IMPERIALISME
4) Perang Aceh
Traktat London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka
kepada Inggris, dan Belanda mendapat ha katas Aceh. Berdasarkan traktat
tersebut, Belanda mempunyai alasan untuk menyerang istana Aceh. Saat itu,
Aceh masih merupakan Negara merdeka. Belanda juga membakan masjid
Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh 5 April 1873.
Semangat jihad (perang membela agama Ialam) menggerakan perlawanan
rakyat aceh. Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran di depan masjid
Baiturrahman, Banda Aceh. Kohler meninggal dekat dengan pohon yang
sekarang diberi nama pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan
system bertahan dalam benteng besar oleh Belanda tidak berhasil. Belanda
semakin terdesak, korban semakin besar, dan keuangan tersu terkuras.
Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan
rakyat Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda mengutur Dr. Snouck
Hurgronje yang memakai nama samara Abdul Gafar. Sebagai seorang ahli
Bahasa, sejarah, dan social islam, ia dimintai masukan atau rekomendasi
tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh. Setelah lama belajar di Arab,
Snouck Hurgronje memberikan saran-saran kepada Belanda mengenai cara
mengalahkan orang Aceh. Menuruk Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan
dengan kekerasan, sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah menyerah.
Jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi.
Taktik yang paling ampuh adalah dengan mengadu domba antara golongan
Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama. Belanda menjanjikan kedudukan
kepada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak
Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda, apabila kaum ulama dapat
dikalahkan. Sejak tahun1898, kedudukan Aceh semakin terdesak.
Banyak tokohnya yang gugur. Teuku Umar gugur dalam pertempuran di
Meulaboh pada 1899. Sultan Aceh Muhammad Daudsyah ditawan pada
tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia. Panglima Polem
Muhammad Daud juga menyera pada tahun 1903. Cut Nyak Dien, tokoh
pemimpin perempuan, ditangkap tahun 1906, kemudian diasingkan ke
Sumedang.
Pahlawan perempuan Cut Meutia gugur pada tahun 1910. Perlawanan
Aceh pun terus menyusut. Hingga tahun 1917, Belanda masih melalukan
pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh. Belanda mengumumkan
berakhirnya perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan
seporadis rakyat Aceh masih berlangsung hingga tahun 1930an.
6) Perang Banjar
Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan
peregantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan
kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada
tahun 1859, Pangeran Antasari mempin perlawanan setelah Prabu Anom
ditangkap Belanda. Pasukan Pangeran Antasari dapat didesak. Pada tahun
1862, pangeran Hidayat meyerah,dan berakhirlah perlawanan Banjar di
pulau Kalimantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun
1905.