Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan
untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan
memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen di rumah
sakit (Muninjaya, 2014).
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang
menyediakan pelayanan jasa kesehatan seringkali menimbulkan
tekanan psikologis dan ekonmi bagi konsumennya. Rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat (WHO, 2012). Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik
(Suryanto, 2017).
Salah satu tujuan pelayanan asuhan keperawatan adalah
memelihara kesehatan. Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan (WHO, 2012). Sejalan dengan WHO
pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960,
Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan
(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan
bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang-
Undang N0. 23 Tahun 1992, dimensi kesehatan mencakup 4 aspek,
yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes,
2013).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Menurut UU No. 38 tahun 2014, perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di
dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Perawat
merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Perawat dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan
yakni memberikan asuhan keperawatan langsung pada pasien
(Pemerintah Republik Indonesia, 2014 : WHO, 2013).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
di rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus
direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini
perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa
depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya
dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga
perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi
dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas (Jefferson,
2012).
Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar dapat
menjadikan kepuasan pasien yang tergantung pada kualitas
pelayanan. Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan karyawan
untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan
diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baiuk oleh pasien, ditentukan
oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi
kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang
pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga
termasuk lamanya waktu pelayanan) (Marquis, 2009).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama
kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan
dibentuk berdasarkan lima prinsip service quality yaitu kecepatan,
ketepatan, keramahan dan kenyamanan pelayanan. Dan pelayanan
tersebut harus dikelola secara professional melalui manajemen
keperawatan (Nursalam, 2011).
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah semua
upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa
yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan oleh
kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan
menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima dengan manajemen
keperawatan (Perry & Potter, 2009).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik pada
pasien, keluarga, dan masyarakat. Manajemen keperawatan
meruapakan hal yang sangat penting dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit. Karena hampir semua kegiatan pelayanan asuhan
keperawatan di pengaruhi oleh manajemen (Triwibowo, 2013).
Manajemen keperawatan di aplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di rumah sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana
konsep dan aplikasinya. Salah satu metode dalam aplikasi pelayanan
yang bermutu adalah dengan metode SP2KP (Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Professional). SP2KP adalah sistem
pemberian pelayanan keperawatan proffesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Proffesional).
Dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat
primer (PP) dan perawat associate (PA) serta tenaga kesehatan
lainnya (Perry & Potter, 2009).
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan,
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat terlaksana, rumah sakit perlu
didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh
sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial yang tangguh yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara,
Untuk mewujudkan hal tersebut perawat dituntut mempunyai pengetahuan, teori dan
konsep yang mendasari keterampilan manajerial. Salah satu cara untuk meningkatkan
keterampilan manegerial yang handal selain didapatkan dibangku kuliah, harus melalui
pembelajaran, praktikan dilahan praktek diruang HCCU RS.X.
Berdasarkan pengkajian primer yang kami dapatkan secara singkat Ruang HCCU
RS.Xini merupakan ruang perawatan anak, terdapat beberapa masalah yang ditemukan
yaitu : belum terlaksananya mencuci tangan berdasarkan 5 moment, pelaksanaan
handover yang belum optimal. Serta kurangnya kepatuhan perawat dalam pemberian
obat IV bolus dan oral sesuai SOP. Melihat adanya beberapa masalah yang ditemukan
maka perlu diperbaiki dan dikelola secara manajemen keperawatan.
Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang dituntut
untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan managerialnya di ruang HCCU
RS.XRS Muhammadiyah Palembang. Salah satu cara untuk meningkatkan
keterampilan managerial yang handal selain didapatkan di bangku kuliah, harus melalui
pembelajaran, praktikum dilahan praktek di ruang HCCU RS.X. Dengan arahan dari
pembimbing lapangan, kerjasama ruangan, dan bidang keperawatan maupun dari
pembimbing akademik secara intensif diharapkan kami mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruangan keperawatan dengan pendekatan proses
manajemen dan membantu meningkatkan mutu dan kualitas dalam pelayanan di Ruang
HCCU RS.XRumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manajemen Keperawatan selama 2 minggu dimulai
dari 16 Maret s/d 27 Maret 2020 di Ruang HCCU RS.X mahasiswa mampu
memahami Manajemen Keperawatan baik pengelolaan sarana maupun kegiatan
keperawatan dalam tatanan klinik.

2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu, mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan
dalam hal :
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di Ruang HCCU RS.X
b. Mengidentifikasi, menganalisis data dan memprioritaskan masalah di Ruang
HCCU RS.X
c. Mampu melaksanakan POA
d. Mampu membuat analisis SWOT
e. Mampu melakukan pengorganisasian dengan konsep manajemen keperawatan di
Ruang HCCU RS.X
f. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruang rawat inap dan
memilih serta menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam mempengaruhi
orang lain untuk pencapaian tujuan praktek manajemen keperawatan di Ruang
HCCU RS.X
g. Melaksanakan role play berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana secara bergantian

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Oleh Mahasiswa Pendidikan
Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang dilaksanakan di Ruang HCCU RS.X
dari tanggal 16 Maret s/d 27 Maret 2020.

D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan Mahasiswa Program
Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang terdiri dari 6 mahasiswa yaitu:
a. Defri Hs, S.Kep
b. Windhi Pratama, S.Kep
c. Saidatur Rahma, S.Kep
d. Siti Mariatul Fadilah, S.Kep
e. Siti Maskanah, S.Kep
f. Tiara Imelda, S.Kep
2. Pembimbing
Pembimbing terdiri dari pembimbing akademik dan pembimbing lapangan
a. Pembimbing Akademik, yaitu :
Imardiani, S.Kep.,Ns.,M. Kep

E. Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan metode kuesioner, observasi,
dan wawancara.
1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengobervasi secara langsung seluruh kegiatan
yang ada diruangan.
2. Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara
lisan kepada narasumber seperti kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana, pasien
serta keluarga pasien.
3. Study dokumen yaitu pengambilan data dari rekam medik. Kepala Ruangan.

F. Kategori Penilaian
Berdasarkan kesepakatan kelompok, penilaian untuk hasil instrument dikategorikan
menjadi 4 yaitu, sebagai berikut :
1. Sangat Baik : 76 – 100 %
2. Baik : 51 – 75 %
3. Cukup : 26 – 50 %
4. Buruk : 1 – 25 %
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
A. GAMBARAN UMUM RS X
B. UNSUR DAN ANALISIS INPUT
1. Row Input
a. Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya
menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti
pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Wilhamda, 2012).
Total pasien di ruang HCCU RS.X pada bulan Januari S.d Maret 2020
adalah 40 orang.
Distribusi Pasien Berdasarkan Kasus periode Januari s.d Maret 2020
No Jenis penyakit Jumlah
1. CAD Stemi 16
2. CAD Stemi post PTCA 7
3. Post CABG 2
4. Shock Cardiogenik 1
5. CHD 3
6. TAVB 1
7. Post premary PTCA 3
8. CAD Nstemi 3
9. Efusi Pericard 1
10 AF 3
.
JUMLAH 40
Sumber : Data Primer Ruang HCCU Tahun 2020
Dari data tabel dapat dilihat bahwa dari 40 kasus yang terjadi sebagian
besar berasal dari penyakit CAD Stemi 16 dan data yang terkecil adalah
penyakit Shock Cardiogenik, TAVB, Efusi Pericard sebanyak 1 orang.

b. Peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal atau pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hasil data primer ruangan HCCU RS.X , Spesifik pelayanan
ruang HCCU adalah tempat pendidikan, praktek dan penelitian bagi calon
dokter spesialis,calon dokter umum, calon perawat DIII, calon perawat DIV,
calon ners, dan calon ahli gizi.
Tabel mahasiswa praktik di ruang HCCU RS.X
No Nama institusi Jumlah
1. PSIK UNSRI 12
2. AKPER KESDAM II/ SRIWIJAYA 10
3. AKPER MITRA ADIGUNA 12
4. STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG 15
Jumlah 49

2. Instrumental Input
a. MAN (Sumber Daya Manusia)
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan secara
professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan biologis,
psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukkan pada individu, keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2002). Menurut UU no 38 tahun 2014, perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam
maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pendekatan perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan
Berdasarkan hasil data di ruangan HCCU RS.Xdidapatkan jumlah tenaga
pelaksanaan diruang HCCU RS.X berjumlah 10 orang. Dengan perincian 1
orang Kepala Ruangan, 1 orang Ketua Tim, 8 orang perawat pelaksana.
Dari 10 tenaga perawat yang ada, dilakukan dalam 1 kelompok tim, yang
pelaksanaanya sudah ditentukan oleh Kepala Ruang. Perawat di HCCU RS.X
dibagi menjadi 3 shift jaga, yaitu :
1) Karu : 1 Orang
2) Katim : 1 Orang
3) Shift Pagi : 4 Orang
4) Shift Sore : 2 Orang
5) Shift Malam : 2 Orang
6) Libur Lepas Malam: 1 Orang
7) Cuti : 1 Orang

Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap adalah
Kepala ruangan, Ketua Tim serta perawat lain sesuai jadwal shift. Pendekatan
dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di HCCU RS.X adalah sebagai
berikut :

1) Model Pendekatan dalam Perhitungan Kebutuhan Tenaga


Keperawatan
Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat dilakukan dalam
perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah:
a) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut Depkes RI:
Loss day
Loss Day- = Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besarxjumlah perawat

- Jumlah hari kerja efektif

Non Nursing Job


Non Nursing Job= (jumlah tenaga keperawatan + loss day ) 25

100

 Berdasarkan tingkat ketergantungan rata – rata jumlah jam perawatan


 Askep minimal 2 jam
 Askep sedang 3,08 jam
 Askep agak berat 4,15 jam
 Askep maksimal 6,16 jam

b) Berdasarkan rumus Douglas


Douglas (1984, dalam Minetti Huchinson, 1994) menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 1 unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar /shift nya, yaitu sebagai berikut:

Tabel
Standar Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas

Tingkat Jumlah Kebutuhan Perawat


Ketergantungan Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Parsial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20
Sumber: Nursalam, 2011

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap


keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam atau 24


jam, dengan kriteria :
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam atau 24 jam dengan
kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley catheter/intake output dicatat
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
c) Perawatan maksimal atau atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam /
24 jam dengan kriteria :
- Segalanya diberikan / dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
- Pemakaian suction
- Gelisah / disorientasi

 Menurut Gillies (1982)


Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut :
Tenaga Perawat = Jumlah jam perawatan yg dibutuhkan/ tahun

Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari


2) Kajian Data
Be dasarkan hasil data di ruangan didapatkan jumlah tenaga medis di
ruang HCCU RS.X terdiri dari 1 Kepala ruangan , 1 Ketua tim, dan 8 orang
perawat pelaksana dan dibagi menjadi 3 shift jaga yaitu :
- Shift pagi : 07.30 - 14.30 WIB
- Shift sore : 14.00 - 19.30 WIB
- Shift malam : 19.00 - 08:00 WIB
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat Ruang
HCCU RS.X adalah sebagai berikut :
a) Menurut Gillies
Jumlah tenaga perawat untuk ruang perawatan HCCU RS.X dengan
jumlah tempat tidur adalah 8 TT dapat dihitung dengan BOR rata-rata
dari 1 tahun terakhir adalah 75 %, sebagai berikut:
Berdasarkan Rumus Gillies adalah:
Ruang Perawatan Bedah Kelas III
Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365

(365 – C) x jam kerja/hari

Keterangan:
A: Jam efektif / 24 Jam = 4 Jam
B: Sensus harian BOR x TT = 75% x 8
C: jumlah hari libur (52 hari), 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun

Untuk Ruang Perawatan HCCU RS.X dengan jumlah tempat tidur 8,


BOR rata-rata bulan per Januari sampai dengan Maret 2020 = 75 %.
Maka tenaga keperawatan:

4 x (75% x 8) x 365 = 4 Perawat

(365-52) x 6

Jadi jumlah tenaga perawat ruang Perawatan HCCU RS.XRS


Muhammadiyah Palembang menurut Gillies (1982) adalah 4 orang.

Tabel
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Perawatan
HCCU RS.X April 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah tenaga Keterangan
penyedian yang yang ada saat
tenaga kerja dibutuhkan/hari ini

Gillies 4 orang 10 orang Cukup

Sumber : Hasil observasi mahasiswa profesi Ners STIKES MP 2020

Analisis:

Berdasarkan hasil dari tabel 2.5 di atas, dpat di ketahui


perhitungan tenaga perawat yang telah dilakukan dengan
menggunkan formula gillies menunjukkan bahwa jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 4 orang sesuai dengan jumlah
perawat yang bertugas diruangan 4 orang, jadi dari hasil perhitungan
dan kenyataan dalam ruangan tidak ada masalah di ketenagaan.

b) Menurut Rumus Depkes RI 2005


Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan rumus ini
berdasarkan observasi pada tanggal 1-3 April 2020 berjumlah :
Hasil pengamatan kasusu pasien Tanggal 1-3 April 2020
No Jenis penyakit Jumlah
1. CAD Stemi 5
2. Post CABG 2
3. BT Shunt a.i TOF 1
Jumlah 8
Sumber : Data Primer Ruang HCCU Tahun 2020
Jumlah jam perawatan/ hari = jumlah klien x rata-rata perawatan
= 15 x 4 jam = 60 Jam

 Kebutuhan Tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari

Jam efektif perawat


= 60 : 7
= 8,5 Jadi 8 orang
 Loss Day

( jumlah hari minggu dalam1 tahun+ cuti+hari besar ) x jumlah perawat


Lossday=
Jumlahhari kerja efektif
( 52+12+10 ) x 20
= (52+6+ 13) x 8
286
313
= 355/313 = 1,8 jadi 2 orang

 Non Nursing Job


Jumlah klien+lossday x 25
non nursing job=
100

= 8 + 2 x 25
14+ 4 x 25
100nonnursingjob=
100
= 2,5 jadi 2 orang

 Faktor koreksi = loss day + non nursing job


=2+2=4

 Jumlah kebutuhan tenaga


jumlah Tenaga=kebutuhantenaga +faktor resiko
=8+4
= 12 perawat
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruangan Perawatan Rasyid
Thalid adalah 12 orang.

Tabel
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Perawatan
HCCU RS.X Periode 1-3 April 2020
Rumus Penyediaan Jumlah tenaga yang Jumlah tenaga yang Keterangan
Tenaga Kerja dibutuhkan/hari ada saat ini
Depkes RI 12 10 Kurang 2
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP Tahun 2020
3) Penghitungan Tenaga Menurut Douglas (1984)
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas berdasarkan
tingkat ketergantungan adalah sebagai berikut, berdasarkan hasil observasi
yang telah dilakukan diruang HCCU RS.X analisa jumlah tenaga kerja
diruangan didapatkan hasil seperti tabel
Tabel
Kebutuhan Tenaga Ruangan Berdasarkan Klasifikasi Derajat
Ketergantungan Pasien Periode 1-3 April 2020
Klasifikasi pasien F Presentase
Minimal Care 0 0
Intermediate 6 75
Total care 2 25
Jumlah 8 100
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020
Analisis
Dari data tabel 2.7 didapatkan hasil bahwa rata-rata pasien yang
memerlukan bantuan intermediate/ partial yaitu sebanyak 6 orang, yang
dan yang memerlukan bantuan total sebanyak 2 orang.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan selama 3 hari dari 1-3
April 2020 perhitungan tenaga perawat diruang HCCU RS.X dapat dilihat
tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8
Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas
di Ruang HCCU RS.X Periode 1-3 April 2020
Klasifikasi Shift Dinas
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x 0 = 0 0,14 x 0 = 0 0,07 x 0 = 0
Parsial 0,27 x 6 = 1,62 0,15 x 6 = 0,9 0,10 x 6 = 0,6
Total 0,36 x 2 = 0,72 0,30 x 2 = 0,6 0,20 x 2 = 0,4
Jumlah 2,34 (2) 1,5 (1) 1 (1)
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020
Jumlah perawat pagi yang dibutuhkan adalah 2 orang
Jumlah perawat siang yang dibutuhkan 1 orang
Jumlah perawat malam yang dibutuhkan 1 orang
Total perawat yang dibutuhkan dari 3 shift adalah 4 orang
Analisis:
Dari tabel 2.8 di atas Menurut perhitungan douglas yang
dibutuhkan tidak sesuai dengan ketergantungan pasien, tenaga perawat
yang dibutuhkan oleh ruangan HCCU RS.X . Karena jumlah tenaga
perawat diruang HCCU adalah 8 orang ditambah 1 orang karu dan 1
orang katim , jadi totalnya 10 orang . berdasarkan 3 perhitungan tenaga
perawat diatas dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini :
Tabel 2.9
Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang HCCU RS.X
Hasil
Metode Tersedia Keterangan
perhitungan
Gillies 4 10 Sesuai
Depkes RI 12 10 Tidak Sesuai
Douglas 4 10 Lebih
Sumber : Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP Tahun 2020

4) Jumlah Perawat Menurut Jenjang Pendidikan


a) Status Kepegawaian
Tabel 2.10
Jumlah dan Status Kepegawaian di Ruang HCCU RS.X Periode Tahun 2020
No Nama Usi Jenis Jebatan Pendid Masa Status
a)
a kel. ikan kerja kepegawaian
1. Nurhayati 45 P Ka. Ruangan S2 22 PNS
Kep
2. Rika 45 P Wk. Ruangan S1 26 PNS
Kep
3. Siti Rahayu 49 P Staf Akper 27 PNS
Keperawatan
4. Yudi 36 L Staf S1 12 PNS
Keperawatan Kep
5. Nena Ratini 36 P Staf Akper 12 PNS
Keperawatan
6. Krisna 35 L Staf S1 8 PNS
Keperawatan Kep
7. Sadiqi 39 L Staf Akper 10 PNS
Keperawatan
8. Samosir 38 P Staf S1 9 PNS
Keperawatan Kep
9. Sarah 40 P Staf Akper 9 PNS
Keperawatan
10. Yusuf 37 L Staf Akper 9 PNS
Keperawatan
Status Kepegawaian
Tabel
Kualifikasi Status Kepegawaian Tenaga Kesehatan
Di Ruang HCCU RS.X
No Status Kepegawaian Jumlah %
1 Pegawai tetap 10 100
2 Pegawai kontrak 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dari presentase
jumlah pegawai tetap 10 orang (100%) dan pegawai kontrak 0 (0%).
b) Pendidikan Formal
Tabel
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Kesehatan
Di Ruang HCCU RS.X
No Jenis Pendidikan Jumlah %
1 DIII Keperawatan 5 58,7
2 S1 Keperawatan 4 39, 5
4 S2 Keperawatan 1 1,8
Jumlah 10 100
Sumber: Arsip Ruang HCCU RS.X RSMP Tahun 2020
Berdasarkan tabel 2.12 dapat diketahui bahwa dari presentase jumlah
keseluruhan perawat diruang HCCU Perawat yang jenjang pendidikan DIII
Keperawatan berjumlah 5 orang (58,7%), S1 Keperawatan 4 orang (39,5%), , dan
S2 Keperawatan 1 orang (1,8%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat diruang
HCCU sudah mengalami kemajuan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi.Serta jumlah kepegawaian dengan status pegawai tetap
sebanyak (100%), dengan status kepegawaian yang dimiliki tidak menjadi
masalah dan menghambat kinerja perawat.

5) Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis Keperawatan


Tabel
Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis di Ruang HCCU
No Pelatihan Sudah Belum
1. BHD 9 1
3. PPGD Basic II 8 2
4. Standar Asuhan Keperawatan 2 8
5. Basic KD 3 7
6. Manajemen Bangsal 1 9
7. Back Training dan Pencegahan 1 9
8. Komplikasi Tirah Baring Lama 1 9
9. Assesor Kompetensi 1 9
Keterampilan komunikasi
10. Pelatihan PPIRS 2 8
11. Pelatihan Pasien Safety 10 0
12. Pelatihan Paliatif 2 8
13. Keterampilan komunikasi 2 8
14. Pelatihan K3RS 1 9
Sumber : Data Primer Ruang HCCU RS.X
Berdasarkan tabel diatas rata-rata perawat diruang HCCU pernah
mengikuti beberapa pelatihan. Pelatihan dan seminar yang telah dilakukan
tidak lain untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan,
dimana semakin banyak pelatihan yang diikuti maka akan semakin banyak
ilmu yang didapatkan sehingga bisa berbagi dengan perawat lain sebagai
pembelajaran dan meningkatkan kualitas karena kualitas seseorang tidak
hanya dilihat dari data pendidikannya saja.
b. Money
1) Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan asli daerah
adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
memberikan pelayanan kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.

Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan


dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang harus diperbaiiki
agar dapat memberikan data dan informasi yang mendukung para manajer
Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta
pengendalian kegiatan rumah sakit.

2) Kajian Data

Berdasarkan hasil pengkajian RS.X merupakan rumah sakit swasta,


yang pembiayaannya bersumber dari BPJS dan pasien umum.

c. Material
1) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta
pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas (Depkes, 2011).
2) Kajian Data
a) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah,
jenis, dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai
untuk mencapai pelayanan keperawatan.
Tabel 2.14
Standar Alat Tenun di Ruang HCCU
No Nama Barang Jml Akhir
1 Baju tindakan 40
2 Masker kain 14
3 Handuk kecil 300
4 Stik laken 60
5 Selimut woll 30
6 Selimut GMO 20
7 Spre VIP 80
8 Spre GMO 50
9 Sarung bantal 70
10 Sarung guling 70
11 Sarban 70
12 Perlak 10
13 Sarung insrument 20
14 Bantal dan guling 28

b) Alat Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi jumlah,
jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan yang
memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan

Tabel Standar Alat Kesehatan di Ruang HCCU


No Jenis Alat Kesehatan Jumlah
1 Central monitor 1
2 Bedside monitor 8
3 Elektrokardografi 2
4 Echokardografi 1
5 Continuos suction portable 1
6 Continuos suction wall 8
7 Film viewer walltype (1 film) 1
8 Film viewer walltype (2 film) 1
9 Temporary Pace Maker (TPM) 3
10 Air Matras 8
11 Laryngoscope 2
12 Ventilator 4
13 Defribrator 2
14 Nebulizer 1
15 Syringe pump 17
16 Infuse pump 14
17 Emergency cart 1
18 Pispot 2
19 Gliserin spuit -
20 Gelas ukuran 1 L/0,5L 3
21 Urinal 6
22 Sputum pot 2
23 Manometer O2 dinding 8
24 Manometer O2 portable 3
25 Kunci inggris 1
26 Tabung O2 4
27 Tensi meter portable 11
28 Stetoskop dewasa 8
29 Thermometer 6
30 Timbangan BB 1
31 Pengukuran tinggi badan 1
32 Reflek hammer 3
33 Tong spatel 1
34 Manset dewasa 10
35 Dressing card 2
36 Buli-buli panas 4
37 Escap -
38 Escrag -
39 Windring -
40 Standar infus 6
41 Tromol besar 1
42 Tromol sedang 3
43 Tromol kecil 1
44 BVM 6
45 Oximetri portable 1
46 Manset elektroda EKG 8
47 Pump EKG 12
48 Tourniquet 8
49 Meteran tinggi badan 1
50 Modul temp 17
51 Modul EKG 14
52 Kabel EKG 12
53 Kabel EKG portable 1
54 Mayo 6
55 Bak instrumen besar 12
56 Bak instrumen sedang 15
57 Bak instrumen kecil 9
58 Korentang 8
59 Klem bengkok 13
60 Klem lurus 26
61 Klem kain 4
62 Guntung jaringan 10
63 Gunting jaringan bengkok 1
64 Gunting verband 12
65 Gunting benang 5
66 Gunting Up Hecting 2
67 Scapel 23
68 Pinset anatomis 10
69 Pinset cirurgis 19
70 Bengkok stainless 17
71 Bengkok plastic 3
72 Kom besar 1
73 Kom sedang 10
74 Kom kecil 6
75 Kom besar dengan tutup 8
76 Surgical instrument 8 kit, masing2 8
berisi:
77 Pinset anatomis 1
78 Pinset cirurgis 1
79 Gunting jaringan 1
80 Gunting benang 1
81 Klem lurus 2
82 Klem bengkok 2
83 Hag Autoclavable 1
84 Scapel 1
85 Nalh Fuder 1
86 Tempat korentang 2

c) Alat rumah tangga


Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi jumlah, jenis,
spesifikasi menjamin tersedianya alat rumah tangga yang memadai untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan
Tabel alat rumah tanggan dan meleber

No Nama Barang Jumlah


1 Meja kerja 6
2 Kursi Meja 10
3 Kursi lipat 2
4 Kursi tunggu pasien 10
5 Kursi tunggu 5
6 Meja computer 1
7 Almari dokumen 2
8 Almari linen 3
9 Etalase kaca 1
10 Loker karyawan 1
11 Bed pasien 18
12 Almari pasien VIP 10
13 Almari pasien GMO 8
14 Sofa VIP 11
15 Troli besar 1
16 Troli kecil 3
17 Filing cabinet 2
18 Tempat sampah infeksius 2
19 Tempat sampah non infeksius 6
20 Ember besar 15
21 Gayung 20
22 Rak jemuran 10
23 Rak tempat sepatu 17
24 Troli Status 2
25 Baskom 18
d. Machine
1) Kajian Data
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau
mengubah energi untuk melakukan membantu pelaksanaan tugas manusia.
Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim energi
yang telah diubah menjadi sebuah keluaran yang melakukan tugas yang telah
di setel, machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

2) Kajian Data
Tabel inventaris alat listrik
No Nama Barang Jumlah
1 Pesawat telephone 1
2 Computer set 2
3 Televisi 4
4 Kulkas 2 pintu 1
5 Kulkas kecil 3
6 Kipas angin 5
dinding
7 Kipas angin 2
standing
8 AC 12
Analisa
Berdasarkan tabel di atas invertaris mesin banyak dalam kondisi baik dan
dapat berfungsi baik.
e. Method
1) Standar Asuhan Keperawatan
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu tingkat kinerja
yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang diterima, adekuat,
memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang
digunakan sebagai pembanding. Sedangkan menurut Schroeder (2007)
standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf
atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk
dapat diterima sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan keperawatan yang
kompeten seperti yang diperlihatkan oleh proses keperawatan yang
mencakup semua tindakan penting yang dilakukan oleh perawat dalam
memberikan perawatan dan membentuk dasar pengambilan keputusan klinik
(Retnariska, 2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh
Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan, data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian
keperawatan meliputi kumpulan data yang harus menggunakan format
yang baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual dan valid.
b) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma kehidupan
pasien, dan diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien dan komponennya terdiri
dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan
keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secaramaksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.

e) Standar V evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien dan menilai hasil dari setiap
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.

f) Standar VI dokumentasi keperawatan


Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan
sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat, menggunakan formulir
yang baku, dan disimpan sesuai peraturan yang berlaku
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang HCCU
RS.X mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan dan SAK
( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur tetap keperawatan di Ruang
HCCU mengacu pada prosedur tetap yang diterbitkan oleh Rumah Sakit X.
Standar ini diperlukan untuk menentukan mutu pelayanan, bagaimana
kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-kegiatan
tersebut dikerjakan.

2) Standar Operasional Prosedur


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang HCCU RS.X,
mempunyai standar operasional prosedur, seperti SOP Timbang Terima Antar
Shift, Komunikasi Terapeutik.
A. PROSES

1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan


Profesional (Instrumen A)
a. Kajian Teori
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara tersirat
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang mencakup sub sistem
pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat (Depkes RI, 2009).
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan, dimana
selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan
tersebut merupakan dampak dari perubahan kependudukan dimana masyarakat
semakin berkembang yaitu lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum,
serta menuntut dan semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan
keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk
mengatasi perubahan tersebut maka sistem pelayanan keperawatan harus dituntut
profesional (Kuntoro, 2010).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional)
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP)
dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional adalah kegiatan
pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah sakit. SP2KP
ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat yang
dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
professional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik
dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
diatur seara professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat
humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada
standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntutan utama. Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat (Nursalam,
2011).

1) Kepala ruangan
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang melakukan kegiatan
manajemen.Manajer dalam manajemen keperawatan terdapat beberapa tingkat
dimana kepala ruangan merupakan firstline manajer dikatakan sebagai
manajer operasional yang merupakan pemimpin langsung mengelola sumber
daya di unit perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati, 2014).
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan profesional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Hutahaen, 2009).
Bagi perawat diruang rawat inap, kepala ruangan adalah pemimpin yang
dapat menggerakkan perawatnya untuk dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik (Mulyono, 2013).
Peranan kepala ruangan sangat penting dalam menentukan kualitas
pelayanan keperawatan di ruangan.Salah satu peran manajer ruangan dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya pada manajemen pelayanan
keperawatan adalah fungsi pengarahan. Pengarahan atau koordinasi
merupakan fungsi manajerial untuk mengarahkan staf dalam melaksanakan
tugas yang telah direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana yang
memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik,
memfasilitasi kolaborasi, pendelegasian, dan supervisi (Marquis & Huston,
2010).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan baik maka
kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan manajerial dan kemampuan
profesional dalam mengatur terlaksananya pelayanan perawatan dimana
manajer atau kepala ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan
untuk pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi manajemen Arwani & Supriyatno (2006).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari kepala ruang
juga meliputikomponen-komponen yang sama yaitu planning, organizing,
actuating dan contolingterhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi (Grant dan Massey dalam Nursalam, 2009).
Tugas pokok kepala ruangan adalah mengawasi dan mengendalikan
kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah
tanggung jawabnya. Adapun fungsi manajemen keperawatan kepala ruangan
adalah:
a) Perencanaan (Planning)
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi
danpersiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan,program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang berlaku
(bulanan, mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yang bekerja di ruang rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan
optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah
pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga dalam
batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan
benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.

c) Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer.

d) Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3) bagi pelaksana keperawatan
dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk berbagai kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan
sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan
serta obat–obatan secara efektif dan efisien, mengawasi pelaksanaan
sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta
mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

2) Perawat Primer
Perawat primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan
dilakukan oleh perawat primer yang bertanggungjawab selama 24 jam terus
menerus terhadap beberapa pasien, selama pasien dirawat dampai pasien
pulang. Ketika perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan
asuhan sesuai rencana (Gilies, 2009).
Karakteristik Perawat Primer
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
b) Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan
profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan, semua ini
ada ditangan perawat primer.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
Keuntungan Keperawatan Primer
a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b) Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau
mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien dan
kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian riwayat dan
fisik, mengembangkan rencana perawatan, dan melaksanakannya sebagai
kesatuan antara pasien dan pekerja kesehatan lain.
d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang
akan memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.
e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan pasien
langsung.
g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional: untuk menghadapi masalah staf dan penugasan dan
memotivasi serta mendukung staf
Kerugian Keperawatan Primer
Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf menjadi RN, yang
meningkatkan pengaturan staf dan biaya. Sebagai contoh, uang dihemat bila
tugas bukan keperawatan dilakukan oleh kategori personel lain dan tidak
diambil alih oleh RN.
Kelebihan Keperawatan Primer
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
pertanggungjawaban yang jelas.
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
f) Lebih mencerminkan.
g) Menurunkan dana perawatan
Kekurangan Keperawatan Primer

a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional


b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehtan maupun
kedokteran.
d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

3) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan langsung pada klien.
Uraian tugas perawat pelaksana adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
1. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
2. Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan rencana
3. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
4. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien
pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab:
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
4) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual klien
5) Memelihara klien dan lingkungan
6) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman,nyaman dan
ketenangan
7) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
c) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
d) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
e) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
f) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian atau formulir
3) Rujukanharian atau formulir
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan menurut fungsinya
supaya siap pakai
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan, kenyamanan, dan
keindahan ruangan
i) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas
j) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan
l) Membuat laporan harian klien

4) Meeting Morning
a) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum dimulainya operan
tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
b) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan komunikasi)
Kebijakan :
1) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada kaitannya
dengan pelayanan keperawatan agar tercapai dalam memberikan askep
yang optimal dan tepat
2) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu pelaksana kurang
lebih 15 menit
3) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi, pramusaji, tenaga,
administrasi ruang dan house keeping
c) Prosedur
1. Persiapan
1) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai kegiatan-
kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
2) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning meeting
3) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
4) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga pagi dan
malam
2. Pelaksanaan
1) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan doa bersama
2) Spiritual corner (membacabassmallah dan Quran)
3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan keyakinan
dasar) dibacakan oleh salah satu peserta ditirukan oleh semua
peserta meeting morning
4) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf dengan materi
yang telah disiapkan sebelumnya
5) Karu melakukan klasrifikasi apa yang telah disampaikan kepada
staf
6) Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan
7) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat
di tempuh
8) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
3. Penutup
a) Karu menutup meeting morning
b) Karu dan peserta meeting morning menandatangani notulensi
c) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga
Indikator SP2KP indikator pelayanan manajerial pelayanan
keperawatan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pelayanan keperawatan
2013 RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan kepmenkes Nomor 836
tahun 2005 dan modul pelatihan SP2KP meliputi Pre-onferene dan Post-
onferene.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 1-3 April 2020
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.20
Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang HCCU RS.X Periode 16-17 Maret 2020
N= 8
NO Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
1. Karu menyiapkan tempat untuk melakukan
4 4
meeting morning.
2. Karu membuka meeting morning dilanjutkan
8 0
dengan doa bersama
3. Karu memberikan informasi dan arahan kepada 8 0
staff serta melakukan klarifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staff.
4. Memberikan kesempatan staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di 8 0
ruangan.
5. Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
6 2
masalah yang dapat tempuh
6. Karu memberi motivasi dan reinforcement
5 3
kepada staff
7. Karu menutup meeting morning 0 8
8. Karu dan peserta meeting morning
menandatangani notulen, Selanjutnya 0 8
dilanjutkan dengan operan jaga.
Jumlah 39 27
Persentase 60 % 40 %
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan rawat inap
Rasyid Thalib selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa
panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan meeting morning
di ruangan rawat inap Rasyid Thalib sudah ada beberapa point variabel yang
dinilai telah terlaksanakan seperti: karu menyiapakan tempat untuk melakukan
meeting morning, karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan doa
bersama, karu memberikan informasi dan arahan kepada staff serta melakukan
klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff, memberikan kesempatan
staff untuk mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan, bersama-
sama staff mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat di tempuh, karu
memberi motivasi dan reinforcement kepada staff. Sehingga didapatkan hasil
berdasarkan penilaian dalam pelaksanaan kegiatan meeting morning diruang
Rasyid Thalib sebesar 60% dikategorikan cukup.
C. UNSUR DAN ANALISIS PROSES
D. UNSUR DAN ANALISIS OUTPUT

Anda mungkin juga menyukai