Anda di halaman 1dari 25

PERUBAHAN DAN PEMBANGUNAN SOSIAL

OLEH KELOMPOK VII :

1.    Muthia Silmi
2.    Nur Mardhatillah
3. I Putu Wahyu Paramartha
4.    Widad

DOSEN PEMBIMBING : Irwandi Saputra, S.Pd.,M.Pd.,


UNIVERSITAS MATARAM
FKIP/PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ Pembangunan Dan Perubahan Sosial”. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak Ir Saputra, S.Pd.,M.Pd., selaku Dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pembangunan Dan Perubahan Sosial. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................................i
Prakata..................................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang............................................................................................................3
1.2     Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3     Tujuan Penulisan........................................................................................................4
1.4     Manfaat Penulisan......................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1    Definisi Perubahan Sosial...........................................................................................5
2.2    Persebaran Penduduk.................................................................................................7
2.3    Ketenaga Kerjaan........................................................................................................8
2.4    Kriminalitas...............................................................................................................10
2.5     Evolusi dan Revolusi Teknologi..............................................................................18

BAB III ANALISIS............................................................................................................23


BAB IV PENUTUP............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan sosial, dengan
kata lain perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap kehidupan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan yang terjadi dalam masyarakat
Indonesia, dimana pada masa lalu di kehidupan keluarga seorang suami merupakan
tulang punggung keluarga dan mempunyai posisi yang dominan dalam berbagai urusan
yang terajdai di rumah tangga, termasuk juga dalam hal ekonomi keluarga. Sehingga
apabila suami tidak bekerja maka suatu keluarga secara ekonomi akan mengalami
kesulitan, sedangkan dalam masyarakat modern saat ini posisi seorang suami tidak
terlalu dominan.
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat diketahui
dengan membandingkan keadaan masyarakat pada waktu tertentu dengan keadaan di
masa lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan
menimbulkan ketidaksesuain antara unsur-unsur sosial yang ada pada masyarakat.
Sehingga akan mengubah struktur dan fungsi dari unsur-unsur soaial masyarakat
tertentu.
Permasalahan selanjutnya yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai
modernisasi. Modernisasi merupakan persoalan-persoalan yang berhubungan erat
dengan pembagian kerja, aktifitas untuk mengisi waktu-waktu senggang. Awal proses
modernisasi biasanya berupa industrualisasi yang dampak negatifnya dapat
menimbulkan pengangguran, mulai pudarnya nilai dan norma serta upacara tradisis
masyarakat dan sebagainya.
Modernisasi pada hakikatnya atau dalam pelaksanaannya menggunakan unsur-
unsur dari masyarakat luar terkadang kita selalu keliru membedakan modernisasi
dengan westernisasi sebetulnya yang membedakan dua istilah tersebut adalah dalam
prosesnya dimana modernisasi pada hakikatnya menggunakan teknologi dan
pengetahuan yang berasal dari barat. Sedangkan westernisasi adalah segala hal tata cara
kehidupan kebarat-baratan.
1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan pembangunan dan perubahan social ?
2.      Apa yang dimaksud dengan kepadatan penduduk?
3.      Apa yang dimaksud dengan hasil pembangunan pendidikan PJP ?

C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulian makalah ini adalah.
1.       Mengetahui dan memahami tentang perubahan sosial.
2.       Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kepadatan penduduk.
3.       Mengetahui dan memahami hasil pembangunan pendidikan PJP.

D.     Manfaat Penulisan
Setiap penelitian yang dilakukan oleh manusia haruslah jelas manfaatnya, apalagi ativitas
penelitian.Untuk itu, penyusun berharap, minimal penelitian yang penulis lakukan ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
1.      Manfaat bagi penulis
Minimal ada dua macam manfaat yang dapat penulis rasakan dalam menyusun
makalah ini yaitu manfaat administratif dan teoretis.
a. Secara administratif,  penyusunan  makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan, Sosial,
Budaya dan Teknologi.
b. Secara teoretis, penyusunan makalah  ini terasa bermanfaat dalam hal
bertambahnya wawasan ilmu pengetahuan penyusun, khususnya tentang
permasalahan kependudukan.

2.      Manfaat bagi pembaca


Diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memecahkan permasalahan tentang
kependudukan yang ada di lingkungan sekitar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pembangunan dan hubungannya dengan perubahan sosial


 Pengertian Pembangunan

Pembangunan memiliki beberapa arti dan konotasi. Pembangunan dapat diartikan


pemanfaatan sumber yang ada dan dapat diadakan untuk mengembangkan sesuatu
menjadi lebih baik. Dalam hubungan ini pendidikan dapat merupakan cara dalam
membangun dilihat dari pengembangan sumber – sumber, baik dilihat dari sumber saya
manusia yang menyangkut kemampuan diri maupun pengembangan kemampuan untuk
mengembangkan sumber daya alam. Pada hal lain pendidikan dapat pula dilihat
sebagai hasil dari suatu proses pembangunan terutama dilihat dari produk kemampuan
manusia untuk mengembangkan dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari sumber
daya alam maupun kelembagaan/budaya untuk kehidupan dan peradaban.

Untuk memberikan gambaran mengenai pembangunan. Berikut ini dicontohkan


gerakan sebagai salah satu aspek pembangunan. Yang dimaksud dengan gerakan yaitu
usaha pengorganisasian yang terarah oleh sekelompok anggota masyarakat untuk
melakukan perubahan atau meningkatkan salah satu aspek kemasyarakatan. Contoh
dari gerakan ini yaitu kebebasan wanita/emansipas, gerakan keluarga berencana dan
gerakan hak asasi manusia. Gerakan sosial sebagai aspek pembangunan umumnya
memiliki tiga ciri utama yaitu : (a) tujuan, (b) perencanaan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan, Serta (c) dasar/ideologi yang mendasari keberadaan gerakan itu.
Seperti halnya yang terjadi pada keluarga berencana, tujuan yang dikembangkan yaitu
dalam upaya memberikan kebebasan dan tempat yang setara dengan laki-laki bagi
kaum perempuan. Perencanaan yang dibuat yaitu memberikan kesadaran bagi kaum
wanita, memberikan persuasi pada kelompok wanita untuk hidup lebih baik serta
beberapa perlakuan yang dikembangkan melalui forum diskusi atau mengembangkan
prilaku yang lebih aktif, misalnya dalam Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun dasar
yang dijadikan landasa yaitu hak wanita harus diberikan perlakuan yang sama dalam
upaya mengembangkan kemampuan serta mengatasi sendiri permasalahan atas usaha
mereka sendiri. Konsep gerakan seperti digambarkan diatas adalah salah satu
perubahan sosial. Dari konsep ini dapat disimpulkan bahawa pembangunan adalah
suatu usaha yang memiliki kejelasan tujuan, dilakukan secara terencana serta memiliki
dasar ideologi tertentu.

 Keragaman Presepsi Konsep Pembangunan

Pembangunan memiliki banyak arti yang ditafsirkan sesuai dengan kebutuhan


dari politik, sosial dan ekonomi yang berbeda pula. Pembangunan juga dapat dibayang-
bayangi oleh pengaruh politik dan ideologi. Atas dasar ini maka konsep pembangunan
sering disamakan arti dan kegunaannya dengan istilah perubahan sosial, pertumbuhan,
evolusi, kemajuan, peningkatan serta moderenisasi.

Sementara terdapat pula ahli yang berpendapat lain bahwa pembangunan


sesungguhnya terbebas dari pengaruh politik dan ideologi, sepertu yang dinyatakan
oleh Fletcher(1976), pembangunan adalah suatu yang alami bagaimana manusia,
masyarakat dan negara untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini
dapat diibaratkan sebagai sebuah biji-bijian atau sel tanaman yang akan berkembang
menjadi dewasa. Jadi pembangunan adalah proses alami dari manusia untuk
mengembangkan dirinya. Manusia melalui usaha yang dikembangkan dari kepentingan
perorangan menuju pada proses kelompok, adalah upaya untuk mencapai suatu
perkembangan relatif menuju pada keadaan yang paling maksimum untuk diri dan
kelompoknya. Kenyataan yang dapat ditarik dari teori inilah bahwa setiap bangsa
memiliki kadar dalam kemajuannya sebagai hasil dari proses pembangunan dengan
intensitas yang berbeda pula.

Perkembangan dari pemikiran konsepsional mengenai pembangunan ini dapat


diterapkan pada program terencana dari seorang atau suatu kelompok. Dalam
pengertian ini seseorang atau kelompok orang memiliki potensi yang ada di dalam
dirinya untuk mengembangkan dirinya dilihat dari segi biologis, psikologis, dan sosial.
Penilaian dari kekuatan potensi yang ada pada diri seseorang ditunjukkan dengan
kemampuan untu menunjukkan jati dirinya yang lebih di kenal dengan aktualisasi diri.
Dengan cara ini bagaimana seseorang atau suatu kelompok menunjukkan keunggiulan
yang ada pada dirinya dan dapat diartikan sebagai pembangunan.

Bila dianalisi secara filosofis prmbangunan terjadi dalam ruang yang berinteraksi
penuh dengan faktor budaya, sosial dan historis yang bersamaan dalam suatu kelompok
atau masyarakat. Sehubungan dengan ini maka teori yang dapat menjelaskan tentang
pembangunan tidak dapat dilihat dalam satu pandangan, akan tetapi selalu menyertakan
latar belakang dari seseorang atau kelompok yang tadi. Pada hal lain untuk
memberikan analisis pada suatu proses pembangunan bukan sesuatu yang sederhana.
Pada umumnya sangat mudah memberikan penilaian pada pembangunan yang berjalan
pada jangka pendek yang terjadi pada hari ke hari. Akan tetapi menjadi sulit untuk
memberikan interpretasi pada pembangunan dalam jangka panjang dengan pengaruh
dari sana sini yang demikian luas dan kompleks.

 Hubungan Pembangunan Dan Perubahan Sosial

Pembangunan adalah usaha memiliki tujuan, dilakukan secara berencana serta


didasarkan pada ideologi/filsafat tertentu. Seperti halnya yang dilakukan selama 50
tahun dalam pembangunan di Indonesia, indikator pembangunan teoritis ini muncul
dengan keragamannya. Untuk memberikan pengalaman belajar.
Selanjutnya perubahan sosial memiliki dua kecenderungan. Pertama, perubahan
dapat dilihat sebagai fenomena yang terlepas dari perogram pembangunan. Kedua,
perubahan sosial merupakan bagian dari pembangunan, yaitu upaya yang direncanakan
oleh seseorang atau sekelompok agen perubahan untuk mengatasi perubahan tertentu
melalui target sasaran dengan menggunakan media dengan strategi tertentu. Dari
gambaran ini pembangunan merupakan kerangka umum, sedangkan perubahan sosia
merupakan bagian dari perubahan sosial.

2.2 PROSES PERUBAHAN SOSIAL

 Pengertian Perubahan Sosial


Pengertian tentang perubahan sosial mudah dijumpai. Hal ini disebabkan oleh
luasnya cakupan pembahasan perubahan sosial. Perubahan sosial mencakup ilmu sosial
politik, budaya, ekonomi, bahkan pada persoalan tehnik sipil, industri, dan informasi.
Perubahan sosial dapat terjadi disegala bidang, dan pendorong perubahan sosial dapat
disebabkan oleh segala bidang utamanya bidang ilmu yang disebutkan di atas. Meskipun
perubahan sosial terjadi disegala bidang seperti yang disebutkan tadi, perubahan sosial
memiliki satu arti yang sama, yaitu pergeseran sesuatu menuju yang baru. Namun menjadi
arti yang berbeda ketika didefinisikan berdasarkan bidang/spesifikasi ilmu. William F.
Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan- perubahan sosial mencakup unsur-
unsur kebudayaan yang materiil maupun immateriil dengan menekankan bahwa pengaruh
yang besar dari unsur-unsur immaterial. Kinglesy Davis mengartikan perubahan sosial
sebagai perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan- perubahan
sosial dikatakannya sebagai perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial tersebut. Gillin
dan Gillin mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk suatu variasi cara hidup
yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materiil, kempetisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau perubahan-
perubahan baru dalam masyarakat tersebut. Sole Soemardjan mengatakan perubahan sosial
adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam sutau masyarakat
yang mempengaruhi sitem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap- sikap dan pola
perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi mengartikan
perubahan sosial merupakan suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-
penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya,
pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta
kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun
nonmateri.
Definisi perubahan sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas memiliki
kesimpulan yang sama bahwa perubahan sosial terjadi adanya pergeseran orientasi manusia
dari yang lama menuju sesuatu yang baru dan disebabkan oleh pola pikir manusia yang
dipengaruhi lingkungan yang ada. Perubahan tersebut berada pada dua bidang terdiri dari
perubahan materiil dan immaterial. Perubahan materiil yaitu perubahan fisik yang dilakukan
dan dialami oleh manusia misalnya dalam hal teknologi telah merubah pola interaksi
manusia dari tatap muka menjadi perantara. Perubahan immaterial yang oleh Soetomo
disebut perubahan idealistik, yaitu perubahan keyakinan dan prinsip hidup manusia,
misalnya berkaitan dengan HAM.
 Pendekatan Teori Perubahan Sosial
Pembahasan pendekatan teori dalam diskusi perubahan sosial menjadi hal penting.
Karena pendekatan adalah kacamata awal untuk melihat, menganalisa, bahkan menjadi
paradigma pemikiran dalam memahami realitas sosial termasuk perubahan sosial. Perbedaan
pendekatan akan menghasilkan perbedaan pendefinisian realitas sosial (perubahan sosial).
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi membagi tiga pendekatan teori perubahan sosial, yaitu:
Pendekatan teori klasik, Pendekatan teori equilibrium, Pendekatan teori modernisasi, dan
Pendekatan teori konflik. Berikut diuraikan pendekatan-pendekatan tersebut.\

A.Pendekatan Teori Klasik


Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik dibahas empat pandangan dari
tokoh-tokoh terkenal yakni August Comte, Emile Durkheim, dan Max Weber.
August Comte menyatakan bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi
melalui suatu tahapan-tahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte
disebut dengan Evolusi Intelektual. Tahapan-tahapan pemikiran tersebut mencakup tiga
tahap, dimulai dari tahap Theologis Primitif; tahap Metafisik transisional, dan terakhir tahap
positif rasional. setiap perubahan tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur
kehidupan masyarakat lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan sosial.
Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor
ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional
yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh
solidaritas organistik.
Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah
akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini
dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh nilai Katolikisme
Ortodox, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial ekonominya atas dorongan dari nilai
Protestanisme yang dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan
modern.
Dengan jelas pandangan teori klasik tentang perubahan sosial di atas disimpulkan
bahwa perubahan sosial berlangsung secara bertahap (step by step). Perubahan sosial yang
demikian disebut juga perubahan sosial alami (perubahan yang terjadi dengan sendirinya
melalui akal fikiran manusia sebagai mahluk sosial).
B.Pendekatan Teori Eqiulibrium
Pendekatan ekuilibrium menyatakan bahwa terjadinya perubahan sosial dalam suatu
masyarakat adalah karena terganggunya keseimbangan di antara unsur-unsur dalam sistem
sosial di kalangan masyarakat yang bersangkutan, baik karena adanya dorongan dari faktor
lingkungan (ekstern) sehingga memerlukan penyesuaian (adaptasi) dalam sistem sosial,
seperti yang dijelaskan oleh Talcott Parsons, maupun karena terjadinya ketidakseimbangan
internal seperti yang dijelaskan dengan Teori kesenjangan Budaya (cultural lag) oleh
William Ogburn.
Teori ekuiliberium yang dijelaskan diatas cenderung mengatakan bahwa perubahan
sosial dikarenakan adanya salah satu bagian sistem yang tidak berfungsi dengan baik. Dalam
pendekatan ini perubahan sosial berjalan dengan lambat dan perubahan sosial diatur dan
dikendalikan oleh struktur yang ada (behind design) atau rekayasa sosial.
Secara eksplisit pendekatan ini tidak menginginkan adanya perubahan sosial, dibukti
dengan adanya keharus aktor atau institusi sosial untuk memiliki prinsip Adaptasi, Gold,
Integrasi, (AGIL) dalam sistem sosial. Keseimbangan sistem dibutuhkan dalam mencapai
tujuan bersama.

C.Pendekatan Teori Modernisasi


Pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh Wilbert More, Marion Levy, dan Neil
Smelser, pada dasarnya merupakan pengembangan dari pikiran-pikiran Talcott Parsons,
dengan menitikberatkan pandangannya pada kemajuan teknologi yang mendorong
modernisasi dan industrialisasi dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini
mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang besar dan nyata dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat termasuk perubahan dalam organisasi atau kelembagaan masyarakat.
D.Pendekatan Teori Konflik
Adapun pendekatan konflik yang dipelopori oleh R. Dahrendorf dan kawan-kawan,
pada dasarnya berpendapat bahwa sumber perubahan sosial adalah adanya konflik yang
intensif di antara berbagai kelompok masyarakat dengan kepentingan berbeda-beda (Interest
groups). Mereka masing-masing memperjuangkan kepentingan dalam suatu wadah
masyarakat yang sama sehingga terjadilah konflik, terutama antara kelompok yang
berkepentingan untuk mempertahankan kondisi yang sedang berjalan (statusquo), dengan
kelompok yang berkepentingan untuk mengadakan perubahan kondisi masyarakat.
Pendekatan teori konflik terinspirasi dari teori perubahan sosial Karl Marx yang
mangatakan pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-
perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari
pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi
dengan kelompok pekerja.

Pada dasarnya ke empat pendekatan yang dijelaskan di atas adalah satu kesatuan
yang memiliki perbedaan pendefinisian atas perubahan sosial. Dikatan demikian, karena
munculnya pendekatan- pendekatan yang dijelaskan tadi atas dasar perbaikan dan kritikan
pendekatan sebelumnya (proses ini sering disebut proses dialektika). Setiap pendekatan pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan (ini hal yang alami dan tidak terbantahkan dalam
realitas sosial). Berikut digambarkan bagan hubungan pendekatan dalam teori perubahan
sosial.

Bagan Hubungan Pendekatan dalam Teori Perubahan Sosial

Pendekatan
Klasik

Pendekatan Pendekatan
Equilibrium Modernisasi

Pendekatan Teori
Konflik

Pendekatan equiliberium dan pendekatan modernisasi memiliki arti yang sama dan
saling melengkapi dan terinsipirasi dari pendekatan teori klasik. Sedangkan Pendekatan teori
konflik muncul mengritisi kekurangan dan kelemahan pendekatan equiliberium dan
modernisasi. Perspektif pendekatan teori konflik, perubahan sosial pendekatan ekuiliberium
dan modernisasi adalah perubahan yang diatur oleh struktur sosial yang berkuasa dan
bermodal, oleh karena itu peluang terjadi eksploitasi terhadap masyarakat yang tidak
memiliki modal sangat memungkinkan. Tolak ukur pendekatan konflik adalah perubahan
sosial harus mengangkat hak- hak masyarakat bukan penguasa maupun pengusaha.
Demikian hubungan antar pendekatan dan teori perubahan sosial.

 Tipe- Tipe Perubahan Sosial


Berdasarkan pendekatan – pendekatan perubahasan sosial yang dijelaskan di atas
perubahan sosial dapat dibagi dua, yaitu tipe evolusi (perubahan bertahap), dan tipe revolusi
(perubahan cepat). Ditinjau dari perencanaan, tipe perubahan sosial terdiri dari, perubahan
terencana dan tidak terencana. Diukur dari pengaruh, maka perubahan sosial dibagi dua tipe,
yaitu perubahan sosial yang pengaruhnya kecil dan perubahasan sosial yang pengaruhnya
besar.
Jadi disimpulkan perubahan sosial ada enam tipe: Perubahan sosial evolusi, Perubaan sosial
revolusi, perubahan sosial terencana, perubahan sosial tidak terencana, perubahan sosial
berpengaruh kecil, dan perubahasan sosial berpengaruh besar. Berikut penjelasan definisi
serta contoh tipe- tipe perubahan sosial tersebut.
1. Perubahan Sosial Evolusi
Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono Soekanto (1982,315), perubahasan sosial
evolusi adalah perubahan- perubahan yang memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat
suatu rentetan perubahan- perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada
evalusi, perubahan- perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu
kehendak tertentu. Perubahan- perubahan terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk
menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru,
yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan
tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa –peristiwa di dalam sejarah
masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri perubahan evolusi adalah:
1. Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
2. Perubahan membutuhkan rentan waktu yang lama
3. Perubahan terjadi karena usaha manusia untuk mendapatkan kebutuhan sesuai dengan
kondisi yang ada disekitar kehidupan manusia (kondisi-kondisi baru).
4. Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial namun kebutuhan dan
kondisi riil yang ada.

Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat tradisional, yaitu


masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup (tidak memiliki akses informasi dari
lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan yang terkait dengan immaterial tidak dapat
dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali yang memiliki strata sosial ksatria,
brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat digolongkan pada kelas tertentu atas dasar
keturunan bukan keterampilan seperti di masyarakat modern (open society). Oleh karena itu
masyarakat sulit merubah status sosial yang dimiliki.

Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di atas menenuai banyak
kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono Soekanto dalam buku pengantar sosiologi (buku
rujukan sosiologi sekolah dasar hingga perguruan tinggi) mempertanyakan seperti berikut
ini “apakah suatu masyarakat berkembang melalui tahap- tahap tertentu. Lagipula adalah
sangat sukar untuk memastikan bahwa tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan
tahap terakhir dan sebaliknya telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju ke bentuk
kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini,
atau bahkan sebaliknya?”. Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto mengatakan “para
sosilog telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat.
2. Perubahan Sosial Revolusi

Secara sederhana arti perubahan sosial revolusi adalah perubahan yang terjadi
dengan cara cepat mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok daripada kehidupan
manusia (Soerjono Soekanto, 1982, 317). Di dalam revolusi, perubahan sosial dapat terjadi
dengan terencana dan tidak terencana (spontan). Dan perubahan revolusi yang terencana
membutuhkan waktu yang agak lama namun secara psikologis dirasakan cepat, seperti
misalnya revolusi industri yang dimulai di Inggris, dimana terjadi perubahan – perubahan
dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi dengan menggunakan mesin.
Perubahan tersebut dianggap cepat, karena merubah sendi-sendi pokok daripada kehidupan
masyarakat, seperti misalnya sistem kekeluargaan , hubungan antara buruh dengan majikan
dan seterusnya (contoh dikutip dari Soerjono Soekanto).

Revolusi yang tidak terencana (direncanakan dalam waktu yang singkat), yaitu
perubahan sosial yang terjadi pada struktur politik dan pemerintahan yang disebabkan oleh
adanya gerakan sosial melawan ketidakadilan Negara dalam distribusi kekuasaan,
kewenangan, dan distribusi ekonomi kepada masyarakat umum, seperti misalnya gerakan
reformasi 1998 di Indonesia, gerakan sosial 2011 di Tunisia dan Mesir. Perubahan struktur
politik dan pemerintahan di ketiga negara tersebut terjadi dalam waktu yang sangat cepat
(hitungan bulan). Untuk menuju revolusi yang demikian dibutuhkan hal- hal berikut ini,
memiliki pimpinan revolusi (gerakan sosial), memiliki kesadaran bersama, memiliki kondisi
yang sama, memiliki solidaritas sosial yang tinggi, momentum yang tepat, dan memiliki
kekuatan finansial dan fisik.

Secara teoritis perubahan sosial revolusi terjadi pada masyarakat terbuka (open
society), yaitu masyarakat yang sadar akan informasi dan teknologi. Kekuatan revolusi di
Mesir dan Tunisia digalang melalui teknologi internet program Twiter dan Facebook. Ini
menjadi buktinyata pengaruh teknoligi terhadap perubahan sosial revolusi.

3. Perubahan Sosial Terencana

Perubahan sosial terencana merupakan perubahan yang diatur oleh aktor-aktor


tertentu dalam mewujudkan tujuan yang sama. Aktor-aktor tersebut menyusun strategi, ide,
dan program dengan sistimatis bahkan dijadikan sebagai acuan normatif seperti misalnya
Negara melalui birokrasi untuk mewujudkan tujuan kesejahteraan masyarakat (merubah
Negara miskin menjadi Negara berkembang, Negara berkembang menjadi Negara maju)
direncanakan dan ditetapkan program-program bersama jadwal untuk mewujudkan tujuan
tersebut.

4. Perubahan Sosial Tidak Terencana

Perubahan sosial tidak terencana adalah perubahan sikap dan perilaku manusia
disebakan oleh lingkungan dan kondisi yang ada seperti misalnya perubahan perilaku
komunikasi manusia, sebelum memasuki abad teknologi manusia tidak pernah
membayangkan diabad sekarang ini (abad modern) manusia tidak lagi hanya komunikasi
tatap muka namun bisa dilakukan dengan cara jarak jauh melalui Handpon (HP), Internet
(Email, Twiter, Feecbook, dll).

5. Perubahan Sosial Pengaruhnya Kecil

Perubahan sosial pengaruhnya kecil adalah perubahan yang dampaknya tidak


langsung pada perubahan struktur sosial politik dan pemerintahan. Pengaruhnya hanya pada
wilayah perilaku manusia secara individu misalnya seperti mode/tren pakaian.

6. Perubahan Sosial Pengaruhnya Besar

Perubahan sosial yang dirasakan oleh orang banyak (institusi sosial) seperti misalnya
perubahan dari agraris menuju industri. Perubahan tersebut membawa dampak pada
perubahan struktur sosial yang ada. Dari struktur sosial yang orientasi agraris menjadi
industri. Contoh lain, perubahan struktur politik pemerintahan otoriter menuju politik
pemerintahan demokratis mebawa dampak besar bagi perubahan sikpa dan budaya politik
masyarakat.

7. Perubahan Materiil dan Immateriil

Selain tipe-tipe perubahan sosial yang didiskusikan di atas masih ada beberapa tipe
perubahan sosial yang ditinjau dari perspektif struktur sosial sebagaimana yang didiskusikan
oleh Drs. Wawan Ruswanto, M.Si dalam buku modul/bahan ajar (reviuwer Juli Astutik,
belum dipublikasikan dalam bentuk buku). Berdasarkan teori-teori perubahan sosial
strukturasi Ruswanto menguraikan tipe perubahan sosial berdasarkan perspektif struktur
sosial sebagai berikut.

1. Perubahan dalam personel (changes in personnel), yang berhubungan dengan perubahan


peran dan individu-individu baru dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan
dengan keberadaan struktur.
2. Perubahan dalam cara bagian-bagian dari struktur berhubungan (changes in the way
parts of structures relate). Perubahan pada tipe ini menyangkut hubungan-hubungan
peran (role relationships).
3. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur (changes in the functions of structures).
Perubahan dalam tipe ini berkaitan dengan apa yang dilakukan masyarakat dan
bagaimana masyarakat tersebut melakukannya.
4. Perubahan dalam hubungan antara struktur yang berbeda (changes in the relationships
between different structures).
5. Kemunculan struktur baru (the emergence of new structures). Perubahan yang terjadi
merupakan peristiwa munculnya struktur baru untuk menggantikan struktur sebelumnya.
Tipe perubahan sosial yang dijelas Ruswanto di atas menggunakan pendekatan
struktural fungsional Talcott Parson yang terfokus pada analisa peran struktur. Meskipun
banyak kritikan namun pendekatan tersebut memberikan kontribusi banyak dalam
memahami realitas sosial tentang perubahan sosial. Sedikit banyak yang disampaikan oleh
Ruswanto di atas adalah fenomena riil yang terjadi pada kehidupan masyarakat.

 Faktor Pendorong Perubahan Sosial


Sudah menjadi kesepakatan umum perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat
akan dan pasti terjadi baik dengan lambat maupun cepat, terencana maupun tidak terencana,
dan berpengaruh besar maun kecil. Pertanyaannya apa faktor-faktor yang mendorong
terjadinya perubahan sosial? Sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan ini telah melahirkan
banyak teori.
Soejono Sukanto mengatakan perubahan sosial disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah antara lain:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk. Dengan bertambahnya penduduk
menyebabkan terjadinya perubahan struktur masyarakat, terutama yang menyangkut
lembaga- lembaga kemasyarakatan. Berkurangnya penduduk yang disebabkan oleh
adanya aktivitas transmigrasi juga berpengaruh pada perubahan struktur masyarakat.
2. Penemuan- penemuan baru. Penemuan baru ditengah kehidupan masyarakat berdampak
luas pada cara hidup masyarakat seperti misalnya pada pengolahan lahan dengan
menggunakan pacul/tembilang yang menguras tenaga manusia lebih besar. Karena
inovasi manusia, cara tersebut mulai ditinggalkan dan digantikan dengan cara baru, hasil
temuan manusia yaitu pengolahan lahan dengan menggunakan mesin traktor.
3. Pertentangan (conflict) didalam masyarakat. Konflik antar individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok dapat berpengaruh besar pada perubahan sosial budaya
seperti misalnya pertentangan individu dengan tradisi kebudayaan dilingkungan sekitar.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi. Gerakan revolusi berpengaruh lebih besar
dalam perubahan sosial dibandingkan penyebab lain. Karena revolusi merubah bentuk
dan struktur Negara dan pemerintahan.

Soetonomo (2009, 83) menjelaskan ada lima faktor yang mendorong perubahan
sosial diantaranya: sebagai upaya pemecahan masalah sosial, percepatan perubahan, proses
reintegrasi, memotong lingkaran kemiskinan, transformasi struktur dan antisipasi dampak.
Faktor perubahan sosial tersebut oleh Soetonomo diistilahkan sebagai perubahan sosial
terencana menuju kondisi sosial yang lebih baik.

 Faktor Penghambat Perubahan Sosial

Ada beberapa alasan atau faktor kenapa perubahan sosial cenderung lambat dan
bahkan jalan ditempat. Berikut diuraikan penghambat perubahan sosial

.
 Kurangnya Hubungan Dengan Masyarakat Lain

Individu atau masyarakat yang tidak memiliki atau tidak mau memiliki akses untuk
berhubungan dengan masyarakat lain. Dadot (2011) “bahwa masyarakat tersebut tidak dapat
mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain di luarnya.
Jika hal tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang masa maka akan
menyebabkan kemunduran bagi masyarakat yang bersangkutan, sebab mereka tidak
memperoleh masukan-masukan misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat
memperkaya bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor ketertutupan atau
kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor
yang dapat menghambat atau menghalangi bagi proses perubahan sosial dan budaya di
dalam masyarakat”.

 Tradisi dan Adat

Karena tradisi dan adat merupakan aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang
dan dianggap sebagai aktivitas yang sakral oleh masyarakat tertentu maka tidak gampang
untuk dirubah meskipun aktivitas itu mengorbankan harta bahkan jiwa seperti misalnya
tradisi Ngayau (potong kepala) suku Dayak Iban di Kalimantan Barat.

 Kepentingan Politik yang Tertanam Kuat

Negara – negara yang memiliki sistem politik tertutup (otoriter, monarki, sosialis)
memiliki kepentingan politik yang tertanam kuat akhirnya perubahan pada struktur sangat
sulit dilakukan termasuk pergantian pimpinan negara.

 Manusia Pasrah pada Nasib (takdir Tuhan)

Manusia seperti ini sulit untuk merubah hidup karena prinsip yang dimiliki hidup
tergantung tuhan sedangkan manusia hanya menunggu dan menerima nasib/takdir. Biasanya
manusia yang berprinsip seperti ini tidak memiliki wawasan luas tentang ketuhanan dan
mereka berada jauh dari akses pendidikan dan informasi.

2.3 HASIL PEMBANGGUNAN PENDIDIKAN PADA PJP 1 DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PADA PJP 2

 Hasil Pembangunan Pada PJP 1


28. Program wajib belajar enam tahun yang dicanangkan sejak tahun 1984 telah mencapai
sasarannya sebelum PJP I berakhir. Angka Partisipasi Kasar (APK) pada tingkat sekolah
dasar meningkat dari 68,7 persen pada awal PJP I menjadi 111,9 persen pada tahun 1995/96;
dari 16,9 persen menjadi 60,8 persen pada tingkat sekolah lanjutan pertama;dari8,6 persen
menjadi 35,9 persen untuk tingkat sekolah lanjutan atas; dan dari 1,6 persen menjadi 11,4
persen untuk tingkat pendidikan tinggi.

29. Keberhasilan program-program pendidikan ini juga ditunjukkan dengan menurunnya


jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara dari 39,1 persen pada tahun
1971 menjadi 12,7 persen pada tahun1995.

30. Hasil pendidikan ini bukan sekedar statistik.Peningkatan pendidikan akan meningkatkan
pendapatan, apresiasi terhadap sekitarnya, kemampuan dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah, serta membangun kualitas kehidupan bagi generasi
berikutnya.Dewasa ini kita sedang memetik hasil dari pendidikan dalam PJP I, sambil
menyiapkan pendidikan untuk generasi yang akan datang.

31. Meningkatnya derajat pendidikan dan juga kesehatan mempunyai dampak terhadap
peningkatan kualitas peranan wanita dalam pembangunan. Derajat pendidikan wanita dari
tahun ke tahun terus meningkat yang ditunjukkan oleh makin banyaknya wanita yang
menempuh pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

32. Di bidang ekonomi, peningkatan peran wanita ditunjukkan dengan makin banyaknya pekerja
wanita yang pada tahun 1990 berjumlah 25,5 juta orang meningkat menjadi 28,5 juta
orang pada tahun 1995. Dengan kemajuan tersebut, maka peranan wanita di segala bidang
pembangunan makin nyata. Dalam pembangunan perdesaan, misalnya, peran wanita melalui
PKKsangat besar kontribusinya.

 Program Pembangunan Pendidikan PJP 2

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan pendidikan dalam Repelita VI sesuai petunjuk


GBHN 1993 adalah mantapnya penataan pendidikan nasional untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, dengan mengutamakan pemerataan dan
peningkatan kualitas pendidikan dasar serta perluasan pendidikan keahlian dan
kejuruan.

Secara lebih rinci sasaran Repelita VI adalah terwujudnya keterkaitan dan


kesepadanan yang lebih baik antara pendidikan dan dunia kerja; meningkatnya
pernerataan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
ditunjukkan oleh angka partisipasi kasar (APK) pada akhir Repelita VI sekitar
115 persen untuk SD terrnasuk M1, sekitar 66 persen untuk SLTP termasuk
madrasah tsanawiyah (MTs), sekitar 41 persen untuk SLTA termasuk madrasah
aliyah (MA), dan sekitar 13 persen untuk PT termasuk perguruan tinggi agama
(PTA); meningkatnya jumlah guru SD yang berkualifikasi D2, guru SLTP yang
berkualifikasi D3 dan guru SLTA yang berkualifikasi S1 dan menurunnya angka
buta aksara penduduk usia 10 tahun ke atas menjadi sekitar 10 persen.

Untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan pendidikan dalam Repelita


VI tersebut, ditempuh berbagai kebijaksanaan, antara lain melaksanakan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; membina pendidikan menengah
umum, pendidikan menengah kejuruan, pendidikan tinggi dan pendidikan luar
sekolah; membina guru dan tenaga kependidikan lainnya; mengembangkan
kurikulum dan buku; melengkapi sarana dan prasarana pendidikan;
meningkatkan peran serta masyarakat termasuk dunia usaha dalam
penyelenggaraan pendidikan; serta meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas pendidikan.

Berdasarkan pada sasaran dan kebijaksanaan pembangunan pendidikan


nasional tersebut, dalam Repelita VI dilaksanakan berbagai program pokok yang
meliputi : (1) pembinaan pendidikan dasar, (2) pembinaan pendidikan
menengah, (3) pembinaan pendidikan tinggi, (4) pendidikan luar sekolah, (5)
pendidikan kedinasan, dan (6) pembinaan tenaga kependidikan. Program-
program tersebut didukung oleh 6 program penunjang, dua diantaranya
dilaporkan dalam bab ini adalah program penelitian dan pengembangan
pendidikan, dan program pengembangan informasi pendidikan. Sedangkan
program lainnya dilaporkan pada sektor-sektor yang bersangkutan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat


Repelita VI

Pembangunan pendidikan diselenggarakan melalui berbagai program pokok


dan program penunjang, yang pokok-pokok pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
a. Program Pokok

1) Program Pembinaan Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah ditujukan


untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Menurut UUSPN, pendidikan dasar meliputi pendidikan selama 6 (enam)
tahun pada sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) dan selama 3 (tiga)
tahun pada sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau madrasah tsanawiyah
(MTs). Dalam Repelita VI program ini meliputi pembinaan pendidikan
prasekolah, pembinaan sekolah dasar, pembinaan sekolah lanjutan tingkat
pertama, dan pembinaan sekolah luar biasa.

2) Program Pembinaan Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi


anggota masyarakat yang memiliki kemampuan dan mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan iptek. Pendidikan menengah
terdiri dari Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) serta Madrasah Aliyah (MA). Sesuai dengan UUSPN, mulai tahun ajaran
1994195 nama SMA secara resmi telah berubah menjadi SMU. Sementara, itu
istilah sekolah menengah kejuruan tingkat atas telah resmi pula berubah
menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pada tahun 1997/98 jumlah murid baru pendidikan menengah (SMU dan
SMK), tidak termasuk madrasah aliyah (MA) tercatat 1,851 juta orang. Angka
partisipasi kasar (APK) SLTA tidak termasuk madrasah aliyah (MA) pada tahun
1997/98 adalah 36,7 persen atau bila dibandingkan dengan tahun 1993/94
meningkat sebesar 6,4 persen (Tabel -4). Bila jumlah murid MA diperhitungkan
maka APK pendidikan menengah mencapai 40,3 persen. Dengan demikian
sampai dengan tahun keempat Repelita VI APK pendidikan menengah telah
melampaui sasaran tahun keempat Repelita VI yaitu sebesar 37,7 persen.

3)Program Pembinaan Pendidikan Tinggi

Pembinaan dan pengembangan pendidikan tinggi berupaya untuk


menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
rnemiliki kemampuan akademik dan/atau profesional, serta kemampuan
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Upaya-upaya untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan antara lain melalui perluasan kesempatan
belajar, peningkatan mutu, peningkatan relevansi, serta peningkatan efisiensi dan
efektivitas pendidikan.
Jumlah lembaga perguruan tinggi terus meningkat, demikian pula sarananya
telah makin baik, sehingga telah memperluas kesempatan mengikuti kuliah.
Pertambahan jumlah perguruan tinggi terutama terjadi pada perguruan tinggi
swasta. Pada tahun 1997/98 jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta tercatat
sebanyak lebih dari 1.340 lembaga atau bertambah sekitar 188 lembaga
dibandingkan jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta pada tahun 1993/94.
Berbagai perguruan tinggi negeri selama kurun waktu antara tahun 1993/94
hingga tahun 1997/98 telah menambah gedung pendidikannya yang
keseluruhannya mencapai luas 1.394,7 ribu m2 terdiri dari gedung kuliah dan
gedung kantor seluas 759,7 ribu m2, gedung laboratoriurn 509 ribu m2, dan
perpustakaan seluas 126 ribu m2. Dari keseluruhan gedung.

4) Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah

Sesuai dengan UU SPN, pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan


yang diselenggarakan di luar jalur persekolahan antara lain melalui kegiatan-
kegiatan Pemberantasan Buta Aksara atau Kelompok Belajar Paket A tidak
setara SD, Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP, Kejar Usaha, Magang,
dan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri bekerja mencari nafkah dan
memungkinkan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan demikian warga masyarakat melalui jalur pendidikan luar sekolah selalu
mendapat peluang dan kesempatan belajar dan berusaha.

Kegiatan di dalam program pembinaan pendidikan luar sekolah yang


ditempuh melalui pembinaan Kejar Paket A tidak setara SD meliputi tiga
tahapan, yaitu: (1) tahap pemberantasan; (2) tahap pembinaan; dan (3) tahap
pelestarian. Tahap pembinaan dan pelestarian tersebut di atas dilakukan melalui
berbagai upaya, seperti Kelompok Belajar Usaha (KBU), dan magang. Program
ini diarahkan untuk memberikan pelayanan pendidikan, dan kesempatan belajar
kepada warga masyarakat yang masih buta aksara, serta sekaligus
menjamin penduduk yang sudah melek aksara agar tidak menjadi buta aksara
kembali. Dalam upaya menunjang program pemberantasan buta aksara tersebut
dilaksanakan pula Operasi Bhakti ABRI Manunggal Aksara (OBAMA) yang
mulai dilaksanakan pada tahun 1995/96. Sampai dengan tahun 1997/98 telah
mencapai 3 juta orang.
Pelaksanaan kegiatan pemberantasan buta aksara selama lima tahun sejak
akhir Repelita V sampai dengan tahun ke empat Repelita VI telah mencapai 5,6
juta orang. Sejalan dengan peningkatan jumlah peserta program pemberantasan
buta aksara tersebut telah terjadi penurunan angka buta aksara. Dari hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS)
tercatat bahwa angka buta aksara di Indonesia pada tahun 1985 masih sebesar 19,07
persen (22,9 juta orang) dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas sebanyak
120,4 juta orang. Sedangkan berdasarkan hasil SUPAS tahun 1995 angka buta
aksaradi Indonesia telah turun menjadi 12,56 persen (19,2 juta orang) dari jumlah
penduduk usia 10 tahun ke atas sebanyak 152,5 juta orang. Bila dilihat dari angka
penurunan buta aksara tersebut maka diperkirakan sasaran Repelita VI sekitar 10
persen akan dapat dicapai.

5) Program Pembinaan Pendidikan Kedinasan


Pendidikan kedinasan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan,
keterampilan, pengetahuan, dan sikap mental karyawan pemerintah di
berbagai bidang pembangunan. Usaha tersebut dimaksudkan untuk lebih
menyiapkan dan menyesuaikan mutu tenaga dengan bidang tugasnya agar dapat
secara terus menerus mengikuti dan menguasai cara-cara pengelolaan bidang tugas
yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat, perkembangan
dunia pada umumnya dan khususnya perkembangan teknologi.
Pada tahun 1997/98 jumlah mahasiswa program kedinasan secara
keseluruhan adalah sebanyak 139,3 ribu orang. Jumlah mahasiswa tersebut
mengalami fluktuasi sejak 1993/94 karena adanya perubahan status terhadap
beberapa perguruan tinggi kedinasan (PTK) menjadi perguruan tinggi swasta
(PTS) dan penghapusan pengelolaan beberapa program studi yang sudah
dilaksanakan di perguruan tinggi negeri (PTN). Mahasiswa PTK tersebut tersebar
di berbagai lembaga pendidikan yang berada di bawah pengelolaan berbagai
Departemen atau LPND antara lain di Departemen Dalam Negeri, Departemen
Kehakiman, Departemen Kesehatan, Departemen Keuangan, Departemen
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Departemen Penerangan, Departemen
Perhubungan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertahanan
dan Keamanan, Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Pertanian,
Departemen Sosial, Departemen Tenaga Kerja, Badan Pertanahan Nasional,
Badan Tenaga Atom Nasional, Sekretariat Negara, dan Lembaga Administrasi
Negara.

6) Program Pembinaan Tenaga Kependidikan


Pembinaan tenaga kependidikan dan kebudayaan bertujuan untuk
meningkatkan mutu tenaga kependidikan agar program pembangunan
pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik, efektif, dan efisien. Kegiatan
yang dilakukan meliputi penyetaraan guru SD setara D2, penyetaraan guru SLTP
setara D3, pendidikan guru SD (D2-PGSD), pendidikan guru sekolah menengah
(PGSM), serta penataran bagi tenaga pendidikan luar sekolah. Selain itu melalui
program ini diupayakan pula peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga
kependidikan.
Pendidikan tenaga kependidikan ditingkatkan mutunya antara lain, melalui
penelusuran minat dan kemampuan, pengembangan sistem seleksi, penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan yang lebih bermutu dan sesuai dengan
kurikulum dan jenis pekerjaan di tempat lulusan bertugas.
Penyetaraan guru SD setara D2 dilaksanakan melalui program pola belajar
jarak jauh (PBJJ) yang dikelola Universitas Terbuka dengan menggunakan
modul dan dikombinasikan dengan kegiatan tutorial secara berkala. Dalam kurun
waktu 1993/94 sampai dengan 1997/98 guru SD yang mengikuti penyetaraan D2
melalui Universitas Terbuka adalah sebanyak 400 ribu orang, terdiri dari 38,6
ribu pada tahun 1993/94 dan selama 4 tahun Repelita VI sekitar 341,4 ribu. Di
samping itu sejak tahun 1996/1997 telah dimulai penyetaraan D2 yang
diselengggarakan dengan pola tatap muka pada lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK).

b. Program Penunjang

1) Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan


Program penelitian dan pengembangan pendidikan bertujuan untuk
memperoleh masukan bagi upaya perbaikan, perluasan, pendalaman, dan
penyempurnaan sistem pendidikan nasional yang menyangkut penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, serta sarana dan prasarana penunjang. Program ini
dilaksanakan antara lain melalui kegiatan penelitian dan ujicoba kurikulum baru,
metode belajar mengajar baru, dan alat peraga baru, serta sistem pembinaan
tenaga kependidikan yang berdampak pada peningkatan mutu, kesesuaian,
efisiensi, dan efektivitas pendidikan.

2)Program Pengembangan Informasi Pendidikan


Program ini bertujuan meningkatkan, mengembangkan, dan memantapkan
sistem informasi pendidikan sehingga mampu memberikan data dan informasi
yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna proses pengambilan
keputuhan, baik di tingkat pusat maupun daerah serta untuk memberikan data
dan informasi dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat dalam
pembangunan pendidikan. Kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi
pengembangan sistem analis data dan informasi kebijaksanaan, pengkajian dan
peneeaahan kebijaksanaan pendidikan dan kebudayaan dalam kaitannya dengan
berbagai sektor pembangunan, pembangunan infrasruktur sistem informasi
tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kotamadya, dan pengembangan
"database" pendidikan dan kebudayaan serta pengelolaan sumber daya teknologi
informasi. Hasil pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang dilakukan
antara lain telah dirangkum dalam buku Statistik Pendidikan dalam Grafik
Indikator Pemerataan Pendidikan diIndonesia,Indikator.Mutu Pendidikan di
Indonesia, dan buku Pendidikan di Indonesia yang ditulis dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA

Soetomo, Cetakan 1, 2009. Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka.


Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Soerjono Soekanto, Cetakan 1, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit Rajawali Pers.
Ruswanto, dkk, 2011. Modul Mata Kuliah Perubahan Sosial Universitas Terbuka.
(http://duniapolitik-wibiono.blogspot.com,2011).
Perubahan Sosial dan Pembangunan oleh Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi dalam
http://pustaka.ut.ac.id/web/index.php.
Mudyahardjo Redja. 2010. Pengantar Pendidikan. Rajawali pers : Jakarta.
Abdullah, 2011. Sosiologi Pendidikan. Rajawali pers: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai