urine berbusa yang tidak diketahui
penyebabnya.
Kondisi medis: Kondisi urine yang jernih, menunjukkan Anda minum terlalu
banyak air, melebihi rekomendasi dalam satu hari. Konsumsi air putih memang
menyehatkan. Namun terlalu banyak air dapat mengurangi elektrolit di dalam
tubuh.
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti,
salmonela, shigela, escherichiacoli, dan staphylococcus dll.
FESES
Pemeriksaan Feses
Normal :
Abnormal:
Feses mengandung kadar enzim yang rendah, seperti trypsin atau elastase
pH feses kurang dari 7 atau lebih dari 7,5
Feses mengandung 0.25 g/dL (13.9 mmol/L) gula sebagai faktor pengurang
Feses mengandung lebih dari 7g/24h lemak (jika konsumsi lemak Anda berkisar
100g per hari
Tujuan
SPUTUM
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya
kuman.
Persiapan alat :
- Tempat sputum yang tertutup
- Botol tempat specimen
- Formulir dan etiket
Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
pewarnaan basil tahan asam.
Cara kerja
Minta pasien membatukan dahak/ sputumnya kedalam tempat yang sudah
disiapkan
Ambil kurang lebih 5 cc sputum, lalu masukan kedalam botol
Pasang etiket dan isi formulir lalu segera kirim ke laboratorium
A. NORMAL
Jumlah
Jumlahnya mungkin sedikit, sedang, atau berlebihan.
a. Sedikit. Hanya sedikit berarti jumlah kecil.
b. Berlebihan. Berlebihan berarti jumlah yang besar.
c. Sedang. Jumlah yang moderat lebih dari sedikit tetapi tidak terlalu banyak.
Warna
Dahak normal jelas. Dahak abnormal, seperti yang disebabkan oleh penyakit paru-
paru, mungkin berwarna hijau, kuning, kemerahan atau merah muda (bercampur
darah), atau abu-abu.
Karakter
Sputum dapat berair, semi-cair, kental, atau berbusa.
(a) Berair. Dahak berair tipis dan biasanya tidak berwarna.
(b) Kental. Dahak kental sangat tebal, keras, dan tetap bersama
(c) Semi-cair. Ketebalan dahak normal adalah semi-cair. Itu lebih tebal dari
berair dahak tapi tidak setebal dahak kental.
Frothy
Futus berbusa seperti busa dan berisi banyak gelembung udara kecil.
Bau
Dahak normal memiliki sedikit atau tidak ada bau. Dahak abnormal mungkin
memiliki bau keringat atau bau busuk bau menyengat.
B. ABNORMAL
1. Berdarah (Hemoptisis)
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan komunikan
terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun potensial. Hasil
suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.
USG
Ultrasonography (USG) adalah prosedur pencitraan menggunakan teknologi
gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memproduksi gambar tubuh bagian dalam,
seperti organ tubuh atau jaringan lunak.
USG dapat digunakan sebagai alat diagnosis penyakit, memonitor kondisi janin, dan
sebagai alat bantu saat proses pembedahan atau tindakan tertentu, seperti pengambilan
sampel jaringan (biopsi). Teknologi USG tergolong aman, khususnya bagi ibu hamil, karena
tidak memancarkan radiasi.
USG eksternal. Jenis USG ini menggunakan alat bantu bernama probe yang
dilengkapi sensor pada ujungnya, agar dapat menangkap gelombang suara dari
permukaan kulit. USG eksternal dapat digunakan untuk memeriksa kelainan pada
organ tubuh tertentu, seperti ginjal, hati, payudara, atau rahim, serta melihat bagian
dalam leher dan sendi. Selain itu, USG eksternal juga biasanya digunakan untuk
memantau kondisi janin saat kehamilan.
USG internal. Salah satu contoh USG internal adalah USG transvaginal. Jenis USG
ini dilakukan dengan memasukkan probe berukuran selebar dua jari melalui vagina.
Dokter akan menyarankan USG internal untuk memeriksa kondisi organ daerah
panggul, seperti rahim dan indung telur.
USG endoskopi. Jenis USG ini menggunakan alat bernama endoskopi, yaitu alat
berbentuk seperti selang tipis, panjang, dan fleksibel yang dilengkapi dengan kamera,
lampu, dan sensor USG di ujungnya. Alat ini dimasukkan melalui mulut untuk
memeriksa organ bagian atas, seperti kerongkongan hingga lambung.
Indikasi dan Kontraindikasi USG
Berikut ini adalah beberapa penggunaan USG pada sejumlah organ tubuh, sesuai jenis-
jenisnya:
USG kepala. Biasanya dilakukan pada bayi untuk mendeteksi kelainan otak yang
mungkin terjadi pada kelahiran prematur, cedera atau perdarahan otak, kelainan
bawaan lahir (misalnya hidrosefalus), dan peradangan selaput otak (meningitis) atau
radang otak. Pada orang dewasa, USG kepala digunakan untuk mendeteksi lokasi
tumor secara tepat pada saat operasi daerah kepala, ketika tulang tengkorak sudah
dibuka.
USG leher. Untuk mengevaluasi keadaan organ dalam leher, seperti kelenjar tiroid
dan kelenjar air liur, pembuluh darah leher, serta kelainan yang terbentuk di dalam
leher, misalnya benjolan, infeksi, abses, kista, dan tumor. Selain itu, USG leher juga
bisa digunakan sebagai alat bantu untuk mengarahkan dalam prosedur pengambilan
sampel jaringan di daerah leher (biopsi).
USG mammae. USG mammae atau payudara berfungsi untuk mendeteksi ukuran,
lokasi, dan jenis benjolan pada payudara, serta sebagai alat pemandu saat melakukan
pengambilan sampel benjolan pada jaringan payudara (biopsi).
USG perut. Untuk memeriksa jika terdapat kelainan organ hati, ginjal, limpa,
empedu, dan pankreas. USG perut juga dapat melihat kelainan seperti radang usus
buntu, hernia, dan pembesaran kelenjar getah bening dalam perut. Selain itu, USG
perut dapat digunakan untuk melihat aliran pembuluh darah dalam perut, serta
sebagai alat pemandu saat melakukan tindakan biopsi jaringan pada organ dalam
perut, atau saat mengeluarkan cairan dari rongga perut pada asites.
USG panggul. Untuk mendeteksi kelainan kandung kemih yang menyebabkan
gangguan saat buang air kecil. Secara khusus, USG panggul dilakukan pasien wanita
untuk mencari tahu kelainan pada rahim dan indung telur yang dapat menyebabkan
nyeri panggul, perdarahan lewat vagina, dan radang panggul. USG panggul juga
dapat membantu mencari lokasi KB spiral, serta membantu mengarahkan dokter saat
tindakan pengambilan sel telur untuk bayi tabung. Bagi pasien pria, USG panggul
dilakukan untuk memeriksa kelenjar prostat.
USG testis. USG testis atau buah zakar berfungsi untuk memeriksa kelainan pada
testis seperti tumbuhnya tumor atau kista, testis yang tidak turun (kriptorkismus), dan
varises pada pembuluh darah testis (varikokel) yang dapat menyebabkan
kemandulan.
USG kehamilan. Untuk memastikan kehamilan, memeriksa denyut jantung janin,
kondisi perkembangan janin, perkiraan usia kehamilan dan waktu persalinan,
perkiraan jenis kelamin, jumlah air ketuban, dan aliran darah pada janin. USG
kehamilan juga dapat melihat kelainan yang mungkin terjadi pada rahim, indung
telur, serviks, dan plasenta, serta untuk mendiagnosis jika terdapat kehamilan etopik,
hamil kembar, kelainan bawaan pada janin (misalnya sindrom Down), tumor, atau
keguguran. USG kehamilan juga digunakan untuk membantu mengarahkan dalam
prosedur amniocentesis atau proses pengambilan sampel cairan air ketuban, bila
diperlukan.
USG transvaginal. USG transvaginal memiliki fungsi yang hampir mirip dengan
USG panggul untuk melihat keadaan rahim dan indung telur pasien wanita, namun
dengan gambar yang lebih jelas. Umumnya disarankan untuk mendeteksi kelainan
pada rahim yang dapat menyebabkan perdarahan dari vagina, nyeri panggul, dan
kemandulan. USG transvaginal juga dapat melihat pertumbuhan kista dan jaringan
abnormal lainnya pada rahim, seperti miom. Selain itu, USG transvaginal juga dapat
dilakukan saat kehamilan untuk memonitor denyut jantung janin, serta melihat
kelainan pada serviks yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur atau keguguran.
Perlu diperhatikan bagi pasien yang memiliki riwayat alergi, baik terhadap gel yang akan
dioleskan pada permukaan kulit sebelum tindakan USG eksternal, maupun alergi terhadap
obat penenang yang diberikan sebelum prosedur USG endoskopi.
Peringatan USG
Penggunaan zat pewarna khusus atau kontras saat melakukan tindakan Rontgen pada saluran
cerna dapat mengganggu hasil USG pada perut dan panggul, karena zat ini masih bisa
mengendap di dalam usus hingga 2 hari.
Pemindaian USG menggunakan teknologi frekuensi suara yang dapat menangkap gambar
organ di dalam tubuh. Namun, teknologi ini tidak dapat melewati tulang dan udara, sehingga
untuk USG kepala tidak dapat dilakukan pada anak-anak yang ubun-ubunnya sudah menutup
(usia di atas 18 bulan).
Faktor-faktor seperti asam lambung berlebih, obesitas, serta sisa makanan di dalam lambung
dan usus dapat mengganggu hasil tes USG perut. Pastikan Anda mengikuti saran dokter
sebelum tes dilakukan.
Bagi yang sedang menjalani pengobatan tertentu, disarankan untuk memberi tahu dokter
sebelum tes dilakukan.
Sebelum USG
Persiapan yang dilakukan tergantung dari jenis USG yang akan dikerjakan. Beberapa di
antaranya meliputi:
Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air putih 2 jam sebelum tindakan dan menahan
untuk buang air kecil untuk USG daerah panggul, karena kandung kemih harus
penuh.
Terkadang pasien dapat diminta untuk berpuasa 8 hingga 12 jam sebelum tindakan
USG perut, agar tidak ada sisa makanan di lambung dan usus yang dapat
menghalangi gelombang suara. Atau dapat dianjurkan untuk tidak makan lemak sejak
sore hari sebelum pemeriksaan untuk USG perut bila ingin melihat empedu, hati,
pankreas, dan limpa
Tidak makan atau minum 6-12 jam sebelum USG perut, khususnya bila ingin melihat
gambaran kandung empedu yang lebih jelas.
Menghindari pemakaian kosmetik, seperti bedak atau losion pada payudara sebelum
USG mammae, karena dapat mempengaruhi hasil akhir.
Untuk USG transvaginal, pasien akan diminta untuk mengosongkan kandung kemih
terlebih dahulu.
Tergantung dari bagian tubuh yang akan diperiksa, pihak rumah sakit akan memberikan
pakaian khusus untuk memudahkan proses USG. Pasien juga akan diminta untuk melepas
perhiasan di sekitar area yang akan diperiksa.
Bagi yang akan menjalani jenis USG endoskopi, dokter akan memberikan suntikan obat
penenang atau semprotan obat bius lokal di tenggorokan agar menjadi kebas, dan untuk
menghindari rasa mual atau nyeri saat alat dimasukkan.
Prosedur USG
Sebagian besar prosedur USG akan memerlukan waktu 15-45 menit, tergantung dari jenis
USG dan bagian tubuh yang perlu diperiksa. Prosedur pemeriksaan juga akan dilakukan
sesuai dengan jenis USG yang digunakan.
USG eksternal
Pasien akan direbahkan di atas tempat tidur dan dokter akan mengoleskan gel pelumas
berbahan lateks di area yang akan diperiksa untuk melancarkan pergerakan probe. Pasien
akan merasakan sensasi dingin dalam proses ini. Pasien mungkin akan merasa nyeri atau
tidak nyaman saat bagian tubuh ditekan. Beri tahu dokter jika rasa nyeri memburuk.
Bagi yang akan melakukan tes USG kehamilan, dokter akan menggerakkan probe di atas
kulit yang sudah dilumasi dan melihat kondisi janin melalui monitor yang diletakkan di
sebelah tempat tidur pasien. Pasien dapat melihat kondisi dan mendengar suara denyut janin
secara langsung.
Untuk USG kepala bayi, probe akan digerakkan di ubun-ubun yang belum menutup.
Tangkapan gambar otak dan ruangan yang berisi cairan otak (ventrikel) akan terlihat melalui
monitor secara langsung. Untuk USG kepala orang dewasa, hanya dapat dilakukan saat
tindakan operasi kepala, ketika tulang tengkorak sudah dibuka, dikarenakan gelombang suara
dari probe tidak dapat melewati tulang.
Untuk USG testis, dokter akan mengolesi gel pelumas pada testis agar memudahkan
pergerakan probe. Selain itu, pasien harus membuka kedua paha secara lebar sambil
berbaring agar memudahkan proses pemeriksaan. Handuk dan tali khusus akan dipasang di
bawah kantung buah zakar (skrotum) dan di sekitar paha untuk meninggikan posisi skrotum.
Rasa tidak nyaman mungkin akan dirasakan saat probe ditekan pada titik sensitif atau nyeri.
USG internal
Saat USG transvaginal, pasien akan diminta berbaring dengan panggul yang sedikit diangkat.
Dokter akan memasukkan ujung probe yang sudah dilapisi pelindung steril dan pelumas
melalui vagina agar dapat memantau kondisi organ di sekitar panggul. Pemantauan dapat
dilakukan melalui monitor yang diletakkan di sebelah tempat tidur pasien.
USG endoskopi
Pasien akan diminta untuk merebahkan badan ke arah samping dan akan diberikan obat
penenang atau semprotan bius lokal untuk meredakan rasa gelisah ataupun nyeri.
Setelah itu, dokter akan memasukkan alat endoskopi melalui mulut pasien dan didorong ke
arah kerongkongan hingga ke bagian organ yang perlu diperiksa. Sama seperti jenis USG
lainnya, gambar akan ditangkap melalui gelombang suara dan akan terlihat dari monitor
yang terletak di dekat pasien.
Sesudah USG
Setelah dokter selesai memeriksa, gel yang digunakan pada tubuh akan langsung
dibersihkan, dan bagi yang diminta untuk menahan urine sebelum tes, pasien dipersilahkan
untuk langsung mengosongkan kandung kemih.
Secara umum, pasien diperbolehkan pulang dan beraktivitas sesudah USG. Namun bagi yang
diberikan obat penenang, pasien tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang
membutuhkan konsentrasi, seperti mengendarai kendaraan, selama 24 jam pertama. Pasien
disarankan untuk menghubungi keluarga atau kerabat guna menemani dan mengantarkannya
pulang.
Biasanya, pasien akan mendapatkan hasil USG secara langsung. Jika diperlukan analisa lebih
lanjut, hasil akan diberikan ke dokter yang merujuk dalam hitungan hari.
Jika pasien mengalami efek samping tertentu setelah melakukan USG, dianjurkan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter.
Untuk USG internal, seperti USG transvaginal, pasien dapat mengalami rasa tidak nyaman
saat alat dimasukkan.
Untuk USG endoskopi, pasien mungkin merasakan efek samping seperti sakit tenggorokan
atau perut kembung, namun hal ini hanya terjadi sementara. Walaupun jarang, perdarahan
dapat terjadi akibat tindakan USG endoskopi.
Foto Rontgen
Prosedur foto Rontgen ini dilakukan di rumah sakit oleh dokter atau petugas radiologi yang
sudah terlatih. Meski radiasi memiliki risiko memicu pertumbuhan sel kanker, paparan
radiasi dari foto Rontgen terbilang sangat kecil dan dianggap aman, terutama jika
dibandingkan dengan manfaat yang didapat.
Foto Rontgen dilakukan untuk melihat kondisi sebagian besar bagian tubuh, termasuk
masalah pada organ dalam. Contoh-contoh kondisi yang dapat ditampilkan melalui foto
Rontgen antara lain adalah kondisi pada tulang dan sendi (misalnya patah tulang dan
osteoporosis), infeksi, gangguan pencernaan, pembengkakan jantung, serta tumor payudara.
Selain masalah yang terjadi dalam tubuh, foto Rontgen juga dapat dilakukan untuk
mengamati perkembangan penyakit, mengetahui kemajuan dari pengobatan yang dilakuan,
serta menjadi pedoman untuk melakukan prosedur tertentu, seperti pemasangan ring pada
jantung.
Walaupun sangat kecil risikonya terhadap kehamilan, namun foto Rontgen biasanya tidak
direkomendasikan untuk ibu hamil kecuali untuk tindakan darurat atau apabila manfaatnya
jauh lebih besar dibandingkan dengan risikonya.
Beberapa pemeriksaan foto Rontgen membutuhkan zat pewarna (kontras) untuk dapat
mengasilkan gambar dengan kualitas lebih baik. Bahan pewarna yang mengandung iodine
atau barium ini bisa diberikan dalam bentuk cairan yang diminum atau disuntikkan.
Informasikan kepada dokter bila pernah mengalami reaksi alergi dengan kontras, seperti
mual, gatal, pusing, atau bahkan syok.
Biasanya tidak ada persiapan khusus untuk menjalani foto Rontgen. Namun, jika
menggunakan kontras, terkadang pasien diminta untuk berpuasa atau menghentikan
menghentikan konsumsi obat-obatan. Tanyakan kepada dokter mengenai kebutuhan akan
puasa atau menghentikan obat-obatan yang rutin dikonsumsi.
Di samping itu, pasien disarankan untuk melepaskan perhiasan atau aksesoris berbahan
logam yang dapat menghalangi gambar yang ditampilkan. Pasien akan diminta untuk
mengganti baju atau celana dengan pakaian yang telah disediakan dari rumah sakit.
Untuk pemeriksaan saluran pencernaan, pasien juga dapat diminta untuk mengonsumsi obat
pencahar agar usus bersih dari kotoran.
Saat pelaksanaan foto Rontgen, pasien dapat diminta untuk berbaring atau berdiri dan
melakukan posisi tertentu sesuai dengan bagian tubuh yang ingin difoto. Misalnya untuk foto
Rontgen dada, pasien biasanya diminta untuk berdiri. Film foto berupa plat yang nantinya
diolah menjadi gambar foto, juga diletakkan sesuai dengan bagian tubuh yang ingin difoto.
Selanjutnya, alat foto Rontgen, yang menyerupai tabung dan dilengkapi cahaya, akan
diarahkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa. Alat tersebut akan memproduksi sinar-X
untuk mengambil gambar dalam film foto khusus.
Saat pengambilan foto Rontgen, pasien diminta agar tidak bergerak dan menahan napas agar
gambar tidak kabur. Oleh karena itu, untuk pasien anak-anak, terkadang dibututuhkan
penyangga untuk menahan posisi agar anak tidak bergerak. Pengambilan foto Rontgen ini
dapat dilakukan dari beberapa sudut pengamblilan gambar agar lebih jelas.
Selama pengambilan foto Rontgen, pasien tidak akan merasakan apa pun. Namun untuk
pasien patah tulang, dapat merasa nyeri atau tidak nyaman saat harus memindah-mindahkan
posisi tubuh.
Pelaksanaan foto Rontgen hanya berlangsung selama beberapa menit. Namun untuk tindakan
foto Rontgen tertentu, seperti penggunaan kontras, dapat memakan waktu hingga 1 jam.
Setelah pelaksanaan foto Rontgen, pasien dapat pulang dan kembali melakukan kegiatan
secara normal. Bila menggunakan zat kontras, pasien dianjurkan minum banyak air putih
untuk membantu pembuangan zat kontras dari dalam tubuh.
Hasil foto Rontgen akan dipelajari oleh dokter radiologi. Hasil foto tersebut juga dapat
diberikan kepada pasien setelah dicetak. Kecepatan hasil bervariasi, namun bila dalam
keadaan darurat, hasil akan tersedia dalam hitungan menit.
Foto Rontgen pada umumnya tidak mengakibatkan efek samping. Efek samping mungkin
dapat terjadi jika foto Rontgen dilakukan dengan pemberian zat kontras terlebih dahulu,
terutama dengan bahan yang disuntikkan ke dalam tubuh. Efek yang mungkin muncul adalah
nyeri, bengkak, dan kemerahan pada tempat suntikan.
Pap smear
Pap smear adalah prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kanker
serviks (kanker leher rahim) sejak dini. Leher rahim atau serviks merupakan bagian paling
rendah dari rahim wanita.
Serviks juga menjadi penghubung antara rahim dengan vagina. Leher rahim ini nantinya
berguna sebagai jalan keluar bayi saat Anda melahirkan. Setiap bulannya, serviks juga
berguna sebagai jalan bagi darah menstruasi untuk keluar dari tubuh.
Pemeriksaan pap smear adalah tes yang dilakukan dengan mengumpulkan sampel sel dari
leher rahim untuk kemudian dites lebih lanjut di laboratorium.
Pemeriksaan pap smear adalah pemeriksaan yang akan memperlihatkan keberadaan sel-sel
prakanker atau kanker pada leher rahim Anda.
Tes pap smear juga dapat membantu menunjukkan bila ada perubahan mencurigakan pada
sel serviks, yang berisiko mengarah pada perkembangan kanker di kemudian hari.
Penting untuk diketahui, kanker serviks adalah jenis kanker yang sangat umum terjadi pada
wanita.
Melakukan deteksi dini (skrining) kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear dapat
memberikan Anda peluang kesembuhan yang lebih besar.
Pasalnya, semakin dini sel kanker ditemukan saat melakukan pemeriksaan pap smear,
semakin cepat pula pengobatan kanker serviks bisa diberikan. Dengan begitu, semakin besar
pula peluang kesembuhan.
Melakukan tes pap smear secara dini juga adalah salah satu langkah pencegahan untuk sel
kanker serviks bisa menyebar sampai ke berbagai organ tubuh lainnya, seperti rahim,
ovarium, paru-paru, dan hati.
Idealnya, semua wanita wajib menjalani tes pap smear. Dokter umumnya akan
merekomendasikan Anda untuk melakukan tes ini pertama kali pada usia 21 tahun, atau
setidaknya saat Anda mulai aktif melakukan hubungan seksual.
Setelah itu, waktu yang tepat untuk mengulang pap smear secara rutin adalah setiap tiga
tahun sekali sampai usia 65 tahun.
Pap smear untuk wanita berusia di atas 30 tahun idealnya adalah setiap 5 tahun sekali,
apabila pemeriksaannya dibarengi dengan tes HPV (Human papillomavirus).
Akan tetapi, jika tergolong berisiko tinggi, Anda mungkin akan direkomendasikan untuk
melakukan pap smear lebih sering sesuai usia Anda.
Seorang wanita dikatakan berpeluang tinggi terkena kanker serviks jika memiliki faktor
risikonya. Berbagai faktor risiko kanker serviks adalah:
Pernah didiagnosis kanker serviks, atau hasil pap smear sebelumnya adalah terlihat
adanya perkembangan sel prakanker.
Anda terpapar dengan dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir.
Anda terinfeksi virus HPV.
Mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah karena transplantasi organ, kemoterapi,
atau sedang menggunakan obat kostikosteroid dalam waktu lama.
Ada beberapa kondisi kesehatan yang juga disarankan untuk lebih sering melakukan tes pap.
Kondisi kesehatan yang perlu melakukan pap smear rutin adalah wanita yang positif
memiliki HIV, dan wanita dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Menurunnya sistem imun tubuh ini bisa dikarenakan sedang rutin melakukan kemoterapi,
ataupun pernah menjalani transplantasi organ.
Belum terlambat untuk melakukan tes pap meski usia Anda sudah di atas 30 tahun. Jika
Anda seorang wanita, berusia di atas 30 tahun, dan belum pernah melakukan tes pap
sebelumnya, coba konsultasikan dengan dokter.
Umumnya, pemeriksaan pap smear biasanya dilakukan bersamaan dengan tes HPV.
Keduanya merupakan tes deteksi dini (skrining) untuk kanker serviks. Namun, bisa juga
pemeriksaan yang dilakukan pap smear saja.
Meski pap smear adalah salah satu tes yang idealnya wajib dilakukan para wanita, beberapa
kondisi mungkin membuat Anda tidak dianjurkan untuk menjalankan tes ini.
Beberapa kondisi yang tidak diperbolehkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear adalah
sebagai berikut:
Histerektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dengan cara mengambil rahim
ataupun leher rahim (serviks) dari dalam tubuh. Ada beberapa jenis histerektomi, di
antaranya histerektomi total dan histerektomi radikal.
Kedua jenis histerektomi tersebut melibatkan pengangkatan seluruh organ rahim, termasuk
serviks. Mengingat serviks telah diangkat, dokter mungkin akan menghentikan jadwal
pemeriksaan pap smear rutin Anda.
Anda bisa saja diminta untuk tetap melanjutkan tes pap secara rutin meski telah melakukan
histerektomi karena kondisi prakanker atau kanker serviks.
Tujuannya dilakukan pap smear setelah histerektomi adalah untuk melihat apakah sel kanker
masih ada atau tidak.
Jika Anda baru saja operasi angkat rahim untuk kondisi non-kanker, seperti fibroid rahim,
dokter akan menyudahi tes pap.
Pap smear adalah tes yang umumnya tak lagi dibutuhkan untuk wanita berusia 65 tahun ke
atas. Apalagi jika hasil tes terakhir menunjukkan hasil negatif atau normal.
Berikut ini adalah beberapa tahapan pemeriksaan pap smear yang perlu Anda ketahui.
Salah satu persiapan yang perlu Anda lakukan sebelum menjalani pemeriksaan pap smear
adalah memastikan Anda sedang tidak menstruasi atau akan mendapatkannya dalam waktu
dekat.
Pasalnya, menjalankan pap smear saat haid bisa membuat hasilnya menjadi kurang akurat.
Beberapa persiapan penting lainnya sebelum pap smear adalah sebagai berikut:
Selain itu, beberapa hal di bawah ini adalah kondisi yang dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan pap smear. Sebaiknya Anda menginformasikan kepada dokter sebelum
menjalani tes ini.
Dalam kebanyakan kasus, tes pap kemungkinan bisa dan aman dilakukan sebelum usia
kehamilan menginjak 24 minggu. Lewat dari usia kehamilan tersebut, tes pap mungkin akan
terasa sakit dan kurang nyaman.
Apabila Anda ingin melakukannya, tunggulah sampai sekitar 12 minggu setelah melahirkan
agar hasil pemeriksaan pap lebih akurat.
Tes pap smear adalah proses yang umumnya berjalan cepat dan sederhana. Selama
pemeriksaan, dokter akan meminta Anda berbaring dengan membuka kaki lebar-lebar
(seperti posisi mengangkang) di atas tempat tidur khusus, seperti gambar di atas.
Pap smear adalah tes yang menggunakan alat bernama spekulum ke dalam vagina. Alat ini
berfungsi untuk membuka dan melebarkan lubang vagina.
Langkah selanjutnya dalam pap smear adalah dokter akan mengeruk sampel sel di leher
rahim Anda dengan alat khusus berupa spatula, sikat halus, atau kombinasi dari keduanya
(cytobrush).
Setelah berhasil diambil, sampel sel dari serviks akan diletakkan dan dikumpulkan dalam
wadah yang berisi cairan khusus untuk menyimpan sampel sel. Sampel juga bisa diletakkan
di atas slide kaca khusus.
Proses terakhir dari pap smear adalah mengirim sampel sel ke laboratorium untuk diuji lebih
lanjut dan hasilnya didapat.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pap smear adalah pemeriksaan medis yang biasanya
tidak terasa menyakitkan. Namun terkadang, area perut Anda mungkin saja akan merasa
sedikit sakit atau kram seperti saat sedang menstruasi.
Setelah pap smear selesai, beberapa efek yang muncul adalah vagina terasa sedikit tertekan
dan mengeluarkan sedikit darah. Tak perlu panik, ini adalah hal yang normal terjadi setelah
pap smear dan dapat membaik dengan sendirinya.
Salah satu penyebab hal tersebut terjadi adalah adanya ketegangan otot-otot vagina selama
pap smear berlangsung. Apabila otot vagina lebih rileks, rasa tidak nyaman setelah tes ini
dapat lebih minim.
Beberapa orang dengan kondisi vagina kering juga mungkin mengeluhkan rasa tidak
nyaman, karena itu bicarakan dulu dengan dokter sebelum pap smear bila Anda memang
punya keluhan ini.
Hasil pap smear biasanya keluar 1-3 minggu setelahnya. Jika negatif, artinya leher rahim
Anda dalam kondisi normal. Namun, hasil yang positif bukan berarti Anda langsung
didiagnosis memiliki kanker serviks.
Hasil tes hanya menunjukkan adanya sel abnormal dalam leher rahim. Biasanya, melakukan
ulang pap smear beberapa bulan kemudian adalah langkah penting untuk memastikan adanya
kanker.
Ada dua kemungkinan hasil pap smear, yakni normal atau tidak. Berikut penjelasan masing-
masing hasilnya.
Hasil pap smear yang negatif adalah sebuah kabar baik. Artinya, Anda tidak memiliki
pertumbuhan sel abnormal di dalam serviks, alias negatif dari kanker serviks.
Itulah sebabnya hasil tes negatif ini disebut juga dengan hasil tes normal. Meski begitu,
bukan berarti Anda tidak harus melakukan pemeriksaan pap smear lagi.
Anda tetap perlu melakukan tes pap smear sekitar tiga tahun kemudian. Ini karena sel kanker
dapat tumbuh sangat lambat.
Itu sebabnya pap smear adalah tes yang perlu diulang secara rutin untuk memantau
perkembangan sel kanker.
Jika hasil pap smear adalah positif, alias tidak normal, ada dua kemungkinan yang bisa
terjadi.
Bisa jadi Anda terdiagnosis positif menderita kanker serviks, atau mungkin hanya sekadar
peradangan atau perubahan sel kecil (displasia).
Untuk memastikan Anda memiliki kanker atau tidak, biasanya dokter akan melakukan tes
pap sekali lagi beberapa bulan kemudian. Butuh atau tidaknya Anda untuk melakukan tes
lainnya akan ditentukan oleh hasil pap smear yang lakukan ini.
Bila hasilnya ternyata masih abnormal, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk
melakukan pemeriksaan kolposkopi.
Kolposkopi dalam tes lanjutan pap smear adalah prosedur skrining untuk melihat area vulva,
vagina, dan serviks dengan menggunakan alat pembesar khusus.
Pap smear adalah tes dengan akurasi yang tinggi. Dilansir dari National Cancer Institute,
rutin menjalani tes pap dapat mengurangi angka kanker serviks dan kematian karena
penyakit tersebut hingga 80 persen.
Maka meski rasanya kurang nyaman, pap smear adalah tes yang harus Anda utamakan.
Apalagi jika Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terkena kanker seviks.
Pap smear adalah salah satu cara paling efektif untuk mendeteksi atau bahkan mencegah
risiko kanker serviks.
Oleh karena itulah, Anda sangat disarankan untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini
dengan melakukan pap smear. Dengan begitu, pengobatan bisa segera diberikan ketika Anda
memang dinilai positif mengalami kanker serviks.
Tes HPV adalah salah satu deteksi dini kanker serviks, yang biasanya dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini juga tidak kalah penting, karena virus HPV
bisa menular dengan mudah melalui kontak seksual.
Itu sebabnya waktu yang disarankan untuk wanita melakukan tes pap smear adalah saat
Anda mulai aktif berhubungan seksual.
Mammografi
Mammografi atau mammogram adalah tes pemindaian yang dilakukan untuk menangkap
gambar jaringan payudara dengan menggunakan teknologi foto Rontgen.
Mammografi digunakan sebagai alat untuk memeriksa dan mendeteksi berbagai bentuk
kelainan pada payudara, seperti kanker payudara, tumor, kista payudara, atau penumpukan
kalsium (kalsifikasi) pada jaringan payudara. Bagi wanita berusia 40 tahun ke atas atau
secara genetik berisiko mengalami kanker payudara, disarankan untuk melakukan
mammografi secara berkala.
Meskipun mammografi dianggap sebagai pemeriksaan yang paling efektif untuk mendeteksi
kanker payudara secara dini, namun 10-15% kasus kanker payudara tidak dapat terdeteksi
pada pemindaian pertama. Pemeriksaan fisik dan pemindaian berulang perlu dilakukan untuk
memastikan diagnosis.
Jenis Mammografi
Mammografi disarankan bagi wanita berusia 40 tahun ke atas, setidaknya setahun sekali,
khususnya bagi yang memiliki risiko terkena kanker payudara. Bagi wanita yang berisiko
tinggi terkena kanker payudara, mammografi skrining dapat dilakukan sebelum usia 40
tahun.
Mammografi juga akan dilakukan ketika terjadi kelainan yang muncul pada payudara,
seperti:
Peringatan Mammografi
Perlu diingat pula bahwa pemindaian mammografi menggunakan radiasi meskipun dalam
jumlah rendah. Beri tahu dokter mengenai kondisi kesehatan, obat-obatan yang dikonsumsi,
dan jika pasien sedang hamil atau menyusui. Pancaran radiasi dapat mengganggu
pertumbuhan janin.
Bagi wanita berusia di bawah 40 tahun, ketepatan hasil tes mungkin akan lebih rendah
dikarenakan kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya yang masih tebal, sehingga
jaringan payudara tidak terlihat jelas. Hindari juga melakukan tes mammografi saat
menstruasi hingga seminggu setelah menstruasi selesai, dikarenakan payudara akan terasa
lebih kencang. Hal ini juga berlaku bagi pasien yang pernah menjalani implan payudara.
Implan payudara dapat mengganggu hasil pemindaian.
Sebelum Mammografi
Pada umumnya, pasien tidak perlu berpuasa sebelum tes dilakukan. Namun, hindari kafein,
seperti kopi, kola, atau cokelat, setidaknya 2 minggu sebelum pemindaian, karena kafein
dapat membuat payudara nyeri dan tidak nyaman saat pemeriksaan.
Pada saat pemeriksaan, hindari menggunakan produk kosmetik, seperti deodoran, losion,
krim, bedak, serta minyak atau parfum di sekitar payudara dan ketiak. Produk tersebut dapat
mengganggu hasil pemeriksaan.
Pasien akan diminta untuk melepas perhiasan dan bahan logam yang dipakai dari pinggang
ke atas dan diberikan pakaian khusus untuk dikenakan selama pemeriksaan.
Jika pasien sudah pernah melakukan pemindaian mammografi sebelumnya, disarankan untuk
membawa hasil tes tersebut agar dapat digunakan sebagai perbandingan.
Prosedur Mammografi
Dalam prosedur mammografi skrining dan diagnostik, payudara pasien akan ditempatkan ke
dalam alat Rontgen dengan kompresor yang akan menekan payudara untuk mendatarkan
jaringan di dalamnya. Tes ini dapat dilakukan dalam posisi duduk atau berdiri.
Dalam proses ini, dokter akan meminta pasien untuk menahan napas saat payudara ditekan.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil gambar yang lebih jelas dan mengurangi tingkat
paparan radiasi. Pasien mungkin akan merasa tidak nyaman atau nyeri untuk beberapa saat.
Jika hasil pemindaian tidak jelas atau ditemukan kelainan, dokter mungkin akan mengulang
tes tersebut. Hal ini umum dilakukan dalam tes mammografi. Pemeriksaan ulang dapat
dilakukan secara langsung atau beberapa hari setelah hasil Rontgen keluar.
Sesudah Mammografi
Secara umum, pasien diperbolehkan untuk pulang dan beraktivitas sesudah mammografi.
Namun jika pasien diberi suntikan penenang, dokter tidak memperbolehkan pasien untuk
mengendarai kendaraan, mengoperasikan alat berat, atau mengonsumsi alkohol selama 24
jam. Disarankan untuk menghubungi keluarga atau kerabat untuk menemani dan
mengantarkan pasien pulang.
Hasil mammografi akan memperlihatkan kondisi jaringan payudara dan kelainan tertentu,
seperti penumpukan kalsium, kelainan sel payudara, tumor, atau kanker dalam bentuk foto
Rontgen. Hasil mammografi dapat diperoleh dalam hitungan hari dan akan diberikan kepada
dokter yang merujuk, agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut, misalnya mengambil
sampel jaringan (biopsi), tindakan operasi, atau kemoterapi.
Komplikasi Mammografi
Mammografi memancarkan radiasi yang sangat rendah. Bagi pasien yang sudah memasuki
bulan terakhir dalam masa kehamilan, dokter akan menyarankan untuk menggunakan
pakaian berbahan timah untuk menghindari komplikasi pada janin.
Bagi pasien yang menggunakan implan payudara, terdapat potensi kecil di mana penekanan
pada payudara dapat merusak atau memecahkan implantasi tersebut. Tindakan operasi
lanjutan perlu dilakukan untuk mengganti implan yang rusak.
Endoskopi
Endoskopi adalah sebuah prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat kondisi organ
tubuh tertentu secara visual, dengan menggunakan alat khusus yang disebut endoskop. Selain
untuk pemeriksaan, endoskopi juga dapat digunakan sebagai prosedur pembedahan.
Endoskop merupakan alat berbentuk seperti selang lentur yang dilengkapi dengan kamera
pada bagian ujungnya, yang dapat disambungkan ke monitor untuk memproyeksikan gambar
yang ditangkap. Endoskop dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui rongga tubuh, seperti
mulut, hidung, anus, atau melalui irisan kulit (insisi) yang dibuat khusus untuk endoskopi.
Selain untuk pengamatan organ tubuh secara visual, endoskopi juga dapat memfasilitasi
dokter untuk melakukan pembedahan pada organ tubuh. Endoskopi juga dapat memfasilitasi
pengangkatan jaringan tubuh untuk keperluan tindakan medis atau pengambilan sampel
jaringan (biopsi).
Berdasarkan organ tubuh yang diamati, endoskopi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Indikasi Endoskopi
Keluhan saluran pencernaan, seperti BAB atau muntah darah, diare atau muntah terus
menerus, nyeri perut, berat badan menurun, disfagia, serta rasa panas di ulu hati.
Batuk darah atau batuk kronis.
Keluhan saluran kemih, seperti BAK berdarah atau mengompol.
Keguguran berulang atau perdarahan dari vagina.
Selain itu, endoskopi juga dapat digunakan untuk melaksanakan tindakan medis, seperti:
Peringatan Endoskopi
Secara umum, endoskopi memiliki risiko yang lebih rendah dan lebih ringan dibanding
pembedahan terbuka. Beberapa risiko yang dapat terjadi pada endoskopi adalah:
Perdarahan.
Infeksi.
Robeknya organ.
Demam.
Nyeri terus-menerus pada daerah tindakan.
Pembengkakan dan kemerahan pada daerah kulit yang disayat.
Persiapan Endoskopi
Persiapan endoskopi berbeda-beda, tergantung kepada jenis endoskopi yang akan dijalani.
Beberapa prosedur endoskopi memerlukan pasien untuk berpuasa setidaknya 12 jam sebelum
dilakukan. Selain itu, dokter juga dapat memberikan pencahar atau obat pencuci perut untuk
mengosongkan saluran pencernaan dari feses dan sisa makanan. Jenis endoskopi yang
memerlukan pelaksanaan puasa atau konsumsi pencahar biasanya adalah endoskopi saluran
pencernaan, seperti kolonoskopi atau gastroskopi.
Pasien harus memberitahukan kondisi medis secara rinci kepada dokter sebelum menjalani
endoskopi. Jika sedang mengonsumsi obat antikoagulan, seperti warfarin, dokter akan
meminta pasien menghentikan konsumsi obat tersebut untuk mencegah perdarahan, terutama
bila akan dilakukan biopsi jaringan. Jika diperlukan, dokter akan memberikan antibiotik
untuk dikonsumsi sebelum dan sesudah endoskopi untuk mencegah infeksi.
Prosedur Endoskopi
Pasien akan diberikan obat bius (biasanya lokal), tergantung jenis endoskopi yang dilakukan,
untuk membuat daerah tindakan mati rasa. Bila diberikan obat bius (anestesi) lokal, dapat
diberikan dalam bentuk semprotan untuk membuat daerah yang akan dilakukan tindakan
menjadi baal. Jika diperlukan, dokter akan memberikan obat penenang (sedatif) untuk
membantu pasien rileks selama menjalani prosedur ini. Beberapa jenis endoskopi, seperti
laparoskopi atau mediastinoskopi, memerlukan bius umum dalam tindakannya.
Setelah bagian tubuh yang akan diperiksa endoskopi mati rasa, endoskop dimasukkan ke
dalam tubuh secara hati-hati. Endoskop dapat dimasukkan melalui lubang yang ada di tubuh,
seperti tenggorokan, anus, atau uretra. Pada jenis endoskopi yang tidak dapat dilakukan
melalui lubang tubuh, seperti laparoskopi atau artroskopi, dokter dapat membuat sayatan
kecil dari kulit sebagai jalan masuk endoskop ke dalam tubuh.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan endoskopi bervariasi, tergantung organ yang
diperiksa, serta ada tidaknya tindakan pengobatan yang dilakukan. Waktu yang dibutuhkan
bisa sebentar yaitu sekitar 15 menit, atau lama sampai 3 jam. Setelah prosedur endoskopi
selesai, pasien mungkin diperbolehkan pulang dan beraktivitas seperti biasa, atau mungkin
juga dianjurkan untuk rawat inap, tergantung jenis endoskopi yang dilakukan. Bila
diperbolehkan pulang, pasien tidak diijinkan untuk menyetir sendiri sampai efek obat bius
menghilang.
Jika pasien menjalani endoskopi yang memerlukan sayatan, dokter akan menjahit sayatan
tersebut dan menutupnya dengan perban steril untuk mencegah infeksi. Dokter juga akan
memberikan arahan kepada pasien bagaimana menjaga lukanya tetap bersih dan steril.
Setelah Endoskopi
Setelah endoskopi selesai dilakukan, dokter akan meminta pasien untuk beristirahat selama
beberapa jam hingga efek sedatif dan anestesi menghilang. Pasien akan diperbolehkan untuk
pulang, namun harus diantar oleh teman atau kerabat terdekat. Rasa tidak nyaman seperti
sakit tenggorokan setelah gastroskopi atau bronkoskopi serta BAK berdarah selama 24 jam
setelah sistoskopi atau uteroskopi dapat dirasakan oleh pasien.
Pasien dianjurkan untuk makan makanan yang lembut selama kerongkongannya masih nyeri.
Bila darah pada urine masih muncul setelah 24 jam pasca sistoskopi atau ureteroskopi,
hendaknya segera hubungi dokter terkait.
Bila saat endoskopi dilakukan tindakan biopsi, hasilnya akan keluar dalam beberapa hari,
setelah dianalisis di laboratorium.
Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan untuk memeriksa kondisi usus besar dan
bagian akhir dari usus besar (rektum) guna mendeteksi adanya ketidaknormalan pada usus
besar dan rektum, seperti jaringan usus yang bengkak, iritasi, luka, polip, atau kanker.
Prosedur kolonoskopi dilakukan oleh dokter penyakit dalam konsultan saluran pencernaan
dengan menggunakan alat kolonoskop, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm
dan dilengkapi dengan kamera. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ini adalah sekitar
30-60 menit dengan didahului pemberian obat bius pada pasien. Dalam proses tindakan,
dokter dapat mengambil sampel jaringan dari usus besar untuk diperiksa di bawah
mikroskop (biopsi).
Kolonoskopi dilakukan untuk menyelidiki penyebab dari gejala yang terjadi pada usus besar,
seperti buang air besar berdarah, konstipasi kronik, diare kronik, dan nyeri perut. Selain itu,
kolonoskopi juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker usus besar. Deteksi ini
disarankan bagi orang yang telah berusia di atas 50 tahun, walaupun tidak memiliki faktor
risiko lain selain usia. Bagi seseorang yang memiliki riwayat kanker usus besar atau polip
usus dalam keluarganya, serta terdiagnosis penyakit kolitis ulseratif dan Crohn’s disease,
pemeriksaan dapat dilakukan pada usia yang lebih muda. Pemeriksaan untuk deteksi kanker
usus besar dapat diulang setiap 10 tahun atau lebih awal, tergantung dari faktor risiko dan
hasil dari kolonoskopi sebelumnya. Di samping mendeteksi kanker usus besar, kolonoskopi
juga bisa dilakukan untuk mendeteksi dan memotong polip usus, serta menghentikan
perdarahan bila terjadi perdarahan pada usus besar.
Kolonoskopi pada saat kehamilan sebaiknya dihindari, karena dapat memicu keguguran,
kecuali kolonoskopi dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa. Kolonoskopi pada pasien
dengan megakolon, serta kolitis ulseratif dan Crohn’s disease dengan luka yang berat juga
dapat meningkatkan risiko robeknya usus.
Peringatan Kolonoskopi
Sebelum Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi dapat berjalan dengan baik jika dinding usus dapat terlihat dengan
jernih dan jelas. Untuk itu, perlu dipastikan bahwa kondisi usus sudah bersih dari feses
(tinja) yang dapat mengganggu pandangan saat pelaksanaan kolonoskopi. Beberapa cara
yang dilakukan untuk membersihkan usus, antara lain:
Mengonsumsi obat pencahar berupa pil atau cairan. Obat pencahar dikonsumsi
malam sebelum pelaksanaan kolonoskopi atau ditambah lagi saat pagi di hari
tindakan.
Menjalalankan diet khusus dengan menghindari makanan padat dan hanya minum air
putih sehari sebelum kolonoskopi, serta berpuasa setelah tengah malam pada hari
pelaksanaan kolonoskopi.
Pasien harus memastikan agar ada yang mengantar atau menemani saat tindakan, karena
setelah tindakan pasien masih dalam pengaruh anestesi atau obat penenang sehingga tidak
aman untuk berkendara sendiri.
Prosedur Kolonoskopi
Pelaksanaan kolonoskopi diawali dengan pemberian anestesi atau obat bius pada pasien
melalui pembuluh darah. Obat bius ini akan membuat pasien tenang dan terkadang
mengantuk. Selanjutnya, pasien akan dibaringkan dengan posisi menghadap samping dan
lutut diangkat ke dada.
Pemeriksaan kemudian dilakukan dengan alat kolonoskop, berupa selang lentur berdiameter
kira-kira 1,5 cm yang dilengkapi dengan kamera untuk melihat kondisi usus besar. Alat
tersebut dimasukkan melalui dubur hingga menuju usus besar. Pada tahap ini, udara
digunakan untuk mengembangkan usus sehingga dinding usus dapat terlihat jelas. Pasien
akan merasa sedikit kram pada perut, namun bisa diredakan dengan menarik napas yang
panjang. Saat melaksanakan kolonoskopi, dokter juga dapat mengambli sampel jaringan dari
usus untuk dianalisis lebih lanjut (biopsi). Pelaksanaan kolonoskopi berlangsung selama 30
menit hingga satu jam.
Sesudah Kolonoskopi
Setelah pelaksanaan prosedur kolonoskopi, pasien harus tetap di rumah sakit selama 1-2 jam
atau hingga pengaruh anestesi berkurang. Pada tahap ini, pasien dapat merasa sedikit kram
pada perut dan kembung, namun akan mereda dengan sendirinya. Setelah dinyatakan pulih,
pasien dapat pulang ke rumah.
Komplikasi Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan tindakan yang aman dan jarang menimbulkan komplikasi. Namun,
komplikasi yang mungkin terjadi akibat kolonoskopi, antara lain:
EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah tes sederhana untuk mengukur dan merekam aktivitas
listrik jantung. Tes ini menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik yang disebut
elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan menerjemahkan impuls listrik menjadi grafik yang
ditampilkan pada layar pemantau.
EKG tidak menyakitkan karena tanpa pengaliran arus listrik dan tanpa sayatan (noninvasif).
Dokter akan menempelkan elektrode, umumnya berjumlah 10 atau 12 buah, berbahan plastik
dan berukuran kecil, di dada, lengan, dan tungkai. Elektrode disambungkan dengan kabel-
kabel ke mesin elektrokardiograf. Aktivitas kelistrikan jantung kemudian diukur dan dicetak
oleh mesin EKG, serta diinterpretasi oleh dokter sebagai penunjang diagnosis.
Nyeri dada.
Sulit bernapas.
Cepat lelah dan lemas.
Berdebar-debar dan gangguan irama jantung.
Serangan jantung.
Penyakit jantung koroner.
Gagguan elektrolit.
Keracunan dan efek samping obat.
Evaluasi efektivitas dari alat pacu jantung.
Sebelum Elektrokardiogram
Secara umum, tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan elektrokardiogram (EKG),
terkadang EKG dilakukan pada keadaan gawat darurat untuk mendeteksi serangan jantung
dan mengetahui kondisi kerja jantung yang mungkin menyertai penyakit lainnya. Namun
bila pasien direncanakan untuk melakukan pemeriksaan EKG, sebaiknya hindari pemakaian
losion, minyak, atau bedak pada tubuh, terutama dada. Bila terdapat bulu pada dada,
sebaiknya juga dicukur. Hal tersebut terkadang dapat membuat elektrode sulit menempel
pada tubuh. Informasikan kepada dokter mengenai obat-obatan, suplemen, dan herba yang
sedang dikonsumsi.
Prosedur Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) umumnya berlangsung 5-8 menit. Tes ini bisa dilakukan di rumah
sakit atau klinik yang memiliki fasilitas pemeriksaan EKG, dan pengerjaannya biasa
dilakukan oleh perawat. Sebelum berbaring di tempat tidur pasien akan diminta untuk
melepaskan pakaian atas, serta melepas aksesoris atau benda yang terdapat dalam kantong
pakaian yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pemeriksan.
Setelah berbaring di tempat tidur, elektrode-elektrode akan ditempelkan di dada, lengan, dan
tungkai pasien. Hindari berbicara dan menggerakkan anggota tubuh karena dapat
mengacaukan hasil tes.
Tiap kabel elektrode tersambung ke mesin EKG dan akan merekam aktivitas kelistrikan
jantung. Dokter akan menginterpretasi aktivitas kelistrikan jantung berdasarkan gelombang
yang ditampilkan di layar pemantau dan akan dicetak pada kertas.
Setelah Elektrokardiogram
Tes elektrokardiogram (EKG) dipercaya aman, cepat, dan tidak menyakitkan. Efek samping
umumnya berupa reaksi alergi pada kulit terhadap elektrode-elektrode yang ditempel pada
tubuh. Sedikit rasa sakit juga bisa dialami saat elektrode dicabut.
Jenis-Jenis Elektrokardiogram
Stress test (EKG Treadmill). Berbeda dengan EKG standar, EKG treadmill dilakukan
perekaman aktivitas listrik saat pasien sedang melakukan aktivitas. Selain treadmill,
pasien juga bisa diminta untuk mengayuh sepeda statis selama tes berlangsung.
Holter monitor. Alat kecil ini bisa dikalungkan di leher dan elektrode-elektrode
ditempelkan di dada. Holter monitor mampu merekam EKG secara berkelanjutan
dengan durasi 1-2 hari. Pasien diperbolehkan melakukan kegiatan seperti biasa ketika
menggunakan holter monitor, asalkan elektrode dan alat holter monitor tetap kering.
Dokter akan meminta pasien untuk mengingat kejadian yang sedang dilakukan yang
mengakibatkan perubahan aktivitas listrik jantung.
CT Scan
CT scan memiliki banyak kegunaan. Kendati demikian, prosedur ini paling cocok digunakan
untuk memeriksa secara cepat orang-orang yang dicurigai mengalami luka dalam akibat
kecelakaan mobil atau jenis trauma lainnya. CT scan bisa digunakan untuk
memvisualisasikan hampir semua bagian tubuh dan untuk mendiagnosis penyakit atau
cedera. Dengan begitu, dokter dapat merencanakan perawatan medis yang bisa dilakukan,
seperti bedah atau radiasi.
Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk melakukan CT scan untuk tujuan berikut:
CT scan perlu dilakukan pada orang-orang yang dicurigai mengalami pendarahan internal
akibat mengalami kecelakaan atau cedera, seperti benturan. Untuk memastikan penyakit,
dokter pun juga akan menganjurkan orang-orang yang mengalami gejala-gejala tumor atau
penyakit jantung untuk melakukan prosedur ini.
Tergantung pada bagian tubuh mana yang akan di-scan. Namun, biasanya sebelum menjalani
proses CT scan, peserta akan diminta untuk menanggalkan beberapa atau semua pakaian dan
mengenakan pakaian khusus untuk pemeriksaan. Perhiasan, peralatan gigi, kacamata, dan
benda logam juga perlu dilepaskan. Dokter juga akan meminta peserta untuk berpuasa
beberapa jam sebelum CT scan, tetapi hanya untuk pemeriksaan tertentu.
Bagi wanita yang sedang hamil, sebaiknya beritahukan kepada dokter atau radiolog.
Pasalnya, meskipun radiasi dari CT scan tidak berbahaya bagi bayi, dokter mungkin akan
merekomendasikan jenis pemeriksaan yang lain, USG atau MRI. Gunanya adalah untuk
meminimalisir paparan radiasi terhadap bayi.
Setelah itu, peserta akan berbaring di atas meja yang akan bergerak masuk ke dalam mesin
CT scan yang berbentuk seperti terowongan. Di dalam mesin tersebut, detektor dan tabung
sinar X akan bergerak di sekitar tubuh. Setiap rotasi akan menghasilkan beberapa gambar
irisan tipis dari tubuh. Peserta mungkin juga akan mendengar suara mendengung dari mesin.
Di saat peserta melakukan pemeriksaan, radiolog dapat melihat dan memantau dari ruang
terpisah serta berkomunikasi dengan peserta melalui interkom. Radiolog mungkin akan
meminta peserta menahan napas di titik-titik tertentu untuk menghindari gambar buram.
Prosedur CT scan biasanya tidak membutuhkan waktu lama dan tidak menyakitkan.
Pada CT scan, zat padat seperti tulang mudah terlihat. Namun, jaringan lunak sering kali
terlihat buram di gambar. Jadi, untuk membantu agar jaringan lunak dapat terlihat jelas,
peserta mungkin akan diberikan pewarna khusus atau yang disebut dengan bahan kontras.
Radiolog mungkin akan memintamu untuk menelan bahan kontras atau menyuntikkannya,
ataupun memasukkan pewarna tersebut melalui rektum. Bahan kontras ini berfungsi untuk
memblokir sinar X agar tampak putih pada pemindaian, serta menyoroti pembuluh darah,
organ atau struktur lainnya.
Setelah proses CT scan selesai, peserta dapat kembali beraktivitas dengan normal. Peserta
mungkin akan diminta untuk minum banyak air putih untuk membantu ginjal mengeluarkan
bahan kontras dari tubuh.
Kamu bisa melakukan CT scan di rumah sakit yang menyediakan layanan ini.
MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan
yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar
struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak
bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen, USG, atau CT scan.
Pada tes MRI, bagian tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin dengan
magnet yang kuat. Gambar-gambar yang dihasilkan dari MRI berupa foto digital yang dapat
disimpan di komputer dan dicetak untuk dipelajari lebih lanjut.
MRI adalah salah satu cara dokter memeriksa dan menghasilkan gambar organ, jaringan, dan
sistem rangka dengan resolusi tinggi. Hal itu nantinya dapat membantu dokter mendiagnosis
berbagai masalah seputar kesehatan Anda. Pemeriksaan MRI juga dapat digunakan sebagai
salah satu penentu langkah pengobatan dan mengevaluasi efektivitas terapi.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda harus melakukan MRI, di antaranya:
MRI paling sering digunakan sebagai metode pencitraan otak dan saraf tulang belakang.
MRI pada otak juga dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan langkah operasi otak dengan
melakukan identifikasi area bahasa dan kendali gerakan yang penting. Beberapa penyakit
pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke,
tumor, aneurisma, multiple sclerosis, cedera otak akibat kecelakaan, peradangan pada saraf
tulang belakang, serta gangguan mata dan telinga bagian dalam.
MRI yang dilakukan pada jantung atau pembuluh darah bertujuan untuk melihat beberapa
hal, seperti ukuran dan fungsi pada ruang jantung, ketebalan dan gerakan dinding jantung,
serta tingkat kerusakan akibat serangan jantung atau penyakit jantung. Selain itu, MRI juga
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah struktural pada urat nadi, seperti dinding
pembuluh darah yang melemah atau sobek, maupun radang dan penyumbatan pada
pembuluh darah.
Pada bagian tulang dan sendi, MRI rupanya dapat membantu mengevalusi kondisi seperti
infeksi tulang, kelainan pada tulang belakang dan bantalan saraf tulang belakang, tumor pada
tulang dan jaringan lunak, serta peradangan sendi. Juga dapat mengetahui kondisi abnormal
pada sendi yang disebabkan cedera fisik akibat kecelakaan atau cedera berulang.
Payudara
MRI dapat digunakan pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara atau bagi
mereka yang memiliki jaringan payudara yang padat. Langkah ini efektif untuk memberikan
informasi tambahan dalam mendeteksi keberadaan sel kanker payudara selain menggunakan
mamografi.
MRI juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tumor atau gangguan lain dari berbagai
organ tubuh bagian dalam, termasuk hati, ginjal, limpa, pankreas, rahim, ovarium, prostat
dan testis.
Memperhitungkan Risiko
Tidak seperti foto Rontgen dan CT scan, MRI tidak menggunakan radiasi sinar-X dalam
prosesnya. Ini berarti orang yang rentan terhadap risiko radiasi, seperti ibu hamil, bisa
menjalani MRI. Anda yang menjalani prosedur tersebut juga tidak akan merasa sakit.
Hingga kini belum ada bukti terhadap risiko dari medan magnet dan gelombang radio selama
penggunaan MRI.
Kemungkinan rasa tidak nyaman akan dirasakan bagi Anda yang memiliki rasa takut berada
di ruang tertutup (claustrophobia), yang dapat dibicarakan dengan dokter atau petugas medis
yang bertanggung jawab di ruang radiologi. Kemungkinan Anda akan diberikan obat
penenang untuk membuat Anda merasa mengantuk dan mengurangi rasa cemas sebelum
dipindai.
Yang juga perlu diperhatikan, Pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua orang.
MRI tidak bisa dilakukan pada mereka yang menggunakan alat bantu berbahan logam
khusus seperti alat pacu jantung atau pacemaker implan. Selain karena tidak aman, logam itu
kemungkinan akan mengganggu gambar yang dihasilkan MRI. Informasikan pada dokter
atau petugas medis jika pada tubuh Anda terdapat logam atau alat elektronik, seperti:
Konsultasi lanjutan diperlukan bagi Anda yang memiliki gangguan fungsi ginjal atau hati
sebelum MRI. Ada proses pemindaian MRI yang memerlukan cairan kontras untuk hasil
terbaik, namun sebaiknya dihindari atau dibatasi jika memiliki gangguan ginjal atau hati.
Jika memiliki tato, Anda juga sebaiknya berkonsultasi sebelum dilakukan pemeriksaan MRI.
Tinta pada tato mungkin dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.
Langkah Persiapan
Sebelum melakukan pemeriksaan MRI, Anda dapat makan dengan normal dan mengonsumsi
obat-obatan seperti biasa, kecuali dokter menyarankan sebaliknya. Pada keadaan tertentu
dokter mungkin akan memberikan materi kontras yang disuntikkan melalui pembuluh darah
di tangan atau lengan. Materi kontras dapat meningkatkan tampilan gambar untuk detail
tertentu pada pemeriksaan MRI.
Sebelum Anda diperiksa, maka Anda akan diminta untuk mengganti pakaian Anda dengan
pakaian khusus yang disediakan oleh rumah sakit, serta melepas benda-benda di tubuh Anda.
Terutama jika Anda memakai perhiasan, seperti cincin, anting, kalung, jam tangan, atau jepit
rambut. Petugas medis juga akan meminta Anda untuk melepas kacamata, alat bantu dengar,
gigi palsu, atau bra dengan penyangga logam yang Anda gunakan.
Pada bagian tengah mesin MRI yang berbentuk tabung, terdapat tempat tidur yang dapat
digerakkan keluar masuk selama pasien diperiksa secara berbaring. MRI akan dioperasikan
melalui komputer yang berada di ruangan terpisah demi menghindari medan magnet dari
mesin pemindai.
Anda dapat berkomunikasi dengan petugas medis yang mengoperasikan alat MRI melalui
interkom dan mereka akan memantau Anda melalui sebuah monitor televisi.
Selama dilakukan pemeriksaan, alat MRI akan mengeluarkan bunyi yang keras saat
menghasilkan arus listrik yang dihasilkan kumparan pemindai. Mengenakan penyumbat
telinga atau headphone dengan musik, dapat membantu meredam suara.
Hindari bergerak dan upayakan untuk tetap diam selama pemindaian MRI berlangsung,
sekitar 15 hingga 90 menit. Durasi tersebut tergantung area tubuh yang diperiksa dan
seberapa banyak gambar yang dibutuhkan.
Pada pemeriksaan MRI khusus untuk menilai fungsi otak, Anda mungkin akan diminta
melakukan hal tertentu. Misalnya, menekan ibu jari ke arah jari-jari tangan lain, menggosok
kertas amplas, atau menjawab pertanyaan sederhana. Tujuannya membantu mengetahui
bagian otak mana yang mengendalikan tindakan tersebut.
Apabila tidak menggunakan obat penenang, setelah selesai menjalani proses pemindaian,
Anda dapat segera kembali beraktivitas. Meski pemindaian MRI tergolong aman dengan
risiko yang kecil, sebagian orang sebaiknya mempertimbangkan kembali penggunaannya.
Selalu konsultasikan kepada dokter mengenai perlu atau tidaknya Anda menjalani
pemeriksaan MRI di rumah sakit.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini
karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume
plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume
plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah
sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat,
Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil,
sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi
darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi
sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien
rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari
sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi
khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu
berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi
serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan.
Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih
40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan
lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula
sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan
memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat
penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
a) Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
b) Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket)
semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.
Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung
pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos
atau mengandung antikoagulan.
c) Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup
rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar
kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
d) Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain.
Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada
formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
http://joesrhan.blogspot.com/2012/02/makalah-pemerisaan-diagnostik.html?m=1
https://www.alodokter.com/usg-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.haibunda.com/kehamilan/20190715180218-49-48813/5-langkah-membaca-
hasil-usg-yang-bisa-bunda-pelajari
https://www.alodokter.com/foto-rontgen-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.alodokter.com/mammografi-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.alodokter.com/endoskopi-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.alodokter.com/kolonoskopi-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.alodokter.com/elektrokardiografi-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.halodoc.com/kesehatan/ct-scan
https://www.academia.edu/11154254/Persiapan_Untuk_Pemeriksaan_Diagnostik
https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/pemeriksaan-lab-dan-diagnostik-60782186
https://www.alodokter.com/hitung-darah-lengkap-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://id.scribd.com/doc/220445192/Pengambilan-Sampel-Sputum
https://www.alodokter.com/tes-urine-bisa-dilakukan-untuk-beberapa-hal-ini
https://www.halodoc.com/apa-itu-pemeriksaan-darah-lengkap