Anda di halaman 1dari 133

Modul 8

Globalisasi
Ir. Dadang Supriyatna, M.M.

PE N D A HU L UA N

ejak akhir dekade 1980-an dan 1990-an kosakata 'globalisasi' telah


S menjadi kata sehari-hari. Kini, kata globalisasi tidak saja telah meluas
secara harfiah, tapi lebih dari itu terkait dengan banyak hal, misalnya
teknologi. pemerataan pengetahuan melalui sarana e-mail atau internet,
penyebaran ide-ide politik. budaya dan lain-lain. Para politisi atau media
massa, menggunakan istilah 'globalisasi' dalam konteks "penyebarluasan ke
seluruh dunia" - dalam hal ini penyebarluasan pengaruh pasar di dalam
kehidupan ekonomi dan politik.
Sebenarnya, globalisasi bukanlah fenomena baru dalam sejarah
peradaban dunia. Sebelum kemunculan nation-state, perdagangan dan
migrasi lintas benua telah berlangsung sejak lama. Jauh sebelumnya
perdagangan regional telah membuat interaksi antar suku bangsa terjadi
secara alamiah. Mungkin Anda masih ingat pelajaran sejarah bahwa dahulu
kerajaan Sriwijaya sudah mempunyai hubungan dagang dengan berbagai
negara lain. Bahkan pada saat itu, kerajaan Sriwijaya merupakan pelabuhan
perdagangan yang ramai. Namun demikian, pada saat ini gelombang
globalisasi yang melanda semua penjuru dunia, jauh mempunyai intensitas
dan cakupan yang berbeda. Saat ini, proses konvergensi yang kita saksikan
akibat dari globalisasi dewasa ini praktis telah menyentuh hampir seluruh
sendi kehidupan, baik bidang ekonomi, bisnis, budaya, politik, maupun
ideologi. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa proses globalisasi tersebut
berjalan mulus. Kecenderungan globalisasi disertai dengan fragmentasi.
Gambarannya akan lebih kentara dengan mengkontraskan elemen-elemen
dari setiap kecenderungan. Pada satu sisi, globalisasi mengandung elemen-
elemen: integration, interdependence, multilateralism, openness, dan
interpenetration. Di sisi lain, elemen-elemen dari fragmentation ialah:
disintegration, autarchy, unilateralism, closure, dan isolation. Sementara itu,
globalisasi mengarah pada globalism, spatial compression, universalism,
8.2 Manajemen 

homogeneity, dan convergency; sebaliknya fragmentasi mengarah pada


nationalism atau regionalism, spatial distension, separatism, heterogeneity,
dan divergency (Basri. 1999).
Banyak kalangan memandang bahwa globalisasi merupakan keniscayaan
sejarah dan oleh karena itu tak dapat dihentikan. Pandangan ini muncul
sebagai reaksi dari pendapat sementara kalangan yang sangat prihatin
terhadap kecenderungan perkembangan ekonomi dunia yang kian tak
menentu dan rentan gejolak, terutama sebagai akibat dari arus finansial
global yang semakin liar. Padahal tak semua negara memiliki daya tahan
yang tangguh untuk terlibat di dalam kancah lalu lintas finansial global yang
tak lagi mengenal batas-batas negara dan semakin sulit dikontrol oleh
pemerintah negara yang berdaulat.
Setelah mempelajari modal ini secara seksama, Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan definisi globalisasi dari berbagai sudut pandang dan
kepentingan;
2. menjelaskan pro kontra globalisasi;
3. menjelaskan globalisasi dan neo-liberalisme;
4. menjelaskan peranan perusahaan multinasional dalam globalisasi;
5. menjelaskan globalisasi dan strategi persaingan.
 EKMA4116/MODUL 8 8.3

Kegiatan Belajar 1

Pengertian dan Sejarah Globalisasi

A. DEFINISI GLOBALISASI

Banyak definisi tentang globalisasi, salah satu yang bisa dikutip adalah
definisi dari seorang sosiolog Australia yang bernama Malcolm Waters. Pada
tahun 1995 Malcohn Waters menerbitkan sebuah buku yang berjudul
"Globalization". Menurut Malcolm, globalisasi adalah sebuah proses sosial
yang mengakibatkan batasan geografis dalam aspek sosial-budaya menjadi
kurang penting, yang terwujud di dalam kesadaran orang (Feith, 1999).
Namun definisi tersebut masih belum dapat disetujui oleh banyak pihak.
Kesulitan kita dalam mengambil dan menyimpulkan definisi globalisasi
adalah karena faktor kepentingan. Sebagian pakar menyatakan bahwa
globalisasi adalah satu tahapan baru dari ekonomi kapitalis yang ditandai
oleh keterbukaan pasar dan menghilangnya batas-batas negara. Pakar lain
mengatakan globalisasi merupakan suatu keadaan di mana di dalamnya peran
teknologi komunikasi dan perusahaan swasta lebih dominan. Mereka
menyebutnya "Ekonomi Kasino". Secara ekonomi globalisasi merupakan
proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sebuah
sistem ekonomi global (Mansour Fakih, 2001). Pakar lain mendefinisikan
globalisasi sebagai kondisi di mana muncul keterlibatan satu ekonomi dunia
yang tidak hanya merupakan totalitas dari perekonomian nasional setiap
negara, melainkan sebuah realitas independen yang kokoh. Dalam hal ini,
aliran modal, komoditas, teknologi dan tenaga kerja berskala besar dan
berjangka panjang melintasi perbatasan negara (Pmes Petras, 1999).
Pandangan lainnya melihat globalisasi sebagai suatu deskripsi sekaligus
sebagai preskripsi. Sebagai sebuah deskripsi, globalisasi, mengacu pada
perluasan dan penguatan arus perdagangan, modal, teknologi dan informasi
internasional dalam sebuah pasar global yang menyatu. Dengan kata lain,
globalisasi merupakan suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional
bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global (Mansour Fakih,
2001). Pandangan ini mengidentifikasikan sebuah kompleksitas perubahan
yang dihasilkan oleh perkembangan kapitalisme serta berbaurnya nilai-nilai
dan budaya yang berhubungan dengan perkembangan kapitalisme tersebut.
Dalam konteks ini acuannya sering kali berupa perubahan-perubahan yang
8.4 Manajemen 

terjadi di dalam pengaturan produksi, perluasan proses akumulasi modal, dan


lain-lain. Sebagai sebuah preskripsi, globalisasi meliputi liberalisasi pasar
global dan pasar nasional dengan asumsi bahwa arus perdagangan bebas,
modal dan informasi akan menciptakan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan
dan kemakmuran manusia (UNDP-United Nations Development Programs,
1992). Dengan demikian dalam konteks ini, globalisasi menjadi penjelasan,
meskipun tidak memadai, sekaligus ideologi yang sekarang mendominasi
pemikiran, pengambilan keputusan dan praktek politik.
Beragamnya istilah globalisasi ini menimbulkan beragam penafsiran.
Misalnya, setiap pidato politik para politikus tidak merasa afdhol jika tidak
menyelipkan kata globalisasi. Demikian juga para ekonom dan ilmuwan
politik merasa ketinggalan zaman jika tidak menyampaikannya dalam
perkuliahan. Itulah sebabnya, seperti dikatakan John Baylish dan Steve
Smith, diskusi mengenai globalisasi kebanyakan terlalu menyederhanakan
fenomena tersebut, atau bahkan melebih-lebihkan. Jika demikian maka apa
sebetulnya definisi globalisasi itu? Apakah globalisasi merupakan bentuk
semangat lain dari imperialisme?." Sebagian teoritis mendefinisikan
imperialisme sebagai tahapan tertinggi dari kapitalisme, sebagian lain
mendefinisikannya sebagai konsekuensi dari perkembangan kapitalisme.
Apakah Anda juga melihat globalisasi sebagai bentuk imperialisme? Boleh
saja begitu, namun kita juga harus melihat pandangan lainnya.
Gunaryadi mengutip pendapat J.A. Scholte (2002) yang menyimpulkan
bahwa setidaknya ada lima kategori pengertian globalisasi yang umum
ditemukan dalam literatur. Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu
sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing
mengandung unsur yang khas.

1. Globalisasi sebagai internasionalisasi


Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar sebuah kata sifat
(adjective) untuk menggambarkan hubungan antarbatas dari berbagai
negara. ia menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran dan
interdependensi internasional. Semakin besar volume perdagangan dan
investasi modal, maka ekonomi antar negara semakin terintegrasi
menuju ekonomi global.
 EKMA4116/MODUL 8 8.5

2. Globalisasi sebagai liberalisasi


Dalam pengertian ini, globalisasi dipandang sebagai sebuah proses
penghapusan hambatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap
mobilitas antar negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang
'terbuka' dan 'tanpa-batas.' Mereka yang berpendapat pentingnya
menghapus hambatan-hambatan perdagangan dan kontrol modal
biasanya berlindung di balik 'baju' (alasan) globalisasi.

3. Globalisasi sebagai universalisasi


Dalam konsep ini, kata `global' dipahami sebagai proses mendunia, dan
globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan
pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh
klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi,
internet, d11.

4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi (lebih dalam bentuk


yang Americanised).
Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di
mana struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme,
industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia,
yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah
mapan serta merampas hak self-determination rakyat setempat.

5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial (atau sebagai


persebaran suprateritorialitas).
`Globalisasi' mendorong `rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial
tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial,
dan batas-batas teritorial.' A. Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi
sebagai 'intensifikasi hubungan sosial global yang menghubungkan
komunitas lokal sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi di
kawasan yang jauh (misalnya negara-negara Arab), dipengaruhi oleh
peristiwa yang terjadi di suatu tempat yang jauh pula (misalnya
Amerika). dan sebaliknya.

Di samping pemahaman kelima definisi di atas, dalam konteks politik


internasional, globalisasi dan dampaknya bisa pula dipahami dari berbagai
8.6 Manajemen 

teori. Di sini globalisasi ditinjau dari 3 sudut pandang yaitu realisme,


liberalisme, dan neo-Marxisme.
Secara umum, dari sudut realisme, globalisasi bisa dianggap sebagai
mekanisme yang sengaja dirancang (by design) oleh suatu negara sebagai
perwujudan dari konsep bahwa `setiap negara merekayasa mekanisme yang
menurut mereka paling menguntungkan bagi kepentingan negara tersebut'.
Sedangkan penganut liberalisme - yang menganggap positif hakikat manusia
mengakui bahwa individu memiliki kepentingan masing-masing dan hingga
pada titik tertentu mereka saling berkompetisi. Selain itu, individu-individu
tersebut juga memiliki banyak kesamaan kepentingan, dengan demikian
mereka bisa bekerja sama, baik dalam skala domestik maupun internasional
untuk memberikan manfaat bagi semua orang secara global.
Dari sudut ini kelompok liberal khususnya ekonom liberal menyambut
positif konsep globalisasi ekonomi. M. Friedman (1993) mengungkapkan
bahwa: "It is possible to produce a product anywhere, using resources from
anywhere, by a company located anywhere, to be sold anywhere"
(Merupakan hal yang sangat memungkinkan untuk memproduksi suatu
produk di mana saja, dengan menggunakan bahan baku dari mana saja,
diproduksi oleh suatu perusahaan dari mana saja, dan dapat dijual ke mana
saja). Sebuah mobil dapat diproduksi Indonesia, menggunakan bahan baku
dari Vietnam, Thailand, diproduksi oleh perusahaan Jepang dan dijual ke
berbagai negara.
Suatu perspektif dominan dalam kajian globalisasi, khususnya tentang
hubungan antara politik dengan ekonomi dan antara negara dengan pasar
adalah International Political Economy (IPE). Salah satu dari tiga teori utama
IPE adalah neo-Marxisme yang meyakini bahwa negara tetap berperan
sebagai regulator penting dalam globalisasi, tetapi mereka secara perlahan
kehilangan kontrol atas ekonomi. Globalisasi ekonomi dianggap sebagai
proses yang tidak seimbang dan hierarkis di mana kekuasaan ekonomi
semakin terpusat di kalangan negara-negara industri maju.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah
satu `konsep' yang dapat ditinjau dari berbagai segi dan disiplin. Hal itu
disebabkan oleh daya pengaruh globalisasi yang mampu menembus hampir
semua segi kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
Sekarang Anda sudah mengetahui berbagai perspektif dan definisi
globalisasi, dan selanjutnya silakan Anda mengambil sendiri intisari definisi
 EKMA4116/MODUL 8 8.7

globalisasi tersebut. Jika Anda masih belum mampu menyimpulkannya,


maka Anda seperti kebanyakan orang dan ahli boleh mendefinisikan
globalisasi sesuai dengan kepentingan sendiri atau golongan. Globalization
has economic, political and cultural dimensions, all of which can have a
social impact.

2. Globalisasi
Kata globalisasi diambil dari kata global yang maknanya ialah universal.
Jadi maksud globalisasi di sini adalah universalisasi ideologi kapitalisme atau
menjadikan kapitalisme sebagai satu-satunya ideologi dan peradaban dunia.
Globalisasi adalah suatu ungkapan yang berarti penyatuan (integrasi) dan
penundukan perekonomian lokal ke dalam perekonomian dunia dengan cara
memaksakan penerapan format ekonomi swasta ke dalam struktur
perekonomian dunia, serta menjadikan ekspor setiap negara untuk ditujukan
kepada pasar dunia, selain untuk pasar regional. Semua ini mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan
jasa. Jadi, dalam konteks ini, pasar dan perekonomian dunia bukanlah
perekonomian yang tertutup atau terproteksi, melainkan perekonomian
terbuka, atau apa yang disebut dengan pasar yang terbuka terhadap segala
kekuatan ekonomi.
Terlepas dari segala macam penafsiran, globalisasi ditengarai sebagai
sebuah proses yang kompleks (Giddens, 2000: 38). Kompleksitas ini muncul
karena ia digerakkan oleh berbagai kekuatan, baik budaya, teknologi, politis
maupun ekonomi. Tidak mengherankan bila kemudian globalisasi dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Globalisasi tidak hanya merubah
kehidupan sehari-hari tetapi juga menciptakan kekuatan-kekuatan
internasional baru. Bahkan disadari atau tidak, globalisasi telah
mentransformasikan ruang dan waktu serta institusi-institusi, baik sosial
maupun ekonomi.
Globalisasi adalah terminologi baru tetapi eksistensinya telah ada sejak
lama. Gejala globalisasi telah muncul pada abad 19 sebagai rekaan demokrasi
sosial gaya lama (Giddens, 2000: 32-33). Gejala itu muncul sejak petualang
dan pedagang Eropa menjelajahi dunia. Era merkantilis pertengahan abad 19
dengan dukungan transportasi taut boleh dikatakan sebagai awal globalisasi
abad 19. Saat itu perdagangan dan perekonomian dunia sudah terbuka dan
dikuasai pedagang Eropa (negara maju). Jalur perdagangan dan pasar dunia
dikuasai dan dimonopoli pedagang Eropa. Monopoli tidak hanya melalui
8.8 Manajemen 

diplomasi tetapi diusahakan melalui kekerasan (peperangan) dalam upaya


menundukkan dan menguasai kerajaan-kerajaan di Asia, Afrika, Amerika
Latin untuk dijadikan daerah jajahan demi kepentingan perdagangan (sumber
bahan mentah dan pasar). Ketika itu muncul koloni-koloni yang sudah
dikuasai sehingga dengan mudah aktivitas perdagangannya dapat dikontrol.
Dengan demikian keuntungan para pedagang dapat dilipat gandakan dan
negara bisa mengambil keuntungan untuk membiayai pembangunan di
negara asal.
Apa beda antara globalisasi abad 19 dengan abad 21?. Perbedaannya
terletak pada cara dan pendekatan yang dipakai dalam penguasaan, kecepatan
serta cakupannya. Penguasaan pasar dan perdagangan abad 21 tidak lagi
melalui penguasaan secara fisik seperti halnya abad 19, tetapi melalui
pendekatan dengan menggunakan instrumen politik, budaya dan teknologi.
Negara-negara maju dan para pemilik modal berskala internasional tidak
perlu bersusah-payah dan berlama-lama diperjalanan untuk melakukan
transaksi perdagangan. Melalui kerja sama kelompok dalam pasaran bersama,
maka suatu negara dapat melakukan ekspansi pasar. Sejak saat itu,
berdasarkan kesepakatan politis dibentuklah berbagai forum kerja sama
ekonomi/perdagangan seperti AFTA, NAFTA, APEC, WTO dan sebagainya.
Melalui forum itu dilakukan perjanjian mengenai hak dan kewajiban masing-
masing anggota dalam mewujudkan ekspansi dan penguasaan pasar. Negara
yang mempunyai kekuatan lobi politis cenderung akan lebih diuntungkan
dari pada negara yang mempunyai lobi politis lemah. Secara politis negara-
negara maju yang mempunyai lobi politis lebih kuat akan banyak menguasai
dan diuntungkan dengan liberalisasi ekonomi dalam era globalisasi abad ini.
Penguasaan pasar bisa juga dilakukan lewat media teknologi. Dengan
menggunakan teknologi komunikasi mutakhir, negara-negara maju dengan
mudah dapat melakukan transaksi perdagangan menembus batas-batas negara
dalam waktu sangat cepat dan singkat. Integrasi ekonomi menuju pada
perekonomian yang sepenuhnya global melampaui bahkan tanpa ada batas-
batas negara. Teknologi mempercepat proses integrasi dan dengan sekejap
mata dapat mempengaruhi masyarakat dunia di mana pun berada. Informasi
dengan mudah menyebar ke seluruh dunia tanpa ada yang bisa
mengontrolnya. Siapa saja yang mempunyai akses dan menguasai teknologi
komunikasi mutakhir, di mana pun dia berada, dapat dengan mudah dan
leluasa berinteraksi dengan dunia. Transaksi apapun dapat dilakukan dengan
mudah tanpa perlu bersusah-payah. Dunia semakin terbuka dengan segala
 EKMA4116/MODUL 8 8.9

macam implikasinya. Implikasi tersebut tidak terjadi pada sektor ekonomi


dan politik saja tetapi juga pada hidup keseharian, seperti gaya hidup, pola
makan dan seterusnya.
Pada dasarnya istilah globalisasi muncul kembali ketika ditetapkannya
formasi sosial-global baru yang ditandai oleh diberlakukannya secara global
suatu mekanisme perdagangan melalui penciptaan kebijakan free-trade.
Kesepakatan internasional tentang perdagangan tersebut berhasil
ditandatangani pada bulan April tahun 1994 di Maroko. Kesepakatan ini
merupakan suatu perjanjian internasional dalam bidang perdagangan yang
dikenal dengan General Agreement On Tariff and Trade (GATT). GATT
merupakan suatu kumpulan aturan internasional yang mengatur perilaku
perdagangan antar pemerintah. GATT juga merupakan forum negosiasi
perdagangan antar pemerintah, serta merupakan pengadilan untuk
menyelesaikan suatu masalah jika terjadi perselisihan dagang antar bangsa.
Kesepakatan ini dibangun di atas asumsi bahwa sistem dagang yang terbuka
lebih efisien dibandingkan sistem proteksionis, dan dibangun di atas
keyakinan bahwa persaingan bebas akan menguntungkan bagi negara-negara
yang menerapkan prinsip-prinsip efektivitas dan efisiensi.
Pada tahun 1995, suatu organisasi pengawasan perdagangan dunia yang
dikenal sebagai World Trade Organization (WTO) didirikan. Sejak berdiri,
organisasi global ini mengambil alih peranan GATT. WTO dirancang
bukanlah sebagai organisasi monitoring bagi negara-negara yang tidak
mematuhi GATT. Akan tetapi, WTO bertindak berdasarkan komplain yang
diajukan oleh anggotanya. Dengan demikian, WTO merupakan salah satu
mekanisme globalisasi yang terpenting yaitu forum perundingan
perdagangan.
Untuk menyukseskan ide globalisasi tersebut, maka dibutuhkan sejumlah
elemen yang dapat mendukung percepatan implementasi globalisasi, yaitu:
1. Swastanisasi, yaitu pengubahan sektor publik menjadi sektor pribadi
(swasta). Alasan untuk mendukung swastanisasi ialah karena sektor
publik dianggap kurang efisien, produktivitasnya yang rendah, dan
kinerja pengelolanya kurang profesional
2. Korporatisme, yaitu pandangan bahwa negara merupakan sekumpulan
lembaga (korporasi/institusi/badan), dan pemerintah tiada lain
merupakan satu lembaga ekonomi kecil, walau pun bukan yang terkecil.
Pemerintah merupakan lembaga yang tugasnya hanya melaksanakan
kegiatan diplomasi, dengan angkatan bersenjata yang kecil serta
8.10 Manajemen 

beberapa lembaga keamanan dan dewan penasihat, yang semuanya


bergerak untuk melayani kepentingan sektor swasta. Jika pemerintah
hendak menjalankan suatu usaha bisnis, maka pemerintah wajib
diperlakukan sama dengan lembaga yang lain. Jadi pemerintah
diperlakukan sama dengan swasta. Oleh karena itulah maka segala
sesuatunya harus disesuaikan dengan paham korporatisme, yaitu bahwa
pemerintah adalah salah satu lembaga negara yang tugas utamanya
adalah menjalankan kekuasaan. Pemerintah menjalankan kekuasaan
tetapi tidak menguasai/memiliki. Sementara lembaga-lembaga lain
menguasai tapi tidak menjalankan kekuasaan.
3. Perusahaan, yaitu lembaga ekonomi utama yang menguasai ekonomi
secara nyata. Kini terdapat ribuan perusahaan di dunia, di antaranya ada
200 perusahaan raksasa yang mendominasi sebagian besar perekonomian
dunia. Dari jumlah itu ada 172 perusahaan yang dimiliki lima negara,
yaitu Amerika, Jepang, Prancis, Jerman, dan Inggris. Pemerintah negara
masing-masing membantu perusahaan-perusahaan ini untuk menembus
dan menguasai perekonomian internasional.
4. Bank, yaitu penyokong perusahaan terutama perusahaan raksasa dan
merupakan sekutu perusahaan untuk menguasai perekonomian negara-
negara lemah. Di samping itu, bank itu sendiri sebenarnya juga suatu
perusahaan.
5. Pasar Modal, yaitu berupa pasar-pasar saham, surat berharga, dan mata
uang. Sebagian orang berpendapat bahwa pasar-pasar ini menjadi alat
kriminal para investor raksasa yang 'nakal' untuk meraup keuntungan
besar tanpa usaha nyata dan tanpa investasi yang riil. Pasar-pasar modal
ini sangat penting untuk mengglobalkan perekonomian regional. Bukti-
bukti mengenai hal ini antara lain pernyataan Presiden Amerika Bill
Clinton pada KTT Vancouver (Kanada) untuk negara-negara anggota
APEC, "Sesungguhnva prioritas kita adalah memperkokoh pasar-pasar
modal di Asia". Sementara itu Hashimoto, Perdana Menteri Jepang,
menyikapi peran Amerika tersebut sebagai pengkerdilan Asia dan
sekaligus promosi globalisasi. Mahathir Mohamad, PM Malaysia,
menyatakan, "Negeri manapun yang mendapatkan bantuan IMF, dapat
dipastikan akan membuka pasar modalnya". Untuk membantu Korea
Selatan mengatasi krisis-krisisnya belakangan ini, IMF telah
mensyaratkan pembukaan pasar-pasar surat berharga terhadap
persaingan pihak asing.
 EKMA4116/MODUL 8 8.11

6. Perdagangan Bebas, yaitu salah satu asas ekonomi pasar dan salah satu
landasan globalisasi. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah
memaksakan syarat bagi negara-negara di dunia yang hendak menjadi
anggota WTO yaitu harus membuka pasar-pasarnya terhadap barang-
barang asing. Sejumlah 21 negara telah mengikuti KTT Vancouver
mengenai perdagangan bebas terhadap 9 jenis komoditas baru. Topik ini
sudah dianggap wajar dalam KTT itu, sehingga tak ada satu negara pun
yang dapat menolaknya. Inilah yang membuat negara-negara industri
besar mampu mendominasi perdagangan internasional dan dapat
melemahkan daya saing negara-negara yang kecil.
7. Pemaksaan Ide-ide dan Nilai-nilai Peradaban Kapitalisme kepada
Seluruh Dunia. Sebagian kalangan berpendapat bahwa negara-negara
Barat memaksakan ide-ide dan nilai-nilai peradaban kapitalisme kepada
seluruh dunia dengan jalan mensyaratkan penerimaan demokrasi
terhadap negara-negara di dunia. Bahkan kalangan tersebut berpendapat
bahwa akhir-akhir ini Amerika telah mulai memaksakan pengambilan
sekumpulan ide-ide tertentu sebagai syarat mendasar untuk memasuki
era globalisasi. Ide-ide tersebut antara lain adalah sekularisme,
rasionalisme, kesepahaman/perdamaian antar bangsa, kebebasan,
pembatasan kelahiran, pluralisme, supremasi hukum, pengembangan
masyarakat sipil (civil society), perubahan kurikulum pendidikan,
penyelesaian pengangguran dan inflasi dengan cara tertentu, dan
sebagainya. Semua ide ini tak lain adalah nilai dan gaya hidup peradaban
Barat yang dianggap sebagai budaya/kultur luhur yang baru, serta
dipandang lebih unggul daripada semua ideologi dan peradaban.
8. Pemantapan Ide-Ide Separatisme dan Pemecah-belahan Negara. Hal ini
disoroti oleh banyak pengamat politik yang menyatakan bahwa Amerika
dan sekutunya berupaya menyelesaikan masalah-masalah separatisme
dan melakukan campur tangan untuk memecah-belah sebuah negara
menjadi dua negara atau lebih jika memungkinkan, seperti yang sudah
terjadi di Bosnia, Irak, Sudan, Afghanistan, dan lain-lain. Tujuannya
adalah untuk membuat kekacauan nasional, pertentangan antar suku, dan
kelumpuhan kawasan, yang semuanya merupakan alasan-alasan kuat
untuk menerima globalisasi Amerika sebagai suatu kekuatan yang tak
dapat ditolak lagi. Globalisasi dianggap sebagai sarana untuk memasuki
abad mendatang. Negara yang tidak mengikuti globalisasi akan terisolir,
terpinggirkan' atau akan menjadi hina-dina dan mengalami kehancuran.
8.12 Manajemen 

Semua negara tidak berani menang melainkan melakukan penyesuaian


diri agar segala sesuatunya sejalan dengan globalisasi.

Pada intinya ada tiga hal mendasar yang selalu dirujuk oleh para pakar
untuk menjelaskan perkembangan pesat globalisasi: (1) kemajuan teknologi
atau sering disebut sebagai revolusi informasi, (2) permintaan pasar dunia,
(3) logika kapitalisme. Namun kekuatan penggerak dari globalisasi menurut
James Petras adalah negara-negara imperial pusat, perusahaan multinasional
dan bank-bank dengan dukungan lembaga-lembaga keuangan internasional.
Negara menjadi motor penggerak globalisasi karena ia memiliki kekacauan
dalam mengatur formulasi strategis globalisasi, alokasi sumber daya ekonomi
pada aktor-aktor global.

3. Mengapa Terjadi Globalisasi?


Krisis terhadap pembangunan yang terjadi saat ini pada dasarnya
merupakan bagian dari krisis sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas
manusia lain, yang diperkirakan telah berusia lebih dari lima ratus tahun.
Proses ini pada dasarnya dapat dibagi ke dalam tiga periode. Fase pertama
adalah periode kolonialisme yakni perkembangan kapitalisme di Eropa yang
mengharuskan ekspansi secara fisik untuk memastikan perolehan bahan baku
mentah. Berakhirnya kolonialisme telah memasukkan dunia pada era
neokolonialisme yaitu ketika modus dominasi dan penjajahan tidak dapat lagi
dilakukan secara fisik dan secara langsung melainkan melalui penjajahan
teori dan ideologi.
Fase kedua ini dikenal sebagai era pembangunan atau era
developmentalisme dan ditandai dengan masa kemerdekaan negara Dunia
Ketiga secara fisik. Namun demikian, pada era developmentalisme ini
dominasi negara-negara bekas penjajah terhadap bekas koloni mereka tetap
dipertahankan melalui kontrol teori dan proses perubahan sosial. Dengan kata
lain, pada fase kedua ini, kolonialisasi tidak terjadi secara fisik, melainkan
melalui hegemoni yakni dominasi cara pandang dan ideologi serta diskursus
yang dominan melalui produksi pengetahuan. Krisis terhadap pembangunan
belum berakhir, tetapi suatu mode of donunation telah disiapkan, dan dunia
memasuki era baru yakni era globalisasi.
Fase ketiga, yang terjadi menjelang abad ke dua puluh satu, ditandai
dengan liberalisasi segala bidang yang dipaksakan melalui Struktural
Adjustment Program (SAP) oleh lembaga finansial global, dan disepakati
 EKMA4116/MODUL 8 8.13

oleh rezim GATT dan perdagangan bebas, melalui suatu organisasi global
yang dikenal dengan WTO. Sejak saat itulah dunia memasuki era yang
dikenal dengan globalisasi.

4. Di mana Globalisasi Terjadi?


Kapitalisme membutuhkan ekspansi modal untuk mempercepat lajunya.
Oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang dapat menembus wilayah-wilayah,
baik secara geografis maupun ke dalam aspek-aspek sosial dan personal dari
kehidupan manusia yang semakin lama semakin banyak ragamnya. Misalnya
untuk menekan biaya produksi maka dibutuhkan bahan-bahan mentah yang
murah, tenaga kerja yang murah, intervensi negara yang sekecil-kecilnya.
Pendek kata globalisasi mirip sekali dengan misi suci 3G (Gold, Gospel,
Glory) dari para kolonialis masa lalu.
Pada setiap sendi kehidupan, penyusun konsep 'globalisasi' telah banyak
membuat orang percaya bahwa ini adalah sebuah keniscayaan. Hal ini dapat
terjadi karena adanya superioritas ekonomi yang mampu memaksakan
agenda-agendanya sehingga hal tersebut seolah-olah terjadi dengan
sendirinya.

5. Prokontra Globalisasi
Globalisasi memang menjadi semacam obat mujarab di jaman modern
ini. Dengan obat ini, banyak hal yang berkaitan dengan kepentingan negara
maju disetujui, dibenarkan, dan di toleransi Namun, di antara sekian banyak
hal permufakatan akan globalisasi, ternyata sebagian orang masih melihat
akibat-akibat buruk yang disebabkan oleh globalisasi. Mereka melihat masih
banyak hal yang ditutupi oleh kaum kapitalis tentang skenario besar dengan
berkedok globalisasi. Cobalah kita lihat beberapa hal yang patut kita
renungkan. Pertama, para pendukung globalisasi menyatakan bahwa
globalisasi adalah suatu bagian dari sejarah peradaban manusia. Globalisasi
mengandung satu lompatan kualitas. Namun orang yang tidak sepaham
menyatakan bahwa jika melihat hakikatnya, globalisasi adalah perluasan
kekuasaan ekonomi-politik seperti yang telah berlangsung berabad-abad.
Sebuah perluasan yang didorong oleh persaingan antar fraksi untuk
memperebutkan kekuasaan dan hak eksploitasi atas rakyat pekerja. Kedua,
pendapat yang menyatakan bahwa karena globalisasi merambah ke seluruh
dunia, maka tidak ada lagi "negeri imperialis" dan "negeri semi-kolonial". Di
sebuah dunia yang saling tergantung, apabila negara berkembang ingin
8.14 Manajemen 

selamat, ia harus mendukung kemajuan di negeri maju. Pernyataan ini jelas


telah mengarah kepada usaha status quo negara maju sebagai pemimpin
dunia atas negara-negara miskin dan berkembang. Ketiga, adanya pernyataan
bahwa globalisasi membuat peran negara melemah dan meruntuhkan batas-
batas nasional, yang pada akhirnya membuat kita semakin mengarah pada
satu "warga dunia". Pernyataan ini akan memberikan justifikasi bahwa setiap
kekayaan yang ada di manapun di dunia ini adalah milik bersama dan
dikelola oleh para pemilik modal dan teknologi. Kiranya masih banyak hal
yang bisa kita jabarkan namun dari ketiga pendapat tersebut bisa disimpulkan
sementara bahwa globalisasi akan menyeret negara-negara miskin dan
berkembang menjadi tidak lebih baik dari kehidupan saat ini.
Oleh karena masih banyaknya kelompok dan negara yang meragukan
keinginan baik globalisasi, maka perjalanan globalisasi menjadi tidak,
semulus yang diharapkan para kapitalis dan penguasa negara-negara maju.
Walaupun para penggagas globalisasi menyatakan bahwa globalisasi adalah
satu-satunya perjalanan yang harus ditempuh umat manusia tetapi sejumlah
kelompok lain memandang globalisasi adalah jalan menuju kolonialisme
baru. Pertentangan seperti ini akhirnya mengakibatkan muncul berbagai
demonstrasi anti globalisasi. Peristiwa yang belum bisa kita lupakan adalah
terjadinya demonstrasi besar-besaran di kota Seattle di Amerika Barat, saat
berlangsungnya pertemuan tingkat tinggi WTO (World Trade Organization).
Para aktivis LSM anti-globalisasi berdemonstrasi mulai 29 November sampai
3 Desember 1999. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menentang
globalisasi. Mereka menuduh globalisasi tidak demokratis, merusak
lingkungan, mengurangi pekerjaan, menimbulkan pengangguran dan
menghambat kenaikan gaji. Perusahaan multinasional asing yang merupakan
ujung tombak implementasi globalisasi, mereka anggap perampok dan secara
umum merusak ekonomi nasional. Sebelum peristiwa tersebut terjadi,
berbagai kekhawatiran juga muncul di berbagai negara. Hal itu disebabkan
karena masih banyak negara-negara miskin dan berkembang yang belum siap
menghadapi 'badai' globalisasi.

6. Globalisasi dan Neoliberalisme


Seluruh mekanisme dan proses globalisasi yang diperjuangkan oleh
aktor-aktor globalisasi yakni TNC, Bank Dunia dan IMF melalui kesepakatan
yang dibuat di WTO, sesungguhnya dilandaskan pada suatu ideologi yang
dikenal dengan neoliberalisme. Banyak orang mengatakan bahwa
 EKMA4116/MODUL 8 8.15

neoliberalisme merupakan kembalinya paham liberalisme lama di era yang


baru.
Para penganut paham ekonomi neoliberalisme percaya bahwa
pertumbuhan ekonomi dicapai sebagai hasil normal dari kompetisi bebas.
Kompetisi yang agresif lahir dari kepercayaan bahwa pasar bebas adalah cara
yang efisien dan tepat untuk mengalokasikan sumber daya alam rakyat yang
langka untuk memenuhi kebutuhan manusia. Harga barang dan jasa
selanjutnya menjadi indikator apakah sumber daya telah habis atau masih
banyak. Jika harganya murah, maka berarti persediaan masih memadai.
Harga mahal artinya produknya mulai langka. Harga tinggi akan menarik
orang untuk menanam modal di sana. Oleh sebab itu, harga menjadi tanda
apa yang harus diproduksi. Itulah sebabnya ekonomi neoliberal tidak
menginginkan pemerintah ikut campur, tetapi segalanya diserahkan pada
bekerjanya mekanisme dan hukum pasar. Keputusan individual atas interes
pribadi diharapkan mendapat bimbingan dari invisible-hand sehingga
masyarakat akan mendapat berkah dari ribuan keputusan individual tersebut.
Pada akhirnya kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang tersebut akan
trickel down kepada anggota masyarakat yang lain. Oleh karena itu. segelintir
orang tersebut perlu difasilitasi dan dilindungi dan kalau perlu jangan
dibebani pajak. Pendirian neoliberal ini pada prinsipnya tidak bergeser dari
paham liberalisme yang dipikirkan oleh Adam Smith dalam bukunya the
Wealth of Nations (1776).
Dalam perjalanan kapitalisme selanjutnya di akhir abad 20, pertumbuhan
dan akumulasi kapital dari golongan kapitalis menjadi lambat dan salah satu
hambatannya adalah proteksi, paham keadilan sosial, kesejahteraan bagi
rakyat, dan berbagai tradisi adat pengelolaan sumber daya alam berbasis
rakyat dan sebagainya. Untuk itu, kapitalisme memerlukan suatu strategi baru
untuk mempercepat pertumbuhan dan akumulasi kapital. Strategi yang
ditempuh adalah menyingkirkan segenap rintangan bagi investasi dan pasar
bebas. Gagasan perlindungan hak milik intelektual, good governance.
penghapusan subsidi, program proteksi pada rakyat, deregulasi. penguatan
civil society, pro, rain anti-korupsi, dianggap sebagai program yang akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk itu diperlukan suatu tatanan
perdagangan global, dan sejak itulah gagasan globalisasi dimunculkan.
Dengan demikian globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan
kembali paham liberalisme, yaitu dikenal dengan paham neoliberalisme.
8.16 Manajemen 

Aturan dasar kaum neoliberal adalah meliberalisasikan perdagangan dan


finansial, membiarkan pasar menentukan harga, mengakhiri inflasi
(stabilisasi ekonomi-makro dan privatisasi), menyingkirkan kebijakan
pemerintah yang menghalangi jalan (Chornsky, 1999). Paham inilah yang
saat ini mengglobal dengan mengembangkan konsensus yang dipaksakan dan
dikelola secara global sehingga terciptalah sebuah tatanan dunia baru.
Secara lebih spesifik, pokok-pokok pendirian neoliberal meliputi: pertama
membebaskan perusahaan swasta dari campur tangan pemerintah, misalnya
dengan menjauhkan pemerintah dari campur tangan di bidang-bidang
perburuhan, investasi, harga, serta membiarkan mereka memiliki ruang untuk
mengatur diri sendiri dan untuk tumbuh dengan menyediakan kawasan
pertumbuhan, seperti otorita Batam, NAFTA, AFTA, dll. Kedua,
menghentikan subsidi negara kepada rakyat karena hal itu selain
bertentangan dengan prinsip menjauhkan campur tangan pemerintah juga
bertentangan dengan prinsip pasar bebas serta persaingan bebas. Ketiga,
Penghapusan ideologi kesejahteraan bersama dan pemilikan komunal seperti
yang masih banyak dianut oleh masyarakat tradisional . Paham kesejahteraan
dan pemilikan bersama tersebut dianggap menghalangi pertumbuhan. Akibat
dari prinsip tersebut adalah membiarkan manajemen sumber daya alam
diserahkan pada ahlinya, dan bukan pada masyarakat tradisional atau
masyarakat adat yang tidak mampu mengelola sumber daya alam secara
efisien dan efektif.

7. Peranan Perusahaan Multinasional dalam Globalisasi


Globalisasi sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional ke
dalam sistem ekonomi dunia pada dasarnya diperankan oleh tiga aktor utama
proses tersebut. Yang pertama adalah TNC (Trans National Corporation),
yakni perusahaan multinasional besar yang mendapat dukungan negara-
negara yang diuntungkan oleh TNC untuk membentuk suatu dewan
perserikatan perdagangan global yang dikenal dengan WTO (World Trade
Organization) yaitu sebagai aktor kedua. Selama dua dekade menjelang
berakhirnya abad lalu persusahan TNC tersebut meningkat secara kuantitas
dari sekitar 7000 TNC pada tahun 1970 menjadi 37.000 TNC pada tahun
1990. Pada saat itu mereka menguasai 67% perdagangan dunia antar TNC
dan menguasai 34,1% dari total perdagangan global. Kini ada 100 TNC yang
mampu mengontrol sampai 75% perdagangan global (Peter Marcus, The
Language Of Globalization, 2000). Ketiga, adalah lembaga keuangan global
 EKMA4116/MODUL 8 8.17

IMF, dan World Bank. Ketiga aktor globalisasi tersebut menetapkan aturan-
aturan di seputar investasi, Intelectual Property Rights dan kebijakan
internasional. Kewenangan lainnya adalah mendesak atau mempengaruhi
serta memaksa negara-negara lainnya untuk melakukan penyesuaian
kebijakan nasionalnya bagi kelancaran proses pengintegrasian ekonomi
nasional ke dalam ekonomi global.
Perusahaan multinasional memainkan peranan penting dalam
perekonomian sebagian besar negara dan dalam hubungan perekonomian
internasional. Hal ini merupakan peningkatan kepentingan pemerintah
maupun pengusaha dan pekerja serta organisasi-organisasi pengusaha dan
pekerja. Melalui investasi internasional langsung dan sarana-sarana lain,
perusahaan multinasional dapat memberi manfaat besar bagi negara-negara
dari perusahaan induk dan negara-negara dari perusahaan cabang, dengan
membantu pemanfaatan modal dan tenaga kerja secara lebih berdaya guna.
Dalam rangka kebijaksanaan pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah,
perusahaan multinasional juga dapat memberi sumbangan yang penting untuk
peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial, untuk peningkatan tingkat
kehidupan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. untuk penciptaan
kesempatan kerja (baik secara langsung maupun tidak langsung), dan
perbaikan hak-hak asasi manusia termasuk kebebasan berserikat di seluruh
dunia. Sebaliknya kemajuan-kemajuan yang dicapai perusahaan
multinasional dalam mengorganisasikan pelaksanaan kerja mereka, yang
melampaui kerangka kebijaksanaan nasional, bisa menjurus kepada
penyalahgunaan pemusatan kekuatan ekonomi serta pertentangan dengan
kebijaksanaan nasional dan kepentingan para pekerja. Selain itu, kerumitan
perusahaan multinasional dan sulitnya memahami secara jelas struktur yang
bermacam-macam. membuat kebijaksanaan dan pelaksanaan menjadi
masalah di negara perusahaan induk atau di negara perusahaan cabang atau
bagi keduanya.
Seburuk itukah citra perusahaan multinasional asing dan globalisasi?
Data hasil penelitian di beberapa negara yang dilakukan OECD baru-baru ini
menceritakan hal lain (Tabel 8.1 dan 8.2), seperti dilaporkan majalah
terkemuka The Economist. Data-data tersebut memberikan pandangan
pertama mengenai kontribusi perusahaan-perusahaan asing terhadap ekonomi
domestik nasional. Walaupun studi OECD tersebut dilakukan hanya terhadap
negara-negara maju, tapi bukankah LSM yang paling kritis terhadap
globalisasi di Seattle juga lebih banyak berasal dari LSM negara maju?
8.18 Manajemen 

Tabel 8.1

Namun satu hal yang ditakuti oleh para anti globalisasi adalah bahwa
perusahaan multinasional asing makin penting peranannya terhadap
perkembangan ekonomi nasional suatu negara. Perusahaan multinasional
asing memegang peranan besar dalam peningkatan produksi dan membuka
lapangan pekerjaan baru di negara-negara OECD. Contohnya, dari data-data
komparatif terakhir yang dapat dikumpulkan sampai dengan tahun 1996,
perusahaan asing menghasilkan 15.8% dari total pabrikasi yang dihasilkan di
Amerika (lihat Tabel 8.1), atau naik dari 13.2% pada tahun 1989 dan dari
8.8% pada tahun 1985. Perusahaan asing menciptakan 11.4% lapangan
pekerjaan pabrikasi, naik dari 10.8% pada tahun 1989. Inggris, Swedia dan
Kanada menunjukkan kecenderungan yang sama. Yang paling menonjol di
Irlandia, perusahaan asing menyumbang 66% dari total produksi dan 47%
lapangan kerja.
Akan tetapi perusahaan multinasional asing tidak selalu dominan di
semua negara. Di Jerman dan Prancis misalnya, mereka memberikan
kontribusi yang hampir sama dengan perusahaan domestik nasional. Di
Jepang, kekuatan ekonomi kedua di dunia, perusahaan asing masih sangat
sedikit dan mereka hanya mempekerjakan 0.8% dari jumlah total lapangan
kerja di negara tersebut. Burukkah bila perusahaan asing memegang peranan
penting dalam ekonomi nasional'? Kenyataannya mungkin tidak demikian.
 EKMA4116/MODUL 8 8.19

Bukti pertama, dalam soal gaji, perusahaan asing membayar pegawainya


lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional. Di Amerika misalnya,
perusahaan asing membayar 4% lebih tinggi pada tahun 1989 dan 6% lebih
tinggi pada tahun 1996 dibandingkan perusahaan domestik (lihat Tabel 8.2).
Bukti ke dua, perusahaan asing menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat
dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika, jumlah lapangan
kerja yang diciptakan perusahaan asing mencapai 1.4% per tahun dari 1989
s/d 1996, bandingkan dengan 0.8% yang diciptakan oleh perusahaan
domestik. Di Inggris dan Prancis, lapangan kerja di perusahaan asing naik
1.7% per tahun, sebaliknya lapangan kerja di perusahaan domestik malah
menyusut 2.7%. Hanya di Jerman dan Belanda. perusahaan asing tidak
banyak berbeda dengan perusahaan domestik.
Bukti ke tiga, perusahaan asing tidak segan-segan mengeluarkan biaya di
bidang Pendidikan. Pelatihan dan Penelitian (R&D) di negara tempat mereka
menanamkan investasinya. Jumlahnya mencapai 12% dari total pengeluaran
R&D di Amerika. Di Prancis mencapai 19% dan di Inggris 40%.
Bukti ke empat, perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak
dibandingkan perusahaan domestik. Tahun 1996, perusahaan asing di Irlandia
mengekspor 89% dari produksinya, bandingkan dengan 34% yang dilakukan
perusahaan domestik. Di Belanda perbandingannya adalah 64% dan 37%.
Prancis 35.2% dan 33.6%. dan Jepang 13.1% dan 10.6%. Tapi keadaannya
terbalik di Amerika. perusahaan domestik nasional mengekspor 15.3% dari
total produksi mereka, sedangkan asing hanya 10.7%. Negara-negara miskin
OECD menerima berkah lebih besar dari adanya investasi asing . Kita ambil
contoh negara Turki, gaji pekerja perusahaan asing adalah 124% di atas rata-
rata domestik nasional. Jumlah pekerja juga meningkat 11.5% per tahun
dibandingkan dengan 0.6% rata-rata domestik.
Walaupun data-data di Indonesia tidak tersedia. namun sudah menjadi
rahasia umum bahwa kontribusi modal asing dan keberadaan perusahaan
asing di Indonesia terhadap perkembangan ekonomi di negeri ini sangat
besar, bahkan pada masa krisis moneter. Kita ambil contoh di bidang industri
migas, sejauh ini perusahaan asing hanya diberi kesempatan untuk menanam
investasi langsung di industri hulu dalam bentuk PSC. Hasilnya sangat nyata,
produksi minyak dan gas bumi dari lapangan yang dikelola langsung oleh
perusahaan asing atau yang berbentuk joint venture terus meningkat,
sedangkan produksi minyak perusahaan nasional Pertamina sendiri malah
menurun. Jumlah pegawai perusahaan asing PSC dan perusahaan jasa
8.20 Manajemen 

penunjang asing terus meningkat. Gaji dan fasilitas yang diberikan juga lebih
baik dibandingkan gaji rata-rata pekerja perusahaan nasional. Beberapa
perusahaan asing industri migas bahkan berkantor pusat di Indonesia dan
mulai meningkatkan investasi di bidang pendidikan, pelatihan dan penelitian.
Contoh perusahaan-perusahaan asing yang giat melakukannya adalah
kelompok usaha asing multinasional Unocal, Caltex dan Schlumberger.

Tabel 8.2

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perusahaan asing di samping


menanam modal dan menciptakan lapangan pekerjaan baru, secara tidak
langsung juga membawa pengetahuan manajemen dan etika bisnis yang lebih
profesional. Tuduhan bahwa globalisasi dan masuknya perusahaan
multinasional asing merusak lingkungan juga tidak selalu benar. Misalnya
kondisi di mana pengelolaan hutan Indonesia selama 34 tahun dilindungi
pemerintah dan hak kelola sumber daya hutan hanya diberikan kepada
perusahaan domestik, ternyata justru merusak hutan dan lingkungan karena
berbagai alasan, misalnya manajemen yang tidak profesional dan kasus-kasus
KKN yang menyebabkan tidak efektifnya pengawasan dan pengendalian
kerusakan lingkungan. Di lain pihak industri migas yang sudah lama
mengalami 'globalisasi' malah tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
yang berarti.
 EKMA4116/MODUL 8 8.21

8. Arti Penting Daya Saing


Era globalisasi menuntut setiap pelaku ekonomi meningkatkan
kemampuan bersaing, baik dalam memproduksi, memasarkan, maupun
menerobos pasar yang batas-batasnya semakin tidak jelas, dalam suatu
kerangka persaingan yang sangat kompetitif. Oleh karena itu, tujuan dan
fokus dari kebijakan perdagangan negara kita adalah bagaimana membangun
daya saing berkelanjutan dari produk-produk Indonesia di pasar internasional
yang dilandasi oleh kompetensi inti yang didukung oleh seluruh potensi yang
dimiliki bangsa Indonesia secara bersinergi baik sektoral maupun dengan
seluruh kabupaten/kota. Sayangnya, di saat Indonesia harus dihadapkan pada
suasana persaingan yang semakin keras sebagai dampak globalisasi tersebut,
ternyata peringkat daya saing Indonesia di pasar internasional terus merosot
sebagaimana yang dinyatakan oleh World Economic Forum (WEF).
Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan sektor perdagangan di
Indonesia semakin rumit karena di saat daya saing merosot dan investasi
sangat rendah ternyata banyak produk impor masuk secara ilegal dan
membanjiri pasar dalam negeri, sehingga posisi produk dalam negeri semakin
terjepit. Jika kondisi seperti ini dibiarkan maka negara akan berada dalam
ancaman serius. Pemerintah harus melakukan serangkaian tata niaga sebagai
upaya untuk menghadapi serbuan produk asing yang berujung pada kerugian
petani atau pengusaha lokal.
Keadaan semakin sulit akibat sistem distribusi yang belum efisien yang
ditandai dengan tingginya rasio biaya logistik terhadap nilai tambah; kurang
mampunya para eksportir menembus negara tujuan ekspor secara langsung;
rendahnya kemampuan para eksportir dalam melakukan market intelligence,
promosi, kerja sama (aliansi) dengan mitra intemasional; serta
bermunculannya standar teknis perdagangan (technical barrier to trade) dan
ketentuan mengenai kesehatan, keamanan, serta keselamatan. Kesemua ini
menambah beban serta mempersulit produser-produser Indonesia melakukan
penetrasi ke pasar internasional.
Ditilik dari berbagai kasus yang muncul memang saat ini kondisi negara
kita masih dianggap kurang siap menghadapi pasar global untuk bersaing
dengan negara lain. Indonesia yang belum lama ini mengalami guncangan
krisis ekonomi - moneter telah menghapuskan mitos "fundamen ekonomi kita
kuat", dan "pertumbuhan kita di atas rata-rata negara Eropa dan Amerika
Serikat". Sampai kini para pakar ekonomi dan moneter belum dapat
memutuskan sebab-musabab krisis tersebut, terutama yang menyangkut kurs
8.22 Manajemen 

rupiah berbanding dollar US. Perusahaan raksasa seperti Grup Salim. Grup
Bakrie. Grup Ciputra, dan lain-lain yang relatif mempraktekkan teori dan
manajemen mutakhir ikut terhempas dan terengah-engah dalam menerapkan
eksistensi perusahaannya.
Belajar dari kesalahan masa lalu dan terns berpacunya waktu menuju
pasar bebas, saat ini pemerintah sedang melakukan perubahan pengelolaan
bisnis dari peranan negara yang amat dominan dan berpengaruh menuju
peranan swasta yang semakin besar di masa mendatang. Namun usaha
tersebut berjalan lamban dan bisa dianggap tidak signifikan. Pemerintah
belum melakukan transformasi budaya, merubah pola pikir feodal primordial
dan primitif yang irasional ke arah pola pikir yang lebih demokratis, terbuka,
dan adil. Selama hal itu belum dilaksanakan maka sulit mengharapkan
perubahan yang cukup berarti. Karena itulah sebaiknya kita mampu
melakukan terobosan demokratisasi secara menyeluruh, terutama di bidang
bisnis dan perdagangan.
Hal apa saja yang bisa kita lihat dari lemahnya daya saing produk kita?
Kalau kita mau fair melihat keadaan diri kita, maka hal termudah yang bisa
terlihat adalah eksistensi struktur industri kita yang manja, tidak mendalam
dan kurang responsif menghadapi tantangan pasar global. Akibatnya industri
kita masih kurang mampu menembus pasar global kecuali industri yang
memiliki daya saing kuat karena faktor sumber daya alam seperti kayu,
plywood dan komoditi primer seperti udang, serta yang mengandalkan upah
murah seperti tekstil dan garmen. Namun jika melihat sektor manufakturing,
posisi Indonesia masih jauh ketinggalan dari beberapa negara Asia. Untuk
meningkatkan kualitas dan profil industri yang ada maka kita harus mampu
mengembangkan industri berorientasi ekspor yang berdaya saing kuat di
pasar global.
Negara kita sebetulnya sudah ikut mencoba menerapkan Merkantilisme
seperti yang dilakukan oleh empat macan Asia. Merkantilisme juga
merupakan pilar yang mampu membangun kebesaran negara-negara G-7.
'Ciri Merkantilisme adalah kombinasi negara kuat dengan masyarakat yang
lemah. Nah, walaupun sekilas negara dan birokrasi ini kuat dan dominan, dan
society kita lemah, tetapi pola merkantilisme sama sekali tidak jalan.
Kegagalan ini bisa disebabkan oleh adanya "pembajakan" di dalamnya.
Indonesia telah "dibajak" oleh oknum-oknum the rulling elite, yang
berpaham "individualisrne". Mereka mengkomersialkan jabatan politik dan
lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan nasional atau
 EKMA4116/MODUL 8 8.23

publik. Oleh karena itu, negara menjadi tidak berdaya. Padahal seharusnya
negara merupakan pengawas dan pengayom kepentingan umum dan mampu
mencegah serta mengoreksi distorsi pasar. Dengan demikian, satu-satunya
jalan adalah melakukan demokratisasi. Kita harus selalu ingat bahwa
liberalisasi global yang bersaing bebas tanpa hambatan "nasionalisme
proteksionis", akan menghantam posisi Indonesia.
Bagaimana peluang Indonesia di era globalisasi nanti? Indonesia
sebetulnya masih memiliki peluang yang amat besar untuk menarik investor
asing. Indonesia masih memiliki kesempatan untuk memenangkan persaingan
global terutama di bidang investasi. Optimisme itu didasarkan pada
kemampuan Indonesia mempertahankan konsistensi perbaikan ekonomi.
Indikator utamanya adalah pertumbuhan perekonomian Indonesia yang terus
meningkat, walaupun setelah kenaikan BBM di tahun 2005 ini pertumbuhan
ekonomi agak melambat dan inflasi bergerak naik. Namun hal itu bukan
masalah sebab besarnya tingkat inflasi bukan merupakan pertimbangan
utama bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Hampir semua negara yang ekonominya tumbuh secara bombastis memang
mengalami tingkat inflasi yang relatif tinggi. Negara Cina, misalnya, yang
tingkat pertumbuhannya mencapai dua digit, sekitar 10 persen mempunyai
tingkat inflasi yang signifikan.
Isu korupsi dan birokrasi di Indonesia relatif kecil mempengaruhi
keputusan para investor asing dalam menanamkan investasinya di Indonesia.
Banyak yang bahkan tak ambil peduli tentang hal itu. Salah satu alasan
adalah karena mereka tak berkepentingan dengan hal itu. Para investor pada
intinya ingin melihat bahwa iklim berusaha yang ada cukup terbuka.
Mengenai soal birokrasi, kolusi dan korupsi itu dianggap berada di luar diri
pengusaha dan investor. Mereka merasa tak berkepentingan dengan hal itu.
Selama masih menguntungkan, mereka akan tetap berinvestasi. Umumnya
para investor beranggapan bahwa untuk memasuki pasar global ini, maka
pemerintah harus konsisten dengan soal komitmen deregulasi sebab hanya
itulah yang utama bagi sebagian besar pengusaha asing sebagai jaminan
investasinya di Indonesia.
Bagaimana caranya agar kita bisa lebih mampu bersaing di tengah krisis
bisnis dipandang dari segi ilmu manajemen. Pembenahan manajemen di
segala bidang adalah jawaban yang harus segera dilaksanakan jika ingin
berkiprah dalam pasar global dan terus dapat meningkatkan kemampuan
bersaing. Kemampuan bersaing adalah kesanggupan untuk melakukan bisnis
8.24 Manajemen 

dan memenangkan pangsa pasar atau minimal mempertahankan pangsa yang


sudah dimiliki melalui daya tarik (attractiveness) suatu produk atau jasa yang
membuat pelanggan memilih produk atau jasanya di antara banyak pilihan
yang tersedia. Dari sudut pandang pelanggan, apa saja unsur-unsur daya tarik
yang mempengaruhi pilihan itu? Setidaknya ada empat faktor yang
mempengaruhinya, yaitu: Mutu (Quality), Harga (Price), Penyerahan
(Delivery) dan Jasa Pelayanan (Service). Dengan kemampuan bersaing, suatu
bisnis dapat memperoleh keunggulan bersaing (competitive advantage).
Proses untuk memperoleh keunggulan ini merupakan perjuangan
tersendiri apalagi dalam pasar global yang tidak berproteksi. Persaingan bisa
diumpamakan suatu medan pertempuran modern. Para direktur dan manajer
pemasaran dalam era globalisasi memasuki suatu era persaingan total yaitu
suatu perang yang sangat sulit untuk dimenangkan. Kemampuan mereka
ditantang dan diuji dalam merumuskan strategi bersaing sehingga
memperoleh kapabilitas bersaing yang berlangsung lama. Persaingan
demikian itu terjadi di semua industri, baik manufaktur maupun jasa.
Kecenderungan integrasi ekonomi internasional mendorong dunia bisnis
untuk beradaptasi. Kebijaksanaan ekonomi yang semakin terbuka sesuai
dengan tuntutan globalisasi membuka peluang bagi dunia bisnis Indonesia
untuk tumbuh menjadi semakin berkualitas Sebelum masa kritis, sebagian
bisnis nasional telah berhasil beralih dari kegiatan pemenuhan pasar domestik
ke pemasaran ekspor dan bahkan diharapkan semakin bisa berperan dalam
persaingan internasional. Akhir-akhir ini terdapat proyeksi semakin
menurunnya tingkat ekspor non-migas kita. Salah satu argumentasinya
adalah bahwa banyak bisnis nasional kita tidak memperkuat jaringan
(network) bisnis internasional dan pemahaman atas pasar internasional.
Kurangnya pemahaman ini disebabkan karena mereka bergantung pada
jaringan distribusi internasional yang dikendalikan oleh perusahaan dari
negara-negara industri maju (Amerika, Jepang dan Eropa) dan negara industri
baru Asia (Singapura, Hongkong. dan Taiwan). Penyebab lainnya adalah
minimnya penugasan intelijen pemasaran (marketing intelligence) kita di
pasar global.
Kemampuan intelijen pasar global, bagi dunia bisnis. baik manufaktur
maupun jasa (perbankan. pariwisata, rumah sakit dsb) merupakan salah satu
faktor kekuatan untuk meraih peluang pasar. Di samping itu, perkembangan
ke arah liberalisasi perdagangan, sebagai mana disepakati dalam putaran
terakhir GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) dengan
 EKMA4116/MODUL 8 8.25

dibentuknya WTO (World Trade Organization) memperbesar peluang


perdagangan dan pasar. Kita semua akan ikut dalam penurunan atau
penghapusan hambatan tarif. Kalau kita mau menelaah diri, maka peluang
pasar global tidak hanya bisa diraih oleh bisnis berskala besar saja, tetapi
justru oleh bisnis berskala menengah dan kecil.
Tepatkah apabila kita menganggap fenomena krisis ini hanya
berlangsung dalam jangka pendek saja? Sesungguhnya suatu organisasi
bisnis berhasil lolos (survive) atau tidaknya dari krisis moneter yang tengah
melanda kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, bukan merupakan
perjuangan jangka pendek, tetapi justru berjangka panjang. Perjuangan ini
membutuhkan pemikiran strategis dengan visi yang tepat (strategic thinking
with vision). Berstrategi jangka panjang berarti melakukan penataan ulang
manajemen secara menyeluruh termasuk organisasi, sistem dan budaya
korporatnya. Ini merupakan suatu pendekatan menyeluruh dan integral. Inilah
saatnya organisasi bisnis melakukan penataan ulang bisnis mereka dengan
mengingat bahwa kini tidaklah mungkin lagi bagi Indonesia menerapkan
"broad spectrum" dalam mendorong ekspor dan melakukan globalisasi. Sejak
tahun 1996 Kadin Indonesia menyampaikan gagasan agar kebijakan yang
berfokus "komoditi andalan" diterapkan dalam memperkuat kinerja ekspor
non-migas Indonesia memasuki tahun - tahun mendatang.
Dalam realitasnya harus diakui bahwa bisnis kita masih jauh dari global.
Internasionalisasi bisnis, sering kali dilakukan secara setengah hati (atau
coba-coba). Oleh karena itu, dalam situasi krisis para CEO dan manajer perlu
melakukan penilaian diri (self assessment) untuk lebih serius dalam menata
ulang strategi bisnis mereka untuk memasuki dap bertahan dalam globalisasi.
Apa yang bisa dicapai melalui proses pembelajaran ini? Minimal para
penyusun strategi pemasaran akan memiliki portofolio keterampilan yang
mampu menambah kredibilitas dalam memasuki pasaran global. Portofolio
keterampilan itu mencakup: (1) Kemampuan bernalar secara logik
(reasoning) dengan mengembangkan ketegasan berwawasan dalam
berargumentasi yang didukung oleh informasi lingkungan bisnis. (2)
Komunikasi bisnis, yaitu kemampuan membaca, menafsirkan laporan dan
informasi dari lingkungan. Selain itu diperlukan juga kemampuan
menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tertulis secara sistematik.
Kefasihan dalam Bahasa Inggris menjadi syarat dalam komunikasi bisnis
internasional. (3) Keterampilan lintas budaya yaitu keandalan berinteraksi
dengan aneka ragam budaya, gaya manajemen/bisnis negara lain. (4) Kerja
8.26 Manajemen 

sama dalam tim baik intern maupun dalam aliansi strategik dengan mitra
bisnis.
Dunia bisnis sedang menghadapi lingkungan persaingan yang cenderung
makin turbulen (tidak menentu), jauh berbeda dengan kecenderungan masa
lalu. Sering terlontar anggapan bahwa entitas bisnis tidak lagi berkelanjutan
(discontinued). Dalam lingkungan yang semakin turbulen, persaingan tidak
lagi tenang, tetapi gonjang-ganjing dan bahkan mungkin berzig-zag dan
bersalto sehingga tanpa bertanding sekalipun potensi para pemain untuk
kalah menjadi semakin besar.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Dalam upaya menerjemahkan visi global dalam proses perencanaan, para


perencana memerlukan wawasan global atau "global mindset", yaitu
penguasaan kemampuan untuk melihat dan menafsirkan kekuatan-
kekuatan global dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang
terbuka, kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
organisasi, serta kemampuan untuk menyusun rencana pengembangan
yang tepat. Cobalah Anda analisis beberapa hal yang memungkinkan
seorang pemimpin bisa disebut sebagai pemimpin berkualitas yang
mempunyai wawasan global!
2) Tanda-tanda ke arah sistem perekonomian yang mondial sudah semakin
jelas. Negara-negara ASEAN telah sepakat diberlakukannya ASEAN
Free Trade Area (AFTA), lebih luas untuk kawasan Asia Pacific mulai
tahun 2020 diberlakukan APEC Trade Area. Semua bangsa terlepas
dalih apapun, tidak mungkin lepas dari segala kondisi dan konsekuensi
yang menyertai iklim global tersebut. Menurut Anda dari dinamika
perdagangan tersebut hal-hal apa saja yang mengalami perubahan.
 EKMA4116/MODUL 8 8.27

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Kategori seorang pemimpin yang pantas tampil dalam kancah globalisasi


adalah:
a) Mempunyai wawasan yang luas dan selalu melihat sesuatu dalam
konteksnya.
b) Menyadari bahwa kehidupan dunia itu serba kompleks dan penuh
dengan kekuatan-kekuatan yang kontradiktoris sehingga
memerlukan manajemen konflik.
c) Menghargai lebih pada proses organisasi dari pada struktur hierarkis
formal.
d) Menghargai kerja sama multikultural dan keragaman, fleksibilitas
dan kepekaan.
e) Melihat perubahan-perubahan sebagai kesempatan (opportunities)
sehingga terbiasa dengan situasi yang tidak menentu dan dadakan.
f) Terus menerus mempertajam keabsahan paradigmanya sendiri.

2) Bagi masyarakat industri iklim global akan membawa perubahan besar.


Perubahan berkenaan dengan:
a) segala macam produk bebas masuk (import product);
b) masuknya tenaga kerja asing profesional secara bebas;
c) swasta asing dengan leluasa dapat membuka jaringan;
d) investasi tidak mengenal batas negara.

R A NG KU M AN

Bagi sebagian kalangan, globalisasi adalah perpanjangan ekspansi


imperialisme terhadap negara berkembang dan miskin. Berbagai pihak
lain menganggap sebagai masa depan yang penuh harapan; sebagian lagi
cenderung meramalkan sebagai masa depan yang penuh ketidakpastian
dan bahkan sering dikatakan bahwa yang pasti itu adalah ketidakpastian
itu sendiri. Terlepas dari perbedaan pandangan tentang globalisasi, kita
menganggap globalisasi adalah suatu proses dalam pengorganisasian
sosial, politik dan ekonomi, seperti industrialisasi, ekonomi pasar, rule of
law dan liberalisme. Kita berusaha melihat globalisasi sebagai fenomena
tanpa preseden dan pihak yang melihatnya semata sebagai modernisasi,
imperialisme, atau kapitalisme global dengan wajah baru.
8.28 Manajemen 

Globalisasi membawa konsekuensi tertentu dalam kehidupan


manusia, termasuk aktivitas bisnis. Salah satu konsekuensi globalisasi
dalam dunia bisnis adalah terciptanya pasar global. Dalam pasar global
setiap negara akan bertarung menawarkan keunggulannya. Ini adalah
suatu fenomena yang akan semakin menampakkan proses
pengintegrasian pasar barang, jasa, investasi, serta jaringan dan
organisasi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge network and
competency of organisation), baik inter, intro-firms maupun across the
nations. Barang dan jasa itu dirancang, dibuat dan dipasarkan ke seluruh
penjuru dunia dengan melalui tatanan mata rantai produksi yang dinamis
dan mampu melampaui batas negara (cross-border dynamic value-chain)
serta lintas industri menuju era ekonorni informasi dan dari era
manufaktur menuju era mentofacture (Marquardt, 1994). Implikasi
perubahan ini jelas sampai pada sendi-sendi kehidupan manusia dalam
berbangsa.
Sekedar mengingatkan seluruh komponen bangsa maka hendaknya
kita semua jangan main-main dengan terminologi ekonomi pasar,
liberalisasi, ataupun globalisasi. Jika mantan Presiden Perancis Charles
de Gaulle dan penulis besar Prancis Jean-Jacques Servan-Schreiber saja
pernah menyerukan pada bangsanya agar membendung serbuan modal
asing pada dekade 1960-an padahal nota-bene Perancis adalah dedengkot
imperialisme dan kolonialisme, maka sungguh kita jangan terlalu
gembira memasuki era pasar bebas. Hati-hati pula dengan terminologi
nasionalisme ekonomi, ekonomi kerakyatan. atau kemandirian ekonomi.
Sejarah telah mencatat, terminologi indah ini tak kalah ganasnya dalam
mengeksploitasi penderitaan rakyat sebagai akibat manipulasi elite-
politik dan kapitalis-semu dalam memanfaatkan sentimen anti asing
yang berlebihan. Kebijakan Mobil Nasional Timor dan Industri Pesawat
Terbang Nusantara adalah salah satu contohnya. Jika bangsa kita tidak
ingin tersandung untuk yang kesekian kalinya, sudah menjadi kewajiban
bagi kita semua untuk merenung dan mawas diri apakah kebijakan
ekonomi nasional saat ini sudah sejalan dengan cita-cita kemerdekaan.
 EKMA4116/MODUL 8 8.29

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Perbedaan globalisasi abad 19 dan 21 terletak pada cara dan pendekatan


yang dipakai dalam penguasaan, kecepatan serta cakupannya.
Penguasaan pasar dan perdagangan pada abad 21 ....
A. melalui penguasaan secara fisik
B. tidak melalui penguasaan secara fisik
C. melalui kekerasan
D. penguasaan jalur perdagangan

2) Perjanjian internasional mengenai perdagangan yang dikenal dengan


General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang diadakan di
Maroko dilaksanakan pada tahun ....
A. 1991
B. 1992
C. 1993
D. 1994

3) Salah satu elemen yang mendukung ide globalisasi adalah swastanisasi.


Adapun alasan swastanisasi adalah ....
A. sektor public dianggap kurang efisien
B. produktifitas cukup tinggi
C. kinerja pengelolaan cukup professional
D. pemegang kekuasaan

4) Proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistem ekonomi


dunia pada dasarnya diperankan oleh tiga aktor utama. Di bawah ini
yang tidak termasuk ketiga aktor tersebut adalah ....
A. TNC
B. WTO
C. UNESCO
D. World Bank

5) Pada era globalisasi menuntut setiap pelaku ekonomi meningkatkan


kemampuan bersaing. Di bawah ini yang tidak termasuk kemampuan
bersaing adalah ....
A. kemampuan memproduksi
B. kemampuan menentukan harga
8.30 Manajemen 

C. memasarkan produk-produk yang dihasilkan


D. menerobos pasar yang batas-batasnya semakin tidak jelas

6) Optimisme Indonesia bahwa masih mempunyai peluang untuk menarik


investor di era globalisasi berdasarkan ....
A. kemampuan Indonesia mempertahankan konsistensi perbaikan
ekonomi
B. produk yang berlimpah
C. kemampuan meningkatkan kualitas produk
D. sumber daya yang tersedia memenuhi standar internasional

7) Agar Indonesia lebih mampu berkiprah di pasar global adalah dengan ....
A. merencanakan kebijakan perekonomian yang stabil
B. melakukan pembenahan manajemen di segala bidang
C. pengelolaan sumber daya yang dimiliki
D. pelatihan terhadap SDM yang ada

8) Di bawah ini yang bukan merupakan unsur-unsur yang mempengaruhi


daya tarik suatu produk, dipandang dari sudut pelanggan di era global ini
antara lain ....
A. mutu (quality)
B harga (price)
C. penyerahan (delivery)
D. jasa pelayanan (service)

9) Salah satu faktor kekuatan untuk meraih peluang pasar di era global
adalah ....
A. kualitas produk lokal yang tersedia
B. kemampuan SDM yang ada dalam mengelola sumber daya yang
tersedia
C. kemampuan intelijen pasar global
D. tersedianya sumber alam yang sangat bervariasi

10) Kadin Indonesia mengemukakan gagasan agar kebijakan yang berfokus


"komoditi andalan" diterapkan dalam memperkuat kinerja ekspor non-
migas Indonesia. Gagasan ini dikemukakan tahun ....
A. 1995
B. 1996
C. 1997
D. 1998
 EKMA4116/MODUL 8 8.31

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.32 Manajemen 

Kegiatan Belajar 2

Arti Penting Pasar Global dan


Cara menjadi Mitranya

A. STRATEGI MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK LOKAL

Seperti telah kita ketahui bersama di dalam Kegiatan Belajar 1, implikasi


dari era globalisasi ini adalah terjadinya era perdagangan bebas antar negara
atau kawasan. Perdagangan bebas antar kawasan Asia (Asia Free Trade
Area) yang telah berlaku dan NAFTA (North Afrika Free Trade Area) akan
diberlakukan sekitar tahun 2020. Pada sistem perdagangan bebas tersebut,
suatu negara dapat menunjukkan dan sekaligus mempromosikan segala
kehebatannya kepada negara lain secara leluasa. Produk-produk dari
pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni masing-masing negara
akan saling berkompetisi demi merebut dan menguasai pangsa pasar lokal
maupun global. Dengan demikian, akan terjadi persaingan produk dari segi
fisik maupun finansial. Hal yang paling dibutuhkan oleh suatu negara dalam
menghadapi pasar bebas tersebut adalah menyiapkan sumber daya manusia
yang cukup, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas.
Negara kita yang merupakan salah satu dari negara yang terlibat dalam
sistem perdagangan bebas harus memiliki strategi yang jitu untuk
menghadapi era yang sarat dengan kompetisi tersebut. Strategi tersebut
tentunya disusun dan dibuat berdasarkan pada kemampuan bangsa Indonesia
dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya
alam maupun sumber daya manusianya. Mengingat republik ini merupakan
negara khatulistiwa yang diapit oleh dua benua dan dua samudra dengan
berbagai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, maka hal
utama yang perlu dipikirkan dalam menyusun dan menentukan strategi
tersebut adalah memperkuat berbagai sektor strategis yang melibatkan
kepentingan rakyat banyak. Penguatan sektor strategis akan mampu
meningkatkan daya saing produk lokal dan menembus batas-batas negara.
Dalam modul ini tentu saja kita tidak bisa mengupas secara menyeluruh
sektor strategis yang mampu menumbuhkan sektor ekonomi dan
kesejahteraan rakyat di era globalisasi. Beberapa contoh di bawah ini adalah
 EKMA4116/MODUL 8 8.33

sebagai pemicu (trigger) anda sebagai mahasiswa untuk mengupas lebih jauh
sektor yang bisa membantu negara kita menjadi semakin maju dan sejahtera.

1. Peningkatan Kualitas Sektor dan Teknologi Pertanian


Negara kita merupakan negara agraris, maka hal utama yang perlu
dipikirkan dalam menyusun dan menentukan strategi memperkuat ekonomi
dalam negeri dan daya saing lokal adalah memperkuat sektor pertanian
sebagai unsur industri primer (pertanian, kehutanan, dan perikanan). Hal ini
disebabkan dengan tangguhnya sektor pertanian akan menghasilkan
ketahanan pangan yang mengakibatkan bangsa ini mempunyai modal dasar
yang kokoh untuk menangkal segala gangguan, tantangan, dan ancaman baik
yang bersifat lokal maupun global. Di samping itu, tentunya juga harus
diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Berdasarkan
pengalaman di Inggris, Jepang, dan Korea Selatan, penurunan jumlah tenaga
kerja pada industri primer tergantung pada peningkatan jumlah tenaga kerja
pada industri sekunder (pertambangan, konstruksi, dan manufaktur) serta
industri tersier yang meliputi listrik, gas, air dan uap, transportasi,
komunikasi, perdagangan besar dan eceran, keuangan, asuransi, perumahan,
jasa, pemerintah, dan lain-lainnya. Berdasarkan hal tersebut jika sektor
pertanian sudah tangguh, efisien, dan modern maka secara otomatis akan
memberikan dukungan bagi pengembangan seluruh sektor industri lainnya,
yakni dengan cara mengasahkan sumber daya tenaga kerja yang tadinya pada
sektor pertanian (industri primer) untuk bekerja di sektor industri sekunder
dan tersier.
Menyadari sepenuhnya bahwa negara kita mempunyai potensi terbesar
di bidang pertanian maka kebijakan teknologi harus berbasis pada
tangguhnya sektor pertanian. Pengalaman dari negara-negara yang sudah
maju selalu memulai kemajuannya dari potensi dasar yang dimilikinya.
Misalnya Jepang, negara yang cukup canggih dalam menghasilkan teknologi
ini memulai debutnya juga dengan memodernisasi teknologi pertaniannya.
Dengan demikian pengembangan teknologi negara kita juga harus berbasis
pada pertanian. Kita harus menyadari bahwa sektor pertanian akan mampu
memiliki keunggulan komparatif yang akhirnya akan menjadi keunggulan
kompetitif.
Apabila kita sudah memiliki ketahanan pangan maka sangat
memungkinkan bagi kita untuk berkonsentrasi dalam mengembangkan dan
mengejar bahkan menandingi produk-produk teknologi dari negara yang
8.34 Manajemen 

sudah maju. Meskipun hal ini memakan biaya, tenaga. dan waktu yang tidak
sedikit serta membutuhkan dukungan dari segenap komponen masyarakat.
Melalui langkah yang sistematis, bersungguh-sungguh, dan konsisten dalam
upaya melakukan inovasi atau pengembangan teknologi alat dan mesin
pertanian, maka kita memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat
berkompetisi dengan bangsa lain dalam menghadapi era global.

2. Peningkatan Daya Saing di Bidang Agribisnis


Sektor agrobisnis hingga saat ini masih merupakan sebagian andalan
ekonomi negara. Peran konvensional agrobisnis tidak hanya terkait dengan
keberadaannya sebagai penjaga gawang ketahanan pangan, penghasil devisa
melalui ekspor dan penyedia lapangan kerja produktif, akan tetapi juga
kompetensinya dalam menyediakan bahan baku bagi industri dan pendukung
pelestarian lingkungan hidup. Keberadaan agrobisnis dapat disebut sebagai
wujud paling nyata ekonomi kerakyatan. Masalahnya. mampukah sektor ini
berperan optimal pada saat liberalisasi perdagangan menghampirinya.
Pertanyaan ini sangat--hakiki mengingat kehidupan petani dan sektor
pertanian sekarang ini sedang menghadapi tantangan berat, baik di tingkat
nasional maupun tingkat global. Sektor pertanian negara kita kini
dikangkangi kebijakan ekonomi-politik nasional yang diikatkan erat secara
global. Apabila ada pernyataan yang'mengukuhkan pertanian, sesungguhnya
adalah fondasi dan hidup-matinya sebuah negara maka celakalah kita.
Indonesia saat ini sudah masuk ke dalam tahap perkembangan dunia terbaru,
yaitu globalisasi pertanian, di mana AoA (Agreement on Agriculture) sebagai
bagian dari WTO (World Trade Organization) sejak 1 Januari 1995 akan
mengatur semua subyek pertanian kita. AoA juga akan mengatur bagaimana
sektor pertanian diurus oleh negara.
Tanpa terasa perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara (ASEAN
Free Trade Area-AFTA) sudah mulai berlaku. Konsekuensinya, negara-
negara anggota ASEAN yang turut menandatangani kesepakatan tersebut
harus menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan antar mereka.
Konkretnya, hambatan nontarif harus dihilangkan, sementara tarif atau pajak
impor yang terlalu tinggi mesti diturunkan dan bahkan dihapuskan.
Terbentuknya AFTA sendiri dilandasi pemikiran bahwa pakta perdagangan
ini akan menaikkan daya saing negara-negara ASEAN sehingga jauh lebih
siap pada saat memasuki pasar global. Diharapkan, melalui penghilangan
hambatan tarif dan nontarif atas arus masuk barang di lingkungan sesama
 EKMA4116/MODUL 8 8.35

negara anggota, sektor manufaktur negara-negara ASEAN menjadi lebih


efisien dan berdaya saing. Realisasi AFTA didasarkan pada mekanisme
Common Efective Preferential Tariff (CEPT).
Berdasar pengalaman, liberalisasi pertanian menghasilkan
kecenderungan negatif bagi petani dan pertanian kita. Beberapa dampak yang
sudah mulai dirasakan, pertama, menempatkan petani sebagai obyek yang
disetir oleh kepentingan modal yang ditanamkan di sektor pertanian. Kedua,
tidak adanya proteksi yang substansial bagi petani agar dapat tetap aman
dalam kegiatan pertanian. Ketiga, dihapuskannya subsidi bagi sektor
pertanian yang menyebabkan melemahnya dukungan negara bagi petani.
Keempat, membanjirnya;produk pertanian impor yang mengeliminasi sedikit
demi sedikit daya saing produk-petani kita. Kelima, menjadikan sektor
pertanian menjadi urusan elite ekonomi sambil mempercepat urbanisasi dan
proletarisasi. Ini peringatan dini atas ancaman kedaulatan pertanian kita dan
bangsa agraris secara keseluruhan. Posisi negara kini tengah berada di
pusaran neoliberalisme yang menghendaki pengurangan bahkan sejauh
mungkin penghapusan peran negara dalam mengatur dan menentukan
kebijakan pertanian sekalipun menyangkut mayoritas warganya sendiri.
Bagi Indonesia, permasalahan yang perlu dikaji adalah kesiapan
menghadapi zaman dan realitas baru tersebut. Apabila kornoditas ekspor
negara belum memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan para
pesaingnya, maka kelima dampak tersebut akan benar-benar terjadi
menyerang negara kita.
Tidak perlu diragukan lagi, Thailand merupakan penghasil produk
agrobisnis berkualitas global yang semakin kompetitif. Siapa yang tidak
kenal durian Monthong. Vietnam tidak kalah agresifnya dalam membangun
agrobisnis, bahkan untuk keperluan itu, negara ini jauh lebih progresif dalam
menarik investor. Misalnya, dengan memberlakukan masa Hak Guna Usaha
(HGU) sampai 100 tahun. Kalau beberapa waktu lalu, Vietnam belajar budi
daya kopi ke Jawa Timur, tetapi kini justru sebaliknya, kita harus berguru ke
sana.
Secara umum, agrobisnis dewasa ini dihadapkan pada sejumlah
hambatan struktural yang pemecahannya sungguh tidak mudah. Di samping
lingkungan strategis mengalami perubahan secara mendasar, kemampuan
negara dalam menghasilkan produk agrobisnis olahan boleh dikatakan masih
tertinggal.
8.36 Manajemen 

Fenomena ini antara lain dapat dicermati dengan belum berkembangnya


agro industri yang secara intuitif mampu meningkatkan pendapatan bagi para
petani selaku produsen. Agri bisnis dipahami secara partial, baru sebatas
usaha tani (on-farm), belum sebuah mata rantai yang mengaitkannya dengan
industri manufaktur, pemasaran basil, dan jasa-jasa penunjang lain seperti
agrobisnis halo (agro-inputs dan agro-machinery) dan pembiayaan.
Banyak produk agro bisnis negara kita belum siap menghadapi AFTA.
Ongkos produksi agro bisnis dalam negeri telah menyebabkan tingginya
harga komoditi agro bisnis kita tersebut sehingga kita sulit bersaing dengan
komoditas sejenis dari luar negeri yang jauh lebih murah dan lebih baik
kualitasnya. Belum lagi masalah komoditas beras yang sering ditunggangi
sekaligus menjadi komoditas politik. Namun untuk sementara waktu, beras
masih belum dimasukkan dalam agenda liberalisasi perdagangan, sementara
gula dimasukkan ke dalam daftar komoditas sangat sensitif (highly sensitive
commodity) sehingga pelaksanaan AFTA-nya ditunda dari tahun 2003
menjadi tahun 2010. Kepentingan nasional menjadi pertimbangan
pengunduran pemberlakuan AFTA atas komoditas tertentu tersebut.
Penundaan AFTA tersebut juga dimaksudkan agar tersedia cukup waktu bagi
petani dan agro industri nasional melakukan pembenahan internal, sementara
secara eksternal perlindungan dilakukan melalui reformasi kebijakan (policy
reform) seperti penciptaan iklim usaha yang kondusif dan regulasi tentang
produk agro bisnis impor yang berpihak kepada produsen.
Pemerintah harus sangat serius memperhatikan kekuatan daya saing
industri agro bisnis kita. Jika tidak maka akan banyak industri agro bisnis
yang kalah bersaing begitu masuk kancah AFTA, termasuk hortikultura.
Anda pasti bertanya, mengapa kita lamban mempersiapkan diri
menghadapi AFTA. Jikalau boleh kita menengok ke belakang maka
penyebab utama stagnasi peningkatan kinerja produk agro bisnis dan
kontinuitas penyediaannya tidak terlepas dari orientasi kebijakan di masa lalu
yang terlalu bias ke arah produksi. Namun di sisi pendapatan dan
kesejahteraan petani agro bisnis boleh dikatakan terabaikan.
Petani seolah dijadikan obyek pembangunan ekonomi yang terlalu
mengabdi pada industrialisasi yang padat modal. Melalui harga produk agro
bisnis serendah mungkin, ketenangan kerja para buruh industri dan kelas
menengah perkotaan bisa dijamin. Diakui atau tidak, dibanding buruh di
lingkungan industri, nasib petani tidak mengalami perubahan sama sekali
hingga kini. Para buruh bangunan, misalnya, masih dapat menghitung
 EKMA4116/MODUL 8 8.37

pendapatan minimum mereka, tetapi tidak demikian halnya dengan petani.


Tidak ada jaminan produk petani dibeli dengan harga dasar tertentu yang
dapat digunakan sebagai kalkulasi pendapatan minimum. Kalaupun
ditetapkan seperti gabah, dijamin tidak akan tercapai. Anda pasti membaca di
surat kabar tentang harga gabah yang lebih rendah daripada ongkos produksi
menanam padi. Para petani menjadi semakin menjerit ketika harga BBM
dinaikkan yang otomatis juga meningkatkan harga ongkos produksi seperti
pupuk dan bibit, sementara harga patokan pemerintah sudah tidak bisa
menjadi jaminan petani. Selalu ada tarik-menarik kepentingan dalam pasar
produk agrobisnis yang akhirnya membuat kesejahteraan para petani justru
semakin memburuk.
Kondisi semacam ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Pemerintah
harus mengambil inisiatif dan keputusan radikal. Pemerintah harus
melakukan reorientasi kebijakan dan redesign kebijakan pembangunan yang
menempatkan petani sebagai kekuatan yang perlu diperhitungkan. Caranya
adalah dengan memberikan stimulus ekonomi. Stimulus seperti ini biasa dan
lazim dilakukan sejumlah negara industri maju yang notabene jumlah
petaninya tidak lebih dari 3,5 persen. Di samping itu juga permudah
penyaluran kredit semua sektor agro bisnis. Rendahnya alokasi kredit untuk
agro bisnis tidak terlepas dari persyaratan administrasi bank yang umumnya
sulit dipenuhi para petani. Demikian pula, bila dikaitkan dengan kecepatan
pengembaliannya yang relatif lebih lama, akan membuat perbankan berpikir
ulang tentang alokasi kredit untuk agro bisnis. Dengan demikian. dalam masa
transisi menyambut liberalisasi perdagangan, kredit program dengan bunga
yang disubsidi pemerintah tetap memegang peranan penting.
Hanya melalui kredit murah tadi para petani dapat berusaha dengan baik.
Dalam masa liberalisasi perdagangan nanti, semua pembiayaan kegiatan
berusaha dipastikan akan semakin mengarah pada mekanisme perbankan.
Konsekuensinya, hanya kegiatan produktif dengan return on investment dan
return on equity memadailah yang layak mendapatkan kucuran pembiayaan
bank.
Sudah barang tentu kalau kelembagaan petani tidak dimantapkan mulai
sekarang, dikhawatirkan tidak ada lagi usaha tani yang dapat dibiayai bank.
Akibatnya, petani semakin frustrasi. Resultante dari persoalan agro ekonomi
dan transformasi sosial di lingkungan pedesaan adalah hancurnya salah satu
pilar ekonomi bangsa.
8.38 Manajemen 

Persoalan ini mengharuskan semua pihak berpikir ulang (rethinking)


tentang arah agrobisnis yang mampu menjadi wacana peningkatan
kesejahteraan para stakeholders dalam sebuah mata rantai kegiatan yang
saling mendukung, termasuk partai-partai politik yang ingin mendapat
simpati atau dukungan petani dalam Pemilu 2010 nanti. Bukankah
kemampuan menyelesaikan masalah agrobisnis, petani, dan komunitas
pedesaan sama artinya dengan menyelesaikan bagian terbesar persoalan
bangsa.

3. Kemitraan Korporasi Kunci Peningkatan Daya Saing Produk


Kemitraan korporasi dengan usaha kecil menengah merupakan kunci
utama untuk meningkatkan daya saing produk di pasar global. Dengan cara
ini, perusahaan multinasional tidak akan lagi menguasai industri hulu hingga
hilir karena sebagian pekerjaan diberikan kepada pelaku usaha kecil
menengah. Untuk membangun basis industri yang tangguh, perusahaan besar
harus membina UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Alasannya, UKM dalam
kondisi krisis pun lebih mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar.
Jadi, keberpihakan, pemberdayaan, maupun pengembangan UKM oleh
pemerintah harus dilakukan secara serius dan tidak sekadar wacana untuk
mencari popularitas. "Perusahaan besar pun harus membangun kemitraan
untuk membangun kemandirian UKM.
Pola kemitraan antara pengusaha besar dan UKM di sentra produksi
kecil dalam bentuk plasma sangat membantu UKM yang tangguh. Ambil
contoh, sebuah perusahaan mebel PT Wirasindo Santakarya yang telah
berusaha selama lebih dari 10 tahun telah membina sekitar 90 plasma yang
merupakan perajin mebel di Sukoharjo dan Klaten, Jawa Tengah. Hasilnya
ternyata sungguh luar biasa, Perusahaan tersebut kini mampu mengekspor
minimal 20 peti kemas setiap bulan ke 34 negara. Dengan contoh tersebut
terbukti bahwa stabilitas makro-ekonomi tidak cukup membebaskan
perekonomian Indonesia dari krisis berkepanjangan. Justru pemerintah harus
lebih serius meningkatkan daya saing dan membangun basis industri yang
tangguh di pasar global. Saat ini peningkatan daya saing ekonomi merupakan
persoalan serius yang harus menjadi perhatian dalam mendesain program
pemulihan ekonomi ke depan. Hal itu dilakukan agar tidak ketinggalan dari
Malaysia dan Thailand yang juga pernah mengalami krisis.
 EKMA4116/MODUL 8 8.39

Contoh lain adalah apa yang telah dan akan dilakukan oleh Toyota Astra
Motor (TAM). Liberalisasi perdagangan sedang mengubah lingkungan bisnis
di seluruh dunia. Memenuhi standar global dalam hal kualitas dan biaya
adalah kunci memenangkan persaingan antar negara yang kian ketat. Untuk
mengantisipasi hal ini, TAM harus mampu menggalang kerja sama dalam
mengembangkan sebuah jaringan operasi baru yang berskala global. Di
samping itu juga mereka harus mampu merintis operasi bersama dengan basis
jenis produksi lain di Asia. Kerja sama semacam ini merupakan bagian dari
kerangka kerja sama TMC dengan mitra-mitra lokalnya untuk mencapai
tingkat efisiensi usaha yang lebih tinggi, seperti misalnya, Asean Industrial
Cooperation (AICO), Common Effective Preferential Tariff (CEPT) dan
Asean Free-Trade Area (AFTA). TAM secara terus menerus mengupayakan
alih teknologi terbaru dan berbagai pengetahuan seperti yang telah dilakukan
sepanjang 30 tahun kemitraannya dengan TMC. Untuk mewujudkan upaya
ini, sekaligus meningkatkan kualitas produknya di masa datang. TAM
memusatkan perhatiannya pada pengembangan sumber daya manusia sebagai
bagian pokok tercapainya tujuan tersebut. Saat ini TAM menggunakan
komponen dan suku cadang dari sekitar 100 pemasok tangan pertama, dan
lebih banyak lagi dari pemasok tangan kedua. Suku cadang terus mendukung
mereka dengan menyediakan program pelatihan yang mengarah pada
terwujudnya prinsip `Berkembang Bersama'. Melalui prinsip 'Berkembang
Bersama' dengan para pemasok, dealer. dan pelanggan, TAM, dan TMC
bertujuan untuk memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan
ekonomi dan sosial di Indonesia, saat ini dan di masa-masa yang akan datang.

4. Pengembangan Potensi Lokal


Secara teoretis, memang globalisasi menjanjikan terjadinya integrasi
pasar domestik dengan pasar internasional, sehingga komoditas (ekonomi
maupun budaya) lokal diharapkan dapat terserap oleh pasar internasional. Di
samping itu, perusahaan multinasional (MNC) yang masuk ke negara
berkembang sebenarnya juga dibebani tanggung jawab sosial (corporate
social responsibility), sehingga diharapkan dapat membawa efek
kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya. Alih-alih memberi manfaat bagi
masyarakat di negara berkembang, globalisasi justru mempercepat proses
penurunan daya saing produk lokal dan pelemahan daya tahan masyarakat
untuk mempertahankan produk unggulannya. Produk lokal impoten
menghadapi tantangan global, yang pada akhirnya akan menghilangkan
8.40 Manajemen 

inovasi dan fleksibilitas anggota komunitas tersebut. Banyak sekali industri


yang berbasis "padat karya" seperti TPT (tekstil dan produk tekstil) yang
gulung tikar. Di sektor ini, pasar domestik telah diserbu produk impor.
Intinya adalah bahwa industri domestik rontok karena hilangnya daya tahan
dan inovasi produk lokal atau bahkan masyarakat lokal.
Sebagai respons dari gelombang globalisasi yang merugikan tadi, kita
harus memunculkan gerakan atau kesadaran untuk "menolak" globalisasi
dengan mengukuhkan tradisi atau potensi lokal. Di Bantul, Yogyakarta,
misalnya. telah diluncurkan kebijakan baru yang diberi nama "Amanat
Perjuangan Rakyat Bantul". Salah satu komitmennya adalah penggunaan
bahasa Jawa dalam proses pelayanan publik setiap tanggal 20 setiap
bulannya. Di samping itu juga ada upaya unik mempromosikan lokalism,
yakni masuknya tiwul dalam food-industry modern yang dikelola oleh
Indofood. Sementara itu di tataran internasional, "penolakan" terhadap
globalisasi juga gencar dilakukan, termasuk tidak mau menggunakan produk-
produk IT dari Microsoft, atau juga minuman kemasan yang banyak tersebar
di pasaran. Nyatanya, orang-orang yang menolak produk global juga masih
hidup sehat sebagaimana orang lain yang globalized. Konkretnya, segala
sesuatu yang bisa diproduksi di suatu negara atau daerah, harus dilakukan
(jangan mendatangkan produk asing). Hal ini penting agar meningkatkan
kontrol lokal atas ekonomi dan segala potensi untuk dapat disebarkan secara
lebih adil di antara penduduk lokal. Lokalisme harus dilindungi dari
globalisasi, karena globalisasi secara nyata menimbulkan dampak buruk
terhadap masyarakat, keadilan, dan lingkungan. Beberapa kebijakan yang
disarankan untuk melindungi lokalisme antara lain, (1) jangan melakukan
impor barang dan jasa yang bisa diproduksi sendiri; (2) menerapkan prinsip
produksi untuk konsumsi sendiri (site-here-to-sell-here rules); (3)
mengupayakan agar arus uang tidak banyak keluar dari komunitas lokal
(localizing money flows); (4) mendorong kompetisi lokal untuk menghasilkan
barang dan jasa yang bermutu tinggi; dan (5) reorientasi kebijakan
perdagangan dengan menitikberatkan pada penguatan ekonomi lokal
daripada membangun daya saing internasional. Dalam konteks ini, kondisi ini
masyarakat lokal kita saat ini harus diakui sangatlah lemah, terutama secara
ekonomis. Itulah sebabnya, promosi lokalisme memang tampaknya lebih
mendesak dari pada sekadar hasrat untuk berintegrasi dengan sistem ekonomi
global.
 EKMA4116/MODUL 8 8.41

5. Restrukturisasi Ruang Lingkup Organisasi Industri


Dengan risiko mengikuti arus globalisasi menjadikan pemerintah harus
membuat susunan dan ruang lingkup organisasi industri secara internasional
menjadi lebih kompleks, sehingga menjadikan persaingan internasional
menjadi perspektif baru dalam perumusan kebijakan ekonomi. Dengan
begitu, arah dan landasan kebijaksanaan ekonomi Indonesia yang
direkomendasikan adalah bagaimana meningkatkan daya saing internasional
pada semua sektor.
Dalam mengembangkan industri yang mampu bersaing skala
internasional, pemerintah menetapkan pengembangan berbasis Muster.
Muster industri adalah pengelompokan industri dengan satu industri saling
berhubungan secara intensif dan membentuk kemitraan (partnership) dengan
industri pendukung dan industri terkait.
Manfaat dari kluster ini antara lain adalah mengurangi biaya transportasi
dan transaksi, meningkatkan efisiensi, menciptakan aset secara kolektif, dan
memungkinkan terciptanya inovasi. Selanjutnya, Muster industri merupakan
salah satu cara terbaik untuk mengorganisasikan industri satu negara,
sehingga lebih memudahkan perumusan kebijakan pemerintah karena lebih
terintegrasi dan terfokus. Muster industri juga akan dapat mengintegrasikan
beberapa sektor ekonomi, karena dalam setiap sektor terdapat juga pelaku
ekonomi yang tergolong dalam usaha kecil dan menengah (UKM). Sehingga,
proses ini akan menarik UKM untuk memenuhi peningkatan permintaan
barang dan jasa. Pada saat yang sama, jaringan terpadu dari UKM terkait
akan berkembang serta menawarkan jasa dan produk-produk untuk
mendukung kluster industrinya. Oleh karena itu, UKM memainkan peranan
secara integral dan konstruktif dalam suatu kluster industri. Muster industri
juga memberikan kesempatan pada UKM untuk membuat keterkaitan suplai
antara perusahaan besar dan menengah. Selain itu, kluster industri juga
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menjadikan UKM kompetitif
secara internasional.
Dengan kluster industri pula, batas-batas geografis yang membatasi
keunggulan lokal dapat dihapuskan. Karena kluster industri berkembang
secara regional dan membantu penyebaran kegiatan dan akan mengakibatkan
peningkatan perdagangan antar daerah. Muster industri akan mempromosikan
pengembangan ekonomi regional secara efektif. Dengan demikian kluster
industri merupakan landasan ekonomi yang efektif dalam merespons otonomi
daerah dan pembangunan UKM yang efektif. Pendekatan pembangunan
8.42 Manajemen 

industri berbasis kluster merupakan alternatif terbaik dalam perumusan


kebijakan pengembangan industri Indonesia menuju desentralisasi. Kebijakan
umum yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pembentukan Muster
adalah memperkuat industri-industri yang terdapat dalam rantai nilai (value
chain) yang mencakup industri inti (core industry), industri pendukung
(supporting industries), dan industri-industri terkait (related industries), yang
dapat mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.
Selain itu juga memperkuat keterkaitan antar kluster dalam satu sektor
dan dengan kluster pada sektor lain, sekaligus mendorong kemitraan antara
UKM dengan perusahaan besar dan kaitan interaktif yang relevan lainnya,
sehingga membentuk jaringan industri serta struktur yang mendukung
peningkatan nilai tambah melalui peningkatan produktivitas. Di luar itu, juga
mendorong tumbuhnya related industries yang memerlukan suplai bahan
baku dan bahan penolong yang sama, sehingga memperkuat kemitraan antara
core, supporting, dan related industries; serta memfasilitasi upaya pemasaran
internasional dalam meningkatkan ekspor.
Penetapan Muster industri yang sesuai dan dapat dikembangkan dengan
kondisi Indonesia dipengaruhi oleh kemampuan daya saing internasional
industri yang ada di Indonesia. Indikator yang digunakan adalah sisi produksi
dan sisi permintaan. Maka, diperoleh lima kategori industri. Pertama, Padat
Sumber Daya Alam. Pada umumnya menggunakan sumber daya alam (SDA)
secara intensif sebagai bahan baku sehingga mempunyai potensi yang kuat
dari sisi permintaan dalam negeri, dan dalam pengembangan produknya
sudah dapat didukung litbang dalam negeri. Dalam kategori ini, peringkat
tinggi adalah industri makanan, tembakau, kayu, perabotan, serta pulp dan
kertas (sisi produksi dan permintaan tinggi). Yang berpotensi ekspor adalah
industri karet. Berpotensi pasar dalam negeri adalah minuman, percetakan
dan penerbitan, semen, dan barang galian bukan logam. Sementara peringkat
rendah adalah industri kulit dan pengolahan tanah liat (sisi produksi dan
permintaan rendah).
Kedua, Padat Tenaga Kerja. Dalam proses produksinya, kelompok ini
menggunakan tenaga kerja secara intensif. Untuk mengembangkan industri
ini diperlukan usaha untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas
tenaga kerja melalui penanaman modal dan teknologi. Dalam kategori ini,
tidak ada industri masuk dalam peringkat tinggi. Sementara yang berpotensi
ekspor adalah industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta barang logam
 EKMA4116/MODUL 8 8.43

bukan mesin. Sedangkan yang berpotensi pasar dalam,negeri adalah industri


gelas. Sementara peringkat rendah adalah industri porselen.
Ketiga, Padat Modal. Industri ini menggunakan modal secara intensif
Dalam mengembangkan industri ini, diperlukan usaha meningkatkan
penanaman modal asing bagi usaha pengembangan produk yang bergantung
pada faktor eksternal (sisi permintaan). Industri yang berpotensi ekspor
adalah bahan kimia industri, barang dari plastik, dan logam dasar bukan besi.
Industri yang berpotensi pasar dalam negeri adalah mesin listrik, mesin selain
mesin listrik, serta kapal laut dan perlengkapannya. Peringkat rendah diisi
industri besi dan baja, kendaraan bermotor, dan peralatan profesional.
Keempat, Padat Teknologi. Industri ini menitikberatkan pada
penggunaan teknologi secara intensif Dalam mengembangkan industri ini,
diperlukan usaha untuk meningkatkan penguasaan teknologi, baik melalui
transfer teknologi atau melalui peningkatan kemampuan terhadap teknologi
yang menyatu pada barang modal yang diimpor. Peringkat tinggi di
kelompok ini diduduki oleh industri elektronika. Sedangkan yang berpotensi
pasar dalam negeri adalah industri pesawat terbang dan perlengkapannya.
Sementara peringkat rendah adalah industri farmasi dan bahannya, serta
mesin kantor dan komputer.
Kategori yang belum terbentuk adalah industri berdasarkan kebijakan.
Pembentukannya dimungkinkan untuk mengembangkan kelompok industri
yang dianggap penting dan strategis oleh pemerintah. Kecenderungan
perkembangan masa mendatang adalah teknologi informasi dan life sciences
yang berbasis padat teknologi.
Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa untuk mencapai daya
saing internasional sektor industri, perlu dilakukan upaya transformasi
keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif melalui peningkatan
produktivitas. Oleh karena itu, arah pengembangan industri adalah
meningkatkan kandungan IPTEK baik dalam proses maupun produk.
Implementasi secara makro adalah mentransformasikan dari ekonomi
berbasis pertanian ke basis industri, lalu meningkat lagi ke ekonomi berbasis
teknologi. Konsep kluster merupakan instrumen yang tepat dalam
transformasi ini.

6. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia atau SDM Indonesia secara umum, menurut
survai Institute for Management Development (IMD) Tahun 1999, masih
8.44 Manajemen 

menempati urutan terendah. Di antaranya, pada posisi 44 untuk penyediaan


tenaga kerja berpredikat insinyur, posisi 46 dalam kerja sama teknologi antar
industri, dan 46 dalam kerja sama penelitian antar industri dan universitas.
Berdasarkan hal itu, maka penting bagi Indonesia untuk meningkatkan
kualitas SDM dalam penguasaan. pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK,
termasuk pemanfaatan teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha.
Sementara masalah umumnya adalah relatif rendahnya kualitas SDM. Hal ini
dipengaruhi sistem pendidikan formal maupun pelaksanaan pelatihan kerja
(job training) yang cenderung masih bersifat umum dan belum mengarah
pada perkembangan kebutuhan dunia usaha.

7. Peran Strategi Manajemen SDM dalam Pergulatan di Kancah


Globalisasi
Hingga saat ini para ahli, pemerhati, praktisi, dan pengguna tenaga kerja
masih sepakat bahwa Sumber Daya Manusia adalah faktor utama dalam suatu
organisasi apapun bentuknya dan, di manapun berada. Manusia merupakan
faktor strategis dalam semua kegiatan organisasi. Nah, untuk mengatur,
mengurus manusia berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat
dicapai secara optimum diperlukan suatu kemampuan mengelola atau yang
kita sebut dengan Manajemen SDM. Oleh karenanya, MSDM bertugas
menjalankan gerak fungsi-fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-
proses perencanaan, pengorganisasian. staffing, memimpin dan
mengendalikan. Begitu strategisnya MSDM, hingga Dessler (2000)
mendefinisikan Manajemen SDM strategis sebagai berikut: "Strategic
Human Resource Management is the linking of Human Resource
Management with strategic role and objectives in order to improve business
performance and develop organizational cultures and foster innovation and
flexibility".
Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi
teori sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh
sumber daya atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar
sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas,
adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added value) sebagai
tolok ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM ini merupakan competitive
advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi
bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang dapat
mengoptimumkan competitive advantage. Adanya SDM ekspertis seperti
 EKMA4116/MODUL 8 8.45

manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal yang


menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value
added perusahaan. (Value added adalah SDM strategis yang menjadi bagian
dari human kapital perusahaan).
Berkaitan dengan peranan manusia dan masuknya era globalisasi
berdampak kepada bertambahnya tanggung jawab para manajer dalam
mengelola seluruh karyawan organisasi. Para manajer masa kini dituntut
untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan lingkungan
yang berlangsung cepat. Mereka harus berlomba dengan berbagai kemajuan
teknologi yang sangat signifikan pada 10-20 tahun terakhir, terutama dalam
telekomunikasi, penggabungan antara teknologi komputer dengan
komunikasi. Di samping itu semakin ketatnya persaingan dan semakin
mendunia serta besarnya pengaruh deregulasi atau berkurangnya pengaturan
harga, entry tariff yang sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
Perusahaan akan menjadi semakin tajam tingkat kompetitifnya apabila.
Pemerintah menghilangkan proteksi dan monopoli sehingga muneul
perusahaan baru dengan harga unit sebuah produk yang lebih murah, kualitas
produk yang lebih baik, dan pelayanan prima yang menjadikan konsumen
menjadi semakin manja. Saat ini juga telah nampak adanya perubahan
demografi tenaga kerja global yang mengarah kepada workforce diversity,
berkurangnya diskriminasi tenaga kerja, dan bertambahnya tenaga usia tua
dan tenaga kerja wanita.
Pergeseran-pergeseran tersebut sangat berpengaruh kepada semakin
banyaknya pilihan bagi konsumen; terjadinya mergers, joint-venture dan
bahkan divestasi dan menutup usaha, siklus hidup produk menjadi lebih
pendek dan terjadi fragmentasi pasar. Fenomena-fenomena tersebut
menimbulkan ketidakpastian sebagai tantangan terhadap tugas manajer.
Menjawab tantangan ini, agar dapat bersaing dan sustainable sesuai tuntutan
perubahan, organisasi bisnis harus responsif, cepat bereaksi dan cost-
effective.
Perubahan-perubahan yang mendasar dalam lingkungan bisnis telah
menyebabkan pergeseran dalam urutan pentingnya manajemen sumber daya
manusia dan fungsi sumber daya manusia. Departemen sumber daya manusia
diberi kesempatan mengambil peran penting dalam tim manajemen. Hal ini
terjadi karena fungsi sumber daya manusia sedang berubah menjadi fungsi
manajemen yang penting. Menurut pendapat para peneliti dan teoretis, aset
sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang
8.46 Manajemen 

berkelanjutan karena aset-aset manusia tersebut mempunyai pengetahuan dan


kompleksitas sosial yang sulit ditiru oleh para pesaing.
Praktik-praktik manajemen sumber daya manusia yang diperkirakan
dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan adalah
kepastian kerja, selektivitas dalam rekrutmen, upah tinggi, upah insentif,
kepemilikan karyawan, pembagian informasi, keterlibatan dan
pemberdayaan, tim-tim yang diatur sendiri, pelatihan dan pengembangan
keterampilan, penggunaan dan pelatihan silang, kesamaan semua orang,
upah/gaji tidak jauh selisihnya, serta kenaikan pangkat bagi orang dalam.

8. Peningkatan Profesionalisme
Penerapan konsep profesionalisme pada usaha swasta maupun
pemerintah merupakan fenomena mutakhir yang tidak terhindarkan, dan hal
ini berdampak kepada kualitas. tenaga pelaksana profesional mulai dari
tingkat klerikal sampai dengan tingkat manajer atas. Dalam hal ini bukan saja
tenaga profesional yang handal dan menguasai keterampilan pengelolaan
berbagai manajemen pemasaran, produksi dan lain-lain yang paling mutakhir,
namun tenaga profesional yang mempunyai kepribadian (character) dan
dedikasi yang besar serta jujur masih merupakan kelangkaan dan merupakan
permasalahan yang dihadapi oleh dunia usaha swasta saat ini. Pengadaan
tenaga profesional yang handal tidak dapat seluruhnya diserahkan kepada
lembaga pendidikan formal yang ada, melainkan tidak kalah pentingnya
perencanaan sumber daya manusia di dalam dunia usaha itu sendiri. Semua
pihak harus mulai mempersiapkan tenaga kerja profesional Indonesia di
dalam bidang perdagangan dalam rangka mengurangi kesenjangan defisit
neraca jasa. Adapun untuk setiap jenis jabatan di berbagai sektor yang harus
kita isi dengan tenaga lokal saat ini pada umumnya menuntut kompetensi
atau kemampuan pokok tertentu, yaitu kemampuan untuk:
a. mengambil keputusan yang tepat pada saat yang tepat. Dengan perkataan
lain, dibutuhkan kemampuan tinggi dalam mengidentifikasi
permasalahan, kekuatan, tantangan dan peluang usaha.
b. memperdagangkan produk Indonesia, baik di dalam negeri dalam rangka
persaingan terhadap barang impor, maupun di pasar dunia dalam rangka
meningkatkan ekspor non-migas kita.
c. bekerja sama dalam satu tim kerja yang merupakan mata rantai
perdagangan, yakni unit produksi, unit distribusi, unit promosi dan unit
transportasi. Hal ini menjadi teramat penting, karena di dalam era
 EKMA4116/MODUL 8 8.47

globalisasi, jaringan kerja dalam negeri dan luar negeri dalam bentuk
strategic alliances merupakan suatu keharusan.

Kesemuanya itu perlu ditekuni dengan baik yang didasarkan atas


kesadaran bahwa keunggulan daya saing terletak pada komitmen untuk
menghasilkan barang dan jasa yang konsisten mutunya pada waktu yang
tepat sesuai dengan perjanjian perdagangan yang telah dibuat. Ini juga berarti
bahwa teknologi yang digunakan harus berada di garis depan (frontier) serta
keterampilan yang dimiliki secara berkesinambungan harus ditingkatkan.
Saat ini kita masih banyak menggunakan tenaga asing untuk tingkat
manajerial menengah ke atas. Hal ini disebabkan kita masih belum mampu
memenuhi tuntutan kemampuan untuk bisa melakukan penetrasi ke pasar
internasional. Penggunaan bantuan tenaga kerja asing yang lebih mengenal
pasar internasional merupakan jalan pintas yang bisa menguntungkan para
produsen. Namun secara jangka panjang penggunaan tenaga kerja asing ini
akan merugikan kita sebab selain mahal juga merupakan pemborosan devisa
negara. Oleh karena itu sifat penggunaan tenaga kerja asing seyogianya
hanya bersifat sementara saja. Kita harus mampu melakukan proses alih
teknologi kepada tenaga kerja kita sendiri. Untuk itulah perlunya dilakukan
pelatihan yang berkelanjutan agar terlaksana peningkatan keterampilan dan
pengetahuan tenaga kerja Indonesia yang akan menggantikan tenaga kerja
asing. Kalau kita pelajari bagaimana para anggota suatu keiretsu di Jepang
berhubungan melalui pemilikan silang daripada pemilikan tunggal dan secara
sendiri-sendiri mempunyai bisnis-bisnis yang terbatas. di mana masing-
masing anggota ini juga mempunyai hubungan kontrak dengan sejumlah
besar pemasok: maka akan semakin jelas betapa kemampuan untuk
mempelajari kiat yang dilakukan negara lain akan sangat membantu usaha
peningkatan kemampuan tenaga kerja Indonesia di bidang produksi dan
perdagangan.

9. Memperbesar Peranan Industri Kecil dan Rumah Tangga


Tantangan besar sektor industri negara kita adalah ketidakseimbangan
komposisi jumlah perusahaan besar, menengah, dan kecil; sumber daya
manusia (SDM) dan pemanfaatan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi):
serta intensitas teknologi dalam produk ekspor. Berdasarkan data 1997,
terlihat adanya ketimpangan dalam jumlah perusahaan skala besar menengah
dibandingkan dengan perusahaan skala kecil-rumah tangga. Industri besar-
8.48 Manajemen 

menengah memberikan kontribusi sangat besar pada keluaran industri, yakni


Rp264,27 triliun atau 90,99 persen, dan sekaligus menyerap banyak tenaga
kerja. Sementara industri kecil-rumah tangga hanya memberikan kontribusi
9,01 persen. Ketimpangan peluang usaha itu berakibat pada ketimpangan
dalam pertumbuhan kemampuan berusaha. Industri kecil-rumah tangga yang
populasinya 99,17 persen tidak memberi kontribusi yang berarti pada total
nilai keluaran industri.

10. Peningkatan Penggunaan Teknologi dan IPTEK


Tantangan yang dihadapi oleh produk ekspor Indonesia adalah masih
rendahnya pemanfaatan serta penggunaan IPTEK. Hal itu terlihat dari
intensitas penggunaan teknologi dalam produk ekspor. Sebagian besar
produk ekspor Indonesia masih tergolong dalam kelompok teknologi rendah
dan menengah. Sementara penggunaan teknologi tinggi dan menengah tinggi
memiliki pangsa pasar yang masih sangat rendah. Pemerintah dan dunia
usaha perlu lebih memperhatikan penerapan IPTEK dalam meningkatkan
daya saing ekspor produk Indonesia di pasar internasional.

11. Pengembangan Industri Berbasis Lokal


Kita tidak mungkin lepas dari pengaruh arus globalisasi, siapa yang kuat
maka dia yang kuasa dan siapa yang lemah maka dia akan menjadi korban
kekuatan yang besar. Pertumbuhan bisnis, industri, dan perdagangan berjalan
begitu cepat sehingga memaksa kita untuk dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan tersebut. Oleh karena itu pemerintah mempersiapkan berbagai
langkah untuk mengembangkan, membina, dan menyelamatkan industri
lokal:
a. Untuk bisa lebih memacu industri lokal maka pemerintah cenderung
mengutamakan industri berbasis lokal seperti perkapalan, otomotif, serta
agrobisnis.
b. Untuk mendukung produk industri berbasis agro, pokok-pokok rencana
aksi jangka menengah yang akan dilakukan adalah memfasilitasi dunia
usaha untuk melakukan promosi ekspor, mendapatkan pendanaan
melalui skema resi gudang dengan agunan komoditas, memberikan
kepastian kualitas, kuantitas dan harga dengan menggunakan sarana
pasar lelang komoditas agro.
 EKMA4116/MODUL 8 8.49

c. Untuk industri alat angkut, pokok-pokok rencana aksi yang akan


dilakukan yaitu mengembangkan bursa komponen buatan dalam negeri
dan kerja sama dengan luar negeri dalam penetrasi pasar.
d. Untuk industri telematika pokok-pokok rencana aksi yang akan
dilakukan adalah memfasilitasi pembangunan industri telematika di
sentra-sentra produksi; membantu jaringan distribusi telematika di pasar
lokal; dan menyiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Transaksi Elektronik.
e. Pokok-pokok rencana aksi jangka menengah yang akan dilakukan untuk
mendukung pemasaran produk industri manufaktur adalah penerapan
SNI wajib; kesesuaian dengan parameter pengawasan (label dan
standar); promosi ekspor melalui pameran di dalam dan di luar negeri.
f. Sedangkan pokok rencana aksi untuk mendukung pemasaran produk
industri komponen dan barang modal yaitu mengembangkan pasar
ekspor; meningkatkan penggunaan produk buatan lokal sesuai Keppres
80/2003; peningkatan promosi penggunaan produksi dalam negeri; serta
promosi ekspor melalui pameran luar negeri, dan dalam negeri.
g. Pokok-pokok rencana aksi yang akan dilakukan dalam jangka menengah
untuk mendukung pemasaran produk industri kecil menengah adalah
memberikan informasi dan memfasilitasi promosi/pameran luar negeri;
pendirian outlet-outlet dalam rangka promosi dan peningkatan
pemasaran UKM; memfasilitasi kerja sama bilateral dalam rangka
peningkatan pemasaran ke negara tujuan ekspor; pengembangan pasar
spesifik; serta memfasilitasi informasi dan promosi/pameran di dalam
negeri.
h. Untuk mendukung pemasaran produk kelautan prioritas, maka pokok-
pokok rencana aksi yang akan dilakukan dalam jangka menengah adalah
menyediakan fasilitas sarana distribusi, cold storage, cool box dan pabrik
es mini. pengawasan standar impor; dan promosi produk olahan.
i. Untuk mencapai target peningkatan perdagangan dalam negeri, pokok-
pokok rencana jangka menengah adalah membangun sistem distribusi
yang efisien dan efektif; menyempurnakan perangkat peraturan dan
mendorong pelaku usaha asosiasi untuk membentuk lembaga sertifikasi
dan akreditasi tenaga jasa profesi: membangun proyek percontohan
sistem distribusi yang efisien dan efektif dengan pendekatan supply
chain.
8.50 Manajemen 

j. Di samping itu diperlukan pembentukan kelembagaan perlindungan


konsumen; menyusun sistem pengawasan barang beredar dan jasa;
melakukan kampanye, promosi, dan sosialisasi penggunaan produksi
dalam negeri. Upaya lainnya, membangun sarana perdagangan yang
dapat mempromosikan hasil produksi wilayah perbatasan; membangun
basis-basis produksi sesuai dengan potensi daerah dan kebutuhan negara
tetangga; penataan kembali peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pelaksanaan UU-Metrologi Legal; membentuk
kelembagaan pengelola sentra dana berjangka dan penasihat; serta
membangun pasar lelang regional.

12. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi


Saat ini, hampir tiap negara telah bersiap-siap menghadapi era
perdagangan bebas, baik dalam kerangka AFTA, APEC maupun WTO.
Setiap negara berupaya secara maksimal untuk menciptakan kerangka
kebijakan yang mampu menciptakan iklim perekonomian yang kondusif. Hal
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan investasi dalam negeri serta
mampu mendorong masyarakat untuk bermain di pasar global. Salah satu
implikasi dari kondisi di atas adalah adanya tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi terhadap efisiensi, dan efektivitas sektor publik
(pemerintahan). Hal tersebut disebabkan pasar tidak akan kondusif jika sektor
publiknya tidak efisien.
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi,
Daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan
tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari
Pemerintah Pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan
aspirasi masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, peranan investasi swasta dan
perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (engine of growth). Daerah
juga diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah serta menimbulkan efek multiplier yang besar.
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh
mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, karena pada
dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan
otonomi daerah tersebut, yaitu menciptakan efisiensi dan efektivitas
 EKMA4116/MODUL 8 8.51

pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum


dan kesejahteraan masyarakat, dan memberdayakan serta menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian Pemerintah
Daerah yang dinamis dan bertanggung jawab. serta mewujudkan
pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata. maka
diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas. dan
profesionalisme sumber daya manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah
dalam mengelola sumber daya daerah. Upaya-upaya untuk meningkatkan
pengelolaan sumber daya daerah harus dilaksanakan secara komprehensif dan
terintegrasi mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
sehingga otonomi yang diberikan kepada daerah akan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dari aspek perencanaan, Daerah sangat
membutuhkan aparat daerah (baik eksekutif maupun legislatif) yang
berkualitas tinggi. bervisi strategik dan mampu berpikir strategik, serta
memiliki moral yang baik sehingga dapat mengelola pembangunan daerah
dengan baik. Partisipasi aktif dari semua elemen yang ada di daerah sangat
dibutuhkan agar perencanaan pembangunan daerah benar-benar
mencerminkan kebutuhan daerah dan berkaitan langsung dengan
permasalahan yang dihadapi daerah. Dari aspek pelaksanaan, Pemerintah
Daerah dituntut mampu menciptakan sistem manajemen yang mampu
mendukung operasionalisasi pembangunan daerah. Salah satu aspek dari
pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah
pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Daerah atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen
kebijakan yang utama bagi Pemerintah Daerah
Kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah nampaknya merupakan
jawaban yang cukup ideal untuk membangun potensi daerah dan memperkuat
identitas lokal tanpa harus menolak mentah-mentah arus globalisasi. Tentu
saja, urgensi otonomi daerah bukanlah untuk menghilangkan secara langsung
dampak negatif globalisasi. Esensi otonomi lebih pada upaya menciptakan
landasan politis-yuridis sosiologis yang kuat bagi daerah untuk membangun
dirinya berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang dimilikinya.
Dari sini diharapkan akan lahir dua prasyarat penting untuk menghadapi
globalisasi. Pertama, kapasitas lokal baik dalam hal SDM maupun
kemampuan ekonomis dan, kedua, sebuah blue print pembangunan daerah
jangka panjang yang inklusif, akomodatif, visioner, dan berkesinambungan.
8.52 Manajemen 

Dengan kata lain, otonomi daerah sesungguhnya hanya menyediakan


antibodi terhadap virus community AIDS melalui pengembangan dua hal tadi.
Pada gilirannya, blue print pembangunan yang matang dan terarah, ditunjang
oleh kapasitas lokal yang mantap diharapkan akan bermuara pada proteksi
dan promosi tiga faktor strategis di daerah, yakni local culture and values,
local commodities, dan local resources. Apa yang sudah dilakukan Pemkab
Bantul dalam melindungi budaya Jawa (khususnya bahasa), atau apa yang
dilakukan Pemprov DIY dan Indofood dalam mempromosikan produk
lokalnya, sangatlah sejalan dengan semangat otonomi. Namun akan lebih
baik jika hal tersebut dilakukan dalam kerangka pembangunan jangka
panjang daerah, bukan kebijakan yang parsial atau piecemeal.
Di sisi lain, daerah juga harus mampu mengenali dan menggali potensi
sendiri, agar sedikit demi sedikit makin memperkecil ketergantungan kepada
pusat atau juga dunia luar. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan adanya
reorientasi pembangunan industri yang berfokus pada daerah (district level in
clustrialization). Artinya, suatu industri hendaknya tidak melulu dibangun di
wilayah metropolitan dan sekitarnya, tapi perlu digeser ke daerah pinggiran
dengan mengoptimalkan bahan baku lokal, tenaga kerja lokal, serta untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Strategi seperti ini telah terbukti
berhasil di negara-negara Eropa beberapa dekade lalu. Satu hal yang tidak
bisa ditinggalkan adalah, untuk membangun dan memperkokoh local identity
dan local competitiveness di era otonomi, harus dimulai dari reformasi
birokrasi publik, terutama di level daerah. Dalam hal ini, regulasi harus
benar-benar dirumuskan secara efektif demi merangsang majunya local
entrepreuneur, sementara korupsi, pungli, serta retribusi ganda atau berlebih,
harus segera dihentikan.

13. Pembentukan Masyarakat Informasi


Kedatangan masyarakat informasi tidak pada saat tertentu, melainkan
merambat melalui suatu proses yang menyebabkan informasi diterima dan
diakui sebagai faktor produksi sehingga mempunyai nilai ekonomis. Artinya
orang bersedia mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi yang tepat
guna, tepat waktu dan tepat ruang. Mendapatkan informasi yang sifatnya
seperti itu dengan biaya yang masuk akal dan terjangkau oleh para pelaku
ekonomi baru mungkin setelah terjadinya kemajuan pesat dalam teknologi
telematika, yaitu persenyawaan teknologi komputer (informatika) dengan
teknologi telekomunikasi. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan rasio
 EKMA4116/MODUL 8 8.53

antara harga dan kinerja (price performance ratio) teknologi digital yang
menjadi dasar teknologi telematika terus menerus menurun. Kemajuan
teknologi informasi dan telekomunikasi tersebut memungkinkan manusia
untuk memproses, menyimpan, mencari kembali dan mengkomunikasikan
informasi dalam bentuk apapun oral, tekstual ataupun visual - tanpa adanya
kendala jarak, waktu dan volume. Dalam masyarakat informasi, kemampuan
mengakses dan kepandaian memanfaatkan informasi sebagai faktor produksi
yang strategis menentukan kegagalan atau sukses dalam persaingan. Dalam
hubungan ini, apabila infrastruktur informasi yang sebagai intinya adalah
telekomunikasi tidak tersedia dengan memadai, maka daya saing ekonomi
akan mengalami kendala serius. Infrastruktur informasi ini juga disebut
secara populer Nasional Information Superhighway. Dalam hubungan ini,
kebijakan reformasi telekomunikasi Indonesia tidak boleh berbeda dari
agenda persiapan memenuhi kebutuhan masyarakat informasi Indonesia akan
infrastruktur informasinya.
Penggunaan dan pemanfaatan informasi dan teknologi informasi di
kalangan dunia bisnis dan industri adalah suatu keharusan jika ingin
kompetitif. Sudah banyak industri yang menikmati keuntungan sebagai basil
dari pemanfaatan teknologi informasi. Misalnya saja, industri penerbangan di
tanah air. Salah satu pemangkas biaya adalah jasa yang terkait dengan
teknologi informasi. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan
dampak dari globalisasi telah menciptakan kondisi yang super competitif, di
mana struktur pembiayaan yang rendah sering menjadi faktor penentu sukses.
Dalam hubungannya dengan konsumen, revolusi IT telah memperpendek
"product cycle", mengurangi "time to market" , dan mengurangi biaya
transaksi. Untuk internal perusahaan, revolusi IT berkontribusi pada efisiensi
dalam koordinasi, manajemen sumber daya, monitoring, dan kontrol. Selain
itu IT juga berkontribusi pada perbaikan dalam predictability dan reliabilitas
dari divisi SDM yang memungkinkan "De-verticalization" atau fragmentasi,
"Out-sourcing", dan Globalisasi dari supply chains. Memang benar IT saja
tentu tidak memadai, tetapi harus dibarungi dengan efisiensi pada tiga unsur
lainnya, yaitu finansial, proses bisnis, dan sumber daya manusia. Dalam
manajemen pembiayaan, Activity Based Costing (ABC) merupakan teknik
yang sesuai diterapkan untuk mengetahui berapa biaya yang harus
ditanggung untuk menghasilkan suatu produk/layanan. Namun peranan IT
tidak bisa diremehkan begitu saja oleh kalangan pebisnis.
8.54 Manajemen 

14. Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas Kerja Pemerintah Daerah


Globalisasi ekonomi telah meningkatkan persaingan antar negara-negara
dalam suatu sistem ekonomi internasional. Salah sate cara menghadapi dan
memanfaatkan perdagangan internasional adalah meningkatkan daya saing
melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja. Sebagai langkah awal
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, perlu dilakukan perubahan
struktural untuk memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam
perekonomian nasional. Perubahan struktural adalah perubahan dari ekonomi
tradisional yang subsistem menuju ekonomi modern yang berorientasi pada
pasar. Untuk mendukung perubahan struktural dari ekonomi tradisional yang
subsistem menuju ekonomi modern diperlukan pengalokasian sumber daya,
penguatan kelembagaan, penguatan teknologi dan pembangunan sumber daya
manusia. Langkah-langkah yang perlu diambil dalam mewujudkan kebijakan
tersebut adalah sebagai berikut (Sumodiningrat, 1999):
a. Pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi,
yang paling mendasar adalah
b. akses pada dana.
c. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat.
d. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka
kualitas sumber daya manusia, disertai dengan upaya peningkatan gizi.
e. Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan
industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Industri rakyat yang
berkembang menjadi industri-industri kecil dan menengah yang kuat
harus menjadi tulang punggung industri nasional.
f. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja
mandiri sebagai cikal bakal wirausaha baru yang nantinya berkembang
menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan saling menunjang.
g. Pemerataan pembangunan antar daerah. Ekonomi rakyat tersebut
tersebar di seluruh penjuru tanah air, oleh karena itu pemerataan
pembangunan daerah diharapkan mempengaruhi peningkatan
pembangunan ekonomi rakyat.

Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam


upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD
digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan
pengeluaran, membantu pengambilan kebutuhan dan perencanaan
pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber
 EKMA4116/MODUL 8 8.55

pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk


memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari
berbagai unit kerja. Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan
APBD hendaknya difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan
program dan aktivitas yang menjadi preferensi daerah yang bersangkutan.
Untuk memperlancar pelaksanaan program dan aktivitas yang telah
direncanakan dan mempermudah pengendalian, pemerintah daerah dapat
membentuk pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility centers) sebagai
unit pelaksana.

15. Peningkatan Kemampuan dan Kinerja Individu melalui Organisasi


Belajar
Banyaknya kehadiran pesaing dan pemain baru dalam ekonomi global
telah mengubah paradigma pengusaha, yaitu yang semula hanya product
oriented menjadi berfokus ke arah market oriented. Kepuasan pelanggan
menjadi kredo baru bagi perusahaan. Tampilan luar sebuah perusahaan,
produk, gaya manajemen, cara kerja, sistem, dan prosedur mengalami
perombakan total . Bila ditanya organisasi yang paling siap melakukan
reformasi maka perusahaan swastalah yang merupakan contoh organisasi
yang paling berpengalaman melakukan perubahan-perubahan, paling tidak
dalam hal mengatur tampilan luarnya.
Untuk membuktikan dirinya memerhatikan kepuasan pelanggan,
awalnya sebuah perusahaan berusaha memperbaiki produk, pelayanan, dan
inovasi melalui perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) serta
breakthrough strategies. Cara ini menghasilkan konsep yang dikenal dengan
nama Total Quality Management (TQM) dan Business Process
Reengineering. Namun perusahaan menemukan fakta bahwa kegagalan atau
keberhasilan program-program tadi sangat ditentukan faktor kualitas manusia
(human factor quality), seperti penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan budaya organisasi.
Tantangan yang dihadapi untuk memenuhi komitmennya pada pelanggan
telah pula menuntut perusahaan untuk melakukan perluasan dan pendalaman
terhadap seperangkat keterampilan berupa teknologi dan kemampuan
berkomunikasi secara seimbang, meliputi manajemen informasi, sumber-
sumber daya, hubungan antar manusia, serta pengembangan diri. Di samping
itu juga setiap individu menguasai keterampilan dasar Calistung (baca, tulis,
hitung), dan adanya motivasi untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup.
8.56 Manajemen 

Dan di dalam era globalisasi seperti saat ini mereka juga diwajibkan memiliki
fleksibilitas, kemampuan memecahkan masalah, dan mengambil keputusan,
mampu beradaptasi, berpikir kreatif, motivasi diri, dan memiliki kapasitas
refleksi. Bagaimana cara individu menguasai kemampuan tersebut secara
berkelanjutan'?
Organisasi belajar dipandang sebagai strategi untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Organisasi Belajar atau OB bisa diandalkan untuk
menjawab atas semakin meningkatnya dinamika dan ketidakpastian di
lingkungan bisnis. Dalam hal ini pengertian OB adalah kemampuan
organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua orang yang
terlibat di dalamnya untuk menciptakan sejenis proses yang akan
menyempurnakan organisasi. (Nancy Dixon, 1994). OB bisa juga diartikan
sebagai suatu atau wadah buat orang yang berada di dalamnya untuk secara
terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang
benar-benar mereka inginkan, dengan pola-pola pikir baru dan berkembang
dipupuk, aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan orang-orang secara terus-
menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bernama
(Peter Senge, 1990).
Untuk bisa sedikit mengenal OB maka kita bisa melihat pokok-pokok
pikiran penting yang mencirikannya, yaitu: adaptif pada lingkungan
eksternal, terus-menerus meningkatkan kapabilitas untuk berubah,
mengembangkan kemampuan belajar secara individual dan kolektif. dan
menggunakan hasil belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Jika dilihat dari batasan pengertian OB maka OB ternyata lebih dari
sekadar pelatihan (training). Pelatihan membantu seseorang mengembangkan
keterampilan dalam bidang tertentu, sedangkan organisasi belajar
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan pada tingkat yang lebih
tinggi. Hal itu tercermin dari adanya berbagai tipe pembelajaran yang
dikembangkan dalam organisasi belajar dan bisa diaplikasikan ke tiga tingkat
peserta belajar: individu - kelompok - organisasi, yaitu:
a. Mempelajari fakta-fakta, pengetahuan, proses, dan prosedur.
Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah diketahui.
b. Mempelajari keterampilan kerja baru yang bisa ditransfer ke situasi lain.
Diaplikasikan pada situasi baru yang memerlukan perubahan. Membawa
pakar dari luar organisasi merupakan cara yang bermanfaat.
c. Belajar beradaptasi. Diaplikasikan pada situasi yang lebih dinamis, perlu
dikembangkan cara pemecahan masalah. Percobaan (eksperimen) dan
 EKMA4116/MODUL 8 8.57

menarik pelajaran dari kegagalan dan keberhasilan organisasi lain


merupakan cara pembelajaran yang tepat.
d. Belajar mempelajari sesuatu. Di sini kita bicarakan inovasi dan
kreativitas; merancang masa depan, tidak sekadar beradaptasi. Jika
organisasi sudah mencapai tingkat ini, yang dijadikan sasaran bukan
hanya pada organisasi, melainkan juga pada semangat industrial.

Apa manfaat dan hubungannya dengan tuntutan globalisasi? Anda sudah


memahami tuntutan era globalisasi yang begitu kompleks, berat, dan sangat
kompetitif. Era globalisasi telah membawa kita semua ke era ekonomi
pengetahuan" atau "masyarakat informasi". Oleh karena itu OB bisa
diandalkan sebagai salah satu strategi untuk menjawab tuntutan tersebut.
Peran pengetahuan atau modal intelektual dalam dunia bisnis semakin
dibutuhkan dan dirasakan terus meningkat. Nilai dari perusahaan
berteknologi tinggi seperti perusahaan perangkat lunak atau bioteknologi,
bukan lagi terletak pada kekayaan fisik yang bisa diukur oleh para akuntan,
melainkan pada hal-hal yang tidak bisa diraba, yaitu pengetahuan. Tahun-
tahun belakang ini makin diakui bahwa pengetahuan merupakan faktor
krusial dalam produksi. Pengetahuan dan human capital adalah jantung dari
agenda ekonomi dunia. Pada level mikro (organisasi perusahaan) konsep
learning organization dan knowledge management menjadi semakin dikenal
dan diaplikasikan oleh banyak perusahaan, sebagai persiapan serta investasi
yang sangat bernilai bagi perusahaan, menghadapi semakin meng-
"global"nya kondisi ekonomi. Oleh karena itulah, seperti yang dikatakan Art
Kleiner dalam buku "Fifth Discipline Fieldbook" dinyatakan bahwa gagasan
organisasi belajar perlu disebarluaskan untuk mencapai kinerja tinggi dan
memenangkan persaingan, hubungan dengan pelanggan lebih baik,
menghindari penurunan, memperbaiki kualitas, memunculkan inovasi,
memenuhi kebutuhan pribadi dan spiritual, meningkatkan kemampuan kita
dalam mengelola perubahan, bisa saling memahami, memperluas batasan-
batasan, memperoleh kebebasan, dan menghargai saling ketergantungan.

16. Privatisasi BUMN


Selama pemerintahan orde baru kita sering mendengar bahwa BUMN
adalah badan usaha negara yang rawan terhadap praktek manipulasi,
pemerasan dari penguasa dan menjadi obyek oknum para pejabat. BUMN
bahkan menjadi inefisiensi dan sebagian keuntungan yang diperoleh bukan
8.58 Manajemen 

untuk kepentingan rakyat dan negara. Di dalam proses manajemen sering


terlihat intervensi pemerintah yang menghambat kreativitas, mendorong
perilaku, menghindari risiko (risk avoidance) dan mendelegasikan berbagai
urusan ke atasan, sehingga menyebabkan naiknya biaya agensi dan timbulnya
inefisiensi dan produktif inefisiensi. Proteksi dan ekonomi di bawah kendali
negara telah dianggap sebagai penghambat terciptanya persaingan yang bebas
dan adil. Sementara itu ekonomi di tangan swasta dianggap memiliki nuansa
yang lebih bias, terutama dalam menciptakan lingkungan pasar dan
persaingan. Pergeseran dari filosofi ekonomi publik (sistem perekonomian di
mana peran pemerintah dalam memotori gerak ekonomi sangat menonjol)
menuju sistem ekonomi pasar (di mana manajemen ekonomi dilandaskan
pada mekanisme pasar dan persaingan) telah merupakan gejala mendunia (a
world-wide phenomenon). Oleh karena itu, era persaingan global mendorong
perlunya diadakan penyesuaian struktur. Dalam konteks ini konsep
privatisasi yang telah menggoyahkan dominasi negara dalam kegiatan bisnis
dan bergeser ke dalam peran swasta yang semakin besar.
Privatisasi telah menjadi model pembenahan manajemen BUMN dalam
dekade terakhir, dan bahkan dipandang sebagai alat yang efektif dalam
mendorong persaingan pasar dan mencegah intervensi serta proteksi
pemerintah. Walaupun tidak semua pakar setuju namun banyak masyarakat
berharap privatisasi akan mencegah politisasi dan intervensi pemerintah
dalam kegiatan BUMN, dan dengan demikian akan mendorong kompetisi
dan efisiensi. Kekuatan persaingan akan memberikan motivasi maupun
tekanan kepada manajer dan individu perusahaan untuk meminimalisasikan
biaya dan meningkatkan kualitas produk. Apabila minimalisasi biaya dan
peningkatan kualitas produk tidak mampu untuk dilaksanakan, maka
perusahaan tersebut akan menerima hukuman dari pasar, yakni barang dan
jasa yang diperjual-belikan, kalah dalam bersaing dan bahkan tidak laku.
Dalam perjalanan usaha privatisasi ternyata semua pihak mengalami
kesulitan. Usaha privatisasi ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan
karena privatisasi merupakan konsep yang kompleks. Penjelasan tentang
masalah divestasi dan nondivestasi BUMN yang sangat menentukan arah
privatisasi akan dielaborasi di modal yang lain sebab penjelasan tersebut
sangat kompleks dan membutuhkan kegiatan belajar tersendiri. Namun pada
prinsipnya pengalihan aset BUMN kepada swasta perlu dipertimbangkan
secara sangat hati-hati, di mana sebelum melaksanakan privatisasi sedikitnya
perlu dijawab dua pertanyaan berikut: (i) apakah penjualan aset akan
 EKMA4116/MODUL 8 8.59

mendorong kompetisi, dan (ii) apakah hasil penjualan aset negara secara riil
akan memperbaiki ekonomi nasional. Pertama, persaingan tidak akan tercapai
apabila penjualan aset hanya bersifat pengalihan monopoli dari negara
kepada swasta. Apabila ini terjadi maka akan dapat merugikan masyarakat
dengan menanggung harga yang lebih mahal. Hal ini karena biasanya
perusahaan monopoli akan berusaha untuk memperkecil produksi, dan faktor
inefisiensi sering melekat pada perusahaan monopoli karena tidak terjadi
tekanan pasar. Kedua, secara konseptual penjualan saham BUMN selayaknya
mampu membawa ekonomi nasional ke arah better off. Hal ini semestinya
akan tercermin dari meningkatnya produksi dan distribusi barang dan jasa,
baik untuk kebutuhan pasar domestik ataupun ekspor.
Dalam mencapai sasaran ini kebijaksanaan umum yang disusun Kantor
Menteri Pendayagunaan BUMN/Badan Pengelola BUMN pada intinya
menekankan pada perlunya melakukan langkah transformasi BUMN ke
dalam prinsip korporatisasi dan profitisasi BUMN, yakni memperlakukan
BUMN sebagai layaknya suatu lembaga usaha (korporatisasi) yang mampu
menciptakan keuntungan (profitisasi) Hal ini antara lain dapat ditempuh
dengan cara:
a. Menempatkan BUMN dalam posisi strategis untuk membangun
kekuatan usaha nasional yang tangguh melalui operasional konsep
kemitraan yang berbasis ekonomi korporasi.
b. Melepaskan BUMN dari keterkaitan struktural birokrasi Pemerintah.
Dengan demikian, masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas, fokus dan terhindar dari risiko benturan kepentingan yang
menghambat efisiensi. Hal ini sudah dilaksanakan melalui PP 50 Tahun
1998 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri
Keuangan selaku Pemegang Saham atau RUPS pada Perusahaan
PERSERO kepada Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dan Instruksi
Presiden Nomor 15 Tahun 1998 kepada 13 Menteri, 2 Menteri Negara
dan Dirjen Batan untuk mengalihkan pembinaan terhadap persero dan
perusahaan terbatas kepada Menteri Negara Pendayagunaan BUMN.
c. Menempatkan BUMN sebagai kekuatan penyeimbang (counterveiling
power) dalam menghadapi kekuatan ekonomi asing ataupun nasional
golongan ekonomi kuat.
d. Membangun kultur korporasi (corporate culture) BUMN yang
berorientasi kepada efisiensi, propasar (market driven), serta didukung
8.60 Manajemen 

oleh sumber daya manusia yang profesional, dinamis sesuai dengan


tuntutan lingkungan yang terus berubah.

Strategi dalam transformasi ini dilakukan melalui management of


change, baik pada sisi pemerintah sebagai pemilik (prinsipal) maupun pada
sisi BUMN sebagai pengelola usaha (agen). Perubahan pada sisi pemerintah
terutama menyangkut sikap dan perilaku pembina untuk memperlakukan
BUMN sebagai layaknya suatu 'korporasi', daripada sebagai lembaga
pemerintah atau perpanjangan tangan pemerintah.

B. CARA MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL

1. Aktifkan Intelijen Bisnis, Intelijen Pemasaran, dan Riset Bisnis


Sebelum berbicara lebih jauh, Anda perlu membedakan antara Business
Intelligence dan Business Espionage. Istilah pertama mengandung makna
melakukan serangkaian kegiatan penyelidikan dalam dunia bisnis dengan
memanfaatkan berbagai konsep, pendekatan, dan metode dunia intelijen
militer yang diaplikasikan dalam dunia bisnis secara sistematis dan
berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, serta dilakukan secara terbuka sedang
istilah kedua mengandung arti spionase bisnis yang dilakukan secara rahasia
dan ilegal, tertutup. Misalnya pencurian data penting di perusahaan tertentu.
Anda tentu bertanya. mengapa dunia bisnis membutuhkan Intelijen Bisnis?
Dalam menghadapi pasar bebas, globalisasi dan mengantisipasi semakin
canggihnya teknologi informasi maka keamanan berbisnis memerlukan
perhatian yang lebih besar. Saat ini dengan adanya kecanggihan teknologi
informasi, tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak dapat diketahui
oleh negara lain. Satu negara mengaktifkan intelijen bisnisnya terhadap
negara lainnya. Persaingan produk dan pelayanan jasa sejenis membuat
industri dan perusahaan di negara-negara maju mengembangkan Intelijen
Bisnis dan "Marketing Intelligence". Intelijen Bisnis digunakan tidak hanya
untuk melindungi kepentingan perusahaan tetapi juga digunakan untuk
mempelajari perusahaan-perusahaan pesaingnya. Semakin tinggi tingkat
kompetisi, maka peranan Intelijen Bisnis menjadi semakin penting. Pada
intinya peranan Intelijen Bisnis ialah mengumpulkan data dari berbagai
sumber yang ada untuk dijadikan sebagai bahan masukan informasi yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan penting yang bersifat
 EKMA4116/MODUL 8 8.61

strategis, seperti tujuan jangka panjang, pengembangan perusahaan serta


tujuan khusus yang akan dicapai
Peranan Intelijen Bisnis dapat bersifat pasif dan aktif. Sifat pasif Intelijen
Bisnis mencakup kegiatan keamanan yang bersifat internal perusahaan,
seperti pengamanan data penting perusahaan yang berhubungan langsung
dengan rahasia produk dan jasa pelayanan tertentu. Sifat aktif Intelijen Bisnis
mencakup kegiatan untuk mempelajari produk dan pelayanan yang beredar di
pasaran.
Dalam membantu kelangsungan hidup perusahaan maka Intelijen Bisnis
melakukan secara terus menerus pengamatan kondisi eksternal perusahaan
yang mencakup faktor-faktor sebagai berikut:
Politik : Fluktuasi suhu politik suatu negara dipastikan akan
mempengaruhi iklim berbisnis.
Geografi : Kondisi fisik lingkungan akan mempengaruhi perusahaan
dalam menentukan produk dan jasa yang akan diberikan
kepada masyarakat.
Pemerintah : Regulasi dan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah secara langsung akan mempengaruhi kebijakan
perusahaan baik yang bersifat strategis maupun
operasional.
Sosial-Budaya : Faktor sosial budaya masyarakat di sekitar lokasi
perusahaan dan industri harus mendapatkan perhatian dari
pihak manajemen agar mereka mendukung keberadaan
perusahaan/industri tersebut.
Keamanan : Keamanan lingkungan akan mempengaruhi kelangsungan
keberadaan perusahaan karena tanpa jaminan keamanan
maka perusahaan tidak dapat beroperasi dengan baik.

2. Intelijen Pemasaran
Kalau kita berbicara masalah Intelijen Bisnis. maka secara langsung kita
membicarakan masalah-masalah strategis. Namun apabila kita sedang
membicarakan Intelijen Pemasaran (IP) maka kita sebenarnya sedang
membicarakan tentang masalah operasional. Secara umum Intelijen
Pemasaran dapat didefinisikan sebagai "ilmu yang mempelajari kastemer kita
dan produk dan jasa perusahaan pesaing supaya perusahaan kita unggul di
pasar, sehingga perusahaan kita dapat menguasai sebagian besar pangsa pasar
yang tersedia.
8.62 Manajemen 

Pada saat kita memasuki dunia bisnis maka sejumlah pertanyaan di


bawah ini akan mempengaruhi pelaksanaan dalam melakukan kegiatan
Intelijen Pemasaran, yaitu bagaimana saya mampu:
a. memahami elemen-elemen penjualan dan keuntungan dalam bisnis saya?
b. menetapkan strategi tertentu untuk dapat menemukan dan menarik
kastemer baru?
c. mendefinisikan dan menciptakan produk dan pelayanan yang akan dibeli
oleh kastemer saya?
d. menentukan apa yang akan dibayar oleh para kastemer dan menetapkan
harga yang tepat?
e. mendefinisikan dan memilih saluran distribusi yang terbaik untuk meraih
para kastemer yang banyak?
f. mengumpulkan data dan menghitung potensi pasar?
g. mempelajari kompetisi dan memenangkannya?
h. memposisikan dan mengkomunikasikan seluk beluk bisnis saya'?
i. menciptakan cara agar kastemer potensial sering datang sehingga tingkat
penjualan menjadi maksimal?
j. mendefinisikan dan mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan pasta-
layanan penjualan?
k. secara terus menerus dapat memonitor dan mengukur pasar?
l. menggunakan teknologi modern yang dapat mendukung kinerja
perusahaan saya?
m. meraih kesempatan melakukan ekspor dan impor?

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut Anda harus mempelajari


modul tersendiri tentang Intelijen Bisnis dan Intelijen Pemasaran. Di dalam
modul ini kita hanya diingatkan oleh kondisi dan tuntutan jaman bahwa ilmu
tersebut harus kita kuasai dengan lebih baik agar kita tidak selalu kalah
bersaing dengan negara lain.

3. Riset Bisnis
Bidang Riset Bisnis (RB) juga mempunyai peranan penting dalam proses
pengambilan keputusan bisnis, karena bidang ini bisa memberikan informasi
yang akurat kepada pihak pengambil keputusan berdasarkan riset di lapangan
tentang berbagai masalah yang sedang terjadi diperusahakan saat ini. Dengan
demikian keputusan strategis yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda dengan
apa yang diharapkan oleh pihak manajemen. Dalam prakteknya Riset Bisnis
 EKMA4116/MODUL 8 8.63

dilaksanakan dengan cara melakukan penyelidikan. Proses pengambilan


keputusannya cukup sederhana, yaitu dengan cara menyediakan informasi
yang cocok dan bermanfaat bagi para pengambil keputusan. Pada umumnya
pihak manajemen mengambil keputusan setidaknya dengan tiga cara, yaitu:
Intuisi : Pengumpulan informasi didasarkan pada pemikiran tertentu
yang dapat diterima karena nampak benar. Informasi tidak
selalu harus cocok dengan fakta-fakta yang ada. Pembuat
keputusan biasanya hanya mengandalkan indra keenam.
Otoritas : Pengumpulan informasi didapatkan dari individu-individu
tertentu yang bisa dipercaya karena yang bersangkutan
dianggap ahli atau mengetahui persoalan.
Pengalaman : Informasi didapatkan berdasarkan pengalaman masa lalu
yang mempunyai karakteristik yang sama dengan persoalan
saat ini dan yang kemudian diformulasikan untuk dijadikan
masukan dalam pengambilan keputusan.

Bagaimana kita bisa melihat hubungan antara Intelijen Bisnis, Intelijen


Pemasaran dan Riset Bisnis? Dari bentuk kegiatannya maka Intelijen Bisnis
dan Intelijen Pemasaran dalam memberikan informasi kepada pihak
manajemen didasarkan pada pengumpulan data, fakta, basil observasi dan
opini yang bermakna dan berkaitan dengan persoalan yang sedang dialami di
perusahaan; sedang Riset Bisnis didasarkan pada penyusunan pertanyaan-
pertanyaan yang benar dan akurat, mendapatkan jawabannya, mengolah dan
mengevaluasi informasi dan tujuan akhirnya ialah untuk menciptakan
strategi-strategi dan taktik bisnis. Sekalipun demikian, ketiga metode tersebut
mempunyai kesamaan, yaitu memberikan informasi kepada pihak manajemen
agar tidak salah dalam mengambil keputusan strategis yang menyangkut
kelangsungan dan masa depan perusahaan.

C. MENGENAL DAN MENGANALISIS POTENSI PASAR SUATU


NEGARA

Dalam upaya lebih meningkatkan ekspor non-migas Indonesia ke negara


sebagai negara pasar kita, maka kita harus memiliki informasi lengkap
mengenai gambaran perekonomian negara pasar, berbagai kebijakan baru
ekonominya, peraturan perpajakan, hubungan perdagangan negara pasar -
Indonesia, produk-produk Indonesia yang potensial, hambatan memasuki
8.64 Manajemen 

pasar, beberapa petunjuk memasuki pasarnya, dan alamat sejumlah


instansi/asosiasi terkait. hotel, kalender musim, beberapa percakapan bahasa
negara pasar sehari-hari (jika ada) dan rambu-rambu lain yang sering
dijumpai di tempat-tempat umum.
Kita mungkin tidak begitu mengalami kesulitan apabila memasuki
Malaysia sebagai negara serumpun, ataupun Singapura di mana sebagian
besar penduduknya mampu berbahasa Inggris dan kultur mereka sedikit
banyak sudah kita kenal. Namun bagaimana jika kita harus memasuki pasar
Jepang, misalnya, yang memiliki bahasa sangat berbeda, kultur, dan perilaku
pengusahanya. Betapapun sulitnya dan banyaknya hambatan yang dihadapi
namun kita tetap harus berusaha mampu memasuki pasar Jepang karena
negara ini sangat potensial bila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Apalagi
Jepang telah cukup lama memiliki hubungan perdagangan dengan negara
kita. Sebagaimana telah banyak diketahui, pasar Jepang merupakan pasar
yang besar dan sangat potensial untuk pengembangan komoditi ekspor
Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 126 juta jiwa dan
pendapatan per kapita yang tinggi yaitu lebih dari US$ 37 ribu, serta dengan
adanya 4 musim di mana pada setiap musimnya memerlukan produk yang
spesifik, menjadikan Jepang sebagai incaran banyak negara pengekspor di
dunia termasuk Indonesia. Namun mengingat karakteristik konsumen yang
sangat eksklusif dan menuntut banyak persyaratan, para eksportir harus
mampu menyesuaikan produknya dengan selera mereka di samping
memenuhi aturan-aturan pemerintah Jepang yang sangat melindungi
kesehatan dan keselamatan warga dan lingkungannya. Gambaran seperti itu
tentu bisa memberikan sedikit potensi pasar Jepang tetapi kita tetap harus
mencari lebih jauh pasar produk yang akan kita tawarkan berkaitan dengan
karakteristik Jepang pada umumnya. Berikut ini marilah kita belajar
mengupas atau membedah Jepang yang akan menjadi contoh pasar kita.
Anda juga harus mencoba mengupas negara lain yang memiliki karakteristik
khusus, seperti negara Rusia, dan negara-negara Eropa timur.

1. Gambaran Umum Perekonomian Jepang


Selama ini pertumbuhan ekonomi Jepang cukup menggembirakan dan
mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia,
namun akibat krisis ekonomi global yang melanda sebagian besar negara
maju termasuk Amerika Serikat sejak awal tahun 2000 telah berpengaruh
pula terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang. Dari data Japan Custom tercatat
 EKMA4116/MODUL 8 8.65

impor Jepang dari dunia mengalami penurunan dari US$ 379.544,09 juta
pada tahun 2000 menjadi US$ 349.234,87 juta pada tahun 2001 dan menjadi
US$ 337.567,96 juta pada tahun 2002. Hal ini tentu akan berdampak terhadap
impor Jepang dari Indonesia. Menghadapi kelesuan ekonomi Jepang dalam
beberapa tahun terakhir ini, Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi, pada
pidato kenegaraannya di depan anggota Dewan (Lower House) pada tanggal
31 Januari 2003, berjanji akan segera mereformasi bidang ekonomi.
Beberapa kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah Jepang pada awal
tahun 2003 antara lain sebagai berikut
a. Mereformasi bidang moneter seperti fiskal, perpajakan, sistem keuangan
dan perbankan.
b. Menarik investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di
Jepang sebesar 13 triliun yen s/d tahun 2008 guna membantu
menciptakan lapangan kerja yang lebih luas di Jepang. Bagi Indonesia
dan khususnya para pengusaha eksportir Indonesia, Jepang dengan
jumlah penduduk sebesar 126,93 juta jiwa dan dengan pendapatan
perkapita sebesar US$ 37.434,67 tetap merupakan pasar utama bagi
produk-produk Indonesia baik migas maupun non-migas. Dengan kata
lain, kendatipun pertumbuhan ekonomi Jepang yang diproyeksikan
tumbuh hanya sekitar 0% s/d 1% pada tahun 2003/2004, pengusaha
eksportir Indonesia harus mampu memanfaatkan pasar Jepang sebagai
negara tujuan ekspor utama.

2. Hubungan Perdagangan Jepang - Indonesia


Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia di samping
Amerika Serikat. Perkembangan impor Jepang dari dunia dan Indonesia
selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawai.
8.66 Manajemen 

(Dalam Juta USS) 1998 1999 2000 2001 2002


URAIAN

Total Impor
Dari Dunia 280,678,41 311,793,62 373,544,09 349,234,87 337,567,96
Dari Indonesia 10,847,40 12,649,32 16,370,03 14,873,15 14,192,60
Pangsa Indonesia 3,86 4,06 4,31 4,29 4,20
(%)

Total Impor Migas


Dari Dunia 43,380,78 50,594,61 77,384,46 70,428,15 65,763,73
Dari Indonesia 4,792,15 5,747,06 8,364,90 7,111,14 6,622,67
Pangsa Indonesia 11,05 11,36 10,81 10,10 10,07
(%)

Total Impor Non-


Migas
Dari Dunia 237,297,63 261,199,01 302,159,63 278,806,72 271,804,23
Dari Indonesia 6,055,25 6,902,26 8,005,13 7,762,01 7,569,93
Pangsa Indonesia 2,55 2,64 2,65 2,78 2,79
(%)

3. Produk-produk Indonesia yang potensial di Jepang


Pada dasarnya, semua produk Indonesia dapat diekspor ke pasar Jepang
selama produk tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dan
memiliki daya saing yang tinggi. Adapun produk Indonesia yang telah
menembus pasar Jepang pada tahun 2002 tercatat sebanyak 110 item (HS 2
digit) dan dari sejumlah produk tersebut, yang dominan adalah: plywood,
tembaga, kertas dan produk kertas, karet alam, ikan termasuk udang, nikel,
kopi, benang sintetik, mebel, dan lain-lain.

4. Hambatan dalam memasuki pasar Jepang


Jepang merupakan satu di antara negara maju dengan nilai impor dunia
selama 5 tahun terakhir ini rata-rata US$ 331,944.12 juta/tahun, namun untuk
memasuki pasar Jepang relatif tidak sama karakteristiknya dibandingkan
 EKMA4116/MODUL 8 8.67

ekspor ke negara maju atau negara berkembang lainnya. Jepang dengan


karakteristik pasarnya yang khas, sering dirasakan sebagai hambatan bagi
pengusaha eksportir Indonesia dalam memasuki pasar Jepang. Hambatan
dimaksud terutama banyak dihadapi oleh produsen eksportir Indonesia dari
kelompok Usaha Kecil dan Menengah. Beberapa hambatan dalam memasuki
pasar Jepang adalah sebagai berikut
a. Hambatan Tarif
Tarif impor Jepang untuk sebagian komoditi impor memang relatif
rendah, yaitu rata-rata 3,6%. Penentuan tarif di Jepang didasarkan pada
Custom Tariff Schedule dengan HS 9 digit, namun untuk barang-barang
selain bahan baku, Jepang menganut sistem tarif eskalasi.
b. Hambatan Non-Tarif
Sebagai salah satu sarana untuk mengawasi mutu barang, pemerintah
Jepang memberlakukan serangkaian peraturan yang mengacu pada
kepentingan nasional. Untuk itu barang yang diekspor ke Jepang harus
mengikuti serangkaian peraturan, antara lain
1) The Plant Protection Law yang mengatur sistem karantina buah-
buahan, sayur-sayuran, dan tanaman yang dilarang di Jepang.
2) The Consumer Product Safety Law yang mengatur prosedur untuk
mengimpor dan menjual barang konsumsi di Jepang.
3) Measurement Law yang mengatur sistem pengemasan produk
dengan label keterangan isi, nama dan alamat importir
4) Quarantine Law yang mengatur sistem karantina barang impor
5) Law for Promotion of Sorted and Recycling Containers and
Packaging yang mengatur sistem kemasan daur ulang
6) Industrial Standardization Law yang mengatur sistem standar
kualitas produk industri
7) Serangkaian peraturan ini dapat dirasakan sebagai hal yang
memberatkan bagi pengusaha Indonesia khususnya pengusaha kecil
dan menengah (Untuk mengetahui sejumlah peraturan mengenai
impor di Jepang dapat menghubungi KBRI-Tokyo, BPEN,
Depperindag atau Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Di samping hal
di atas, para pengusaha Indonesia juga harus menghadapi persaingan
yang sangat ketat dengan Negara pengekspor di Asia seperti Cina,
Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Philipina, Malaysia, Thailand,
dan Vietnam.
8.68 Manajemen 

5. Beberapa petunjuk memasuki pasar Jepang


Menurut sejumlah pengusaha Jepang dan dari basil studi kami selama
ini, ada beberapa kiat yang perlu diketahui oleh pengusaha eksportir
Indonesia khususnya dari kelompok UKM dalam merasuki pasar Jepang,
antara lain sebagai berikut
a. Pola Permintaan:
1) Permintaan satu produk umumnya dalam jumlah relatif kecil namun
jenis produknya yang diminta cukup banyak. Misalnya permintaan
untuk furnitur dari rotan, pihak importir Jepang akan memesan kursi
sofa dari rotan misalnya 5 kontainer, namun masing-masing
kontainer jenis/modelnya akan relatif berbeda.
2) Produk yang diminta harus sesuai dengan contoh yang disepakati
dan apabila contoh yang disepakati berbeda dengan barang yang
diterima, pengusaha Jepang akan kecewa dan biasanya kekecewaan
dimaksud memerlukan waktu untuk terobati.

b. Selera Konsumen
1) Konsumen Jepang sangat memperhatikan kualitas produk termasuk
untuk hal-hal yang kecil, misalnya pakaian di samping dilihat
model, bahan, ukuran, warna, cara mencuci/seterika, kualitas jahitan
juga akan diperhatikan hal-hal kecil seperti tidak ada sisa-sisa
benang yang nampak.
2) Harga adalah faktor yang menentukan atau dengan kata lain daya
saing produk harus tinggi.
3) Konsumen Jepang sangat memperhatikan segi fashion dan selalu
mencari sesuatu yang baru.

c. Sistem Pengangkutan/Delivery
1) Jadwal pengiriman harus tepat waktu. Bila terjadi keterlambatan,
maka kontrak yang terjadi dapat dibatalkan atau pihak eksportir
membayar denda. Di Jepang. jadwal pengiriman diatur sedemikian
rapi karena berpengaruh pada empat musim (dingin, semi. panas dan
gugur).
2) Apabila terjadi kerusakan setelah barang tiba di gudang importir,
segera mengakui kesalahan itu dan menggantinya. Semua ini perlu
dilakukan agar tetap memperoleh kepercayaan demi kepentingan
bisnis jangka panjang.
 EKMA4116/MODUL 8 8.69

d. Sistem Distribusi
1) Importir-Wholesaler-Retailer-Konsumen
Misalnya untuk komoditi plywood. kertas dan lain-lain
2) Importir- Retailer-Konsumen (Supermarket, Department Store, dan
lain-lain). Misalnya untuk produk bahan makanan, pakaian dan lain-
lain
3) Importir -Konsumen (mail-order). Misalnya untuk produk-produk
alat olah raga, kesehatan dan lain-lain.
Untuk beberapa komoditi dan umumnya komoditi pertanian seperti
kopi, karet, cokelat dan komoditi lainnya termasuk plywood, yang
melakukan kegiatan impor adalah kelompok pengusaha besar
Jepang atau yang dikenal dengan "Sogho Sosha". Merekalah yang
mendistribusikan komoditi yang diimpor kepada wholesaler.
Sementara produk-produk manufaktur umumnya dilakukan oleh
importir umum.

e. Budaya Bisnis di Jepang


1) Bangsa Jepang bangga melestarikan budayanya dan hal itu terwujud
pula dalam budaya bisnis, misalnya menghargai senioritas, artinya
mereka lebih menghargai apabila negosiasi bisnis dengan manajer
atau pimpinan perusahaan yang senior.
2) Pengusaha Jepang memerlukan waktu dalam mengambil keputusan
dalam bisnis terutama terhadap mitra yang baru dan apabila telah
terjadi kontrak. biasanya kontrak dagang akan terus berlanjut atau
langgeng. Dengan kata lain, pengusaha Indonesia harus ulet dan
sabar dalam melakukan negosiasi bisnis dengan pengusaha Jepang.
3) Referensi dari pengusaha Jepang yang telah dikenal merupakan
modal untuk mendapatkan mitra bisnis lainnya di Jepang.

f. Sistem Promosi
Para pesaing Indonesia seperti Cina, Vietnam, Thailand, Malaysia dan
beberapa negara lainnya aktif mempromosikan produk-produknya
dengan mengirim langsung katalog dan contoh produk kepada para
importir di Jepang di samping itu mereka aktif pula mengikuti pameran-
pameran dagang di Jepang. Bagi pengusaha Indonesia sistem ini belum
banyak dilakukan. Untuk itu beberapa hal yang perlu dilakukan
pengusaha Indonesia berkaitan dengan kegiatan promosi sebagai berikut.
8.70 Manajemen 

1) Para pengusaha Indonesia khususnya pengusaha UKM agar


menghubungi BPEN Depperindag dan Kantor Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan di daerah. Beberapa kegiatan
pameran di luar negeri bisanya mendapatkan subsidi dari dana
daerah walaupun tidak besar namun dapat meringankan beban
pengusaha di sektor UKM.
2) Para pengusaha Indonesia harus berani mengeluarkan biaya untuk
membuat sekaligus mengirim katalog dan contoh produk kepada
para importir terkait di Jepang
3) Akan lebih efektif apabila leaflet atau katalog dengan penampilan
yang menarik dibuat dalam bahasa Jepang. Untuk membuat katalog
dalam bahasa Jepang, saat ini relatif mudah di sejumlah percetakan
di Indonesia.

g. Sistem Komunikasi
1) Apabila eksportir Indonesia berkunjung ke Jepang, diharuskan
membawa kartu nama secukupnya. Satu di antara kebiasaan
pengusaha Jepang di saat awal perkenalan, saling memberikan kartu
nama.
2) Para pengusaha Jepang akan lebih menghargai apabila
menggunakan bahasa mereka, untuk itu diusahakan sedikit mengerti
bahasa Jepang.
3) Apabila ingin berkomunikasi guna memperkenalkan produk anda
melalui surat, faksimile atau email, hendaknya ditujukan langsung
ke divisi atau bagian yang sesuai. Hindari menulis nama perusahaan
dan alamat saja. Contohnya: Attention/Product Import Manager.
4) Usahakan untuk merespons secepatnya setiap permintaan hubungan
bisnis dengan bahasa Inggris yang baik dan apabila memungkinkan
dengan bahasa Jepang. Pengusaha Indonesia dianjurkan untuk
menunggu jawaban mereka dan hindari meminta jawaban
secepatnya, kecuali sudah terlalu lama tidak ada tanggapan dari
pihak pembeli.

Di samping prosedur bisnis yang kerap kali menjadi hambatan maka


faktor-faktor di bawah ini juga ikut menjadi bahan analisis ketika akan
memasuki pasar negara lain:
 EKMA4116/MODUL 8 8.71

Kiat memulai kontak bisnis. Sering kali pebisnis tidak ingin berkomunikasi
hanya melalui telepon atau surat. Tingkat kepercayaan yang masih rendah
menjadikan mereka belum berani melalukan komunikasi lebih jauh. Oleh
karena itu untuk meningkatkan kontak bisnis antara lain:
a. Perkenalan bisnis maka kita sebaiknya bertemu secara langsung dengan
calon partner bisnis kita.
b. Faktor pertimbangan lain adalah kurangnya kemampuan mitra bisnis
berbahasa asing, kurang mengenal produk kita, kurangnya informasi, dan
proses pembuatan keputusan yang rumit sebagai suatu karakteristik suatu
bangsa rekan bisnis kita.

D. OPTIMALISASI KONTAK MELALUI HUBUNGAN PRIBADI

Apabila kita sudah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan partner


bisnis, maka hal utama yang harus kita lakukan adalah memperkenalkan diri
tentang diri pribadi, jabatan kita dalam perusahaan, perusahaan dan
produknya, masalah bisnis yang ingin kita bicarakan, dan keadaan negara kita
secara umum. Untuk perundingan-perundingan yang sifatnya sangat penting,
sebaiknya presiden atau salah satu pimpinan perusahaan sendiri yang
menjalin kontak awal dengan mitra bisnis.

Perbedaan Praktek Bisnis


Di setiap negara biasanya memiliki praktek bisnis tersendiri yang
mungkin sangat berbeda dengan praktek bisnis di Indonesia. Penyesuaian diri
dengan praktek-praktek bisnis di negara mitra bisnis serta mengupayakan
menerapkan kebiasaan-kebiasaan dapat dipastikan akan memperbesar
peluang anda dalam memasuki pasar mitra bisnis. Masih banyak hal yang
bisa kita ulas, seperti, masalah pakaian, korespondensi, memelihara
hubungan bisnis. pangkat dan jabatan, organisasi dan sebagainya namun itu
semua adalah tugas anda untuk memperdalam perhatian terhadap kesuksesan
anda memasuki pasar global.

E. MENGEMBANGKAN KEHARMONISAN HUBUNGAN


PENGUSAHA KECIL-MENENGAH-BESAR

Sekarang ini antara pengusaha kecil dan besar belum sepenuhnya


membuat kerja sama yang harmonis. Hal itu disebabkan masing-masing
8.72 Manajemen 

belum bisa memberikan kepercayaan atas pekerjaan yang mereka lakukan.


Untuk mendekatkan kedua pihak tersebut tentu peran pemerintah tidak bisa
diabaikan. Dalam hal ini setidaknya mungkin pemerintah memberikan jalan
keluar agar industri kita bisa tampil di luar batas negara kita. Untuk itu harus
ada strategi yang tepat, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut ini.
Pertama, peningkatan akses pengusaha kecil dan menengah terhadap
sumber bahan produksi dan permodalan, di samping juga teknologi,
manajemen, dan segi-segi lainnya yang penting. Pengusaha kecil, menengah
dan besar sama-sama bisa mengakses informasi dari pemerintah tentang
pendanaan, subsidi, dan fasilitas, atau melalui kebijakan-kebijakan yang
menguntungkan mereka bersama.
Kedua, peningkatan akses pada pasar, yang meliputi suatu spektrum
kegiatan yang luas, mulai dari pencadangan usaha, sampai pada informasi
pasar, bantuan produksi, dan prasarana serta sarana pemasaran. Khususnya,
bagi usaha kecil di pedesaan, prasarana perhubungan adalah prasarana
ekonomi yang dasar dan akan sangat membantu mereka.
Ketiga, kewirausahaan. Dalam hal ini berbagai pelatihan yang berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha
teramat penting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan itu penting
pula ditanamkan semangat wirausaha. Bahkan hal ini harus diperluas dan
dimulai sejak dini, dalam sistem pendidikan kita, dalam rangka membangun
bangsa Indonesia yang mandiri, yakni bangsa niaga yang maju dan bangsa
industri yang tangguh. Upaya ini akan memperkuat proses transformasi
ekonomi yang sedang berlangsung karena didorong oleh transformasi
budaya, yakni modernisasi sistem nilai dalam masyarakat.

F. MEMBANGUN PRANATA BISNIS UNTUK UKM

Pemasaran berbagai produk UKM ke luar negeri akan menjadi lebih


mudah apabila ada intervensi-intervensi yang tepat dan tidak bertentangan
dengan kaidah-kaidah yang mendasar dalam suatu ekonomi bebas. Bentuk
intervensi penting adalah peraturan perundangan yang mendorong dan
menjamin berkembangnya lapisan usaha kecil sehingga perannya dalam
perekonomian menjadi besar dan lebih kuat. Saat ini kita memiliki Undang-
undang tentang Usaha Kecil Tahun 1995, dan Undang-undang tentang
Perkoperasian Tahun 1992. Kedua undang-undang itu telah mengatur
pencadangan dan perlindungan usaha serta menyiapkan strategi pembinaan
 EKMA4116/MODUL 8 8.73

usaha kecil termasuk koperasi. Demikian pula telah ada berbagai


kebijaksanaan, baik makro seperti dalam bidang moneter mengenai
perkreditan, maupun sektoral termasuk berbagai program pemberdayaan
ekonomi rakyat. Perundangan tersebut sebenarnya sudah cukup baik namun
implementasi perundangan tersebut harus lebih menyentuh UKM.

G. MEMBANGUN KEMITRAAN STRATEGIS

Kemitraan usaha merupakan jalur yang penting dan strategis bagi


pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kemitraan telah terbukti berhasil
diterapkan di negara-negara lain. sepeti keempat macan Asia, yaitu Taiwan,
Hongkong, Singapore, dan Korea Selatan. dan menguntungkan pada
perkembangan ekonomi dan industrialisasi mereka yang teramat cepat itu.
Dengan pola backward linkages akan terkait erat usaha besar dengan usaha
menengah dan kecil, serta usaha asing (PMA) dengan usaha kecil lokal.
Salah satu pola kemitraan yang juga akan besar artinya bagi pengembangan
usaha kecil jika diterapkan secara meluas adalah pola subkontrak (sub-
contracting), yang memberikan kepada industri kecil dan menengah peran
sebagai pemasok bahan baku dan komponen, serta peran dalam
pendistribusian produk usaha besar.
Kemitraan, bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya
yang besar atas yang kecil. Kemitraan harus menjamin kemandirian pihak-
pihak yang bermitra, karena kemitraan bukan merger atau akuisisi. Untuk
dapat berjalan secara berkesinambungan (sustainable), kemitraan harus
merupakan konsep ekonomi, dan karenanya menguntungkan semua pihak
yang bermitra, dan bukan konsep sosial atau kedermawanan. Kemitraan jelas
menguntungkan yang kecil, karena dapat turut mengambil manfaat dari
pasar, modal, teknologi, kewirausahaan, dan manajemen yang dikuasai oleh
usaha besar. Akan tetapi, kemitraan juga menguntungkan bagi yang besar
karena dapat memberikan fleksibilitas dan kelincahan, di samping menjawab
masalah yang sering dihadapi oleh usaha -usaha besar yang disebut
diseconomies of scale. Kemitraan dengan demikian dapat meningkatkan daya
saing baik bagi usaha besar maupun usaha kecil. Dengan kemitraan bisa
dikendalikan gejala monopoli, tetapi tetap diperoleh efisiensi dan sinergi
sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra.
8.74 Manajemen 

H. MENGGIATKAN PROMOSI DAN TEKNIK PERJUALAN

Seorang pebisnis harus mengenali jenis dan metode promosi penjualan di


negara mitra bisnis yang mencerminkan struktur sistem eceran dan distribusi
secara nasional. Kita harus mengenal peranan pedagang grosir secara
menyeluruh. Jika kita mempunyai produk yang dapat dijual oleh toko-toko
eceran yang cakupannya luas, seperti supermarket, departemen store dan
toko-toko oleh lingkungan tempat tinggal, sebaiknya kita menggunakan
perusahaan grosir. Dalam promosi penjualan, bentuk yang paling umum bagi
para pedagang grosir adalah diberikan marjin dan potongan harga. Untuk itu,
kita harus melihat marjin yang diberikan pesaing di dalam dan di luar negeri.
Untuk potongan harga, jumlahnya tergantung pada jenis produk dan ini
berkisar mulai dari 5%.
Di samping pedagang grosir tentu kita juga harus mengetahui fungsi
perwakilan perusahaan (Manufacturer). Kegiatan utama perwakilan
perusahaan adalah mengumpulkan informasi, meyakinkan pengecer dan
pedagang grosir akan kepentingan produsen, serta menyediakan jasa
pendukung termasuk bantuan di bidang akuntansi dan perdagangan. Selain
itu juga memberikan kepastian kepada produsen mengenai volume penjualan
pada tingkat konsumen dan rasio nilai perolehan bagi produk dimaksud.
Perwakilan perusahaan juga menyediakan bantuan kepada pengecer dan
grosir pada waktu meluncurkan produk baru, menyediakan toko di
lingkungan tempat tinggal, memberikan saran dalam pengisian formulir
pemesanan, membersihkan atau menata kembali toko serta membicarakan
cara-cara untuk memperluas usahanya.
Ketika kita ingin melakukan promosi penjualan, maka kita juga harus
mengetahui berbagai jenis promosi penjualan yang bisa diterima mitra bisnis.
Pemberian undangan ke tempat peristirahatan atau tiket gratis untuk melihat
pertunjukan teater atau hiburan-hiburan lainnya banyak disukai mitra bisnis.
Tanda mata atau hadiah yang diberikan pada waktu yang tepat akan
merupakan ungkapan komitmen produsen kepada pedagang grosir dan ini
sama pentingnya dengan pemberian potongan harga dan marjin. Promosi di
dalam toko (in-store) adalah cukup lazim dilakukan di mana perusahaan
menjual produknya ke departemen. Banyak negara selalu melakukan
pameran dagang atau trade fair dan exhibition dan ini bisa menjadi
pertimbangan utama ketika kita ingin melakukan promis di negara mitra
bisnis.
 EKMA4116/MODUL 8 8.75

I. PAMERAN DAGANG INTERNASIONAL

Cara konvensional yang masih tetap mampu membantu pemasar dalam


usaha menembus pasar global adalah melalui pameran. Para pengusaha di
bawah masing-masing bendera asosiasinya melakukan pameran, baik di
dalam maupun di luar negeri dalam rangka mendekatkan diri kepada calon
konsumen dan terjadinya transaksi bisnis dan perdagangan. Badan
Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) berusaha keras membantu para
pengusaha memperkenalkan produk-produk mereka dengan memberikan
sejumlah event yang mungkin bisa diikuti mereka. Pameran yang
diselenggarakan BPEN di Jakarta bulan Mei 2005 tentang produk rumah
tangga atau houseware, misalnya, menyajikan promosi produk tersebut
karena BPEN tahu produk rumah tangga masih memiliki peluang pasar yang
besar di negara tujuan ekspor. Sekedar perbandingan, nilai ekspor produk
rumah tangga pada bulan Januari-November 2004 mencapai 1,4 miliar dolar
AS atau naik 16,75 persen dibandingkan dengan nilai ekspor periode yang
sama tahun 2003 sebesar 1,1 miliar dolar AS. Negara tujuan ekspor produk
rumah tangga Januari-November 2004 adalah AS senilai 202,5 juta dolar AS.
Ekspor ke Jepang 213.7 juta dolar AS, Malaysia 107.7 juta dolar AS,
Singapura 98.1 juta dolar AS. Australia 54.8 juta dolar AS, dan Inggris 41,9
juta dolar AS. Sepanjang tahun 2005, BPEN akan mengikuti 56 pameran
dagang internasional. Melalui berbagai ekshibisi seperti itu, produk ekspor
Indonesia bisa semakin dikenal di negara-negara tujuan ekspor.

J. PENINGKATAN UPAYA DIPLOMASI PEMERINTAH DAN


SWASTA DALAM BIDANG INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL SERTA STRUKTUR INDUSTRI INDONESIA

Untuk menembus pasar global juga diperlukan usaha diplomasi tingkat


tinggi antar pemerintah dan antar pelaku bisnis. Usaha dalam bentuk kerja
sama bisa dikembangkan melalui berbagai diplomasi industri dan
perdagangan internasional dalam kerangka kerja sama multilateral, kerja
sama regional, kerja sama antar regional maupun kerja sama bilateral.
Berikut ini diuraikan berbagai kerja sama di bidang industri dan perdagangan
yang kiranya bisa dikembangkan oleh semua pihak.
8.76 Manajemen 

1. Kerja sama Multilateral


Dalam kerja sama multilateral, kerangka diplomasi Indonesia adalah
untuk mewujudkan kesepakatan antara negara maju dan negara
berkembang dalam hal mengurangi berbagai hambatan tarif dan non-tarif
serta aspek-aspek lainnya di bidang perdagangan barang dan jasa melalui
World Trade Organization (WTO). Isu yang paling sering dibahas dalam
kerangka WTO dimaksud adalah melakukan implementasi hasil-hasil
Putaran Uruguay-WTO Agreements, di mana negara-negara anggota
dituntut melaksanakan komitmennya dalam menerapkan kebijaksanaan
perdagangan secara terbuka dan bebas, di mana negara anggota
diperkenankan juga untuk melakukan perlindungan bagi industrinya,
tetapi hanya dapat dilakukan melalui tarif yang semakin hari-semakin
rendah serta tidak melakukan tindakan diskriminatif, tindakan national
treatment, kategori subsidi, technical barriers to trade dsb. Di samping
kerja sama multilateral dalam kerangka WTO, juga dilakukan diplomasi
dalam bidang kerja sama perkomoditian, misalnya International Natural
rubber Organization (INRO), Perhimpunan Negara-Negara Produsen
Karet Alam (ANRPC), Masyarakat Perkelapan Asia pasifik (APCC),
Masyarakat Lada Internasional (IPC) serta organisasi di bawah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO).
2. Kerja sama Regional
Pada prinsipnya kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan
perdagangan bebas antara negara di suatu kawasan tertentu. Diplomasi
Indonesia dalam hal ini dilakukan di dalam forum APEC (Asia Pacific
Economic Cooperation). Kerja sama lainnya adalah dalam forum
ASEAN melalui skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT),
yaitu program yang mengatur penurunan tarif dan penghapusan berbagai
hambatan non-tarif di antara negara anggota ASEAN. Dalam forum
ASEAN tersebut telah dihasilkan kesepakatan program percepatan
realisasi AFTA dari Tahun 2003 menjadi Tahun 2002. Di samping itu
dihasilkan pula program ASEAN Industrial Cooperation (AICO) untuk
mendorong sharing kegiatan industri dengan fasilitas penurunan tarif bea
masuk hingga 0-5%. Bagi kepentingan UKM. maka diperbolehkan
trading companies yang membantu pemasaran produk UKM untuk
memanfaatkan skema ASEAN Industrial Cooperation ini. Di dalam
bidang investasi, telah dibentuk ASEAN Investment Area, tujuannya
 EKMA4116/MODUL 8 8.77

adalah untuk meningkatkan daya tarik investasi dan bantuan ekonomi


dari negara-negara Barat maupun Jepang.
3. Kerja sama Antar Regional
Kerja sama antar regional yang cukup penting dalam upaya diplomasi
perdagangan dan industri bagi Indonesia adalah forum ASEM (Asia-
Europe Investment Area). ASEM bertujuan untuk meningkatkan kerja
sama di bidang pengembangan ekspor melalui Trade Facilitation Action
Plan (TFAP) dan partisipasi pemerintah dan dunia usaha dalam Asia
Europe Business Forum (AEBF).
4. Kerja sama Bilateral
Kerja sama Bilateral ditujukan dalam rangka pembinaan hubungan
perdagangan yang telah ada serta menjalin hubungan kerjasama
perdagangan dengan negara mitra dagang baru. Pemerintah Indonesia
telah menandatangani perjanjian perdagangan dan ekonomi di kawasan
Asia Pasifik dengan 14 negara, di Afrika/Timur Tengah dengan 10
negara, di Eropa Timur dengan 9 negara, di Eropa Barat dengan 12
negara dan di Amerika Latin dengan 7 negara. Dalam upaya
merealisasikan perjanjian perdagangan bilateral maka dibentuk pula
forum konsultasi bilateral yang bertujuan untuk mengevaluasi
pelaksanaan perdagangan, langkah-langkah dalam mengatasi hambatan,
penyelesaian kasus dsb.
Kesemua bentuk kerja sama baik multilateral, regional, antara regional
dan bilateral tersebut baru memiliki fungsi strategis pada tataran
diplomasi. Dalam tataran operasional, masih diperlukan langkah-langkah
taktis, mengingat bangun struktur industri di Indonesia masih belum
kembali diketahui bentuknya. Pada masa sebelum krisis, struktur industri
Indonesia adalah dualistik, di mana pada satu sisi dikuasai oleh
kelompok usaha berskala besar yang dipercaya sebagai motor penggerak
roda ekonomi Indonesia, sehingga sangatlah mudah dikenali bahwa
melalui strategi ini, maka kelompok ini diberikan berbagai kemudahan
serta perlakuan khusus. Di sisi lain, bangun industri Indonesia dikuasai
oleh kelompok usaha kecil dan menengah. Kelompok ini secara teknis
operasional tidak mendapatkan kemudahan serta perlakuan khusus.
Bahkan terdapat kecenderungan yang kuat hanya dipergunakan sebagai
bagian dari komoditi politik dan vehicle politik. Terjadinya perbedaan
perlakuan mengakibatkan kelompok usaha besar menikmati margin
keuntungan yang besar melalui pola quasi-monopoli/oligopolistik dan
8.78 Manajemen 

memiliki barrier of entry yang sangat tinggi sebagai akibat proteksi baik
tarif maupun non-tarif. Akibat dari perlakuan ini maka pada kelompok
usaha besar terjadi penumpukan modal yang berlangsung sangat cepat.
namun di sisi lain mengakibatkan perekonomian yang tidak efisien dan
memperlebar kesenjangan ekonomi relatif. Ketidakefisienan dibuktikan
melalui industri yang padat modal dengan tingkat kontribusi penyerapan
tenaga kerja yang rendah, sekitar 20% saja dan nilai tambah yang
diberikan sangat rendah, sehingga di pasar internasional tidak mampu
bersaing secara baik.
Pada kelompok usaha kecil dan menengah tidak terjadi barrier to entry
yang tinggi. Persaingan berlangsung sangat kompetitif sehingga tingkat
drop out terjadi dengan sangat tinggi. Oleh karena itu. pada kelompok
kecil ini tingkat margin keuntungan menjadi cukup rendah. Kelompok
ini cenderung lebih efisien ketimbang kelompok usaha besar dan kurang
padat modal. Hal ini dibuktikan bahwa tingkat penyerapan pada tenaga
kerja mencapai 80%. Karena sifatnya yang kurang padat modal, maka
sektor usaha kecil dan menengah mempersyaratkan individual skill dan
know how yang tinggi.

K. PEMANFAATAN HAKI KADALUWARSA

Saat ini hak atas kekayaan intelektual (haki) yang kedaluwarsa dan
hampir habis masa lakunya cukup banyak. Informasi itu bila disosialisasikan
ke sentra industri kecil menengah (IKM) bisa membantu pengembangan
usaha sektor tersebut. Jumlah barang yang menjadi milik publik itu
berjumlah ribuan, sehingga bisa diproduksi tanpa menimbulkan masalah
pelanggaran hak atas kekayaan intelektual. Cina dan India memiliki jaringan
intelijen pasar dan produk yang baik sehingga mereka dengan cepat
memproduksi barang-barang dengan label patent yang telah kaluwarsa dan
mengambil pasar dunia segera. Coba anda lihat produk Cina yang
membanjiri pelosok negeri kita. Mereka membuat produk dengan model,
warna, dan ukuran menarik apalagi dengan harga yang jauh lebih murah
dibandingkan dengan barang sejenis. Banyak barang tersebut adalah item
yang sudah habis periode hukumnya atau kurang setahun. Para pengusaha di
negara tersebut sejak awal bisa merencanakan lebih matang produk yang
diincar untuk diproduksi. Kedua negara itu mempersiapkan orang hukum
yang akan membantu jika muncul persoalan hukum seputar pelanggaran hak
 EKMA4116/MODUL 8 8.79

atas kekayaan intelektual oleh IKM di negara itu. Asosiasinya berupaya


menyediakan sarana informasi yang bisa diakses secara elektronik, sehingga
pengusaha bisa melihat produk yang akan dibuat.
Indonesia saat ini belum mampu berkiprah seperti Cina dan India.
Sebagai contoh, pengusaha kecil dan menengah di Tegal, Pasuruan, dan
Sidoarjo belum ada yang memperoleh informasi produk yang akan
kadaluwarsa periode hukumnya. Bahkan mereka belum satu pun
mendapatkan bantuan teknis dari perguruan tinggi setempat. Tidak ada
kontribusi dari universitas dan usaha besar dalam pengembangan teknologi,
misalnya dalam riset dan pengembangan.'Padahal salah satu keberhasilan
industri logam di Taiwan berkat dukungan memadai dari perguruan tinggi di
sana. Sementara itu pelatihan yang diselenggarakan pemerintah (Menteri
Koperasi dan Depperindag) selama ini masih sangat jauh dari kebutuhan
untuk bersaing di pasar global, baik bagi pengusaha yang berorientasi pasar
lokal maupun mancanegara dari beberapa hambatan ini kiranya kita bersama-
sama menyatukan berbagai sumber daya untuk membantu usaha kecil dan
menengah mengembangkan ekonomi kerakyatan. Semua harus berperan aktif
dan sinergi antara pusat dan daerah.

L. ANALISIS PASAR

Analisis pasar adalah suatu kegiatan utama dalam menciptakan suatu


produk, sekaligus mengembangkan dan memasarkannya. Analisis pasar yang
efektif akan bisa menjawab bagaimana masalah desain, bahan baku yang
digunakan, kisaran harga yang dapat diterima konsumen, cara pemasaran,
jalur distribusi, daftar importir, daftar pesaing, dan kiat-kiat atau strategi
memasuki pasar suatu Negara. Sejauh ini BPEN telah melakukan analisis
pasar dengan baik dan terencana. BPEN juga memfokuskan pada hambatan
tarif dan non tarif dalam menganalisis pasar ekspor. Namun, karena masalah
hambatan tarif dan nontarif ini juga menyangkut wewenang direktorat teknis
di Departemen Perdagangan maka kedua lembaga ini perlu bekerja sama
lebih intensif lagi. Masalah hambatan tarif dan nontarif dapat mempengaruhi
kinerja ekspor produk Indonesia. Menurut catatan harian Kompas, ada
beberapa kasus yang menunjukkan tarif bea masuk (BM) produk ekspor
Indonesia lebih tinggi daripada tarif BM produk ekspor sejenis dari negara
lain. Misalnya, tarif BM produk kakao olahan Indonesia ke Cina mencapai 10
persen. Tarif BM produk sejenis dari Malaysia nol persen. Kasus serupa juga
8.80 Manajemen 

pernah terjadi pada produk turunan minyak kelapa sawit, stearid acid. BM
stearid acid Indonesia di Cina mencapai 16 persen, lebih tinggi dari BM
produk sejenis dari negara lain.

M. MENCETAK SDM BERKUALITAS

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses


peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan
merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama semua kalangan
bersama-sama terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai
usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan
bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya
pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Kita tentu mengetahui kemampuan hasil pendidikan menembus
pasar tenaga kerja internasional. Bandingkan dengan kualitas tenaga kerja
dan ahli dari negara tetangga. Kondisi seperti itu akan mempersulit kita
menembus pasar internasional. Sumber daya manusia kita kurang
mendukung terjadinya proses bisnis dan perdagangan yang akan
menguntungkan negara. Oleh karena itu kita harus segera terfokus pada
penyediaan faktor input pendidikan dan memperhatikan faktor proses
pendidikan untuk menghasilkan manusia Indonesia kosmopolit dan mampu
bersaing dengan bangsa lainnya.
Pemerintah dalam menghadapi era globalisasi telah merencanakan
peningkatan kualitas SDM secara konseptual. Hal ini dituangkan dalam
GBHN 1998 yang berbunyi "Peningkatan kualitas SDM sebagai pelaku
utama pembangunan yang mempunyai kemampuan memanfaatkan,
mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan tetap
dilandasi oleh motivasi serta kendali keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Globalisasi makin mendorong peluang terbukanya
pasar internasional; bagi produk barang dan jasa (pendidikan)." Jelaslah
bahwa untuk melaksanakan tugas di masa depan diperlukan SDM yang
berkualitas.
 EKMA4116/MODUL 8 8.81

N. PEMANFAATAN BUSINESS TECHNOLOGY CENTER (BTC)

Business Technology Center (BTC) adalah sebuah bentuk organisasi


yang diharapkan mampu membantu berbagai pengembangan usaha. BTC
pada umumnya memiliki fasilitas yang dapat mendukung secara langsung
kegiatan operasional, promosi, pemasaran, konsultasi teknologi produksi,
investasi dan permodalan. Namun biasanya BTC dimanfaatkan oleh pebisnis
yang menggeluti sektor teknologi informasi, bioteknologi dan usaha lain
yang berbasiskan inovasi teknologi. BTC biasanya terbentuk dan
berkembang berkat adanya sinergi antara teknopreneur sebagai penggagas
bisnis, perguruan tinggi dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi
teknologi baru, serta perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi
dalam pendanaan. Namun dengan berkembangnya tuntutan usaha dan
persaingan yang tinggi menyebabkan organisasi ini diharapkan bisa pula
membantu pengusaha kecil menengah berbasis teknologi (UKMT).Dalam
menghadapi era globalisasi, persaingan akan semakin ketat, sehingga sangat
dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan aktivitas-aktivitas secara langsung yang
dapat meningkatkan daya saing UKMT di kemudian hari.
BTC diharapkan bisa membantu memecahkan masalah pengusaha kecil
menengah berbasis teknologi yang biasanya dalam hal jalur pemasaran,
dukungan teknologi dan terbatasnya permodalan. Terlebih lagi, bagi
pengusaha pemula, masalah ini akan terlihat lebih besar dan menjadi kendala
cukup besar dalam mengembangkan usahanya. Sampai saat ini belum banyak
institusi pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan dukungan secara
langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha pemula.
Sehingga BTC sangat dibutuhkan pengusaha pemula dalam melaksanakan
dan mengembangkan usahanya.

O. PERBAIKAN PROFESIONALISME PIMPINAN PERUSAHAAN

Setiap perusahaan saat ini sangat dituntut efisien, adaptif, kompetitif, dan
transformatif terhadap berbagai perubahan dan dinamika bisnis global.
Dengan kinerja yang semakin membaik, perusahaan memiliki nilai lebih
tinggi bagi negara (value enhancement dan value creation). Kunci ke arah
terpenuhinya tuntutan tersebut adalah profesionalisme perusahaan yang
dikelola oleh orang-orang atau SDM yang mampu melakukan perubahan
manajemen dengan mengkomunikasikan manajemen lama (dari dalam)
8.82 Manajemen 

dengan manajemen baru (dari luar). Manajemen dari dalam perlu


dipertahankan demi menjamin kesinambungan. Sedangkan, manajemen dari
luar dapat berperan sebagai penyegaran, dinamika, dan pembaruan.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme perusahaan, khususnya mengenai profesionalisme di tingkat
pimpinan adalah sebagai berikut.
1. Pemilihan CEO yang tepat, transparan, obyektif, dan lepas dari berbagai
kepentingan pragmatisme politik dan kekuasaan. Perlu dilakukan fit and
proper test dengan bantuan lembaga profesional yang kredibel dan
kompeten, semisal perusahaan global executive search, yang selanjutnya
dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang transparan. sebagai contoh,
Menteri Negara BUMN menggunakan head-hunters untuk mencari
direksi BUMN handal.
2. Pemberlakuan kontrak manajemen antara direksi dan shareholders yang
terukur dan berbatas waktu, misalnya dua tahun dan ditinjau tiap enam
bulan. Bila kinerja tak sesuai selama dua tahun berturut-turut, maka
direksi harus mundur, kecuali pada kondisi tertentu. Tinjauan dilakukan
oleh suatu komite yang beranggotakan orang-orang yang kredibel dan
ahli di bidangnya.
3. Pengubahan jangka waktu direksi menjabat, dari lima tahun menjadi
empat tahun, sedangkan khusus direktur utama tidak boleh menjabat
lebih dari dua periode jabatan (delapan tahun).
4. Perbaikan sistem gaji dan bonus yang mengacu pada standar pasar serta
pengembangan sistem insentif yang bersifat fleksibel, dari fixed cost
menjadi variable cost. Jangan sampai terjadi misalnya, seorang direksi
BUMN mendapatkan gaji dan bonus masih di bawah perusahaan swasta
di kelasnya sehingga wajar untuk segera disesuaikan.
5. Pengembangan Management Employee Stock Option Program
(MESOP), yakni program opsi untuk membeli saham perusahaan di
mana direksi dan karyawan berkesempatan memiliki perusahaan tempat
dia bekerja. Cara ini akan memotivasi direksi dan karyawan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan karena akan berdampak pada harga
saham dan deviden yang akan diterima jika perusahaannya bagus.
6. Jika kita sependapat bahwa faktor manusia merupakan penentu
keberhasilan perusahaan, seluruh direksi dan komisaris dapat dilakukan
tracking untuk pengembangan lebih lanjut. Dalam hal ini, perusahaan
perlu mengembangkan world class managers. Artinya, perlu memiliki
 EKMA4116/MODUL 8 8.83

semacam top executive assesment program untuk menjaring dan


menempatkan SDM berkualitas untuk duduk dalam jajaran manajemen
atas.
7. Program pelatihan untuk posisi manajemen yang strategis, dalam hal ini
semua, misalnya pelatihan tentang Advanced Management Program di
perguruan tinggi ternama.

Dengan demikian kita simpulkan bahwa pada intinya perusahaan-


perusahaan global semuanya menekankan pentingnya human capital
development, accountability yang tinggi dikaitkan dengan "bonus sistem"
yang tinggi pula. Sumber daya manusia merupakan penentu atau kunci
suksesnya perusahaan sehingga peranan SDM menjadi sangat penting. Secara
akuntansi manusia memang tidak masuk dalam aset, tetapi sebenarnya orang-
orang yang bagus, lebih-lebih yang telah mempunyai track record baik jauh
lebih tinggi nilainya misalnya dibandingkan dengan mesin ATM yang paling
canggih untuk perbankan atau aplikasi software yang paling canggih untuk
perusahaan.

P. PENCIPTAAN WIRAUSAHA YANG TANGGUH

Wirausaha atau dalam bahasa Inggrisnya adalah dari kata entrepreneur


memiliki arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi
kewirausahaan. Jadi, seorang wirausaha mempunyai arti seorang yang
mampu memulai dan atau menjalankan usaha. Definisi lain tentang
wirausaha juga bisa diartikan sebagai orang yang mampu melakukan
koordinasi, organisasi dan pengawasan. Seorang wirausaha adalah orang
yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat
keputusan-keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal
dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keuntungan.
Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang
wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-kondisi yang mendorong
tersebut adalah: (1) orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga
yang memilih tradisi yang kuat di bidang usaha (Confidence Modalities), (2)
orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada
pilihan lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (Tension Modalities), dan
(3) seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi
8.84 Manajemen 

wirausahawan (Emotion Modalities). Permasalahannya saat ini adalah


bagaimana membina orang-orang yang berasal dari ketiga kondisi tersebut
agar mampu menjadi wirausaha sukses.
Sedikitnya ada lima hal yang bisa membantu seseorang akan sukses
sebagai seorang pengusaha, yaitu:
1. Peningkatan kualitas SDM dalam hal kemampuan manajemen,
organisasi dan teknologi.
2. Kompetensi kewirausahaan.
3. Akses yang lebih luas terhadap permodalan, Informasi pasar yang
transparan.
4. Faktor input produksi lainnya.
5. Iklim usaha yang sehat yang mendukung inovasi, kewirausahaan dan
praktek bisnis serta persaingan yang sehat.

Namun, pemerintah juga tidak begitu saja bisa mencetak wirausaha baru
bersamaan dengan pemberian modal finansial. Banyak wirausaha justru
bangkrut hanya karena mereka tidak memiliki kultur sebagai seorang
pengusaha. Dari suatu survei ditemukan bahwa sedikit sekali prosentase dari
mereka yang ingin menjadi wirausaha. Atau pertanyaan yang penulis ajukan
kepada beberapa orang tua, diperoleh jawaban bahwa sedikit sekali orang tua
yang ingin anaknya menjadi wirausaha (kecuali orang tuanya berprofesi
sebagai pengusaha). Kultur semacam ini bisa diubah namun memerlukan
waktu lama.
Kultur ini tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Harus ada program
yang terpadu untuk menanamkan jiwa wirausaha sejak dini kepada anak-
anak. Usaha penciptaan wirausaha baru yang tangguh akan lebih baik jika
dilakukan terhadap lulusan perguruan tinggi yang telah memiliki dasar
keilmuan dan intelektualitas yang tinggi. Hal ini didasari oleh kondisi
persaingan usaha di era globalisasi yang menuntut kemampuan seorang
wirausaha yang benar-benar memiliki kemampuan yang tinggi. Salah satu
pola pengembangan wirausaha yang tangguh (dan unggul) adalah dengan
memberikan bantuan pendidikan. pelatihan dan magang yang didukung oleh
fasilitas/akses teknologi, manajemen, pasar, modal, serta informasi (baik
yang umum maupun yang spesifik). Pola ini dikenal dengan pola Inkubasi
Bisnis.
 EKMA4116/MODUL 8 8.85

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

Jelaskan bagaimana negara kita sebagai negara yang kaya sumber alam
mempersiapkan diri dalam memasuki era globalisasi?

Petunjuk Jawaban Latihan

Dalam menghadapi era globalisasi yang harus dipersiapkan adalah


menyusun strategi dengan baik. Untuk menjawab pertanyaan di atas bacalah
contoh-contoh pemicu yang dijelaskan pada Kegiatan Belajar 2.

R A NG KU M AN

Beberapa contoh sebagai pemicu (trigger) Anda sebagai mahasiswa


untuk mengupas lebih jauh sektor yang bisa membantu negara kita
menjadi semakin maju dan sejahtera antara lain:
1. Peningkatan kualitas sektor dan teknologi pertanian − negara kita
mempunyai potensi terbesar di bidang pertanian, maka kebijakan
teknologi harus berbasis pada tangguhnya sektor pertanian.
2. Peningkatan daya saing di bidang agri bisnis − sektor agro bisnis
hingga saat ini masih merupakan bagian andalan ekonomi negara.
Peran konvensional agro bisnis tidak hanya terkait dengan
keberadaannya sebagai penjaga gawang ketahanan pangan.
penghasil devisa melalui ekspor dan penyedia lapangan kerja
produktif, akan tetapi juga kompetensinya dalam menyediakan
bahan baku bagi industri dan pendukung pelestarian lingkungan
hidup.
3. Kemitraan korporasi kunci peningkatan daya saing produk
kemitraan korporasi dengan usaha kecil menengah merupakan kunci
utama untuk meningkatkan daya saing produk di pasar global.
4. Pengembangan potensi lokal − secara teoritis, globalisasi
menjanjikan integrasi pasar domestik dengan pasar internasional,
sehingga komoditas (omi maupun budaya) lokal diharapkan dapat
terserap oleh pasar internasional.
8.86 Manajemen 

5. Restrukturisasi ruang lingkup organisasi industri − resiko mengikuti


arus globalisasi menjadikan Pemerintah harus membuat susunan dan
ruang lingkup organisasi industri secara internasional menjadi lebih
kompleks, sehingga menjadikan persaingan internasional menjadi
perspektif baru dalam perumusan kebijakan ekonomi.
6. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia − merupakan hal yang
penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas SDM dalam
penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK.
7. Peran strategi manajemen SDM dalam pergulatan di kancah
Globalisasi − perubahan-perubahan yang mendasar dalam
lingkungan bisnis telah menyebabkan pergeseran dalam urutan
pentingnya manajemen sumber daya manusia dan fungsi sumber
daya manusia.
8. Peningkatan profesionalisme − penerapan konsep profesionalisme
pada usaha swasta maupun pemerintah merupakan fenomena
mutakhir yang tidak terhindarkan, dan hal ini berdampak kepada
kualitas, tenaga pelaksana profesional mulai dari tingkat klerikal
sampai dengan tingkat manajer atas.
9. Memperbesar peranan Industri kecil dan rumah tangga − tantangan
besar sektor industri negara kita adalah ketidakseimbangan
komposisi jumlah perusahaan besar, menengah, kecil.
10. Peningkatan penggunaan teknologi dan IPTEK − Pemerintah dan
dunia usaha perlu lebih memperhatikan penerapan IPTEK dalam
meningkatkan daya saing ekspor produk Indonesia di pasar
internasional.
11. Pengembangan Industri berbasis lokal − pertumbuhan bisnis,
industri dan perdagangan berjalan begitu cepat, sehingga memaksa
kita untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.
12. Pemantapan desentralisasi dan otonomi − pemberian otonomi
daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah
dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh
mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat.
13. Pembentukan masyarakat informasi − dalam masyarakat informasi,
kemampuan mengakses dan kepandaian memanfaatkan informasi
sebagai faktor produksi yang strategis menentukan kegagalan atau
sukses dalam persaingan.
14. Peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja pemerintah daerah −
untuk mendukung perubahan struktural dari ekonomi tradisional
yang subsistem menuju ekonomi modern diperlukan pengalokasian
sumber daya, penguatan kelembagaan. penguatan teknologi dan
pembangunan sumber daya manusia.
 EKMA4116/MODUL 8 8.87

15. Peningkatan kemampuan dan kinerja individu melalui organisasi


belajar − organisasi belajar/OB bisa diandalkan untuk menjawab
atas semakin meningkatnya dinamika dan ketidakpastian di
lingkungan bisnis.
16. Privatisasi BUMN − perlu melakukan langkah transformasi BUMN
ke dalam prinsip korporatisasi dan profitisasi BUMN.

Cara memasuki pasar internasional


1. Aktifkan intelijen Bisnis, intelijen pemasaran dan riset bisnis 2.
Intelijen pemasaran.
3. Riset bisnis
4. Mengenal dan menganalisis potensi pasar suatu negara.
5. Optimalisasi kontak melalui hubungan pribadi
6. Mengembangkan keharmonisan hubungan pengusaha kecil,
menengah, besar.
7. Membangun pranata bisnis untuk UKM.
8. Membangun kemitraan strategis.
9. Menggiatkan promosi dan teknik penjualan.
10. Pameran dagang internasional
11. Peningkatan upaya diplomasi Pemerintah dan swasta dalam hidang
industri dana perdagangan internasional serta struktur industri
Indonesia.
12. Pemanfaatan HAM kadaluwarsa.
13. Analisis pasar.
14. Mencetak SDM berkualitas.
15. Pemanfaatan Business Technology Center (BTC).
16. Perbaikan profesionalisme pimpinan perusahaan.
17. Penciptaan wira usaha yang tangguh.

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Hal yang sangat perlu dipersiapkan oleh suatu negara dalam menghadapi
era perdagangan bebas dalam hal kualitas dan kuantitas adalah ....
A. Sumber Daya Alam
B. Sumber Daya Manusia
C. produk domestik unggulan
D. sarana, prasarana perdagangan
8.88 Manajemen 

2) Sebagai negara agraris, hal utama yang perlu dipikirkan dalam


menyusun dan menentukan strategi untuk memperkuat ekonomi dan
daya saing lokal adalah memperkuat sektor ....
A. kehutanan
B. perikanan
C. pertanian
D. jasa

3) AoA (Agreement on Agriculture) sebagai bagian dari WTO (World


Trade Organization) yang mengatur subyek pertanian diresmikan pada 1
Januari ....
A. 1992
B. 1993
C. 1994
D. 1995

4) Berdasarkan pengalaman, liberalisasi pertanian menghasilkan


kecenderungan negatif bagi pertanian kita. Salah satu dampak tersebut
adalah ....
A. menempatkan petani sebagai obyek yang disetir oleh kepentingan
modal
B. tidak adanya proteksi bagi produk impor yang masuk
C. tingginya daya saing yang timbul pada produk domestik
D mendorong munculnya varietas baru produk-produk pertanian

5) Lokalisme harus dilindungi dari globalisasi. Pernyataan di bawah yang


bukan merupakan kebijakan yang disarankan untuk melindungi
lokalisme adalah ....
A. jangan melakukan impor barang dan jasa yang bisa diproduksi
sendiri
B. mengusahakan kemudahan prasarana angkutan barang
C. mengupayakan agar komunitas uang tidak banyak keluar dari
komunitas
D. mendorong kompetisi lokal untuk menghasilkan barang dan jasa
yang bermutu tinggi

6) Dalam mengembangkan industri yang mampu bersaing skala


internasional, Pemerintah menetapkan pengembangan berbasis Muster.
Di bawah ini yang bukan merupakan manfaat dari kluster adalah
A. mengurangi biaya transportasi dan transaksi
B. meningkatkan efisiensi
 EKMA4116/MODUL 8 8.89

C. menciptakan asset secara kolektif


D. membangun sentra-sentra industri

7) Untuk mengembangkan industri padat tenaga kerja diperlukan usaha ....


A. untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja
B. meningkatkan penanaman modal asing
C. untuk meningkatkan penguasaan teknologi
D. mengembangkan industri strategis

8) Produk industri padat Sumber Daya Alam yang berpotensi ekspor


adalah ....
A. industri karet
B. minuman, semen, barang galian bukan logam
C. tekstil dan produk tekstil, alas kaki, barang logam bukan mesin
D. industri gelas

9) Produk industri Padat Tenaga Kerja yang berpotensi ekspor adalah ....
A. industri karet
B. minuman, semen, barang galian bukan logam
C. tekstil dan produk tekstil, alas kaki, barang logam bukan mesin
D. industri gelas

10) Langkah untuk mengembangkan, membina dan menyelamatkan industri


lokal yang dilakukan oleh Pemerintah untuk industri berbasis agro salah
satunya adalah ....
A. memfasilitasi dunia usaha untuk melakukan promosi ekspor
B. mengembangkan bursa komponen buatan dalam negeri
C. kerja sama dengan luar negeri dalam penetrasi pasar
D. membantu jaringan distribusi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal
8.90 Manajemen 

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 EKMA4116/MODUL 8 8.91

Kegiatan Belajar 3

Kesepakatan-kesepakatan Perdagangan
Internasional

aat ini setiap negara seakan berlomba-lomba melakukan ikatan perjanjian


S dengan negara atau kelompok negara lain untuk menciptakan suatu pasar
bebas dan menghindari berbagai hambatan perdagangan yang bisa
meningkatkan harga jual produk dan jasa. Walaupun demikian setiap negara
masih berharap bahwa produknya bisa laris di luar negeri tetapi penduduk
negaranya tetap membeli dan menggunakan produk dalam negeri. Berbagai
usaha konvensional tetap dilakukan, misalnya tindakan proteksionisme yang
merupakan hambatan perdagangan untuk melindungi perusahaan lokal dan
pekerjaannya dari kompetisi asing. Proteksi dalam beragam bentuk dewasa
ini masih dengan mudah ditemui. Tekstil Indonesia, misalnya, tak begitu
bebas masuk ke Amerika Serikat karena adanya kuota. Sebaliknya, untuk
muncul di pasaran Indonesia juga tak gampang. Otomotif dari luar akan
dikenakan bea masuk, pajak yang tinggi. Persoalan jadi lebih ruwet kalau
hambatan itu lewat aturan yang tak jelas, seperti tuduhan perdagangan tak
adil. Repotnya, tiap negara punya ukuran keadilan yang berbeda. Inilah yang
dialami tekstil Indonesia pada zaman Menteri Perdagangan Arifin. Siregar.
Ancaman itu datang dari Amerika Serikat, lewat aturan yang disebut Super
Act 301. Di samping itu juga setiap negara masih ingin menerapkan
hambatan tarif dan hambatan non-tarif. Tarif adalah pajak langsung atas
barang-barang impor, sedangkan gambaran non-tarif adalah metode untuk
meningkatkan biaya atau mengurangi volume barang-barang yang diimpor
selain pajak. Adapun jenis hambatan non-tarif adalah kuota. pengendalian
ekspor sukarela, standar-standar pemerintah subsidi pemerintah, dan
penilaian/klasifikasi bea cukai. Dengan adanya berbagai hambatan
perdagangan tersebut maka pembelian barang-barang impor sering lebih
mahal harganya dan lebih sulit memperolehnya daripada barang-barang
buatan dalam negeri. Masalah seperti ini lambat laun secara bersama-sama
akan diminimalisasikan. Langkah pertama usaha tersebut adalah dengan
disetujuinya oleh 124 negara tentang peraturan-peraturan kesepakatan umum
tentang tarif dan perdagangan atau yang kita kenal dengan GATT (General
Agreement on Tariff and Trade). Perjanjian ini menjadi pemicu untuk
8.92 Manajemen 

terjadinya perjanjian lain yang mengikat antar dua negara, sesama regional
atau lintas batas regional.

A. GATT (GENERAL AGREEMENT ON TARIFF AND TRADE)

Seperti yang telah sedikit dijelaskan di atas. GATT akan menjalankan


perjanjian yaitu kesepakatan perdagangan dunia yang akan mengurangi dan
menghapus tarif, membatasi subsidi pemerintah, dan melindungi hak atas
kekayaan intelektual. Dengan penurunan hambatan tarif dan non-tarif yang
cukup mencolok, GATT akan membuat produk-produk luar negeri lebih
murah diperoleh konsumen di semua bagian negara untuk membeli barang
luar negeri. Di tahun 2005, GATT akan memotong tarif rata-rata di seluruh
dunia sebesar 40%. Kemudian GATT juga akan menghilangkan tarif untuk
10 jenis industri spesifik seperti bir, alkohol, peralatan konstruksi, mesin-
mesin pertanian, mebel, peralatan kesehatan, kertas, obat-obatan, baja, dan
mainan anak-anak. Dalam kaitan subsidi pemerintah, GATT memperketat
Batas subsidi pemerintah, melindungi Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI), seperti merek dagang, paten, dan hak cipta. Masalah HAKI memang
telah menjadi perhatian negara-negara maju karena banyak hasil HAKI
mereka dibajak di negara-negara berkembang. Apabila terjadi perselisihan
perdagangan antar negara maka masalah yang muncul akan diselesaikan oleh
panel arbitrase dari WTO (World Trade Organization) yang didirikan pada
tahun 1995. Badan ini bertugas mengawasi proses perdagangan dunia. Sejak
pendiriannya, WTO telah mengambil alih tugas-tugas GATT. Organisasi ini
melayani "komplain" yang diajukan oleh anggotanya. (Ingat komplain Jepang
terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam kasus mobil Timor -
hasilnya, Indonesia kalah).

B. KESEPAKATAN WTO

Pada tanggal 1 Agustus 2004 sebanyak 147 negara anggota organisasi


perdagangan sedunia WTO akhirnya mencapai kesepakatan liberalisasi
perdagangan dunia. Kesepakatan ini adalah untuk memecahkan persoalan
yang sempat macet di dalam perundingan yang tahun sebelumnya di Cancun,
Meksiko.
Kesepakatan dasar yang dicapai oleh 147 negara ini dianggap sebagai
sebuah kesepakatan bersejarah sebab di dalamnya berisi kesepakatan untuk
 EKMA4116/MODUL 8 8.93

secara bertahap mengurangi semua kebijakan yang membuat pasar negara-


negara maju sulit ditembus negara-negara berkembang. Walaupun demikian
negara berkembang masih tetap menyangsikan negara-negara maju membuka
pasarnya. Perundingan masih harus dilakukan pada hampir semua butir
kesepakatan. Di dalam perundingan semacam itu memang masih besar
kemungkinan tidak tercapai kesepakatan di kalangan 147 negara anggota
WTO.
Perundingan di WTO ini haruslah dipahami sebagai langkah simbolis.
Setelah gagalnya konferensi Cancun akhir tahun lalu, WTO harus lebih adil
dan tidak menghambat perdagangan bebas dunia agar keberadaan WTO tidak
selalu dipertanyakan. Bagi negara-negara berkembang, setidaknya telah
memiliki jalan pembuka terciptanya pasar yang lebih adil. Mereka juga harus
terus meningkatkan kerja sama lebih intensif agar perbedaan yang muncul di
antara sesama mereka tidak memperlemah perundingan yang akan membela
mereka sendiri. Hal ini perlu ditekankan mengingat dalam perundingan di
Jenewa, negara-negara berkembang sering tampil bersama dalam satu
pendirian tetapi dalam berunding ternyata mereka juga tidak selalu
bersepakat.
Kesepakatan yang dicapai di Jenewa masih harus dirinci lebih lanjut dan
tentu saja masih banyak kendalanya. Kecil kemungkinan kesepakatan
tersebut akan mulai diberlakukan akhir Tahun 2005 seperti yang telah
direncanakan. Amerika Serikat dan negara-negara sedang berkembang
terutama akan berseteru mengenai rincian persetujuan agar dapat diraih
sebanyak mungkin keuntungan bagi masing-masing negara.

C. ZONA PERDAGANGAN REGIONAL

Jika WTO adalah forum kesepakatan perdagangan tingkat global, di


tingkat regional forum serupa untuk menetapkan perdagangan juga didirikan,
maka aliansi ekonomi berdasarkan zona regional bermunculan. Zona
perdagangan ini diciptakan oleh negara-negara yang terletak berdekatan dan
memiliki kesamaan tujuan dalam rangka mengurangi dan menghilangkan
hambatan tarif dan nontarif dalam perdagangan antara negara yang terlibat
dalam perjanjian. Pembentukan berbagai zona perdagangan regional
merupakan perkembangan besar tentang sejarah gerakan pengurangan
hambatan perdagangan. Zona perdagangan penting yang telah terbentuk
adalah Perjanjian Maastricht, NAFTA (North America Free Trade
8.94 Manajemen 

Agreement), FTAA (Free Trade Area of America). Closed Economic


Relations (CER, Australia-Selandia Baru), ASEAN (Association of South
East Asian Nation), dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation). Forum
kerja sama itu memberlakukan tarif yang berbeda untuk barang dari luar
kawasan, Europian Community, AFTA (Asian Free Trade Agreement).
SIJORI (Singapore, Johor. Riau). Modal hanya membahas beberapa
perjanjian saja dan tugas anda adalah mencari sumber-sumber perjanjian
yang belum diulas di sini.

D. PERJANJIAN MAASTRICHT

Pada tanggal 1 Januari 1999 sebanyak 11 negara anggota Uni Eropa


memberlakukan mata uang tunggal Euro. Lahirnya mata uang tunggal itu
merupakan perwujudan cita-cita para politisi Eropa yang dicanangkan dalam
kesepakatan Roma pada tanggal 25 Maret 1957 mengenai pembentukan
European Economic Community (EEC) dan European Atomic Energy
Community (Eurotorn). Tiga dasawarsa kemudian (1987) lahir "Single
European Act". Akan tetapi, wujud sebuah "komunitas bersama" mulai
makin terlihat nyata setelah pada Tahun 1992 ditandatangani "Treaty of
European Union" (Perjanjian Uni Eropa) di Maastricht, Belanda. Perjanjian
ini sering disebut "Maastricht Treaty" atau Perjanjian Maastricht.
Maastricht merupakan ibukota dari provinsi Limburg, Belanda. Letaknya
yang strategis, berbatasan langsung dengan Negara Belgia dan Jerman
menjadikannya salah sate tujuan kota wisata di Negara Belanda. Di kota ini
juga mata uang Uni Eropa yaitu Euro di luncurkan. Perjanjian Maastricht ini
merupakan "tiang utama" rumah besar Uni Eropa. Perjanjian Maastricht ini
"menghapus" batas-batas negara-negara Eropa. Yang tak kalah penting,
Perjanjian Maastricht menjadi dasar bagi lahirnya status baru setiap warga
negara di masing-masing negara anggota Uni Eropa. Dalam Pasal II, Pasal 8-
8d di dalam perjanjian tersebut dijelaskan tentang siapa warga negara Uni
Eropa itu dan apa hak mereka. Pasal 8 ayat 1, misalnya, menyebutkan setiap
orang yang memegang kewarganegaraan negara anggota akan menjadi warga
negara Uni Eropa. Sementara Pasal 8 ayat I menegaskan, setiap warga negara
Uni Eropa memiliki hak untuk pergi ke mana saja dan tinggal di mana saja di
dalam wilayah negara-negara anggota. Misalnya, seorang warga negara
Belanda mempunyai hak untuk mencari nafkah atau bekerja di Italia
layaknya orang Italia), demikian sebaliknya. Warga negara Jerman pun
 EKMA4116/MODUL 8 8.95

berhak mencari nafkah, misalnya, di Belanda atau Perancis atau Italia.


Mahasiswa Yunani bisa masuk perguruan tinggi di Jerman, dan mendapat
perlakuan yang sama dengan pribumi. Sopir truk Spanyol bisa masuk ke
Belanda dengan bebas, padahal sebelumnya butuh 70 kali mengisi formulir.
Hak dan kewajiban mereka sama sebagai warga negara Uni Eropa. Dengan
ditandatanganinya Perjanjian Maastricht itu, cita-cita untuk membentuk
"komunitas bersama Eropa" makin nyata. Cita-cita itu semakin terwujud
setelah pada tanggal 17 Juni 1997 ditandatangani "Treaty of Amsterdam"
(Perjanjian Amsterdam) oleh 15 negara anggota.
Dalam kaitannya dengan perdagangan, para negara anggota yang terikat
dengan perjanjian Maastricht berhak melintasi batas negara tanpa harus
melalui pemeriksaan kepabeanan. Sebelumnya, semua kendaraan yang
membawa setiap barang produksi yang menyeberang batas negara diperiksa
oleh petugas bea dan cukai. Setiap negara saat itu memberlakukan beragam
tarif atas spesifikasi produk untuk memenuhi peraturan spesifikasi
pemerintah yang beragam. Begitu juga dengan lalu-lintas pariwisata yang
terhambat karena para turis harus selalu melalui pemeriksaan di tapal batas
setiap negara. Belum lagi mereka harus menukarkan uang sesuai mata uang
yang berlaku di negara di mana turis atau pebisnis tinggal. Bayangkan waktu
dan kerugian negara dan masyarakat sebelum diberlakukannya perjanjian
Maastricht dan mata uang Euro. Saat ini Eropa boleh menjadi contoh
pemberlakuan perdagangan bebas yang mengoptimalkan efisiensi dan
meningkatkan aktivitas perdagangan dan aktivitas bisnis lintas Eropa.
Walaupun keinginan untuk membentuk "Super Eropa" yang bisa
mengimbangi Amerika Serikat begitu besar, tampak juga adanya sikap
mendua, khususnya kekhawatiran kehilangan "kedaulatan" negara. Hal itu
otomatis membuat pembentukan Uni Eropa agak tersendat, terutama dalam
pemberlakuan mata uang euro di daratan itu.

E. ZONA PERDAGANGAN ASEAN-CINA

Pada tanggal 4 November 2002 para pemimpin Perhimpunan Negara-


negara Asia Tenggara (ASEAN) dan Cina bersepakat dan menandatangani
suatu perjanjian bersejarah, yang bertujuan menciptakan wilayah
perdagangan (niaga) bebas (free trade area) terbesar di dunia. Perjanjian ini
juga ingin meredam persengketaan Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan
yang disengketakan antara Cina dengan sesama anggota ASEAN, yaitu
8.96 Manajemen 

Brunai Darussalam, Malaysia, Filipina dan Vietnam, serta Cina dan Taiwan.
Persetujuan itu, yang ditandatangani berlarungan dengan KTT tahunan
ASEAN di Phnom Penh. melibatkan empat negara Asia Tenggara itu dan
Cina, tapi di luar Taiwan. Berdasarkan persetujuan itu, semua pihak akan
menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan yang akan dapat meningkatkan
ketegangan di wilayah itu. Perkerjaan itu memuat pengaturan hukum untuk
mencegah terulangnya konflik militer yang terjadi dalam berapa tahun antara
negara-negara yang mengklaim kepulauan itu. Empat negara ASEAN yang
terlibat sengketa itu mencapai kesepakatan mengenai naskah bersama itu
pada 11 Oktober 2002. Enam negara ASEAN lainnya yaitu Kamboja,
Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand, dan Singapura menyetujui naskah
persetujuan itu 31 Oktober 2002. Cina menyetujuinya 3 November 2002 lalu.
ASEAN memang berambisi untuk tidak hanya melonggarkan peraturan-
peraturan yang menghambat perdagangan antara ke-10 anggotanya, tetapi
juga untuk melongok lebih jauh lagi. Tekad negara-negara Asia Tenggara
untuk memperluas pengaruh dan ruang gerak mereka melalui sejumlah
persetujuan perdagangan multilateral. Persetujuan yang penting dengan Cina
merupakan sebuah investasi yang bagus dan kemungkinan untuk
menciptakan pasar tunggal terbesar di dunia pada tahun 2011. Walaupun
masih banyak hal harus dilakukan sebelum sebuah zona perdagangan bebas
terwujud, kesepakatan tentang kerangka kerjanya bisa menjamin negara-
negara Asia Tenggara untuk mendapatkan andilnya dalam pembangunan
yang cepat atas perekonomian Cina.
Setelah perjanjian ini berlaku maka negara-negara tersebut
membutuhkan suatu stabilisasi moneter regional sebagai suatu tahapan yang
diperlukan menuju integrasi ekonomi dan perdagangan di kawasan ini.
Mereka perlu terlebih dahulu menciptakan suatu zona moneter guna
menstimulus pertumbuhan ekonomi yang terpadu. Untuk merealisasikan cita-
cita perjanjian tersebut, mereka harus mampu menciptakan kawasan mata
uang mengingat Asia secara keseluruhan atau negara penanda tangan
perjanjian ini sukar mencontoh Eropa yang telah memiliki mata uang tunggal
yang lahir dari adanya suatu sistem perdagangan regional yang terpadu.
Negara-negara Asia ini belum dapat menciptakan mata uang tunggal karena
masih banyak memiliki persoalan politik pelik. Jadi, mereka harus
menstabilkan mata uang masing-masing terhadap dolar AS sebelum
pembentukan suatu zona moneter regional, independen, dan luas.
 EKMA4116/MODUL 8 8.97

1. Perdagangan Bebas ASEAN-Jepang


Seperti tidak ingin tertinggal dan kehilangan mitra dagangnya, Jepang
sebagai negara ekonomi nomor dua dunia setelah AS, membuat perjanjian
perdagangan bebas ASEAN-Jepang pada 6 November 2002. Perjanjian
tersebut bersifat untuk meningkatkan kemitraan ekonomi, mengatasi teror,
dan menambal keretakan di antara 10 negara yang berkisar dari Laos yang
miskin sampai Brunai yang kaya minyak dan Indonesia yang merupakan
negara muslim terpadat penduduknya di dunia. Jepang tidak melihat Cina
sebagai ancaman bagi perdagangannya namun melihatnya sebagai ekspresi
antusiasme raksasa komunis itu bagi ekonomi pasar. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa Jepang kini sedang terlibat dalam permainan kejar-kejaran
dengan Cina di kawasan itu.
Terwujudnya perjanjian-perjanjian regional ini adalah juga desakan
Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi agar negara-negara Asia
Timur membentuk kelompok regional mirip Uni Eropa guna memperkuat
suara di dunia internasional. sekaligus mengurangi kebergantungan pada
Amerika Serikat (AS). Sebelum perjanjian ini dibuat, Badawi berharap
negara-negara Asia Timur kita perlu meningkatkan suara kita, bobot kita dan
peranan kita di dunia dalam bidang keamanan, politik dalam cakupan ide,
kebudayaan dan nilai. Dengan adanya pakta pembentukan komunitas Asia
Timur akan memungkinkan kawasan ini bergerak pesat menuju struktur
global perdamaian, keamanan dan peradaban. Guna meningkatkan kerja sama
ekonomi, maka komunitas Asia Timur harus mencakup dana moneter
kawasan yang akan menjadi suplemen bagi Dana Moneter Internasional
(IMF), mirip dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) di Manila yang
berfungsi sebagai suplemen bagi Bank Dunia.
Saat mi ASEAN memang boleh berbangga hati. Setidaknya, negara
timur laut Asia (Cina, Jepang, dan Korea Selatan) mau menjadi bagian dari
mitra ASEAN. Juga ada India, dan bahkan Australia menawarkan diri
menjadi mitra ASEAN seperti empat negara Asia itu. ASEAN tergolong
sebuah organisasi yang kuat. Setidaknya itu menjadi faktor pemacu ASEAN
untuk beranjak lebih jauh lagi. Negara-negara mitra ASEAN itu seakan
berlomba merebut hati ASEAN. Simak pernyataan para pemimpin Asia
berikut ini. Asia Timur adalah pusat pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan
di dunia. Penduduk ASEAN, Cina, dan Korea Selatan merupakan sepertiga
penduduk dunia, memiliki seperlima produksi domestik bruto (PDB) dunia,
dan seperlima perdagangan dunia. Namun demikian, Asia ketinggalan dalam
8.98 Manajemen 

hal kerja sama dan belum memanfaatkan maksimal potensi yang dimiliki
(Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi). ASEAN sendiri sedang
mengupayakan pengintegrasian ekonomi dan peningkatan daya saing dengan
harapan ASEAN akan mampu menciptakan komunitas yang terbuka.
Tugas-tugas yang harus dilakukan ASEAN bersama Jepang untuk
mencapai kemakmuran dan penciptaan komunitas Asia Timur adalah
kemitraan pada perekonomian harus ditingkatkan. Jika pertukaran ide-ide,
mobilitas warga, barang, dan modal meningkat di Asia, maka dengan potensi
besarnya itu, kegiatan ekonomi akan terdorong dan menciptakan skala
ekonomi yang berpengaruh. Jepang dan ASEAN telah semakin tergantung
dalam konteks ekonomi. Setelah Uni Eropa, Jepang adalah mitra dagang
kedua ASEAN dengan nilai 110 miliar dolar AS per tahun. Akumulasi
investasi Jepang ke ASEAN mencapai 100 miliar dolar AS per tahun.
Sebagai nukleus dari kerja sama ekonomi di kawasan Asia Timur, kemitraan
ekonomi Jepang-ASEAN harus berhasil sebagai acuan di kawasan. Tahun
2002 Jepang telah mengusulkan Inisiatif Kemitraan Perekonomian
Menyeluruh (Comprehensive Economic Partnership) dengan ASEAN.
Inisiatif itu berguna meliberalisasikan investasi dan perdagangan barang serta
jasa, mendorong peningkatan kerja sama yang lebih luas, mulai dari turisme,
memperdalam keeratan politik, warga, dan meningkatkan kekuatan seluruh
kawasan lewat persaingan yang sehat, pengembangan sumber daya manusia,
dan kerja sama perusahaan berskala menengah dan kecil.
Kesepakatan atas Kemitraan Perekonomian Jepang-Singapura telah
mulai terlaksana. Konsultasi untuk hal serupa sedang terjadi dengan
Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Perjanjian dasar telah dicapai
antara Jepang dengan Vietnam soal hubungan investasi. Jepang sedang
bekerja menciptakan kemitraan perekonomian dengan ASEAN untuk
mendorong perdagangan dan juga kerja sama di sektor itu untuk mendorong
liberalisasi perekonomian.
Krisis ekonomi telah membuat semua waspada bahwa Asia Timur
memerlukan sistem perekonomian yang kuat. yang akan menghasilkan
kepercayaan investor dan konsumen dunia. Itu artinya peningkatan sistem
hukum atas anti monopoli harus ditingkatkan agar perusahaan-perusahaan
bisa bersaing dengan seimbang.
Ada berbagai hal yang masih harus diatasi dalam merangsang
peningkatan kerja sama perekonomian, seperti perlindungan hak intelektual,
agar tidak mengganggu inovasi teknologi. Transparansi pembelian barang-
 EKMA4116/MODUL 8 8.99

barang di sektor pemerintahan juga perlu dijaga kuat untuk menghindari


korupsi.
Berbagai jenis reformasi memang berbeda di setiap negara, namun harus
ada determinasi untuk mengubah sistem yang tidak cocok dengan situasi
sekarang. Saya sendiri sedang berusaha mendorong reformasi di Jepang
dengan keyakinan bahwa tanpa reformasi struktural, tidak akan ada kelahiran
kembali bagi Jepang.
Junichiro Koizurni juga meminta kepada masyarakat Jepang untuk tidak
takut dengan perubahan, tetapi menghadapi tantangan pada era baru. Dengan
mengembangkan sistem ekonomi, ASEAN akan dapat melanjutkan posisinya
sebagai lokasi yang menarik bagi investasi. Jepang dan ASEAN bisa lebih
makmur lagi, dengan saling membagi pengalaman dan pelajaran.
Hal lain yang penting, adalah mempromosikan pengembangan ekonomi
dan mengatasi perbedaan di kawasan ASEAN. Jepang menyadari. penting
bagi ASEAN mempertahankan kebersamaan dan berkembang bersama.
Jepang telah memberikan penekanan khusus pada ASEAN soal alokasi
bantuan Pemerintah Jepang. Bantuan Pemerintah Jepang ke ASEAN
mendekati 24 miliar dolar AS atau sekitar 30 persen dari official development
assistance (ODA) Jepang (dalam konteks pinjaman bilateral). Jepang akan
melanjutkan penekanan ASEAN dalam alokasi bantuan tersebut.
Pada saat yang sama, investasi asing masih melihat ASEAN sebagai
lokasi yang penting yang bermanfaat meraih kemakmuran. Namun, adalah
mutlak memperbaiki iklim investasi. Jepang juga berniat untuk terus
membantu anggota baru ASEAN.
Bagi Jepang, iklim politik yang kuat adalah syarat mutlak mengatasi
berbagai isu tersebut, dan itu penting untuk mengatasi masalah perdagangan
dan investasi. Kawasan ini sebaiknya saling menasihati dan membantu untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi, termasuk soal politik. Jepang juga akan
memberikan dukungan soal politik itu. Jepang akan bertindak dan maju
bersama sebagai rekan yang terbuka dan dengan ketulusan hati. Jepang akan
selalu siap membantu dan bekerja sama untuk pembangunan lebih lanjut di
ASEAN. Itu adalah dasar pendirian Jepang yang tidak akan bisa berubah.
Saya benar-benar berharap bahwa Jepang dan ASEAN akan bisa beranjak
lebih jauh memperdalam saling pengertian dan melanjutkan relasi sebagai
rekan sejati, yang saling menolong kapan saja.
8.100 Manajemen 

2. NAFTA
Perjanjian ini resmi lahir pada Tahun 1993. Mereka memberlakukan tarif
murah untuk negara anggotanya. Bahkan untuk yang punya kandungan lokal
cukup tinggi diberi kebebasan bea masuk. Akibatnya, ada dua pilihan bagi
eksportir ke negara anggota NAFTA. Mereka memindahkan pabriknya ke
negara anggota NAFTA, atau tetap menjual barang dengan harga mahal
karena kena pajak tinggi.
Oleh karena itu, Mercedes-Benz, pabrik mobil di Jerman. memilih
membuat pabrik perakitan di Alabama, Amerika. Kandungan lokalnya dibuat
62,5%, agar bisa kecipratan fasilitas bebas bea masuk. Bisa dimaklumi kalau
NAFTA diskriminatif. Ketika dibentuk, blok itu memang hanya melancarkan
dagang dan investasi antara Amerika dan dua negara tetangganya itu. Kanada
dan Meksiko memang partner besar Amerika. Hingga 1991 Kanada adalah
pasar ekspor Amerika terbesar. Baru Tahun 1992, posisi Kanada digeser oleh
Meksiko.
Pembentukan NAFTA terbukti membuat perdagangan meningkat.
Contohnya, Meksiko telah diizinkan mengekspor produknya sekitar 153
miliar dolar setiap tahunnya ke Amerika Serikat, tanpa harus memenuhi
kewajiban-kewajiban atau aturan-aturan ekspor impor seperti yang biasanya
berlaku. Demikian pula. perusahaan-perusahaan Amerika Serikat
mempekerjakan lebih dari satu juta orang Meksiko di Maquiladoras
(perusahaan milik Amerika yang beroperasi di Meksiko), yang
memungkinkan perusahaan tersebut memproduksi barang dengan biaya
rendah (upah buruh) guna memenuhi pasar global. Di pertanian, Meksiko
meningkatkan ekspor jeruk, buah-buahan lain, dan sayuran, ke Amerika.
Ekspor kayu Kanada terdongkrak. Perusahaan telekomunikasi Kanada,
Northern Telecom, membangun pabrik di Carolina Utara, Amerika, dan
hasilnya dipakai di Meksiko. Perusahaan tekstil Amerika, yang selama ini
kelabakan karena disodok produk Asia, bisa bernapas lega karena harganya
jadi lebih murah. Unggulan-unggulan kompetitif maupun komparatif suatu
negara akan saling dimanfaatkan oleh semua negara yang tergabung dalam
pasar bebas atau ekonomi global. Hal ini sangat dimungkinkan antara lain
berkat kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi satelit. dan komputer
yang tidak mengenal batas dan jarak antar negara dengan kecepatan
cahayanya.
Dua komponen penting yang boleh dikatakan telah meningkat dengan
pesat dalam era globalisasi. Pertama adalah impor dan ekspor, dan kedua
 EKMA4116/MODUL 8 8.101

adalah pasar modal. Ekspor impor makin bergairah antara lain disebabkan
karena makin berkurangnya hambatan perdagangan di antara negara-negara,
sedangkan integrasi pasar modal (uang) dapat dilihat dalam cepatnya proses
pinjam-meminjam antar negara, ditandai dengan munculnya IMF
(International Monetary Fund).

3. AFTA
Bila memang ingin berperan betul, setidaknya dari segi peraturan, ya di
AFTA-lah sebetulnya Indonesia bisa memainkan kartunya. Di arena kerja
sama perdagangan Asia Tenggara ini, Indonesia merupakan pasar terbesar, di
samping punya peran politik yang cukup menentukan. Tapi AFTA punya
kelemahan. Perdagangan antar anggota ASEAN selama ini ternyata kalah
jauh dibandingkan dengan yang ke luar ASEAN. Tahun 1999 misalnya,
ekspor Indonesia ke Malaysia baru US$ 341,8 juta, sedangkan ke Korea US$
3,5 miliar. Untuk menggenjot perdagangan antar negara ASEAN, maka
dilakukan dispensasi tarif. Sejak tahun lalu, Singapura tak lagi dikenai bea
masuk untuk 98% dari 5.832 komoditi yang diimpornya dari kawasan
ASEAN. Pihak Malaysia membuka pasar impor untuk 3.251 produk dengan
tarif 0%-5%. Sebelumnya, pajak yang dipasang negeri jiran itu 20%.
Apakah dengan aturan itu lalu perdagangan AFTA akan meningkat
pesat, seperti yang terjadi pada Meksiko dengan AFTA? Ternyata tidak.
Secara teori, dengan dibukanya AFTA, pasaran bagi produk negara ASEAN
memang makin luas. Bagi Indonesia, misalnya, barang produksi tak hanya
untuk 190 juta penduduknya saja, tapi 320 juta warga ASEAN. Negara
ASEAN punya kesamaan komoditi perdagangan, akibatnya perniagaan pun
tak semulus yang diharapkan.
Melihat itu Malaysia mengusulkan agar kerja sama perdagangan tersebut
tak hanya mencakup ASEAN, tapi juga melibatkan Jepang, Hong Kong,
Taiwan, dan Korea Selatan. Bila empat negara dagang ini ikut bergabung,
memang East Asia Economic Caucus, forum yang diusulkan Mahathir
Mohammad, akan punya gigi.

4. APEC (Asia Pacific Economic Conference)


Organisasi perekonomian ini dibentuk Tahun 1993 ketika kawasan Asia
saat itu memang sedang mengalami surplus ekonomi. Bahkan futurolog John
Naisbitt dalam bukunya `Mega Trend Asia' menyebut negara-negara Asia
yang digelari Macan Asia karena perkembangan pesat perekonomiannya ini,
8.102 Manajemen 

pada Tahun 2000 nanti akan mencapai puncak kemajuan. Masa jaya
perekonomian Asia ini disebut Asian Miracle (Keajaiban Asia). Namun
hanya dalam hitungan beberapa bulan, krisis keuangan dan ekonomi yang
melanda sejumlah negara Asia merembet semakin cepat ke wilayah lain.
Krisis ekonomi yang bermula dari Thailand pada bulan Juli 1997, kemudian
menyebar ke Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya, mampu
mengaburkan kekaguman Naisbitt pada kawasan Asia ini.
Pada saat pembentukan APEC, hanya ada bayangan bahwa Asian
Miracle akan terus berlanjut dan tak akan berakhir, karena itu APEC hanya
disiapkan untuk meliberalisasi perdagangan dan investasi yang semakin
bergantungan antara masing-masing anggotanya. Akan tetapi, kenyataan kini
dihadapi. Perekonomian kawasan Asia Pasifik sedang dilanda gelombang
dahsyat karena rusaknya struktur ekonomi dunia tidak hanya terjadi di
kawasan Asia, tetapi sudah menjalar ke banyak negara lain, karena gejolak
yang terjadi telah mengguncangkan 40 persen dari total perekonomian dunia.
Sedikit demi sedikit perbaikan ekonomi dilakukan dengan bantuan
Jepang dan Amerika Serikat. Semua pemimpin APEC mengakui krisis
keuangan yang terjadi telah menjadi kendala besar bagi banyak negara dan
telah menghambat kemajuan forum APEC.
Di dalam forum KTT APEC 12-18 November 1998 terdapat usulan
empat langkah yang perlu diambil APEC, yaitu mobilisasi bantuan tambahan
keuangan, meningkatkan tersedianya modal kerja dan kredit perdagangan,
memobilisasi modal sektor swasta, dan mendorong perusahaan-perusahaan
asuransi untuk memainkan peranan lebih kuat dalam menjamin aktivitas
perdagangan.
Jepang berinisiatif memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara
yang terkena krisis dengan `Miyazawa Plan' sebesar 30 miliar dolar AS dan
membuat janji bersama-sama dengan AS dalam penyiapan 10 miliar dolar
tambahan. Asia tampaknya telah menjadi perhatian serius internasional
karena tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah penduduk yang besar, Asia
muncul sebagai pasar yang terus berkembang. APEC mencoba untuk
memperbaiki kerusakan yang ada di Asia, agar keinginan untuk terus
berlayar menuju era liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia
Pasifik Tahun 2020 berhasil diwujudkan.
Saat ini APEC beranggotakan Australia, Brunai, Cile, Cina, Filipina,
Jepang, Hong Kong, Indonesia, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, Malaysia,
 EKMA4116/MODUL 8 8.103

Papua Nugini, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Taiwan, Amerika Serikat,


Peru, Vietnam, dan Rusia.

5. Dampak Bisnis Global


Besarnya jumlah penduduk Indonesia memberikan hikmah yang sangat
besar bagi industrialisasi. Pasar yang begitu besar dan memasok berbagai
tingkat strata masyarakat menyebabkan hampir segala macam industri
menjadi layak untuk dibangun di sini. Dapat dikatakan, apa pun yang dibuat
di sini akan laku dijual. Negara kita memang sangat menjanjikan para
produsen apalagi di masa globalisasi. Akibatnya para investor asing
berlomba-lomba menanamkan modalnya di negara kita sambil membawa
misi khusus, seperti usaha infiltrasi kebudayaan, gaya hidup, moral, dan cara
pandang hidup dalam kerangka nasional. Mari kita lihat contoh sebagian
dampak yang telah dan akan terjadi di sekitar lingkungan kita.

a. Serbuan modal asing


Sejak era orde baru kita sebenarnya sudah memasuki paham globalisasi.
Hal itu nampak ketika negara kita membuka para pemilik modal untuk
berinvestasi. Usaha tersebut sebenarnya juga untuk mempertahankan
pertumbuhan ekonomi agar legitimasi kekuasaan rezim berkuasa tidak goyah.
Regulasi penanaman modal asing dipermudah dengan bantuan berbagai
kebijakan. Persyaratan untuk menanamkan modal dibuat lebih ringan dan
lunak. Modal asing mengalir terus. Kegiatan industri meningkat tajam. Kerja
sama (joint) pengusaha pribumi dengan pengusaha asing semakin banyak
dilakukan. Kerja sama perusahaan modal asing dengan perusahaan pribumi
tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga dalam industri otomotif
(Chalmers, 1996: 327-345). Apakah kerja sama itu saling menguntungkan
apa tidak cukup sulit diketahui secara transparan? Yang jelas beberapa
perusahaan milik non-pribumi " bekerja sama dengan penguasa menjadi
perusahaan raksasa (konglomerasi). Secara makro dapat dirasakan bahwa
pertumbuhan ekonomi meningkat dan ini banyak menjadi kekaguman
berbagai negara yang menanamkan modalnya di Indonesia. Ada yang
menyebutnya sebagai "keajaiban Asia".
Sejalan dengan itu perusahaan-perusahaan pribumi yang tidak mampu
bersaing dengan modal asing cukup banyak. Perusahaan-perusahaan kecil
milik pribumi banyak yang bangkrut dan gulung tikar. Angka yang bangkrut
mencapai sekitar 30 persen Tahun 1980-87 dan 33 persen Tahun 1988-93.
8.104 Manajemen 

Menurut Dawam Rahaijo (1984: 177) sejak modal asing masuk ke Indonesia
banyak industri tradisional, terutama tekstil gulung tikar sebab tidak mampu
bersaing dengan industri modern milik modal asing. Diperkirakan pada
Tahun 1969-1970 jumlah industri tekstil tradisional sekitar 324.000
perusahaan. Pada Tahun 1976-1977 hanya tersisa sekitar 60.000 perusahaan.
Berarti sekitar 60 persen tidak mampu beroperasi lagi.
Kehancuran industri kecil tidak hanya melanda industri tekstil, tetapi
juga industri minuman tradisional. Banyak industri minuman tradisional
bangkrut karena tidak mampu bersaing dengan industri minuman modern,
seperti Coca Cola, Seven Up, Green Sand dll. Demikian juga, industri kecil
pedesaan yang memproduksi alat rumah tangga memanfaatkan bahan baku
tanah dan bambu banyak gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan
produk industri modern plastik. Beberapa ada yang mampu bertahan dengan
melakukan diversifikasi dan meningkatkan kualitas produk, seperti yang
terjadi di Kasongan, Bantul Yogyakarta. Meskipun ada yang mampu
bertahan tetapi kondisi sangat memprihatinkan.
Kehancuran industri tradisional ini juga ada kaitan dengan perubahan
gaya hidup masyarakat menuju pada gaya hidup modern yang tergoda oleh
bujuk rayu promosi dan iklan di media yang begitu gencar di masa
globalisasi ini. Mereka yang daya belinya cukup cenderung meniru gaya
hidup yang sering dipromosikan di media (TV) atau iklan lewat internet.
Ekspansi restoran gaya Kentuky Fried Chicken, McDonalds, Pizza Hut
bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. Kota kecil kabupaten juga
tidak luput dari ekspansi restoran itu. Pedagang ayam goreng dengan
menggunakan gerobak dorong pun menggunakan label Kentucky Fried
Chicken walaupun dengan ke saman penulisan yang beragam (Kentuky Fried
Chicken, Kentucky Freid Chicken, dan sebagainya). Globalisasi
memungkinkan masyarakat kelas menengah menikmati dan meniru gaya
hidup yang mereka lihat dari media masa dan iklan. Berbagai macam produk
baru ditawarkan dan masyarakat setiap saat dibujuk dengan berbagai macam
hadiah yang cukup menarik dan menggoda. Produk-produk itu pada
umumnya adalah produk industri negara maju atau modal asing yang
dirancang dan di sesuaikan dengan kondisi pasar (masyarakat) setempat.
Komoditas apapun telah merasuk ke dalam kehidupan keseharian masyarakat
yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Kemajuan dalam teknologi dan
cara promosi telah memungkinkan ekspansi pasar yang kelihatannya sulit
untuk dielakkan.
 EKMA4116/MODUL 8 8.105

b. Serbuan tenaga asing ke Indonesia


Kita tidak dapat menyangkal bahwa kehadiran tenaga kerja asing di
Indonesia membawa berbagai dampak positif terhadap kemampuan ekspor
Indonesia. Antara lain: (i) keterampilan baru dengan kemungkinan alih
teknologi ke tenaga kerja Indonesia, (ii) pengetahuan pasar luar negeri; dan
(iii) kemampuan negosiasi dengan pedagang atau industriawan luar negeri
terutama usaha kecil menengah yang umumnya kurang memiliki informasi
dan kemampuan lobbying. Namun terdapat pula berbagai dampak negatif
seperti: (i) hilangnya devisa negara; (ii) timbulnya berbagai ekses
kebudayaan dan sosial, dan (iii) hilangnya kesempatan kerja tenaga kerja
lokal apabila alih pengetahuan dan keterampilan tidak terwujud.
Terlepas dari dampak keberadaan tenaga kerja asing di dalam negeri,
fenomena ini dapat dilihat sebagai suatu gambaran akan adanya kebutuhan
perusahaan terhadap tenaga-tenaga ahli, terlatih dan terampil, yang
kemampuannya belum dimiliki oleh tenaga kerja lokal. Atau dengan kata lain
adalah adanya ketidakmampuan dari tenaga kerja lokal untuk mengisi
lowongan-lowongan pekerjaan tertentu. Di samping itu juga, secara makro,
peran sains dan teknologi akhir-akhir ini di Indonesia harus diakui masih
ketinggalan dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika dan Jepang.
Indonesia dalam sejumlah hal masih tertinggal dari negara-negara di kawasan
Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Thailand. Kenyataan ini terasa pahit
karena kedua negara tersebut sebelumnya banyak belajar dari lembaga riset
Indonesia, khususnya untuk bidang pertanian.

c. Terjadinya perubahan pola konsumsi pangan masyarakat


Otonomi daerah dan era perdagangan bebas (globalisasi) telah membuka
peluang sekaligus tantangan bagi industri pangan lokal. Perubahan pola
konsumsi masyarakat ke hidangan cepat saji (fast food), menjadi ancaman
tersendiri bagi industri pangan lokal. Pasar bebas membuat produk pangan
lokal makin terdesak serta makin mudah diambil dan diintervensi pihak
asing. Hal itu disebabkan produk lokal tidak memiliki daya saing, mutu
relatif rendah, daya simpan pendek sehingga sulit dipertahankan dan
pendidikan SDM-nya relatif rendah. Produk dalam negeri terancam terdesak
oleh produk asing yang lebih bermutu dengan harga bersaing, misalnya apel,
jeruk dan lain-lain yang kini banyak membanjiri pasar.
8.106 Manajemen 

Untuk menyaingi produk makanan asing sekaligus menumbuhkan dan


mengembangkan industri pangan diperlukan upaya-upaya peningkatan daya
saing produk. Salah satunya dengan peningkatan mutu dan keamanan produk
melalui penerapan prinsip-prinsip HACCP dan standar internasional lainnya.
Juga melalui penerapan teknologi murah tepat guna dan pengembangan agro
industri dengan konsep plasma-inti. Atau bisa juga melakukan
pengembangan agro wisata sebagai salah satu bentuk pariwisata alternatif
dalam konteks pengembangan agrobisnis dan pemberdayaan petani. Untuk
itu, perlu kepedulian, niat dan usaha sungguh-sungguh dari para pelaku bisnis
lokal.

d. Penggunaan hak paten


Ancaman pasar bebas menghadang dalam bidang hak cipta. Kita saat ini
sangat terlambat dalam mengantisipasi kerakusan negara lain dalam
menggerogoti kekayaan tanah air dan ciptaan nenek moyang kita. Ambil
contoh, industri tempe yang merupakan andalan Indonesia justru dipatenkan
oleh Jepang, sehingga jika pengusaha Indonesia mengekspor tempe ke negeri
itu harus membayar royalti. Rendang kita sudah di buat hak paten oleh
Malaysia.
Belum lagi adanya GATT (General Agreement Tax & Tarifs) sehingga
produk lokal menjadi makin mudah diambil atau diintervensi pihak liar. "Era
globalisasi akan membuka persaingan yang makin ketat.," tambah Ir. I
Nyoman Suwirya Patra dari Dinas.

e. Budaya konsumtif
Persoalan besar yang menjadi dampak dari industrialisasi dan globalisasi
tersebut adalah semakin maraknya budaya konsumtif (consumer culture)
dalam kehidupan anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Secara
terminologi, budaya konsumtif diartikan sebagai: 1) suatu kekuasaan kultural
dalam masyarakat kapitalis modern yang berorientasi kepada pemasaran dan
pemakaian barang-barang dan jasa-jasa pelayanan. 2) Suatu kultur yang
membedakan status dan membagi pangsa pasar dari masyarakat modern,
ketika cita rasa individu tidak hanya merefleksikan lokasi-lokasi sosial
(umur, gender, pekerjaan, etnik, dan sebagainya), tetapi juga merefleksikan
nilai-nilai sosial dan gaya hidup individu, para konsumen (Collin's
Dictionary of Sociology, 1991).
 EKMA4116/MODUL 8 8.107

Besarnya budaya konsumtif itu telah lama melanda dunia anak dan
remaja, di mana saja mereka berada. Kehidupan mereka sudah banyak
diwarnai dan dikendalikan oleh kebiasaan-kebiasaan yang tidak mendidik,
karena mengajarkan keborosan, kerakusan, dan kesia-siaan dari segala
sesuatu yang dikonsumsi untuk kepuasan sendiri. Dampak negatif dari
fenomena tersebut, secara psikologis dan sosiologis tergolong destruktif
terhadap perkembangan jiwa dan kepribadian anak-anak, sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Agen besar yang menyebarkan budaya itu
secara intensif dan ekstensif terhadap dunia anak dan remaja itu adalah iklan.
Lewat media massa cetak, media massa elektronik, pamflet, spanduk, dan
pertunjukan langsung, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, iklan
yang menawarkan dan menjajakan berbagai produk industri dan jasa layanan
ditampilkan di depan mata mereka.
Di antara media massa yang paling kuat pengaruhnya dan paling besar
dampaknya dalam menyebarluaskan iklan itu adalah televisi.
Status dan perkembangan iklan yang semula hanya menjadi bagian kecil
dari dunia industri kemudian berubah menjadi sebuah industri tersendiri.
Dalam masyarakat modern, ungkap Jean Baudrillard (1970), konsumen telah
membawa manipulasi aktif dari tanda (active manipulation of the sign),
sehingga tanda dan komoditas yang datang bersama-sama dalam produksi
tanda-komoditas (signcommodity).
Konsep dan kemasan iklan dalam kenyataannya sangat akrab dengan
manipulasi aktif dari tanda tersebut. sehingga, pengaruh iklan sebagai
kekuatan manipulatif dan hegemonik dalam kehidupan anak-anak dan remaja
secara dramatis semakin merajalela. Iklan, dengan demikian, telah
menciptakan kesadaran palsu dan memusnahkan kesadaran sejati pada diri
anak-anak.
Dalam bahasanya Vance Packard, iklan menciptakan kebutuhan-
kebutuhan palsu (false needs) yang bertemu dalam suatu cara yang tidak
memuaskan secara fundamental dengan konsumsi yang mencolok mata yang
dipercaya bahwa kesejahteraan dan kedamaian pikiran itu disediakan oleh
belanja pelbagai komoditas. Inilah iklan yang bisa membuai mereka, dan
menciptakan hyper-reality.

f. Peningkatan dari penguasaan sumber daya alam


Masalah lingkungan saat ini bukan lagi persoalan khusus setiap negara.
Persoalan lingkungan adalah persoalan semua negara di bumi ini. Satu negara
8.108 Manajemen 

secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi


lingkungan negara lainnya. Salah satu persoalan lingkungan global yang
menonjol adalah pemanasan global. Akibat rumah kaca, terjadi perubahan
suhu bumi. Para ahli, yang tergabung dalam Inter governmental Panel on
Climate Change, menyimpulkan sudah terjadi kenaikan suhu Bumi.
Kenaikan suhu rata-rata Bumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan
iklim, mencairnya es di kutub, dan naiknya permukaan Taut. Jika perkiraan
para ilmuwan benar maka sebagian pulau di wilayah Nusantara akan
tenggelam. Naiknya permukaan laut satu sentimeter bisa menenggelamkan
kawasan pesisir berpuluh meter ke darat.
Sejumlah pengamat lingkungan percaya terjadinya pergeseran musim
hujan dan kemarau beberapa tahun terakhir, dan timbulnya berbagai badai di
Amerika utara dan selatan ini di sepanjang tahun 2005 ada kaitannya dengan
perubahan iklim. Sejumlah penelitian telah membuktikannya, antara lain
majalah Science melaporkan sebaran sejenis kupu-kupu di Amerika Serikat
bergeser ke arah utara, menjauhi khatulistiwa karena terjadi pergeseran iklim
panas menjauhi khatulistiwa.
Negara-negara industri yang tergabung dalam OECD (Organization for
Economic and Cooperation Development), melalui Konvensi PBB mengenai
Perubahan Iklim. sudah diminta untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
yang menjadi penyebab suhu bumi naik. Tetapi PBB gagal mengambil
tindakan karena kurang memperoleh dukungan Amerika Serikat.
Memasuki abad 21 kondisi lingkungan dunia (dan juga setiap negara)
akan semakin dipengaruhi oleh perdagangan sejalan dengan usaha
meliberalisasi perdagangan global. Indonesia tidak terbebas dari pengaruh
perdagangan bebas yang segera dimulai. Kondisi lingkungan Indonesia akan
sangat dipengaruhi oleh perdagangan bilateral maupun multilateral dengan
negara maju. Sejauh ini dalam setiap perundingan liberalisasi perdagangan
global masih mengabaikan pertimbangan ekologis yang dikaitkan dengan
perdagangan. Perundingan-perundingan liberalisasi perdagangan bilateral
maupun multilateral masih gagal mengintegrasikan lingkungan dan ekonomi.
Kegagalan tersebut disebabkan adanya dorongan kepentingan bisnis dan
perdagangan dari AS dan sekutu negara maju lainnya. AS dan kawan-kawan
tidak bersedia mengurangi emisi gas rumah kaca karena pemerintah AS lebih
mendengar suara pengusaha minyak bumi dan pengusaha mobil. AS dan
negara maju lainnya menginginkan akses ke sumber daya hayati juga demi
pertimbangan bisnis perusahaan bioteknologi.
 EKMA4116/MODUL 8 8.109

Usaha meliberalisasi perdagangan dunia dilakukan melalui pengurangan


kontrol ekspor-impor dan melalui penghapusan hambatan tarif maupun non-
tarif. Melalui WTO (World Trade Organisation) sehingga dihapuslah hak
setiap pemerintah mengontrol ekspor. Berlakunya ketentuan WTO itu berarti
kemenangan perusahaan trans nasional yang berbasis di negara maju. Tidak
diberlakukannya hambatan tarif dan nontarif membuat produk-produk
industri yang berbasis pada sumber daya alam menjadi murah. Barang murah,
permintaan akan meningkat. Selain itu, untuk mendapatkan devisa untuk
negara pengekspor, maka negara itu lebih banyak lagi mengeksploitasi
sumber daya alamnya. Keadaan ini akan menimpa negara-negara sedang
berkembang yang lebih dari 50 persen GDP-nya berasal dari komoditi alam,
seperti Indonesia. Dampaknya adalah meningkatnya konsumsi sumber daya
alam (terutama oleh negara maju) sampai pada tingkatan melebihi ambang
batas yang memungkinkannya bisa terns berkelanjutan. Asumsi ini diperoleh
dari penggunaan konsumsi negara maju terhadap sumber daya alam. Negara
maju dengan populasi 20 persen dari populasi dunia mengkonsumsi 80
persen sumber daya alam dunia. Sebaliknya populasi dunia yang tinggal di
negara yang menguasai 80 persen kekayaan sumber daya alam dunia hanya
mengkonsumsi 20 persen produk sumber daya alam dunia.

g. Penguasaan bisnis oleh perusahaan trans nasional besar


Survei yang dilakukan oleh Pusat Perusahaan Trans nasional PBB
menunjukkan 90 persen perdagangan teh, kopi, cokelat, kapas, produk hutan,
tembakau, jute, berbagai macam logam, setiap produk dikuasai oleh hanya
tiga sampai enam perusahaan trans nasional besar. Sudah tentu perusahaan
ini ingin mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dengan mengeksploitasi
sumber daya alam negara lain semaksimal mungkin untuk memenuhi
keinginan besar konsumennya di negara maju.

h. Penguasaan negara maju terhadap kekayaan hayati


Persoalan lingkungan global menonjol lainnya ialah meningkatnya
perhatian negara maju terhadap keanekaan hayati yang dikandung dalam
hutan tropis milik negara sedang berkembang seperti Indonesia. Negara maju
berpendapat kekayaan hayati itu warisan dunia, karena itu mereka sudah
sewajarnya mendapatkan akses pada sumber keanekaan genetik, jenis dan
ekosistem yang ada. Keinginan itu didorong oleh motivasi bisnis perusahaan
bioteknologi negara maju.
8.110 Manajemen 

Sejalan dengan berkembangnya bioteknologi molekuler muncul


ketakutan lain yang berpotensi mengancam lingkungan dan kesehatan.
Sejumlah perusahaan bioteknologi tahun ini mulai memasarkan produk
pangan hasil rekayasa genetika ke negara berkembang yang tidak memiliki
peraturan ketat untuk mencoba produk hasil rekayasa genetikanya. Makhluk-
makhluk hasil rekayasa itu, jika terlepas di alam berpotensi mengubah
ekosistem dan jika dimakan manusia maka akan berpotensi merusak
kesehatan. Selain itu dalam jangka waktu dekat ini mereka juga akan
memasarkan produk rekayasa genetika ke negara sedang berkembang karena
konsumen negara maju menolaknya.
Walaupun para aktivis pembela lingkungan di negara maju melakukan
penolakan, tetap saja mereka mengirimkan produk rekayasa genetika itu.
Monsanto mulai memasarkan kacang kedelai basil panenan dari tanaman
kedelai yang direkayasa sehingga tahan racun herbisida. Banyak ahli
meragukan keamanan mengkonsumsi kedelai asing itu. Apakah anda masih
ingat masalah perkebunan transgenik di Sulawesi Selatan?

i. Relokasi industri pencemar lingkungan


Salah satu akibat liberalisasi perdagangan dunia, berbondong-
bondonglah industri yang masih menggunakan teknologi mencemari
lingkungan, untuk menghindarkan diri dari peraturan lingkungan yang
semakin ketat di negara asalnya, berpindah ke negara sedang berkembang
yang peraturan lingkungannya masih longgar. Sebagai contoh, industri energi
nuklir sangat gencar memasarkan teknologi pusat pembangkit tenaga nuklir,
yang sudah semakin tidak populer lagi di negara maju, ke negara sedang
berkembang. Teknologi pulp dan kertas menggunakan klorin juga banyak
ditawarkan, sementara itu negara maju sudah mulai masuk ke teknologi
nonklorin.
Di samping relokasi pabrik, negara berkembang seperti Indonesia juga
telah menjadi sasaran pembuangan limbah bahan berbahaya beracun (B3)
dari negara main, baik secara legal maupun ilegal. Hal itu mereka lakukan
sejalan dengan semakin ketatnya peraturan di negara maju. Singapura sebagai
negara tetangga pun ikut membuang limbah B3 mereka ke berbagai daerah di
negara kita.
Menghadapi semua tantangan itu, Indonesia harus mengembangkan
sejumlah kebijakan terutama untuk melindungi lingkungan. Indonesia harus
terns memperjuangkan prinsip bahwa perdagangan tidak bisa dilepaskan dari
 EKMA4116/MODUL 8 8.111

pertimbangan kelestarian lingkungan. Kalau perjuangan tersebut gagal maka


kita akan terus menjadi sapi perah negara maju melalui perusahaan
transnasionalnya.

j. Komersialisasi pendidikan
Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak dan
efek. Salah satu dampak negatif dari trend globalisasi yang sangat jelas
dirasakan adalah sektor pendidikan. Karena education services adalah salah
satu dari 12 sektor yang dikenakan peraturan WTO, yaitu bisnis, komunikasi,
konstruksi, distribusi, pendidikan, lingkungan, keuangan, kesehatan, turisme,
rekreasi, transportasi, dan jasa lainnya (Kompas,7 Januari 2003) maka
pendidikan pun ikut dikomersilkan, akibatnya pendidikan yang semula
merupakan aktivitas sosio budaya berubah menjadi aktivitas bisnis.
Gunaryadi menyebutkan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan
paling tidak terlihat dalam tiga perubahan mendasar. Pertama, alam
perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai
komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha
mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinu.
Globalisasi mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor yang dulunya non-
komesial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Pasar baru bisa muncul,
menurut C. Leys (2001) kalau memenuhi 4 kriteria: (1) Rekonfigurasi produk
dan layanan sehingga memiliki nilai dan layak dijual; (2) Merayu agar orang
mau membelinya: (3) Mengubah perilaku melayani kepentingan bersama
menjadi usaha untuk menghasilkan laba bagi pemilik modal sesuai dengan
mekanisme pasar; dan (4) Adanya jaminan negara terhadap risiko yang
mungkin terjadi terhadap modal. Tuntutan pasar ini mendorong perubahan
dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk penyesuaian
program studi, kurikulum, manajemen dll. Komersialisasi pendidikan juga
memacu privatisasi lembaga-lembaga pendidikan. Kedua, globalisasi
mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa
pemerintah masih mengontrol sistem pendidikan di suatu negara dengan cara
intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan payung legalitas. Tetapi
tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global seperti IMF dan
World Bank yang membuat dunia politik dan pembuat kebijakan cenderung
market-driven. Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan
teknologi dan orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi baru seperti
komputer dan internet telah membawa perubahan yang sangat revolusioner
8.112 Manajemen 

dalam dunia pendidikan yang tradisional. Di samping membantu akselerasi


arus pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong
berjamurnya sistem pendidikan jarak jauh. Di sini terlihat fenomena
delokalisasi, di mana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat
individual dan menghalanginya untuk berinteraksi dengan tetangga atau
orang-orang di sekitarnya.
Meskipun dipandang dari sudut yang berbeda, kita bisa membuat sebuah
generalisasi bahwa kata kunci dari globalisasi adalah: kompetisi. Kalau sudah
menyangkut kompetisi, maka kita mesti memperhatikan salah satu faktor
penentu dalam kompetisi yaitu ketangguhan sumber daya manusia (SDM)
yang merupakan output dari pendidikan. Oleh karena itu, relevansi antara
pendidikan nasional dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak tetapi
juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasi sebagai sebuah proses yang
tidak bisa diputar mundur dan terus bergulir-menantang dunia pendidikan
kita. karena "the illiterate of,the 21st century will not be those who cannot
read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn." (A.
Toffler).

1. Lingkungan Bisnis dalam Ekonomi Global


Dewasa ini, dunia ekonom sudah dalam kancah ekonomi global.
Peningkatan integrasi antar negara dapat dilihat melalui adanya
perkembangan dramatis dalam arus penyeberangan barang, jasa dan juga
modal dari suatu negara ke negara lain. Dengan demikian globalisasi telah
menciptakan lingkungan bisnis yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya
yang tidak mengintegrasikan ekonomi nasional ke dalam ekonomi global.

2. Terciptanya bisnis baru


Adanya pasar bebas dan mobilitas modal, informasi, lebih terbuka lebar
terbentuknya aliansi bisnis dengan pelaku bisnis dari negara lain. Di sinilah
bisa terlaksana berbagai ide dan gagasan bisnis baru. Peluang mencari modal
pun menjadi semakin besar.

3. Sistem Sosial, Politik, Hukum Baru


Sistem perdagangan bebas menuntut pula pemerintahan yang demokratis
dan harus dikelola dengan benar dan bersih (good governance dan clean
government), penegakan HAM secara konsisten, persamaan hak, aliansi
perdagangan, dan tekanan serikat pekerja internasional. Kecenderungan atau
 EKMA4116/MODUL 8 8.113

trend perubahan sistem sosial. Politik dan hukum bisa dilihat dari beberapa
hal berikut ini:
a. Investasi: tidak mengenal batas negara maupun hambatan geographis
namun lebih dipacu oleh mutu dan kesempatan yang ada/ditawarkan.
b. Badan Usaha: cepat dan penuh tanggap terhadap pasar maupun
konsumen; bisnis lebih terfokus; berorientasi global; lebih berbasis pada
pengetahuan; ramping dan nirbatas (borderless); multi sourcing dan
aliansi; tergabung dalam jaringan informasi bisnis global.
c. Proses Teknologi: berbasis pada cabang/agen; tidak terpusat;
mengorganisir sendiri: manufaktur di lokasi jual; makin menggunakan
teknologi cerdas; adanya standar global (ISO); teknologi baru, aman dan
bersih.
d. Produk: makin ringan namun kuat, bersih, lebih pintar, data hidup
pendek; dapat didaur ulang; komponen bebas dapat dipakai lagi; ramah
lingkungan; dimensinya semakin kecil; hemat energi.
e. Pasar/Konsumen: makin berorientasi pada produk global' kompetitif
dalam mutu, harga, purna jual; pelayanan.

4. Penghapusan atau Pengurangan Deregulasi


Saat ini telah terjadi deregulasi besar-besaran dalam bidang perbankan,
telekomunikasi, penerbangan, dan lain sebagainya. Sebuah perusahaan
penerbangan swasta nasional Lion mampu menjual tiket jauh lebih murah
daripada pesaingnya. Biaya SLJJ dan SLI perusahaan telekomunikasi Easia
bisa menawarkan hingga 80% lebih murah daripada pesaingnya. Di negara
lain pun demikian, karena mereka telah mencabut proteksi dan aturan tarif.
Menjadi lebih baik, lebih cepat. lebih kompetitif merupakan hal yang
semakin penting.

5. Pesaing Baru dari Mancanegara


Apabila perusahaan dan pebisnis kita terbiasa menghadapi pesaing lokal
maka saat ini mereka harus lebih gesit menghadapi pesaing dari luar negeri
yang membawa teknologi kerja dan proses kerja lebih unggul. Bisnis eceran
di Indonesia makin diramaikan oleh kehadiran pebisnis internasional seperti
Sogo, Carrefour; bisnis makanan cepat saji atau fastfood domestik seperti
restoran Padang Sederhana, Warung Sunda, Es Teller 77, Hoka-Hoka Bento,
Ichi Bento, Bakmi Tebet, Bakrni Japos dan sebagainya mulai bersaing
dengan Pizza Hut, Kentucy Fried Chicken, Wendy's, McDonald, dan
8.114 Manajemen 

sebagainya. Demikian pula dengan busana rancangan lokal seperi Biyan,


Adinegoro, rokok putih dan kretek Djarum, Gudang Garam, Dji sam Soe,
produk minuman Teh Botol Sosro, dan semua produk yang ada lainnya telah
bersaing dengan buatan pabrik luar negeri yang dibuat di negara asalnya atau
pabriknya yang telah dipindahkan ke dalam negeri. Dengan demikian arus
globalisasi berdampak terhadap jumlah pesaing.

6. Tekanan-tekanan untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas


Persaingan sangat meningkat, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
Perusahaan yang baru berdiri, tidak hanya sekedar muncul melainkan juga
dengan menghasilkan produk yang lebih kreatif, inovatif, dan atraktif,
berkualitas dan lebih murah.

7. Persebaran dan Keragaman Tenaga Kerja


Apabila anda seorang guru matematika yang fasih berbahasa Inggris
maka anda memiliki peluang untuk bekerja di mana saja sesuai kualifikasi
anda. Apalagi anda memiliki sertifikasi internasional yang menyatakan
bahwa anda memiliki kualifikasi tertentu dan bisa dipertanggungjawabkan
keahlian anda. Gambaran seperti itu telah dan akan terus berlangsung. Setiap
manusia produktif bisa dengan leluasa bekerja dan mencari nafkah di mana
saja. Etnik, kebangsaan, kelamin, keahlian, pendidikan, nilai kerja, agama,
dan lain sebagainya bukan lagi menjadi masalah bagi semua negara. Di
negara kita saja telah banyak dokter asing yang bekerja di berbagai rumah
sakit di Jakarta. Belum lagi para dosen perguruan tinggi, ahli riset, bankir,
ahli teknik, dan bahkan tukang las bertaraf internasional. Warga negara kita
yang bekerja di negara lain (TKI-TKW) akan semakin sulit mendapatkan
pekerjaan di negara lain apabila kompetensi mereka tidak sesuai dengan
standar kualifikasi yang ditetapkan. Tenaga pembantu rumah tangga kita
akan kalah bersaing dengan tenaga pembantu yang berasal dari Fhilipina,
Bangladesh, India, atau bahkan negara-negara kecil yang lebih terampil dan
mampu berbahasa Inggris. Terjadinya perkembangan teknologi kerja dan
kesempatan akan semakin bertambah pekerjaan yang diambil alih oleh
wanita, dan makin banyaknya pasangan suami istri yang bekerja.

8. Dampak Globalisasi terhadap Organisasi dan Manajemen Lokal


Kemampuan dan daya tahan hidup bisnis lokal dalam ekonomi global,
sangat tergantung pada kinerja organisasinya. Untuk bisa tetap bertahan dan
 EKMA4116/MODUL 8 8.115

maju maka organisasi harus kompetitif atau mampu bersaing. Organisasi


yang kompetitif dicirikan oleh produktivitas, fleksibilitas, kecepatan, kualitas
yang memadai, dan berfokus pada pelanggan. Tuntutan agar perusahaan
harus lebih kompetitif telah menggiring perusahaan untuk melakukan
perubahan dalam cara pengorganisasian dan pengelolaan perusahaan.
Beberapa cara yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang cukup
ternama antara lain adalah

a. Pengubahan struktur organisasi


Sekarang ini kita harus menghindari bentuk organisasi tradisional yang
piramida. Sebagai pengganti organisasi piramida yang terdiri atas 7, 10, atau
lebih lapisan manajerial, maka disusunlah organisasi yang cenderung datar
dengan lapisan manajerial sekitar 3 atau empat lapis saja. Dengan demikian
Organisasi yang datar makin menjadi norma umum. Pengalaman perusahaan
AT&T dalam pengorganisasian perusahaannya menekankan pada team yang
bekerja antar fungsi melalui komunikasi antar departemen. Perusahaan ini
memperlonggar rantai komando yang terlampau ketat dalam mengambil
keputusan. Di GE, Jack Welch menerapkan "boundaryless organization", di
mana karyawan tidak mengidentifikasi dirinya dengan satu departemen yang
terpisah, melainkan harus berinteraksi dengan siapa saja dalam
menyelesaikan karyawannya.

b. Pemberdayaan karyawan
Berbagai pakar beranggapan bahwa organisasi masa kini harus
meletakkan pelanggan di atas segalanya. dan menekankan bahwa setiap gerak
yang dilakukan perusahaan harus mengarah pada pemuasan kebutuhan
pelanggan. Oleh karena itu perusahaan harus memberdayakan karyawan,
khususnya yang berada di garis depan.

c. Kerja semakin dirancang dalam bentuk "teams", daripada


terspesialisasi dalam satu fungsi saja
Di pabrik, seorang karyawan tidak hanya melakukan satu jenis pekerjaan
secara berulang-ulang. Dia lebih merupakan bagian dari tim kerja yang
multifungsi.
8.116 Manajemen 

d. Landasan kekuatan perusahaan berubah


Dalam organisasi ekonomi global, posisi, jabatan, dan kewenangan,
bukan lagi menjadi alat yang memadai bagi manajer untuk bisa
menyelesaikan karyawan. Sebagai penggantinya adalah "gagasan-gagasan
yang baik"

e. Manajer masa kini harus mampu membangun komitmen


Membangun organisasi yang lebih baik, lebih besar, lebih kompetitif,
artinya mendatangkan pegawai-pegawai yang mempunyai komitmen dan
mampu mengendalikan diri.

f. Orientasi pada "human-capital"


Manusia sebagai unsur penentu keberhasilan organisasi senantiasa harus
menjadi pokok perhatian utama. Mulai dari manajer tingkat teratas sampai
dengan pegawai tingkat terbawah harus berkualitas, ahli. "Pecundang dalam
globalisasi adalah mereka yang tidak meningkatkan keahlian mereka. Mereka
akan semakin hancur". Demikian kata Hemmer2.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Peningkatan Kompetensi Profesional di Indonesia merupakan hal yang


penting dalam rangka pembinaan Tenaga Kerja Indonesia yang handal
dan siap bersaing di era globalisasi. Berbagai usaha pemerintah seperti
pemilihan pelaksana pelatihan yang tepat, dan perbaikan kurikulum yang
sangat sederhana akan tetapi tepat guna akan dapat membantu banyak
dalam meningkatkan kompetensi profesi Tenaga Kerja Indonesia.
Bagaimana pendapat Anda sehubungan dengan pernyataan tersebut?
2) Kompetensi adalah kunci globalisasi. Begitu anda memiliki kompetensi
tertentu dengan standar internasional maka anda telah siap memasuki
pasar kerja global, Sedemikian ketatnya persaingannya menyebabkan

2
Prof. Dr. Hans-Rimbert Hemmer. Globalisasi Akan Dapat Meningkatkan
Kemakmuran. Tempo Interaktif. 2001.
 EKMA4116/MODUL 8 8.117

tuntutan kompetensi juga semakin tinggi. Identifikasikan menurut anda


kompetensi-kompetensi umum yang dibutuhkan untuk mampu bersaing
di era global. Bagaimana pendapat Anda?

Petunjuk Jawaban Latihan

Usaha peningkatan kompetensi profesional semakin penting artinya


mengingat bahwa return terhadap jumlah tahun sekolah, hasil akademik,
tempat kerja di klinik privat, dan keahlian komputer merupakan dasar
penentuan besarnya kompensasi. Bersamaan dengan itu, perbedaan gaji terus
melebar sehingga akan menimbulkan permasalahan tersendiri, seperti yang
dialami berbagai negara saat ini, di mana insentif untuk meningkatkan
investasi pendidikan dan upgrading pelatihan akan mampu mengurangi
ketimpangan pendapatan. Jelas bahwa peningkatan kompetensi profesi bukan
hanya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu negara, akan
tetapi juga akan memperbaiki pemerataan pendapatan sehingga
memungkinkan terciptanya sustainable development, pembangunan yang
berkesinambungan.
Kompetensi umum yang dituntut pasar internasional adalah:
a. Penguasaan bahasa internasional, seperti bahasa Inggris, Cina, Jepang,
Jerman, dan Prancis sebagai sarana komunikasi antar negara.
b. Kemampuan berwirausaha dengan kekuatan kepemimpinan,
kemandirian dan berani menanggung risiko yang telah di perhitungkan.
c. Disiplin dalam hidup sehari-hari, berbisnis, dan dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
d. Memiliki motivasi tinggi dalam usaha meraih kesuksesan.
e. Komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan dan perilaku.
f. Mandiri dalam berperilaku, bertindak, dan berusaha.
g. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang
ditekuni.
h. Cepat dan tanggap merencanakan dan menghadapi perubahan.
i. Kemampuan menguasai ilmu komunikasi terutama komunikasi bisnis
dan pribadi.
j. Ingin selalu belajar, belajar,dan belajar.
8.118 Manajemen 

R A NG KU M AN

Globalisasi dunia ditandai oleh derasnya arus komunikasi yang


mampu menerobos dan melintasi dinding pemisah antar daerah, pulau,
dan bahkan antar negara. Pada era ini, jarak yang membatasi posisi antar
negara di belahan dunia bukan lagi merupakan kendala atau hambatan
yang sulit untuk ditembus dalam proses komunikasi. Dunia yang begitu
luas ini dapat ditransformasikan seolah-olah menjadi sebuah desa atau
perkampungan kecil yang dapat dijangkau dengan cepat dari segala arah,
sehingga setiap peristiwa yang terjadi pada suatu daerah atau negara
dapat didengar atau dilihat dengan mudah oleh negara lain seketika itu
juga. Jagat raya ibarat sebuah globe yang berupa peta dunia berbentuk
seperti bola yang berada di atas sebuah meja, sehingga dengan hanya
memutar posisi bola tersebut, suatu daerah atau negara-negara lain dapat
dilihat berkali-kali dengan mudah. Kondisi ini dapat terjadi karena
adanya perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat dan
cenderung spektakuler.
Implikasi dari era globalisasi ini adalah terjadinya era perdagangan
bebas antar negara atau kawasan. Perdagangan bebas antar kawasan
Asia (Asia Free Trade Area) akan diberlakukan pada tahun 2003,
sedangkan NAFTA (North Afrika Free Trade Area) akan diberlakukan
sekitar tahun 2020. Pada sistem perdagangan bebas tersebut, suatu
negara dapat menunjukkan dan sekaligus mempromosikan segala
kehebatannya kepada negara lain secara leluasa. Produk-produk dari
pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni, masing-masing
negara akan saling berkompetisi demi merebut dan menguasai pangsa
pasar lokal maupun global. Dengan demikian, akan terjadi persaingan
produk dari segi fisik maupun finansial.
Sebagai salah satu dari negara yang ikut terlibat dalam sistem
perdagangan bebas, Indonesia harus memiliki strategi untuk menghadapi
era yang sarat dengan kompetisi tersebut. Strategi tersebut tentunya
disusun dan dibuat berdasarkan pada kemampuan bangsa Indonesia
dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya. Kita tidak hanya
memperkuat dan berfokus pada sektor pertanian sebagai unsur industri
primer (pertanian, kehutanan, dan perikanan) saja melainkan juga pada
industri sekunder (pertambangan, konstruksi, dan manufaktur) serta
industri tersier yang meliputi listrik, gas, air dan uap, transportasi,
komunikasi, perdagangan besar dan eceran, keuangan, asuransi,
perumahan, jasa, pemerintah, dan lain-lainnya. Semua sektor bila
 EKMA4116/MODUL 8 8.119

bersinergi dengan baik maka akan mampu menjawab tantangan


globalisasi.
Dalam era globalisasi itu pula masalah daya saing dan keunggulan
bersaing menjadi fokus kunci dan sekaligus sebagai tantangan yang
sangat berat. Apabila negara kita beserta aparatnya dan para pelaku
bisnis tidak dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi
niscaya produk Indonesia tidak akan mampu menembus pasar
internasional, bahkan posisi pasar domestiknya pun akan menjadi
incaran produk impor. Dengan kata lain, daya saing atau keunggulan
kompetitif merupakan faktor yang menentukan dalam upaya
meningkatkan volume perdagangan dan menarik minat investasi.
Dengan demikian, usaha untuk meningkatkan daya saing dan kerja keras
membangun keunggulan
Kompetitif tidak dapat ditunda-tunda lagi dan sudah selayaknya
menjadi perhatian berbagai pihak, bukan saja bagi para pelaku bisnis
tetapi juga bagi aparat birokrasi dan organisasi atau anggota masyarakat
lainnya yang merupakan lingkungan kerja institusi bisnis.
Bagi para pelaku bisnis, faktor produktivitas, efisiensi, kualitas
produk dan layanan prima merupakan ujung tombak dalam menghadapi
persaingan. Faktor produktivitas dan efisiensi menjadi komponen dasar
dalam membangun harga produk yang bersaing. Tetapi harga murah
bukan komponen satu-satunya dalam menghadapi persaingan. Kualitas
produk dan layanan prima kepada pelanggan merupakan faktor dominan
dalam menciptakan customer satisfaction dan memenuhi consumers'
need.
Di luar lembaga bisnis, lingkungan usaha yang kompetitif harus juga
diciptakan. Makna penting dari daya saing, kemampuan saing dan
lingkungan persaingan yang kondusif perlu ditransformasikan secara
terus-menerus kepada masyarakat luar dan aparatur pemerintah.
Kesamaan persepsi bahwa persaingan akan memberikan keuntungan
kepada masyarakat, yaitu dengan tersedianya berbagai alternatif pilihan
jenis dan kualitas produk serta harga murah perlu dibangun. Dengan cara
ini diharapkan berbagai kelembagaan yang ada dan anggota masyarakat
akan ikut memiliki tanggung jawab moral dalam memberikan
dukungannya terhadap terciptanya lingkungan persaingan yang sehat.
Lingkungan pasar sudah banyak dan terus mengalami perubahan.
Globalisasi secara konsisten mengarah menjadi salah satu kekuatan yang
memberikan pengaruh terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia,
kegiatan bisnis dan lingkungan kerja. Kekuatan ekonomi global
menyebabkan dunia usaha perlu melakukan reorientasi terhadap struktur
dan strategi usaha dengan melandaskan strategi manajemen pada basis
entrepreneurship dan cost efficiency. Reorientasi ini harus diikuti dengan
8.120 Manajemen 

perubahan-manajemen (management of change), yaitu manajemen yang


mengarah pada konsep 5 'f', yakni membuat usaha menjadi lebih "focus"
(jelas sasarannya), "fast" moving (bergerak lebih cepat), "flexible" (lebih
lincah), "friendly" (lebih ramah terhadap mitra), dan "free" (lebih bebas
dari pengaruh birokrasi) dan 3 "c": concept, competence dan connection.
Walaupun sebagian organisasi berbeda pendapat dengan konsep tersebut
namun dengan lingkungan pasar yang berubah, mau-tidak-mau harus
meninggalkan pola lama dan menerapkan konsep 5"f" dan 3 "c" ini. Di
samping aplikasi dari konsep 5 "f" dan 3"c" tersebut, semua pihak juga
perlu melaksanakan reorientasi: (i) praktek manajemen dari
"kepemimpinan pemilik" ke "manajer profesional" yang mampu
menjalankan perusahaan ibarat mesin, dapat dikendalikan dan
diramalkan, (ii) praktek manajemen yang diwarnai pada kerancuan
sasaran menuju pada kejelasan target, pengukuran keberhasilan,
penerapan pola reward dan punishment yang efektif dalam
meningkatkan produktivitas kerja, dan mobilisasi sumber daya secara
efisien dan komunikatif atau transparan, (iii) praktek manajemen yang
berwawasan pada wewenang karena jabatan menjadi wewenang karena
eksistensi. dan (iv) praktek yang berlandaskan pada disiplin korporat
menjadi spint korporat. Perubahan praktek dan perilaku manajemen
tersebut akan berakibat pada perubahan visi dan strategi usaha.
Perbaikan ekonomi secara keseluruhan dalam produktivitas dan
efisiensi akan sangat penting, artinya dalam meningkatkan daya saing
Indonesia. Meningkatnya pemintaan buruh serta reformasi ekonomi yang
sangat agresif di negara berkembang lainnya dapat mengikis daya saing
Indonesia dalam produk yang padat karya, sehingga perhatian yang lebih
besar harus diberikan untuk memperbaiki penggunaan teknologi yang
menghasilkan nilai tambah produksi yang lebih tinggi. Kompetensi
profesional merupakan kunci daya saing dalam era percepatan kemajuan
teknologi secara eksponensial seperti yang menjadi kecenderungan
akhir-akhir ini.
 EKMA4116/MODUL 8 8.121

TE S F OR M AT IF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


Pilihlah:
A. Jika jawaban 1 dan 2 benar.
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar.
C. Jika jawaban 2 dan 3 benar.
D. Jika jawaban 1, 2 dan 3 semuanya benar.

1) Pasar bebas membuat produk pangan lokal makin terdesak serta makin
mudah diambil dan diintervensi pihak asing. Hal ini disebabkan ...
1. tidak memiliki daya saing
2. mutu relatif rendah
3. pendidikan SDM-nya relatif rendah

2) Upaya-upaya yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk


lokal antara lain ...
1. meningkatkan mutu dan keamanan produk
2. penerimaan teknologi murah tepat guna
3. penganeka ragam produk

3) Berlakunya ketentuan WTO (World Trade Organization) yang


menghapuskan hambatan tarif dan non-tarif, membuat produk yang
berbasis sumber daya alam menjadi ...
1. murah
2. berkualitas
3. permintaan meningkat

4) Salah satu akibat dari globalisasi adalah negara berkembang menjadi


sasaran pembuangan limbah B3 oleh negara maju. B3 adalah
kependekan dari ...
1. bahan
2. berbahaya
3. beracun

5) Sektor-sektor yang dikenakan peraturan WTO (World Trade


Organization) pada era globalisasi ini antara lain ...
1. keuangan
2. rekreasi
3. kesehatan
8.122 Manajemen 

6) Perubahan mendasar yang terjadi di bidang pendidikan di era globalisasi


adalah ...
1. sebagai sumber informasi
2. mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara
3. mendorong dilokalisasi dan perubahan teknologi

7) Tuntutan pasar di era globalisasi mendorong perubahan dalam dunia


pendidikan, antara lain dalam bentuk ...
1. penyesuaian program studi
2. kurikulum
3. manajemen

8) Pada era globalisasi, kecenderungan perubahan yang terjadi di


pasar/konsumen antara lain berorientasi pada produk global yang berciri
kompetitif dalam ...
1. mutu
2. kemasan
3. purna jual

9) Tekanan-tekanan yang muncul di era globalisasi mendorong produsen


untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas dengan menghasilkan
produk yang lebih ...
1. kreatif
2. berkualitas
3. lebih murah

10) Tuntutan agar perusahaan harus lebih kompetitif telah menggiring


perusahaan untuk melakukan perubahan dalam cara ....
1. pengorganisasian
2. pendirian
3. pengelolaan perusahaan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal
 EKMA4116/MODUL 8 8.123

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.124 Manajemen 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) D. Penguasaan secara fisik adalah jawaban yang tepat. Supaya lebih
jelas baca hal. 10.
2) D. Tahun 1994 adalah jawaban yang tepat. Baca hal 5.
3) A. Sektor yang dianggap kurang efisien adalah jawaban yang tepat.
Baca hal 5.
4) C. World Bank adalah jawaban yang tepat. Baca hal 9.
5) B. adalah jawaban yang tepat, karena B tidak termasuk hal yang
mempengaruhi kemampuan bersaing. Supaya lebih jelas baca hal
12.
6) A. adalah jawaban yang tepat. Supaya lebih jelas baca hal 13.
7) B. adalah jawaban yang tepat. Supaya lebih jelas baca hal 13.
9) C. adalah jawaban yang tepat. Supaya lebih jelas baca hal 14.
10) B. adalah jawaban yang tepat. Supaya lebih jelas baca hal 14 Jawab
Tes.

Tes Formatif 2
1) A. Sumber Daya Alam adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih
jelas baca hal 17- 18.
2) C. Pertanian adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas baca
hal 18.
3) D. 1995 adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas baca hal 19.
4) A. Menempatkan petani sebagai obyek yang disetir oleh kepentingan
modal adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas baca hal
19.
5) B. Mengusahakan kemudahan prasarana angkutan barang adalah
jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas baca hal 22.
6) D. Membangun sentra-sentra industri adalah jawaban yang paling tepat.
Agar lebih jelas baca hal 23.
7) A. Untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja
adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas baca hal 23-24.
8) A. Industri karet adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas
baca hal 23-24.
 EKMA4116/MODUL 8 8.125

9) C Tekstil dan produk tekstil, alas kaki, barang logam bukan mesin
adalah jawaban yang paling tepat. Agar lebih jelas baca hal 23-24.
10) A Memfasilitasi dunia usaha) adalah jawaban yang paling tepat. Agar
lebih jelas baca hal 24.

Tes Formatif 3
1) Jawaban yang benar adalah D, pernyataan 1,2,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 56.
2) Jawaban yang benar adalah D, pernyataan 1,2 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 56.
3) Jawaban yang benar adalah B, pernyataan 1,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 58.
4) Jawaban yang benar adalah D, pernyataan 1,2,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 59.
5) Jawaban yang benar adalah D, pernyataan 1,2,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 56.
6) Jawaban yang benar adalah C, pernyataan 2,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 59.
7) Jawaban yang benar adalah D, pernyataan 1,2,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 59.
8) Jawaban yang benar adalah B, pernyataan 1,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 60.
9) Jawaban yang benar adalah D, pernyataan 1,2,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 81.
10) Jawaban yang benar adalah B, pernyataan 1,3 benar. Agar lebih jelas
baca kembali hal 61.
8.126 Manajemen 

Daftar Pustaka

Aly, Bachtiar, Nopember. (2003). Tantangan dan Kiat Indonesia


Mengoptimalkan Kompetensi Profesi dan Pemberdayaan SDM
Indonesia Luar Negeri. Orasi Ilmiah IASI Open House di KJRI
Hamburg, Jerman.

Ananta, Aris. Analisis. Demografis Perekonomian Indonesia. Jawa Pos


Cyber Media, 27 Agustus 1996.

Bagis, Hasan. (2003). Mengenal Pasar Jepang. Bidang Perindustrian dan


Perdagangan KBRI Tokyo.

Basri, Faisal. (1997). Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XII. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Basri, Faisal. (1999). Krisis Ekonomi Indonesia Di Tengah Gelombang


Globalisasi. UI-Jakarta. (Disarikan dari makalah Ir Coen Husain Pontoh
yang disampaikan dalam Diskusi Nasional dengan tema "Globalisasi:
Peluang Atau Ancaman" yang diselenggarakan Ikatan Solidaritas
Mahasiswa Kristen (ISMK) Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area,
pada tanggal 24 Juni 2003.

BBC lndonesia.com, 30 November, 2004.

Bello, Walden, 27 Juni 2002. Krisis Proyek Globalis dan Ekonomi Baru
George W. Bush. Mc Planet Conference, Berlin.

Widyahartono, Bob. (1999). Strategi Pemasaran Dalam Krisis Moneter:


Faktor Sukses Utama Memasuki Pasar Global. Asia Pacific
Management Forum and Orient Pacific Century.

Bob Goudzwaard dan Harry de Lange. (1998). Dibalik Kemiskinan dan


Kemakmuran. Cetakan 1. Yogyakarta: Kanisius.
 EKMA4116/MODUL 8 8.127

Widyahartono, Bob. (1999). Strategi Pemasaran Dalam Krisis Moneter:


Faktor Sukses Utama Memasuki Pasar Global. Asia Pacific
Management Forum and Orient Pacific Century.

Bulletin Resrni Vol. LXXIIII, 2000 ,Seri A No. 3 DEKLARASI TRIPARTIT


TENTANG PRINSIP-PRINSIP MENGENAI PERUSAHAAN
MULTINASIONAL DAN KEBIJAKSANAAN SOSIAL, Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO)(Jenena, November 2000)

Darmadi. Z. Bambang. Menuju SDM Berkualitas dan Miliki Keunggulan.


Pikiran Rakyat Cyber Media, Jumat, 27 Mei 2005.

Djunaedi, AS, Juni. (2002). Birokrasi yang Amanah. Pemeriksa No. 85.

Ekonomi Kerakyatan Cuma Retorika?, 7 Oktober 2001. Kompas Cyber


Media.

Fakih Mansor. (2003). Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan. Insist Press,


Yogyakarta. Fatmawati, Indah. Karir Mancjerial Abad 21, Usahawan
NO. 07 TH XXVIII Juli, 1999.

Feith, Herb. (1999). Globalisasi Politik Dunia dan Keharusan Reformasi


PBB. Melbourne: Monash University.

George, Susan. (2001). Republik Pasar Bebas: Menjual Kekuasaan Negara,


Demokrasi dan Civil Society kepada Kapitalisme Global. Jakarta:
International NGO Forum on Indonesia Development.

Gunaryadi. (2004). Dunia Pendidikan Indonesia di Tengah Arus Globalisasi:


Tantangan, Harapan dan Ketidakpastian. Nederlands: Alterra Building,
Wageningen University.

Halim,Gunawan, Universitas Indonesia, Depok, e-gagas.com.

Harsono, Adi. Globalisasi: Tidak Seburuk Mereka Duga. Ikatan Ahli Teknik
Perminyakan Indonesia.
8.128 Manajemen 

Harun, Cut Zahri. (2001). Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia


Melalui Pendidikan Merupakan Kunci Keberhasilan Suatu Lembaga di
Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. Pusat Data dan Informasi
Pendidikan, Balitbang - Depdiknas.

Harold Kooutz/Cyril O. Donnell/Hain Weihrich, "Manajemen" Edisi


Kedelapan.

Hashern, Mujtahid. (2004). Masyarakat Religius dan Globalisasi; Posisi,


Respons dan Proyeksi. Jurnalislam.com,

Hutasoit, Erix S. (2005). Globalisasi dan Pemilu, Sebuah Kajian Korelasi,


Independent Media Center.

Hutasoit, Erix S. (2005). Mendefinisikan Ulang Globalisasi, Makalah yang


dibawakan pada diskusi ilmiah, "Peran Mahasiswa dalam Era
Globalisasi'; dalam rangka kunjungan Universiti Institut Teknologi Mara
(UiTM) Negeri Kelantan - Malaysa ke Fakultas Ekonomi Universitas
Medan Area, Sabtu 12 Juni 2004, Independent Media Center.

http://www. skyrme.coin/insights/21 gke.htm.

Iwantono, Sutrisno. (1996). Politik Kemitraan. Majalah Berita Mingguan


GATRA, 13 Januari (No.9/II).

Masalah Kependudukan di Era Pasar Bebas. Kompas Cyber Media, Selasa,


28 Nopember 1995 Indonesia Tak Ramah terhadap Investor. Kompas
Cyber Media, Kamis, 19 April 2001.

James A.F.Stoner "Management" Edisi 3.

Kartasasmita, Ginandjar. Strategi Pengembangan Usaha Kecil. Kesempatan


dan Tantangan dalam Proses Transformasi Global dan Nasional.
Disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka HUT ke -20 HIPPI,
Jakarta, 26 September 1996.
 EKMA4116/MODUL 8 8.129

Kebijakan Industri Baru Nasional: Siapkah Industri Nasional Hadapi


Globalisasi?, Kompas Cyber Media, Senin. 21 Agustus 2000.

Kiat Masuk Pasar Jepang. KADIN Surabaya 19 Oktober 2005.

Kompas Cyber Media, 18 Maret 2003

Kompas Cyber Media, 13 Oktober 2003

Kompetensi dan Integritas Sarjana Ekonomi Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel


- Th. I - No. 12 Februari 2003.

Krisnamurthi, Bayu. Kecenderungan Proses Pembaruan Pembangunan


Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel - Th. I - No. 8 -
Oktober 2002

Lontoh, Lucky. A Quo Vadis Diknas dalam Liberalisasi Perdagangan Jasa


GATS? Suara Pembaruan Cybeer Media, 11 Agustus 2003.

Majalah Gatra.com 24 Oktober 2000.

Majalah Gatra.com. 2002-04.

Maszudi, Eddy. G-8. Paradoks Globalisasi & Dunia Ketiga. Suara Merdeka
Cyber Media, Jumat, 20 Juli 2001.

Mardiasmo. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis


Perekonomian Daerah. Jurnal Ekonomi Rakyat Artikel - Th. I - No. 4 -
Juni 2002.

Mas'oed, Mohtar. Perpolitikan untuk Mendukung Ekonomi Alternatif. Jurnal


Ekonomi Rakyat, Artikel - Th. I - No. 8 - Oktober 2002.

Mengapa Diperlukan Pengamanan Perdagangan? (2003). Komite Anti


Dumping Indonesia.

Millman, J. (1999) Wall Street Journal, October 29.


8.130 Manajemen 

Mubyarto, Prof Dr. Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan melalui Gerakan


Koperasi: Peran Perguruan Tinggi, Makalah untuk Seminar Hari
Koperasi dan 100 Tahun Bung Hatta, Kosudgama Yogyakarta, 18 Juli
2002.Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel - Th. I - No. 6 - Agustus 2002.

Mubyarto. Prof. Dr. Ekonomi Rakyat dan WTO. Jurnal Ekonomi Rakyat,
Yogyakarta, Editorial Edisi Januari 2004.

Mubyarto, Prof. Dr. Ekonomi Rakyat dan UKM. Jurnal Ekonomi Rakyat,
Yogyakarta, Editorial Edisi Maret 2003.

Mubyarto, Prof. Dr. Ekonomi Rakyat dalam Era Globalisasi,\. Jurnal


Ekonomi Rakyat, Yogyakarta, Editorial Edisi September 2002.

Mubyarto, Prof. Dr. Liberalisasi dan Globalisasi Melemahkan Daya Juang


Ekonomi Rakyat. Jurnal Ekonomi Rakyat, Yogyakarta, Editorial Edisi
November 2003.

Nugroho, Hery. Penjalanan Panjang Ekonomi Indonesia: dari Isu


Globalisasi Hingga Krisis Ekonomi. Jurnal Ekonomi Rakyat,
Yogyakarta, Artikel - Th. I - No. 3 - Mei 2002.

Petras, James. (2003). Di Ambang Revolusi. C-Books, Jakarta. Pikiran


Rakyat Cyber Media, 05 November 2002

Pontoh, Coen. (2003). Akhir Globalisasi; Dari Perdebatan Teori Menuju


Gerakan Massa. Jakarta: C-Books.

Priyono, B Herry. Atlas Globalisasi, Kompas Cyber Media Selasa, 09 Maret


2004.

Soekartawi. WTO dan Globalisasi Pendidikan. Kompas Cyber Media,


Selasa, 07 Januari 2003.

Sugihardjanto, Ali. (2003). Globalisasi Perspektif Sosialis Jakarta: C- Boks.


 EKMA4116/MODUL 8 8.131

Husodo, Siswono Yudho. Membangun Kemandirian di Bidang Pangan:


Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat, Yogyakarta,
Artikel Th. II - No. 6 - September 2003.

Mubyarto, Prof. Dr. Kualitas Manusia Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat,


Yogyakarta, Editorial Edisi Agustus 2004.

Mubyarto, Prof. Dr. Perubahan, Jurnal Ekonomi Rakyat, Yogyakarta,


Editorial Oktober 2004.

Muhandri, Tjahja. (2002). Strategi Penciptaan Wirausaha (Pengusaha) Kecil


Menengah yang Tangguh.

Larangan Impor Udang, Senjata Makan Tuan. Kompas Cyber Media, Selasa,
01 Februari 2005.

Lewis, D, Richard. (1996). Menjadi Manajer Era Global. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nilai Ekspor Produk Rumah Tangga Naik 16 Persen. 2004, The Embassy Of
The Republic Indonesia, Washington DC - USA.

Rasyid, Arwin, Transforinasi BUMN Tidak Harus dengan Privatisasi,


Kompas Cyber Media, Rabu, 02 Februari 2005.

Rhinesmith, H. Stephen. (2001). Panduan Bagi Manajer Menuju Globalisasi.


Interaksara, Jakarta.

Rimbert Hemmer, Hans Prof. Dr. (2001). Globalisasi Akan Dapat


Meningkatkan Kemakmuran. Tempo Interaktif.

Ruru, Bacelius. Reorientasi Pengelolaan BUMN dalam Upaya Mencari


Format baru Pengelolaan yang Efisien dan Modern. disampaikan dalam
seminar Nasional Sehari yang diselenggarakan oleh PAN ASIA
Research & Communication Services, Jakarta, 23 Juli 1998.

Suara Merdeka Cyber Media. (1996)


8.132 Manajemen 

Supriadi, Dedi, Prof. Dr. Perubahan Pendidikan Harus Bertahap. Pikiran


Rakyat Cyber Media, Karnis, 19 Desember 2002.

Setiawan, Usep. (2003). Pertanian di Era Globalisasi, Sayap Imaji. Suara


Pembaruan Daily 22/6/04

Suhardjo, Susongko. (2002). Saatnya Daerah Bangkit: Panduan Praktis


Pembangunan Ekonomi Daerah. CERDA dan The Asia Foundation,
Jakarta.

Swasono Sri-Edi. Prof. Dr. (2003). Sebuah Alternatif Organisasi Belajar.


Pikiran Rakyat Cyber Media, Kamis, 16 Oktober 2003.

Tanuhito, Janardono. (2000). Si Kecil SME dalam Era Liberalisasi dan


Globalisasi Perdagangan: Pro dan Kontra Tentang Liberalisasi dan
Globalisasi. Divisi Penelitian & Pengembangan, PT Bank Ekspor
Indonesia (Persero).

Townsend, K. (2004). Globalization & Global History. University of South


Florida.

The History of Globalization. (2005). Yale Center for the Study of


Globalization. YaleGlobal Online.

Tumiwa, Fabby. (2002). Listik yang Menyengat Rakyat; Menggugat Peranan


Bank-Bank Pembangunan Multilateral. NGO Working Group on Power
Sector Restructuring, Jakarta.

UKM, Tulang Punggung Ekonomi Kerakyatan. Pikiran Rakyat Cyber Media,


Kamis, 20 Februari 2003.

Waratarna, Hadi Pengembangan SDM untuk Sektor Manufaktur pada Era


Pasar Bebas, (1998).

Welch, Carol. (2001). Panduan Mengenai IMF. International NGO Forum on


Indonesia Development, Jakarta.
 EKMA4116/MODUL 8 8.133

K. Townsend, March. (2004). Globalization & Global History University of


South Florida, St. Petersburg.

"Globalization." Encyclopxdia Britannica. (2004). Encyclopedia Britannica


Online. 30 Mar. 2004.

KEMBALI

Anda mungkin juga menyukai