Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS FOTO RONTGEN

1. Analisis Foto Panoramik


A. Benih gigi:
Pemeriksaan ini meliputi benih gigi apa saja yang nampak pada gambaran rontgen
panoramik. Di tulis sesuai dengan benih gigi yang terlihat.
B. Agenisi:
Pemeriksaan ini yaitu untuk mengetahui tidak adanya perkembangan pada satu atau lebih
elemen gigi permanen karena tidak terbentuknya atau mungki pula karena tidak tumbuhnya
benih gigi permanen. Agenisi ini meliputi oligodonsia yaitu ditandai dengan tidak adanya
beberapa gigi-geligi, dan anodonsia yaitu tidak adanya seluruh gigi-geligi. Agenisi satu
atau lebih elemen gigi merupakan anomali perkembangan gigi yang paling sering terjadi
pada manusia. Akibat yang ditimbulkan dari agenisi adalah kurangnya stimulasi untuk
perkembangan rahang,dan malformasi gigi (Vastardis, 2015)
C. Mesiodens/laterodens/parapremolar/paramolar:
Pemeriksaan ini meliputi benih gigi yang lebih atau biasa disebut supernumerary teeth
yaitu merupakan suatu kelainan jumlah gigi berupa bertambahnya gigi dari jumlah
normalnya dan dapat ditemukan pada semua bagian lengkung gigi. Supernumerary teeth
meliputi mesiodens, lateroden, parapremolar, paramolar (Sharma, 2016)
 Mesiodens adalah supernumerary teeth yang berada pada rahang atas anterior dan
berdekatan dengan sutura mid-line, dan antara gigi insisivus rahang atas.
 Paramolar adalah supernumerary teeth disebelah gigi molar
 Parapremolar adalah supernumerary teeth disebelah gigi premolar
 Lateroden berada di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi selain insisivus
sentralis.
D. Kelainan jaringan periapikal:
Pemeriksaan ini untuk mengetaui adanya kelainan pada jaringan periapikal yaitu kelainan
yang melibatkan area apikal dari gigi meliputi sementum, ligament periodontal, dan tulang
alveolar yang merupakan proses tingkat lanjut dari karies dan penyakit pulpa, dan bisa juga
disebabkan oleh iritan mekanik, termis, dan kimia (Torabinejad, 2009)
E. Urutan Erupsi Geligi Permanen
Pemeriksaan ini untuk memeriksa urutan erupsi gigi permanen dari pasien berdasarkan foto
panoramik. Urutan erupsi gigi menurut penelitian pada rahang atas adalah 6, 1, 2, 4, 5, 3, 7,
sedangkan pada rahang bawah yaitu 6, 1, 2, 3, 4, 5, 7. hal ini juga bisa untuk mengetahui
apakah proses pertumbuhan gigi geligi pasien tersebut normal atau mungkin lamban dari
perkiraan urutan erupsi sesuai dengan umur pasien.
2. Analisa Sefalometri (Ruth, 2013)
A. Skeleteal:
a) SNA:
Posisi maksila pada titik A terhadap basis cranium dalam arah anteroposterior
ditunjukkan melalui besarnya sudut SNA dengan nilai rata-rata 82°. Apabila lebih
dari 82° maka menggambarkan posisi maksila lebih ke anterior (Prognatik), dan bila
sudut SNA lebih kecil dari 82° maka maksila lebih menunjukkan retrognatik.
b) SNB:
Sudut SNB adalah untuk menilai posisi mandibular protusi atau retrusi terhadap basis
cranium, maka dapat terlihat dalam besarnya sudut SNB. Nilai sudut SNB rata-rata
80°, apabila nilai sudut SNB lebih besar dari 80° menunjukkan prognatik
mandibular, apabila sudut SNB lebih kecil dari 80° menunjukkan mandibular dalam
posisi retrognatik.
c) ANB:
Selisih dari nilai SNA dengan SNB adalah sudut ANB, yang akan memberi informasi
tentang adanya discrepancy antretoposterior dari basis apical maksila ke basis apical
mandibular. Nilai rata-rata ANB 2°. Untuk skeletal klas I besar 0°-4°, skeletal kls II
sudut ANB >4°, skeletal klas III sudut ANB <0°
d) Oklusal plane:
Merupakan penaksiran keadaan oklusi dari gigi geligi terhadap wajah dan tengkorak.
Oleh karena itu perlu pengukuran sudut dari bidang oklusal ke bdiang SN, nilai
normal sudut oklusal rata-rata adalah 14°.
e) Mandibular plane:
Bidang mandibular terbentuk melalui garis gonion-gnation (Go-Gn). Bidang ini
bersama dengan basis cranium anterior (S-N) membentuk sudut mandibular. Nilai
sudut ini rata-rata 32°.
B. Dental:
Posisi insisif maksila digambarkan melalui hubungan anteroposterior sumbu axial
insisif maksila terhadap garis N-A yang dapat berupa sudut dan jarak. Titik mahkota insisif
sentral berada didepan bidang N-A rata-rata berjarak 4mm, membentuk sudut aksial insisif
sentral dengan perpanjangan bidang N-A sebesar rata-rata 22°. Posisi insisif retrusi -2mm.
posisi insisif terletak dibelakang 8mm
Jarak antara permukaan labial dari insisif mandibular ke garis NB berjarak 4mm.
sudut aksial dari insisif mandibular dengan perpanjangan NB akan membentuk sudut
sebesar 25°
C. Soft tisuue
S-Line:
Analisa jaringan lunak merupakan observasi secara visual untuk suatu pemeriksaan klinis
penderita. Analisi dapat dinilai dari ketebalanjaringan lunak melalui sympisis mentalis dan
struktur hidung. Wajah seimbang akan terlihat garis S akan menyentuh kontur dagu ke
pertengahan bentuk S pada batas bawah dari hidung. Wajah protusi (tampak cembung) bila
bibir terletak didepan garis S.

Daftar Pustaka:
Ruth, M. S. M. A. 2013. Sefalometri Radiografi Dasar. Cetakan ke 1. CV Sagung Seto: Jakarta

Sharma A, Singh VP. Supenumerary teeth in Indian children: a survey of 300 cases. Int J Dent
2012; 10.

Torabinejad M. Shabahang S. Pulp and Periapical Pathosis 4th ed. In: Torabinejad M, Walton RE,
editors. Endodontics Principles and Practice. St. Louis: Saunders ELseviers. 2009: 49-65

Vastardis H. 2000. The Genetic of Human Tooth Agenesis: New Discoveries for Understanding
Dental Anomalies. Am J Orthod and Dentofac Orthop. 117: 650-6

Anda mungkin juga menyukai