Anda di halaman 1dari 12

TUGAS CRITICAL REVIEW

Alternatif Pembiayaan Angkutan Umum


Perkotaan di Yogyakarta (Simposium III
FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X)

TUGAS I MATA KULIAH EKONOMI KOTA

WIRATAMA ADI NUGRAHA

NRP. 3613100028

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA


Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek ekonomi dalam pengoperasian sistem transportasi perlu dikaji dan dibahas
karena ekonomi dan sistem transportasi memiliki hubungan timbal balik yang cukup kuat
dan sangat sensitif. Hal ini dikarenakan sistem transportasi berpengaruh pada
perekonomian masayrakat (Miro, 2012). Dalam pengoperasian sistem trasnportasi
masalahnya ialah bagaimana konsep biaya ini dibahas dan dilihat. Morlok (1988)
menyatakan dalam mengidentifikasi biaya ini harus dikaitkan dengan pihak mana yang
melakukan pengeluaran tersebut.

Sistem transportasi umum yang baik saat ini semakin menjadi vital dalam kehidupan
perekonomian masayarakat. Meskipun begitu terdapat beberapa permasalahan yang harus
segera dijawab. Permalasahan ini meliputi penurunan jumlah penumpang trasnportasi
umum, samkin banyaknya warga yang menggunakan kendaraan pribadi, hingga
permasalahan internal penyedia jasa transportasi umum. Permasalahan ini juga menjadi
tantangan bagi perencana dalam membenahi trasnportasi kota pada abad ke 21.

Jurnal yang ditulis oleh Medri Naelaningtyas dan Ir. Olly Norojono, M.Sc menjelaskan
tentang alternatif dari pembiayaan angkutan umum perkotaan di Yogyakarta. Jurnal ini
menjelaskan sistem pembiayaan angkutan umum di Yogyakarta yang masih memakai
sistem kejar setoran, sistem yang menekankan target pendapatan yang harus didapatkan
oleh awak angkutan umum, sehingga mengakibatkan awak berlaku ofensif dalam
mengendarai angkutan umum. Alternatif yang ditawarkan oleh penulis berupa adanya badan
yang mengelola pendapatan, subsidi dari pemerintah untuk menutupi pengeluaran, dan
peningkatan kualitas pelayanan dan jasa penyedia angkutan umum agar kedepannya bisa
membiayai sendiri pengeluaran mereka. Makalh ini akan membahas critical review dari
jurnal ini.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan criticala review pada jurnal
yang akan direview yang berkaitan dengan materi mata kuliah ekonomi kota.

1
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Umum Transportasi

Angkutan umum (public transport) berkembang menjadi kebutuhan pokok suatu kota.
Angkutan umum merupakan salah satu penggerak roda ekonomi baik secara langsung
maupun tidak langsung, karena ia berkaitan dengan banyak unsur ekonomi. Angkutan
umum juga secara langsung berpengaruh pada suatu penikmat jasanya, para pengguna
angkutan umum. Buruknya pelayanan angkutan umum bisa mempengaruhi tingkat
produktifitas manusia yang sedang menjalani proses produksi (Hendrowijono,1996).

2.2 Biaya Operasional Kendaraan

Dalam pengoperasian angkutan umum, pastinya ada biaya yang dikeluarkan untuk
setiap pengoperasiannya, disebut sebagai BOK (Biaya Operasional Kendaraan). BOK
dalam pengoperasian sarana, menurut Simbolon (2003), biasanya dikelompokkan
berdasarkan jarak yang akan ditempuh, kecepatan kendaraan umum (semakin cepat
kendaraan melaju, maka semakin rendah biaya yang dikeluarkan), lama pengoperasian
kendaraan, serta investasi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas armada. Elemen BOK
terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap berupa gaji awak, harga armada,
penyusutan nilai buku armada, biaya administrasi, dan pajak kendaraan. Sedangkan biaya
tidak tetap terdiri dari harga bahan bakar, pelumas, ban, pemeliharaan armada, dan
pengeluaran tak terduga. (Miro, 2012)

2.3 Penentuan Tarif Angkutan Umum

Dalam meraih pendapatan untuk menutupi keberadaan BOK, maka diperlukan


sebuah penetapan tarif angkutan umum yang sudah dilandasi oleh faktor serta dasar
penetapan tarif. Dasar penetapan tarif jasa sistem transportasi melihat pada total biaya
untuk penyediaan jasa sistem transportasi (termasuk BOK) plus laba maksimum, perilaku
pasar dalam menjual sistem trasnportasi, kebijakan pemerintah, tujuan manajemen
perusahaan penyediaan jasa sistem transportasi, serta pertimbangan sosial masyarakat.
(Miro, 2012)

Selain itu ada banyak pula faktor yang melandasi penetapan tarif di angkutan umum,
antara lain faktor keselamatan, keamanan, kenyamanan armada, jadwal angkutan, situasi
pasar, kondisi sarana dan prasarana, pungutan tambahan. Pemberian tarif angkutan umum
2
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

kepada konsumen bisa melalui bentuk yang berbeda-beda, ada yang mebuat tarif
berdasarkan jarak tempuh, berdasarkan zona/wilayah yang menjadi tujuannya, dan kualitas
jasa tertentu. (Miro, 2012)

2.4 Sistem Pengoperasian Angkutan Umum

Sistem yang diterapkan dalam pengoperasian angkutan umum dapat dibedakan dua,
yaitu sistem setoran (sistem yang diterapkan operator dengan menetap kan suatu target)
dan RMB (Rute Metode Baru). Sistem RMB teknik pelaksanaannya adalah bis dikemudikan
oleh seorang pengemudi sebagai awak tunggal, beroperasi menurut jadwal tetap, berhenti
guna menaikkan dan menurunkan penumpang hanya ditempat tempat resmi, meminta
penumpang naik melalui pintu depan langsung membayar ongkos ke dalam kotak ongkos
dengan uang pas dan turun lewat pintu belakang (Suryawan,1996).

3
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

BAB III.

REVIEW JURNAL

3.1 Pendahuluan

Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari transportasi perkotaan yang


mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang kegiatan masyarakat kota sehari -
hari secara rutin. Masalah angkutan umum di perkotaan merupakan salah satu masalah dari
berbagai masalah transportasi. Tingkat pelayanan angkutan umum yang kurang memadai,
hal ini dapat ditunjukkan antara lain dengan bis kota yang overcapacity, pengemudi bis kota
saling mendahului untuk mengejar pendapatan, ulah sopir bis kota seringkali menaikkan dan
menurunkan penumpang di sembarang, dan waktu tempuh angkutan umum bis kota cukup
lama dibandingkan dengan angkutan pribadi.

Faktor - faktor yang menyebabkan timbulnya masalah angkutan umum perkotaan


berupa belum adanya pengaturan dan penetapan jadwal bis kota, sistem yang diterapkan
oleh operator dengan menetapkan target setoran akan membuat pengemudi berlaku ofensif,
tingkat disiplin pemakai jalan yang masih kurang, sistem pengendalian pelayanan angkutan
umum belum ditata secara teratur, dan belum adanya suatu lembaga khusus yang
mengelola dan mengatur sistem pembiayaan angkutan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur pembiayaan angkutan umum


dan mengusulkan alternatif pembiayaan angkutan umum perkotaan . Studi ini dilakukan
pada angkutan umum perkotaan Yogyakarta.

3.2 Landasar Teori

Dalam penyelenggaraan angkutan pemerintah berfungsi sebagai pengendali jumlah


angkutan umum maupun tarif angkutan. Pemerintah juga membiayai berbagai kegiatan baik
itu berupa pembangunan maupun pemeliharaan berbagai fasilitas yang dapat mendukung
dalam usaha peningkatan pelayanan angkutan umum, yaitu terminal, rambu - rambu lalu
lintas, marka jalan, halte dan juga lampu pengatur lalu lintas. Selain itu pemerintah juga
menarik pajak pada angkutan umum berupa pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan, dan pajak bahan bakar kendaraan.

Menurut Waldiyono,dkk (1986) bahwa pada dasarnya biaya operasi kendaraan terdiri
dari biaya tetap (fixed cost) meliputi gaji operator, penyusutan harga, biaya tak terduga,
semua biaya surat kendaraan dan asuransi. Selain itu juga biaya tidak tetap (running cost),
4
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

merupakan biaya pengoperasaian kendaraan berupa biaya bahan bakar, biaya pemakaian
oli, biaya pemakaian ban dan biaya pemeliharaan kendaraan.

Tarif angkutan adalah tarif yang dikenakan pada angkutan umum. Besarnya tarif
ditentukan berdasarkan kepentingan konsumen pengguna, produsen atau operator
penyedia jasa dan kemampuan/ kepentingan pemerintah. Pemerintah bisa melakukan
subsidi untuk membantu pengusaha angkutan umum meningkatkan pelayanannya,
bertujuan untuk menarik penumpang pengguna angkutan umum dan membantu masyarakat
berpendapatan rendah. Subsidi angkutan umum berupa subsidi silang, subsidi langsung
dan subsidi tidak langsung.

3.3 Pembahasan

Angkutan umum perkotaan di Yogyakarta diselenggarakan oleh pemerintah Daerah


Istimewa Yogyakarta dengan instansi yang berwenang menangani adalah DLLAJ . Wilayah
operasi angkutan kota Yogyakarta meliputi sebagian besar wilayah Kotamadya Yogyakarta
dan sebagian kecil wilayah kabupaten Sleman dan Bantul. Jumlah rute sebanyak 17 jalur,
dengan jalur 8 dan 13 tidak beroperasi. Jumlah operator bis kota yang ada di Yogyakarta
ada 5 yaitu KOPATA, PUSKOPKAR, KOBUTRI, ASPADA, dan DAMRI. Sistem setoran
adalah suatu sistem yang diterapkan oleh operator dalam pelaksanaan dan pengoperasian
bis kota untuk menjamin agar pendapatan selalu masuk dengan menetapkan target untuk
masing-masing jalur.

Gambar 1. Salah satu skema pengelolaan bis kota di Yogyakarta

Sumber : Naelaningtyas dan Norojono

Sedangkan pendapatan langsung dari pengoperasian bis di semua rrute yang ada
memiliki rata-rata sebesar Rp.208.483 tiap harinya (dengan harga tarif umum Rp.600 dan
tarid mahasiswa Rp.300). Jumlah penumpang yang telah diangkut di semua rute rata-rata
457 penumpang per hari. Sedangkan pendapatan yang dipungut / diterima dari terminal
berupa jenis retribusi yaitu retribusi jasa usaha. Total retribusi yang bisa didapatkan secara

5
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

keseluruhannya sebesar Rp 4.867 per bis per hari. Pendapatan tidak langsung bisa berupa
bea balik nama kendaraan besarnya biaya adalah 10 % dari harga jual kendaraan bermotor,
pajak kendaraan bermotor (PKB), KIR dan KP. Total jumlah Rp.53.500 per 6 bulan, dan ijin
trayek sebesar Rp. 288.000 tiap 5 tahun. Sedangkan pendapatan tidak langsung dari
terminal adalah Rp.3.869 per bis per hari. Berikut ini adalah tabel pendapatan dan
pengeluaran dari pengoperasian bis di Yogyakarta.

Gambar 2. Pendapatan dan Pengeluaran


Pengoperasian Bis di Yogyakarta

Sumber : Naelaningtyas dan Norojono

3.4 Alternatif Pembiayaan

Sistem setoran yang ditetapkan operator dan masih berlaku sampai sekarang
memperlihatkan dengan jelas bahwa para pengemudi menjalankan kendaraannya tanpa
kendali disebabkan mengejar setoran atau pendapatan. Rencana usulan dalam
meningkatkan pelayanan angkutan umum bis kota yaitu melalui peningkatan gaji
pengemudi. Untuk menyeimbangkan pendapatan yang diterima awak bis kota agar
penerimaan setiap harinya konstan maka perlu dilakukan beberapa usaha, yaitu melalui
subsidi dari pemerintah dan menaikkan tarif penumpang. Tujuannya adalah agar awak/kru
bis kota bisa memberikan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan umum menjadi lebih
baik. Pola pembiayaan angkutan umum untuk sekarang masih bersumber dari APBD. Salah
satu alternatifnya adalah upaya penerapan self financing atau cost recovery. Pembiayaan
dengan sistem ini dimaksudkan agar pendapatan yang diperoleh dari angkutan umum dapat
membiayai sendiri segala pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh angkutan umum.

Gambar 5. Skema Alternatif Pembiayaan


Pengoperasian Bis di Yogyakarta

Sumber : Naelaningtyas dan Norojono

6
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

BAB IV.

CRITICAL REVIEW

Jurnal ini membahas tentang alternatif dari pembiayaan transportasi umum bis yang
ada di Yogyakarta. Penulis mengidentifikasi bahwa pembiayaan bis di Yogyakarta masih
dengan melalui sistem kejar setoran. Sistem ini memang cenderung membuat supir
kendaraan umum bersifat ofensif dan cenderung mengurangi kenyamanan penumpang,
bahkan membahayakan keselamatan penumpang. Sampai saat ini, sistem kejar setoran
masih dipakai di sebagian besar sistem transportasi umum di Indoneisa. Oleh karena itu,
penulis cukup jeli dalam melihat masalah pembiayaan transportasi umum berupa bis kota di
Yogyakarta yang masih memakai sistem kejar setoran dan memberikan alternatif dalam
model pembiayaan yang lebih memberikan kenyamanan pada penumpang, namun juga
memberikan keuntungan bagi penyedia jasa transportasi umum.

Namun penulis tidak mencantumkan apa saja dampak lanjutan dari sistem kejar
setoran terhadap konsumen. Salah satunya adalah supir yang ugal-ugalan karena kejar
setoran yang berakibat pada kecelakaan dan membuat konsumen menghindar
menggunakan transportasi umum, seperti yang terjadi di Jakarta (Berita Jakarta, Maret
2015). Penulis cuma menuliskan dampak dari sistem kejar setoran, dilihat dari perspektif
sistem layanan nagkutan bis, namun tidak melihat dari perspektif konsumen. Hal ini penting,
mengingat ini akan berdampak pada pendapatan langsung yang bisa didapatkan dari tiap
layanan bis per harinya.

Sebenarnya penulis juga tidak menyebutkan bahwa sistem kejar setoran adalah
sistem yang sifatnya profit orianted. Profit orianted adalah sebuah skema ekonomi suatu
perusahaan dimana perusahaan diharuskan bisa mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya dengan memaksimal sumber pendapatan yang ada. Meski skema ini bertujuan
baik bagi penyedia layanan jasa transportasi umum sebagai skema yang menjamin
keuntungan yang berkelanjutan, namun skema ini kurang cocok diterapkan di layanan
trasnportasi umum. Hal ini dikarenakan perusahaan akan mengejar keuntungan pendapatan
sebesar-besarnya dengan mengorbankan pelayanan ataupun biaya pengeluaran, dan akan
berdampak pada preferensi konsumen dalam memilih layanan transportasi umum.

Skema yang sifatnya profit orianted sejatinya bisa dikombinasikan dengan customer
orianted. Perpaduan skema ini bisa memberikan keuntungan bagi penyedia layanan

7
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

transportasi umum maupun konsumen. Penyedia layanan transportasi umum tetap


mendapatkan keuntungan, dengan menaikkan tarif layanan dan perbaikan fasilitas,
sedangkan konsumen akan semakin nyaman dan semakin percaya dengan layanan
transportasi umum yang memadai.

Penulis bisa berkaca pada keberhasilan PT. Kereta Api Indonesia yang
bertransformasi dari perusahaan yang profit orianted ke perusahaan yang customer
orianted. Hasilnya, meskipun harga tiket cenderung mengalammi kenaikkan, namun hal ini
masih bisa diimbangi dengan kenaikan pengguna kereta api serta peningkatan layanan
kereta api. Hal ini dikarenakan penumpang sudah percaya pada layanan kereta api dan
mereka umumnya sudah bisa memahami kenaikkan harga tiket sebagai bagian dalam
peningkatan pelayanan transportasi umum.

Solusi yang ditawarkan penulis sejatinya sudah termasuk dalam kategori customer
orianted, namun penulis kurang bisa mengembangkan konsep ini dan belum ada penjelasan
lebih lanjut tentang customer orianted. Ada baiknya selain menyorot skema pengelolaan bis
kota, penulis juga bisa menyoroti perbaikan layanan trasportasi umum agar bisa menjadi
bagian dalam skema pengelolaan bis kota. Penerapan self financing atau cost recovery
yang bermaksud agar pengeluaran penyedia layanan bis kota bisa ditanggung sendiri dari
pendapatan yang ada juga tidak bisa berjalan sepenuhnya tanpa keberadaan customer
orianted. Customer orianted menjamin keuntungan yang tinggi namun juga bekelanjutan,
sehingga dalam jangka panjang penyedia layanan bis kota akan bisa membiayai sendiri
pengeluarannya tanpa harus tergantung pada APBD.

Dalam jurnal ini, ada ketidaksamaan kaitan antara rencana usulan dan alternatif
pembiayaan. Pada rencana usulan, disinggung perlunya bantuan subsidi dari pemerintah
untuk menutupi kekurangan biaya operasional bus kota. Namun di bagian alternatif rencana,
penulis justru menyarankan penggunaan skema self financing atau cost recovery yang
bermaksud mengurangi ketergantungan penyedia layanan bis kota terhadap APBD. Patut
diperhatikan oleh penulis, apakah bantuan subsidi dari pemerintah untuk menutupi
kekurangan biaya operasional bus kota ini bersifat jangka pendek (dengan maksud agar
penyediaan layanan bis kota bisa punya waktu untuk berbenah, sehingga ketika udah siap
mereka sudah bisa menutupi semua pengekuaran yang ada) atau bersifat jangka panjang.
Untuk memastikan kaitan antara rencana usulan dan alternatif pembiayaan, penulis
harusnya juga mencantumkan tujuan utama dari rencana usulan agar bisa memiliki kaitan
denga alternatif pembiayaan. Selain itu tidak ada kejelasan kaitan antara rencana usulan
dan alternatif pembiayaan, dimana alternatif pembiayaan apakah condong ke penerapan
atau kebijakannya.

8
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

Dalam jurnal ini, penulis juga telah menyorot masalah ketiadaan badan yang
mengelola pendapatan dan pengeluaran angkutan umum. Penulis seharusnya juga bisa
memberikan detail dari ranah kerja dari badan yang mengelola pendapatan dan
pengeluaran angkutan umum agar tidak bersinggungan dengan instansi lain yang sudah
ada dalam pengelolaan angkutan umum. Selain itu perlu juga dicermati apa saja hubungan
badan yang mengelola pendapatan dan pengeluaran angkutan umum dengan pemerintah,
seperti apa saja koordinasi dari pemerintah ke badan yang mengelola pendapatan dan
pengeluaran angkutan umum serta pengelolaan pendapatan angkutan umum (apakah
masuk ke Dinas Pehubungan atau Dinas Pendapatan Daerah).

9
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

BAB IV.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Faktor dominan yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan dan pengeluaran


adalah yang bersifat langsung yaitu pendapatan bis kota dan biaya operasional kendaraan.
Untuk memaksimalkan pelayanan, maka perlu peningkatan kesejahteraan dengan
meningkatkan gaji awak/kru bis kota sebesar Rp. 1.550.000 / bulan dalam usaha
peningkatan mutu pelayanan angkutan umum. Selain itu, perlu kenaikan tarif bis kota
sebesar Rp 650 atau subsidi dari pemerintah sebesar Rp 7500 per bis per hari untuk
menutupi pengeluaran penyedia jasa bus. Pembentukan badan pelayanan angkutan umum
juga penting untuk menajaga kualitas layanan angkutan umum.

5.2 Lesson Learned

Dari jurnal ini serta critical review yang didapat dari analisis jurnal ini, maka beberapa
nilai bisa diambil untuk penambahahan wawasan ekonomi kota adalah sebagai berikut:

 Sistem kejar setoran yang dipakai penyedia jasa angkutan umum dalam meraih
pendapatan membuat supir berlaku ofensif dalam berkendara, sehingga adanya
badan yang mengontrol layanan dan pendapatan angkutan umum.
 Pentingnya kenaikkan tarif dalam memberikan pendapatan yang layak bagi awak
pengoperasi angkutan umum, meskipun belum dijelaskan relasi antara kenaikkan
tarif dan gaji awak bis.
 Pendapatan yang didapat awak bis belum sepenuhnya konstan, dikarenakan
pendapatan awak bus tergantung pula dengan pendapatan yang mereka raih dalam
satu hari pengoperasian kendaraan.

Untuk menjawab berbagai kekurangan yang telah dikritisi pada bagian critical review,
maka beberapa rekomendasi atau saran yang bisa dipertimbangkan oleh penulis yaitu
memperjelas skema alternatif pembiayaan angkutan umum di Yogyakarta (khususnya
berkaitan dengan subidi dan skema self financing atau cost recovery), memperjelas definisi
sistem kejar setoran, serta memperjelas hubungan antara gaji awak bis dengan pendapatan
operasional bis (kenaikkan tarif angkutan umum) dalam satu hari.

10
Ekonomi
TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL
Kota

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Critical Review

Naeleningtyas, Medri dan Norojono M.Sc, Ir. Olly.____. Alternatif Pembiayaan Angkutan
Umum Perkotaan di Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada

Refrensi Buku

Miro, Fidel. 2012. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Pekotaan. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Brueckner, Jan K. 2011. Lectures on Urban Economics. Cambridge : The MIT Press

Djuraid, Hadi M. 2013. Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia. Jakarta : Sarana Kata
Grafika

Refrensi Internet

Yossy, Agustinus. 2015. Ngebut Kejar Setoran, Metromini Tabrak 4 Sepeda Motor.
http://beritajakarta.com/video/play/11478/Ngebut_Kejar_Setoran_Metromini_Tabrak_4_Sep
eda_Motor (diakses 14 Maret 2015)

Business Dictionary._____. Profit Orientation.


http://www.businessdictionary.com/definition/profit-orientation.html (diakses 14 Maret 2015)

Chand, Smriti. ____. Difference between a Customer-oriented Company and a Profit


oriented Company. http://www.yourarticlelibrary.com/difference/difference-between-a-
customer-oriented-company-and-a-profit-oriented-company/7596/ (diakses 17 Maret 2015)

Materi Kuliah

Materi Kuliah Minggu Ke Lima “Pelayanan Transportasi Kota” oleh Dr. Ir. Eko Budi
Santoso, Lic.Rer.Reg.

11

Anda mungkin juga menyukai