Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN BAB I – VIII

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Agama Islam

Disusun Oleh :
Juliyati (5152144005)
(Reguler A)

Dosen Pengampu :
Dra. Nurmayani, M.Ag

PRODI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIMED
2020
Identitas Buku

Judul : Islam Kaffah (Pendidikan Agama Islam Untuk


Perguruan

Tinggi)

Perguruan Tinggi) Edisi : Revisi Cetakan Ketiga

Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED Medan

Penerbit : PERDANA PUBLISHING

Tahun Terbit : Februari 2017

ISBN : 978-602-6462-34-3

RINGKASAN ISI BUKU

BAB I. ALLAH : TUHAN YANG MAHA ESA

A. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Penciptaan Alam Semesta

Di dalam islam kepercayaan kepada pencipta alam semesta dipahami sebagai fitrah
manusia. Sejak masa azali allah telah mempertanyaakn kepada ruh manusia. Karena itu pada
dasar nya manusia di ciptakan sebagai seorang yang bertuhid dan menyerahkan diri kepada
allah. Di dalam surah ar-rum ayat 30 disebutkan Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama allah ( tetaplah atas ) fitrah allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah allah. Itulah agama yang lurus tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui Potensi fitrah akan semakin kuat ketika akal
kecerdasan manusia mendukung nya. Karakter akal yang rasional selalu mendorong agar
manusia mempertanyakan dan menganalisis apa pun yang di pahami nya sebagai sesuatu
yang penting. Masalah keyakinan adalah masalah yang penting di dalam kehidupan karena
itu akal kecerdasan akan mendorong manusia untuk memikirkannya.. usuluddin adalah kajian
tentang asas-asas agama yaitu tentang ketuhanan. Pertanyaan dalam ranah usuluddin itu di
sebut dengan nazar.

B. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama Dan Pedoman Hidup


Pertama, agama ini memiliki kitab suci alquran yang di wahyuhkan allah dan telah teruji
dalam sejarah tentang keautentikannya.

Kedua, sejak era di turunkannya al-quran allah telah menantang manusia dan jin untuk
membuat satu surah saja seperti kualitas al-quran dari segala dimensi nya, tetapi hingga saat
ini tidak ada yang mampu melakukannya. Al-quran memiliki ketinggian redaksi dan
bahasanya yang tidak tertandingi hingga saat ini.

Ketiga dilihat dari keterpaduan kandungan ayat-ayat alquran,dan pemenuhan terhadap


kebutuhan hidaya manusia untuk menata duniawi dan ukhrawi.

BAB II. IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

A. Asas Keimanan Dalam Agama Islam Di Dalam Islam

wujud iman seseorang di asaskan penegakannya kepada rukun iman. Keimanan itu di
wujudkan dalam kepercayaan hati,pengakuan, dan prilakunya sebagaimana yang telah di
jelaskan. Pada tingkatkan perilaku inilah wujud iman tersebut dapat terilihat.

Rukun iman yang dimakdus adalah :

1. Iman kepada allah, tuhan yang menjadikan seluruh alam ini.


2. Iman kepada malaikat allah.
3. Iman kepada kitab-kitab allah, kita-kitab suci yang di turunkan oleh allah terhadap
rasul.
4. Iman kepada rasul-rasul dan nabi-nabi yang diutus allah untuk ,menyampaikan
ajaran-ajarannya kepada umat manusia.
5. Iman akan adanya hari akhirat, yaitu hari pembalasan bagi segala amal perbuatan
manusia di dunia.
6. Iman kepada qadha dan qadhar, yaitu segala ketetapan allah terhadap untung baik
dan buruk yang kita alami di duinia ini berasal dari Allah SWT Iman kepada allah
membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa sedikitpun keraguann akan adanya
allah dan keesaan nya.

Rukun iman keduan adalah percaya kepada malaikat. Seorang mukmin wajib mengakui
dan mengimani adanya malaikat. Mereka adalah malaikat allah yang senantiasa taat kepada
perintahnya dan tidak pernah melakukan maksiat.sebagaimana firman allah syarah at-Tahrim
ayat 6. Artinya : “ malaikat-malaikat tidak mendurhakai allah terhadap apa yang di
perintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkannya. Iman
kepada kitab allah membenarkan bahwa seluruh kitab yang diturunkan itu dating nya dari
allah. Ayat-ayat yang ada di dalam kitab tersebut adalah kalam allah. Di antara nya adalah
kitab taurat, zabur, injil dan al-quran. Iman kepada rasul adalah membanarkan dengan
sesungguhnya bahwa allah mengutus kepada setiap umat ini seorang rasul untuk
membimbing mereka. Tugas utama seorang rasul adalah mengajak manusia untuk
mentauhidkan allah dan menjauhi kesyirikan serta menjalankan syariat yang di bawanya. Di
dalam surah al-quran pada surah an-nisa ayat 150-152 allah berfirman : artinya :
sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada allah dan rasul-rasul nya dan bermaksud
memperbedakan antara allah dan rasul nya.

B. Asas Keislaman Dalam Agama Islam

Sewaktu membicarakan definisi islam, al-maududi menjelaskan : “ Setiap agama di


dunia ini telah di namai setelah pendirinya dari suatu komunitas atau bangsa itu dilahirkan.
Seorang yang beragama islam di sebut muslim. Muslim adalah orang yang menyerahkan diri,
patuh, dan hanya mengabdi kepada Allah Swt. Karena tunduk dan patuh, maka jadilah
seorang Muslim orang yang selamat. Dalam korelasi ini, Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa
ada dua syarat diterimanya amal ibadah seseorang, yaitu dilakukan dengan ikhlas dan sesuai
dengan petunjuk syariat. Jika amal ibadah dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak sesuai dengan
petunjuk Allah dan Rasul-Nya, maka ibadah tersebut tertolak. Telah menajdi keyakinan kaum
muslim bahwa islam adalah agama yang benar yang di ridhai oleh allah. Oleh sebab itu,
agama manapun selain islan tidak terima di sisi allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah
pada surah Ali Imran ayat 19 : Artinya : “ sesungguhnya agama (yang di ridhai) di sisi Allah
hanyalah islam.) Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna mengatur tata cara ibadah,
moralitas, social, ekonomi, kebudayaan, politik, dan hubungan internasional. Oleh sebab itu,
islam tidak mengenal konsep sekularisme dan sekularisasi dalam kehidupan social dan politik

C. Ihsan Dalam Agama Islam

Menurut bahasa, ihsan bersrti berbuat atau melakukan kebaikan. Hal ini sesuai dengan
firman allah pada surah an-Nahl ayat 90: Artinya: sesungguhnya allah menyuruh ( kamu )
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. Hakikat ihsan menurut istilah tersebut mengandung arti
bahwa dalam menyembah allah seseorang harus bersungguh-sungguh, serius, penuh
keiklasan, dan tawaduk.

BAB III. MANUSIA DALAM KONSEPSI ISLAM

A. Mengenal Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk tuhan yang multi dimensi dan kompleks. Sejak peradaban umat
manusia di tulis, ia selalu di jadikan objek kajian yang tidak pernah habis untuk di telaah.
Dalam islam, dideskripkan bahwa allah meciptakan adam berdasarkan kehendak dan
kekuasaan-nya tanpa melalui proses biologis sebagaimana lazimnya manusia-manusia
keturunannya, yakni keterlibatan ayah dan ibu sebagai sebab natural terlahirnya manusia.
Manusia yang menerima wahyu adalah manusia yang terbaik dari jenis manusia itu sendiri
yang di sebut dengan nabi dan rasul. Manusia terbaik inilah yang berhubungan langsung
secara spiritual kepada allah untuk menerima wahyu nya

B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan

Ada beberapa istilah yang terkait dengan dimensi manusia yang di telaah dari perspektif
ini.di mensi-dimensi tersebut saling berhubungan secara fungsional dan substansial dalam
diri manusia itu sendiri. Hal yang terpenting dari sejumlah dimensi itu adalah al-jasad, al-ruh,
al-aql, dan alnafs. Al-jasad dalam bahasa Indonesia di sebut tubuh, badan atau jasad
merupakan salah satu dimensi yang dapat dijelaskan secara saintifik.

Dalam al-quran dijelaskan bahwa manusia berasal dari sperma dan ovum, kemudian
bertahap menjadi darah,daging,tulang-belulang dabn akhirnya menjadi manusia yang utuh
dan memiliki bentuk yang terbaik. Allah berfirman di dalam surah al-mu’minun ayat 12-14:
Artinya : dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari tanah.
Kemudian kami jadikan saripati air mani yang di simpan dalam tempat yang kokoh.
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang lalu tulan belulang
itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain.
Maka maha sucilah allah, pencipta yang paling baik Nafs al-lawwarnah adalah nafsu yang
menyesal di sebabkan keburukan yang dilakukannya di dunia.
Dalam nafsu ini bergumul antara kebaikan dan kejahatan yang saling menghimpit dan
mengalahkan. Eksistensi manusia dengan keragaman dimensi yang dimilikinya merupakan
suatu system yang inheran dan padu, bukan terpisah-pisah yang berakibat terjadinya
dikotominasi dan paradoks.

BAB IV . MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH DI BUMI

A. Martabat Manusia

a) Tujuan Penciptaan Manusia Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah
kepada allah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh allah dalam kitab sucinya yaitu : Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku ( az-
zariyat : 56 ). Ketika tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepadanya, maka
seyogianya ia menjadikan seluruh hidupnya dalam rangka lillahi ta’ala ( hanya untuk allah ).
Adapun yang dimaksud hal ini adalah manusia harus menjalankannya seluruh aspek
kehidupannya sesuai dengan tuntunan syariat yang dibebankan kepadanya. Tuntunan itu
dijalankannya hanya sebagai sebuah pengabdian secara ikhlas kepada-nya berdasarkan rida
dan kehendak-nya.

Ibn Qayyim mengatakan bahwa dalam hal menjalankan ibadah kepada allah sebagai
tujuan hidup manusia, maka ia harus memperhatikan dua hal. Pertama hatinya harus ikhlas
hanya kepada allah dan kedua harus sesuai dengan petunjuk yang diajarkan oleh nabi saw
(sunnah). Zu an-nun al-mishri menjelaskan ada tiga tanda-tanda ikhlas yaitu : “ tanda ikhlas
ada tiga : pujian dan cercaan dari manusia sama saja baginya: melupakan amal yang telah
dilakukannya: hanya mengharap ganjaran amalnya di akhirat.” Sebagaimana yang telah
disebutkan, selain harus ikhlas, ibadah mesti mengikuti tuntunan yang diajarkan oleh nabi
saw. Jika ibadah formal tidak mengikuti tuntunan tersebut maka ia sia sia bahkan bagi orang
orang yang membuat buat ibadah tanpa dalil akan mendapat ancaman api neraka.

B. Tanggung jawab Manusia

a) Tanggung jawab manusia sebagai hamba allah Tanggungjawab utama manusia adalah
menjadikan dirinya dan masyarakatnya tetap berada di dalam tujuan hidup tersebut. b)
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah allah. Pertama kali disebutkan di dalam al quran
surah albaqarah ayat 30. Ayat ini mengandung pesan tentang kedudukan manusia sebagai
pemakmur alam, yang disebut dengan istilah “khalifah di atas muka bumi”. Di dalam surah
shad ayat 26 allah menjelaskan tentang tugas yang harus ditegakkan seorang khalifah. Tugas
utamanya adalah menerapkan kebenaran dalam menetapkan keputusan kepada manusia;
khalifah harus berlaku adil, dan tidak boleh mengikuti hawa nafsunya dalam menjalankan
kepemimpinannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tanggungjawab utama manusia
sebagai khalifah allah adalah untuk mengajak manusia mentauhidkan allah, menegakkan
hukum-hukumnya, keadilan dan memakmurkan bumi.

BAB V. HUKUM DAN ISLAM

A. Menumbuhkan Kesadaran Hukum Allah Hukum Untuk Menaati Allah


a. Kedudukan Hukum Islam
Sesungguhnya, disyari’atkannya hukum allah bagi manusia adalah untuk mengatur
tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun ukhrawi. Fungsi hukum
islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-nisa ayat 105 : sesungguhnya kami telah
menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu dapat n hukum
kepada manusia dengan apa yang telah allah wahyukan kepadamu.

b. Ciri Khas Syari’at Islam

Adapun ciri khas syari’at islam adalah Bersifat menyeluruh, Membentuk adab dan
akhlak yang baik, Merasa di dalam pengawasan allah dan Sesuai setiap waktu dan tempat

c. Tujuan Hukum Islam

Pada dasarnya, tujuan syari’ dalam mensyariatkan ketentuan ketentuan hukum kepada
mukhallaf adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi kehidupan mereka, baik melalui
ketentuan ketentuan yang dharuri, hajiy, ataupun tahsini.

BAB VI. SENI DALAM ISLAM

A. Islam Agama Fitrah

Islam adalah agama realistik, mengetahui dan menyadari kepentingan, tabiat, watak, bakat
dan keinginan manusia sebagai makhluk yang diciptakan memiliki fitrah kejadian dan
instink.
1. Seni budaya Hasil kesenian dan kebudayaan tidak disukai islam yaitu kesenian dan
kebudayaan yang dapat merusak iman dan bertentangan dengan batas kesopanan yang
dapat merusak iman dan bertentangan yang diajarkan islam.
2. Seni suara Islam memperbolehkan mengubah dan melantunkan syair selama kata-kata
dalam syair tersebut tidak membawa manusia kepada kemaksiatan, kedurhakaan, dan
penentangan terhadap syariat islam.
3. Syair dan puisi Pada asalnya syair tidaklah haram dikumandangkan karena ia hanyalah
sebuah gubahan dari keindahan seni bahasa untuk mengungkapkan perasaan. Syair itu
telarang jika mengandung kata kata yang bertentangan dengan syariat. Oleh sebab itu,
syair yang demikian diharamkan oleh syariat. Namun, syair yang tidak memiliki indikasi
yang disebutkan tetep dalam hukum asalnya, yaitu boleh.
4. Seni bangunan Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan spirit
keislaman dari umat islam adalah bangunan masjid tempat peribadatan.
5. Seni lukis, ukir dan pahat. Hikmah Adanya larangan membuat patung-patung dan
lukisanlukisan yang menerupai ciptaan tuhan yang mempunyai ruh adalah agar manusia
tidak kembali kepada penyembahan berhala dan mendewa dewakan manusia atau
sebagainya. Sebab, demikian membawa kepada syirik. Adapun dibolehkan bila dibuat
hanya sekedar untuk permainan dan penghibur bagi anak anak.
B. Tanggung Jawab Seniman

Adapun tanggung jawab seorang seniman adalah dengan seninya tidak akan mengajarkan
kesenian yang justru menentang alllah.

BAB VII. MORAL,ETIKA, DAN AKHLAK

Akhlak merupakan perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski ada yang
mengklasifikasikannya menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela, tapi pada lazimnya akhlak
adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang berakar dari iman. Malah dasar pijakan
akhlak adalah Al Qur’an dan AlSunnah, sehingga perilaku yang tidak berdasar keduanya
tidak ada jaminan sebagai akhlak mulia. Sumber pijakan inilah yang merupakan perbedaan
prinsip dari akhlak dengan etika, budi pekerti, moral dan sebagainya. Etika, moral, budi
pekerti, meskipun dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat masyarakat, tapi di kalangan umat
beragama, perilaku yang terbiasa, dapat disesuaikan dan dijiwai oleh akhlak yang diajarkan
oleh agama.
Karena itu banyak kita temui etika, moral, dan budi pekerti saling mengisi dengan ajaran
akhlak yang dibimbing oleh agama. Mengapa demikian? Karena unsur-unsur akhlak ini
adalah hal-hal yang makruf, yang sudah dimaklumi oleh orang banyak sebagai hal yang baik,
dan bersumber pada sifat dan sikap jiwa yang mulia dan terpuji, seperti : jujur, adil,
bijaksana, berkata benar, ramah, senyum, pemaaf, disiplin, dan sebagainya. Berbicara
masalah akhlak berarti berbicara tentang konsep Al-husn (baik) dan Al-qubh (buruk).

Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik
dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Sedangkan akhlak
yang secara kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah
ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu Tuhan. Secara
terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan yang buruk,
terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir batin.

Secara rinci kajian akhlak meliputi :

a) Pengertian baik dan buruk


b) Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia terhadap manusia
lainnya
c) Menjelaskan tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan
perbuatanperbuatannya
d) Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Sejalan dengan apa yang diungkapkan Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali menyebutkan bahwa
akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

Betapa penting kedudukan akhlak dan Islam. Al Qur’an bukan memuat ayat-ayat yang
secara spesifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang berbicara hokum sekalipun,
dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selaku dikaitkan dengan akhlak atau ajaran moral.
Ayat-ayat yang pangkalnya menjelaskan ketentuan hukum, biasanya ujung ayat
mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat dalam QS. 2 (AlBaqarah) : 183.
Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan melakukan perbuatan-perbuatan
baik. Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan baik (al-akhlaq
al-Mahmudah) dan perbuatan buruk (alakhlaq al-Mazmumah).
Dalam salah satu hadits dinyatakan : “Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong
dan senantiasa berdusta tidak ada faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum. “ (HR.
Tirmizi). Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang jelek,
maka tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan
minum, karena puasanya tak berguna. Hadits lain mennyatakan : “ Puasa bukanlah menahan
diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan diri dari kata-kata sia-sia dan kata-
kata tak sopan; Jika kamu dicaci atau tidak dihargai katakanlah: “Aku berpuasa”. Dengan
demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi menahan diri dari
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan kotor. Contoh lain mengenai
haji sebagaimana disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 197. Ayat diatas begitu jelas
menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji, orang tidak boleh mengeluarkan ucapan-
ucapan yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh
bertengkar. Demikian juga ayat tentang shalat, zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu
dikaitkan dengan pesan-pesan perbaikan akhlak dan moral.

BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGOI DALAM ISLAM

Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan salah satu
pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia. Tanpa terwujudnya
kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar Golongan bangsa Indonesia akan
mudah terancam oleh perpecahan dengan segala akibatnya yang tidak diinginkan. Kerukunan
dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana damai,
tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong
royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila. Agama secara umum
merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh masyarakat menjadi norma
dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui sebagai seperangkat aturan yang
mengatur keberadaan manusia di dunia.

A. Iman, Amal, dan Iptek Sebagai Satu Kesatuan

Didalam sejumlah ayat Alquran menyuru manusia untuk mempersiapkan diri


menyongsong kehidupan akhirat, namun alquran juga menyuru agar manusia mengambil
bagian dalam dunianya. Sejalan dengan itu al-quran berulang kali menyuru manusia untuk
menggunakan pemikiran dan mentaati ayat-ayat qauliyah dan ayat kauniyah.
Alquran al-Kharim merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhamnad Saw yang bersifat
abadi. Ia merupakan sumber hidayah, pengetahuan, teknologi serta sumber kebahagiaan
hidup didunia dan akhirat. Kandungan alquran bersifat universal, mengatur segala aspek
kehidupan manusia, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan penelitian.

B. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu

Dengan perantara ilmu maka dapat dimaklumi segala perkara yang perlu dikaji, menurut
kebutuhan masing-masing. Misalnya seseorang yang ingin majudalam ekonomi pastilah ia
belajar ilmu dagang dan seluk beluk perdagangan. Adapun orang yang ingin mengerti islam,
maka wajibla ia mempelajari ilmu tauhid, fiqih,dan keilmuan lainnya. Begitu pula orang yang
hendak mensucikan diri dari berbagai penyakit didalam hati maka wajiblah belajar ilmu
akhlak dan zuhud, kemudian mengamalkannya dengan sungguh-sungguh.

Anda mungkin juga menyukai