NRP. 3613100028
BAB I.
PENDAHULUAN
Aspek ekonomi dalam pengoperasian sistem transportasi perlu dikaji dan dibahas
karena ekonomi dan sistem transportasi memiliki hubungan timbal balik yang cukup kuat
dan sangat sensitif. Hal ini dikarenakan sistem transportasi berpengaruh pada
perekonomian masayrakat (Miro, 2012). Dalam pengoperasian sistem trasnportasi
masalahnya ialah bagaimana konsep biaya ini dibahas dan dilihat. Morlok (1988)
menyatakan dalam mengidentifikasi biaya ini harus dikaitkan dengan pihak mana yang
melakukan pengeluaran tersebut.
Sistem transportasi umum yang baik saat ini semakin menjadi vital dalam kehidupan
perekonomian masayarakat. Meskipun begitu terdapat beberapa permasalahan yang harus
segera dijawab. Permalasahan ini meliputi penurunan jumlah penumpang trasnportasi
umum, samkin banyaknya warga yang menggunakan kendaraan pribadi, hingga
permasalahan internal penyedia jasa transportasi umum. Permasalahan ini juga menjadi
tantangan bagi perencana dalam membenahi trasnportasi kota pada abad ke 21.
Jurnal yang ditulis oleh Medri Naelaningtyas dan Ir. Olly Norojono, M.Sc menjelaskan
tentang alternatif dari pembiayaan angkutan umum perkotaan di Yogyakarta. Jurnal ini
menjelaskan sistem pembiayaan angkutan umum di Yogyakarta yang masih memakai
sistem kejar setoran, sistem yang menekankan target pendapatan yang harus didapatkan
oleh awak angkutan umum, sehingga mengakibatkan awak berlaku ofensif dalam
mengendarai angkutan umum. Alternatif yang ditawarkan oleh penulis berupa adanya badan
yang mengelola pendapatan, subsidi dari pemerintah untuk menutupi pengeluaran, dan
peningkatan kualitas pelayanan dan jasa penyedia angkutan umum agar kedepannya bisa
membiayai sendiri pengeluaran mereka. Makalh ini akan membahas critical review dari
jurnal ini.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan criticala review pada jurnal
yang akan direview yang berkaitan dengan materi mata kuliah ekonomi kota.
1
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Angkutan umum (public transport) berkembang menjadi kebutuhan pokok suatu kota.
Angkutan umum merupakan salah satu penggerak roda ekonomi baik secara langsung
maupun tidak langsung, karena ia berkaitan dengan banyak unsur ekonomi. Angkutan
umum juga secara langsung berpengaruh pada suatu penikmat jasanya, para pengguna
angkutan umum. Buruknya pelayanan angkutan umum bisa mempengaruhi tingkat
produktifitas manusia yang sedang menjalani proses produksi (Hendrowijono,1996).
Dalam pengoperasian angkutan umum, pastinya ada biaya yang dikeluarkan untuk
setiap pengoperasiannya, disebut sebagai BOK (Biaya Operasional Kendaraan). BOK
dalam pengoperasian sarana, menurut Simbolon (2003), biasanya dikelompokkan
berdasarkan jarak yang akan ditempuh, kecepatan kendaraan umum (semakin cepat
kendaraan melaju, maka semakin rendah biaya yang dikeluarkan), lama pengoperasian
kendaraan, serta investasi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas armada. Elemen BOK
terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap berupa gaji awak, harga armada,
penyusutan nilai buku armada, biaya administrasi, dan pajak kendaraan. Sedangkan biaya
tidak tetap terdiri dari harga bahan bakar, pelumas, ban, pemeliharaan armada, dan
pengeluaran tak terduga. (Miro, 2012)
Selain itu ada banyak pula faktor yang melandasi penetapan tarif di angkutan umum,
antara lain faktor keselamatan, keamanan, kenyamanan armada, jadwal angkutan, situasi
pasar, kondisi sarana dan prasarana, pungutan tambahan. Pemberian tarif angkutan umum
2
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
kepada konsumen bisa melalui bentuk yang berbeda-beda, ada yang mebuat tarif
berdasarkan jarak tempuh, berdasarkan zona/wilayah yang menjadi tujuannya, dan kualitas
jasa tertentu. (Miro, 2012)
Sistem yang diterapkan dalam pengoperasian angkutan umum dapat dibedakan dua,
yaitu sistem setoran (sistem yang diterapkan operator dengan menetap kan suatu target)
dan RMB (Rute Metode Baru). Sistem RMB teknik pelaksanaannya adalah bis dikemudikan
oleh seorang pengemudi sebagai awak tunggal, beroperasi menurut jadwal tetap, berhenti
guna menaikkan dan menurunkan penumpang hanya ditempat tempat resmi, meminta
penumpang naik melalui pintu depan langsung membayar ongkos ke dalam kotak ongkos
dengan uang pas dan turun lewat pintu belakang (Suryawan,1996).
3
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
BAB III.
REVIEW JURNAL
3.1 Pendahuluan
Menurut Waldiyono,dkk (1986) bahwa pada dasarnya biaya operasi kendaraan terdiri
dari biaya tetap (fixed cost) meliputi gaji operator, penyusutan harga, biaya tak terduga,
semua biaya surat kendaraan dan asuransi. Selain itu juga biaya tidak tetap (running cost),
4
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
merupakan biaya pengoperasaian kendaraan berupa biaya bahan bakar, biaya pemakaian
oli, biaya pemakaian ban dan biaya pemeliharaan kendaraan.
Tarif angkutan adalah tarif yang dikenakan pada angkutan umum. Besarnya tarif
ditentukan berdasarkan kepentingan konsumen pengguna, produsen atau operator
penyedia jasa dan kemampuan/ kepentingan pemerintah. Pemerintah bisa melakukan
subsidi untuk membantu pengusaha angkutan umum meningkatkan pelayanannya,
bertujuan untuk menarik penumpang pengguna angkutan umum dan membantu masyarakat
berpendapatan rendah. Subsidi angkutan umum berupa subsidi silang, subsidi langsung
dan subsidi tidak langsung.
3.3 Pembahasan
Sedangkan pendapatan langsung dari pengoperasian bis di semua rrute yang ada
memiliki rata-rata sebesar Rp.208.483 tiap harinya (dengan harga tarif umum Rp.600 dan
tarid mahasiswa Rp.300). Jumlah penumpang yang telah diangkut di semua rute rata-rata
457 penumpang per hari. Sedangkan pendapatan yang dipungut / diterima dari terminal
berupa jenis retribusi yaitu retribusi jasa usaha. Total retribusi yang bisa didapatkan secara
5
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
keseluruhannya sebesar Rp 4.867 per bis per hari. Pendapatan tidak langsung bisa berupa
bea balik nama kendaraan besarnya biaya adalah 10 % dari harga jual kendaraan bermotor,
pajak kendaraan bermotor (PKB), KIR dan KP. Total jumlah Rp.53.500 per 6 bulan, dan ijin
trayek sebesar Rp. 288.000 tiap 5 tahun. Sedangkan pendapatan tidak langsung dari
terminal adalah Rp.3.869 per bis per hari. Berikut ini adalah tabel pendapatan dan
pengeluaran dari pengoperasian bis di Yogyakarta.
Sistem setoran yang ditetapkan operator dan masih berlaku sampai sekarang
memperlihatkan dengan jelas bahwa para pengemudi menjalankan kendaraannya tanpa
kendali disebabkan mengejar setoran atau pendapatan. Rencana usulan dalam
meningkatkan pelayanan angkutan umum bis kota yaitu melalui peningkatan gaji
pengemudi. Untuk menyeimbangkan pendapatan yang diterima awak bis kota agar
penerimaan setiap harinya konstan maka perlu dilakukan beberapa usaha, yaitu melalui
subsidi dari pemerintah dan menaikkan tarif penumpang. Tujuannya adalah agar awak/kru
bis kota bisa memberikan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan umum menjadi lebih
baik. Pola pembiayaan angkutan umum untuk sekarang masih bersumber dari APBD. Salah
satu alternatifnya adalah upaya penerapan self financing atau cost recovery. Pembiayaan
dengan sistem ini dimaksudkan agar pendapatan yang diperoleh dari angkutan umum dapat
membiayai sendiri segala pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh angkutan umum.
6
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
BAB IV.
CRITICAL REVIEW
Jurnal ini membahas tentang alternatif dari pembiayaan transportasi umum bis yang
ada di Yogyakarta. Penulis mengidentifikasi bahwa pembiayaan bis di Yogyakarta masih
dengan melalui sistem kejar setoran. Sistem ini memang cenderung membuat supir
kendaraan umum bersifat ofensif dan cenderung mengurangi kenyamanan penumpang,
bahkan membahayakan keselamatan penumpang. Sampai saat ini, sistem kejar setoran
masih dipakai di sebagian besar sistem transportasi umum di Indoneisa. Oleh karena itu,
penulis cukup jeli dalam melihat masalah pembiayaan transportasi umum berupa bis kota di
Yogyakarta yang masih memakai sistem kejar setoran dan memberikan alternatif dalam
model pembiayaan yang lebih memberikan kenyamanan pada penumpang, namun juga
memberikan keuntungan bagi penyedia jasa transportasi umum.
Namun penulis tidak mencantumkan apa saja dampak lanjutan dari sistem kejar
setoran terhadap konsumen. Salah satunya adalah supir yang ugal-ugalan karena kejar
setoran yang berakibat pada kecelakaan dan membuat konsumen menghindar
menggunakan transportasi umum, seperti yang terjadi di Jakarta (Berita Jakarta, Maret
2015). Penulis cuma menuliskan dampak dari sistem kejar setoran, dilihat dari perspektif
sistem layanan nagkutan bis, namun tidak melihat dari perspektif konsumen. Hal ini penting,
mengingat ini akan berdampak pada pendapatan langsung yang bisa didapatkan dari tiap
layanan bis per harinya.
Sebenarnya penulis juga tidak menyebutkan bahwa sistem kejar setoran adalah
sistem yang sifatnya profit orianted. Profit orianted adalah sebuah skema ekonomi suatu
perusahaan dimana perusahaan diharuskan bisa mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya dengan memaksimal sumber pendapatan yang ada. Meski skema ini bertujuan
baik bagi penyedia layanan jasa transportasi umum sebagai skema yang menjamin
keuntungan yang berkelanjutan, namun skema ini kurang cocok diterapkan di layanan
trasnportasi umum. Hal ini dikarenakan perusahaan akan mengejar keuntungan pendapatan
sebesar-besarnya dengan mengorbankan pelayanan ataupun biaya pengeluaran, dan akan
berdampak pada preferensi konsumen dalam memilih layanan transportasi umum.
Skema yang sifatnya profit orianted sejatinya bisa dikombinasikan dengan customer
orianted. Perpaduan skema ini bisa memberikan keuntungan bagi penyedia layanan
7
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
Penulis bisa berkaca pada keberhasilan PT. Kereta Api Indonesia yang
bertransformasi dari perusahaan yang profit orianted ke perusahaan yang customer
orianted. Hasilnya, meskipun harga tiket cenderung mengalammi kenaikkan, namun hal ini
masih bisa diimbangi dengan kenaikan pengguna kereta api serta peningkatan layanan
kereta api. Hal ini dikarenakan penumpang sudah percaya pada layanan kereta api dan
mereka umumnya sudah bisa memahami kenaikkan harga tiket sebagai bagian dalam
peningkatan pelayanan transportasi umum.
Solusi yang ditawarkan penulis sejatinya sudah termasuk dalam kategori customer
orianted, namun penulis kurang bisa mengembangkan konsep ini dan belum ada penjelasan
lebih lanjut tentang customer orianted. Ada baiknya selain menyorot skema pengelolaan bis
kota, penulis juga bisa menyoroti perbaikan layanan trasportasi umum agar bisa menjadi
bagian dalam skema pengelolaan bis kota. Penerapan self financing atau cost recovery
yang bermaksud agar pengeluaran penyedia layanan bis kota bisa ditanggung sendiri dari
pendapatan yang ada juga tidak bisa berjalan sepenuhnya tanpa keberadaan customer
orianted. Customer orianted menjamin keuntungan yang tinggi namun juga bekelanjutan,
sehingga dalam jangka panjang penyedia layanan bis kota akan bisa membiayai sendiri
pengeluarannya tanpa harus tergantung pada APBD.
Dalam jurnal ini, ada ketidaksamaan kaitan antara rencana usulan dan alternatif
pembiayaan. Pada rencana usulan, disinggung perlunya bantuan subsidi dari pemerintah
untuk menutupi kekurangan biaya operasional bus kota. Namun di bagian alternatif rencana,
penulis justru menyarankan penggunaan skema self financing atau cost recovery yang
bermaksud mengurangi ketergantungan penyedia layanan bis kota terhadap APBD. Patut
diperhatikan oleh penulis, apakah bantuan subsidi dari pemerintah untuk menutupi
kekurangan biaya operasional bus kota ini bersifat jangka pendek (dengan maksud agar
penyediaan layanan bis kota bisa punya waktu untuk berbenah, sehingga ketika udah siap
mereka sudah bisa menutupi semua pengekuaran yang ada) atau bersifat jangka panjang.
Untuk memastikan kaitan antara rencana usulan dan alternatif pembiayaan, penulis
harusnya juga mencantumkan tujuan utama dari rencana usulan agar bisa memiliki kaitan
denga alternatif pembiayaan. Selain itu tidak ada kejelasan kaitan antara rencana usulan
dan alternatif pembiayaan, dimana alternatif pembiayaan apakah condong ke penerapan
atau kebijakannya.
8
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
Dalam jurnal ini, penulis juga telah menyorot masalah ketiadaan badan yang
mengelola pendapatan dan pengeluaran angkutan umum. Penulis seharusnya juga bisa
memberikan detail dari ranah kerja dari badan yang mengelola pendapatan dan
pengeluaran angkutan umum agar tidak bersinggungan dengan instansi lain yang sudah
ada dalam pengelolaan angkutan umum. Selain itu perlu juga dicermati apa saja hubungan
badan yang mengelola pendapatan dan pengeluaran angkutan umum dengan pemerintah,
seperti apa saja koordinasi dari pemerintah ke badan yang mengelola pendapatan dan
pengeluaran angkutan umum serta pengelolaan pendapatan angkutan umum (apakah
masuk ke Dinas Pehubungan atau Dinas Pendapatan Daerah).
9
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
BAB IV.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari jurnal ini serta critical review yang didapat dari analisis jurnal ini, maka beberapa
nilai bisa diambil untuk penambahahan wawasan ekonomi kota adalah sebagai berikut:
Sistem kejar setoran yang dipakai penyedia jasa angkutan umum dalam meraih
pendapatan membuat supir berlaku ofensif dalam berkendara, sehingga adanya
badan yang mengontrol layanan dan pendapatan angkutan umum.
Pentingnya kenaikkan tarif dalam memberikan pendapatan yang layak bagi awak
pengoperasi angkutan umum, meskipun belum dijelaskan relasi antara kenaikkan
tarif dan gaji awak bis.
Pendapatan yang didapat awak bis belum sepenuhnya konstan, dikarenakan
pendapatan awak bus tergantung pula dengan pendapatan yang mereka raih dalam
satu hari pengoperasian kendaraan.
Untuk menjawab berbagai kekurangan yang telah dikritisi pada bagian critical review,
maka beberapa rekomendasi atau saran yang bisa dipertimbangkan oleh penulis yaitu
memperjelas skema alternatif pembiayaan angkutan umum di Yogyakarta (khususnya
berkaitan dengan subidi dan skema self financing atau cost recovery), memperjelas definisi
sistem kejar setoran, serta memperjelas hubungan antara gaji awak bis dengan pendapatan
operasional bis (kenaikkan tarif angkutan umum) dalam satu hari.
10
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota
DAFTAR PUSTAKA
Naeleningtyas, Medri dan Norojono M.Sc, Ir. Olly.____. Alternatif Pembiayaan Angkutan
Umum Perkotaan di Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada
Refrensi Buku
Brueckner, Jan K. 2011. Lectures on Urban Economics. Cambridge : The MIT Press
Djuraid, Hadi M. 2013. Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia. Jakarta : Sarana Kata
Grafika
Refrensi Internet
Yossy, Agustinus. 2015. Ngebut Kejar Setoran, Metromini Tabrak 4 Sepeda Motor.
http://beritajakarta.com/video/play/11478/Ngebut_Kejar_Setoran_Metromini_Tabrak_4_Sep
eda_Motor (diakses 14 Maret 2015)
Materi Kuliah
Materi Kuliah Minggu Ke Lima “Pelayanan Transportasi Kota” oleh Dr. Ir. Eko Budi
Santoso, Lic.Rer.Reg.
11