Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN III

PULSE AMPLITUDE MODULATION (PAM)

PERCOBAAN III

PULSE AMPLITUDE MODULATION (PAM)

1.1 Tujuan
1. Mengukur sinyal sinus pada keluaran dari Sample and hold element dan
sinyal PAM, dan membandingkan keduanya.
2. Menguji karakteristik dari sinyal sinusoidal PAM pada demodulator Input
dan Output.
3. Menguji karakteristik dari dua sinyal sinusoidal PAM dalam time
multiplex. Untuk tujuan ini, signal time respone akan di-track pada PCM
path.

1.2 Peralatan
1. Personal Computer
2. UniTrain Board
3. Modul SO4203-7R (PAM/PCM Modulator)
4. Modul SO4203-7T (PAM/PCM Demodulator)
5. Power Supply
6. Jumper
7. Kabel
1.3 Dasar Teori
1.3.1 Pengertian Modulasi

Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu


sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi
tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah. Dengan memanfaatkan
karakteristik masing-masing sinyal, maka modulasi dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal informasi pada daerah
yang luas atau jauh. Sebagai contoh Sinyal informasi (suara,
gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal tersebut
harus ditumpangkan pada sinyal lain. Dalam konteks radio siaran,
sinyal yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang
ditumpangi adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa
(carrier). Jenis dan cara penumpangan sangat beragam. Yaitu
untuk jenis penumpangan sinyal analog akan berbeda dengan
sinyal digital. Penumpangan sinyal suara juga akan berbeda
dengan penumpangan sinyal gambar, sinyal film, atau sinyal lain.
1.3.2 Tujuan Modulasi
Berikut ini merupukan tujuan mengapa suatu sinyal informasi harus di
modulasi terlebih dahulu sebelum dikirim, yaitu:

 Transmisi menjadi efisien atau memudahkan pemancaran.

 Masalah perangkat keras menjadi lebih mudah.

 Menekan derau atau interferensi.

 Untuk memudahkan pengaturan alokasi frekuensi radio.

 Untuk multiplexing, proses penggabungan beberapa sinyal informasi


untuk disalurkan secara bersama-sama melalui satu kanal transmisi.

1.3.3 Fungsi Modulasi


Sinyal informasi biasanya memiliki spektrum yang rendah dan rentan
untuk tergangu oleh noise. Sedangakan pada transmisi dibutuhkan sinyal
yang memiliki spektrum tinggi dan dibutuhkan modulasi untuk
memindahkan posisi spektrum dari sinyal data, dari pita spektrum yang
rendah ke spektrum yang jauh lebih tinggi. Hal ini dilakukan pada transmisi
data tanpa kabel (dengan antena), dengan membesarnya data frekuensi yang
dikirim maka dimensi antenna yang digunakan akan mengecil.

3.3.4 Pengertian dan Prinsip Kerja PAM


Basic konsep PAM adalah merubah amplitudo signal carrier yang
berupa deretan pulsa (diskrit) yang perubahannya mengikuti bentuk
amplitudo dari signal informasi yang akan dikirimkan ketempat tujuan.
Sehingga signal informasi yang dikirim tidak seluruhnya tapi hanya
sampelnya saja (sampling signal).
Konsekuensi proses perubahan analog menjadi PAM adalah tahap pertama
dalam merubah gelombang analog mejadi sinyal PCM (digital).. Modulasi
ini menggunakan perbedaan sudut (phase) dari sinyal analog untuk
membedakan kedua keadaan sinyal digital. Pada modulasi jenis ini,
amplitudo dan frekuensi dari sinyal analog adalah tetap, yang berubah
adalah phase sinyal analognya. Pada PAM, amplitudo pulsa-pulsa pembawa
dimodulasi oleh sinyal pemodulasi. Amplitudo pulsa-pulsa pembawa
menjadi sebanding dengan amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar
amplitudo sinyal pemodulasi maka semakin besar pula amplitudo pulsa
pembawa. Tujuan pens
inyalan PAM adalah menyediakan bentuk gelombang lain yang terlihat
seperti pulsa yang berisi informasi lampau berbentuk sinyal analog.
Gambar 3.1 Skema Terbentuknya Sinyal PAM
Jika frekuensi sinyal pencuplik dinotasikan dengan fs dan frekuensi
maksimum sinyal pemodulasi dinotasikan dengan fm, maka syarat Nyquist
dapat ditulis sebagai:
fs ≥ 2.fs..........................................................................(3.1)
secara sistemati, bentuk sinyal PAM pada umumnya merupakan hasil kali
dari sebuah sinyal sinus kontinyu S(t) dengan sebuah sinyal pulsa disekret
Sp(t) dengan persamaan :
S(t) = A cos (2 f t)................................... (3.2)
SPAM (t) = k s(t) sp (t)...................................... (3.3)
Keterangan :
K = Konstanta
S(t) = Sinyal informasi continue
Sp(t) = Sinyal pulse
3.3.5 Teknik Sampling Pada PAM
Teknik sampling pada PAM diawali dengan sinyal pulsa akan
dibangkitkan dengan mengatur frekuensi sampling dan nilai. Desain dari
PAM modulator dijelaskan dalam diagram sirkuit dasar di bawah ini :
Gambar 3.2 Blok Diagram Modulator PAM
Setelah melewati filter anti-aliasing, sinyal informasi di-sampling oleh
digital pulse sequence. Scanning singnal’s frequency harus setidaknya
bernilai dua kali dari frekuensi maksimum sinyal informasi. Percobaan ini
mengkonfigurasi dengan menggunakan sampling rate sebagai berikut:

FSample = 8 kHz ............................................... (3.4)

Modulasi memberikan peningkatan kepada pulse sequence yang


amplitudonya sesuai persis dengan sinyal Input pada waktu sampling.
Gambar 3.3 PAM Line Diagram
Kemudian sinyal PAM di demodulasikan dengan low-pass filter dengan
karakteristik cut-off yang lebih curam.
3.3.6 Kuantisasi Sinyal
kuantisasi adalah proses untuk mengelompokan elemen-elemen yang
nilainya kontinyu. Level-level tiap diskrit sinyal hasil sampling dengan
tetapan level tertentu. Level-level ini adalah tetapan angka-angka yang
dijadikan menjadi bilangan biner. Sinyal-sinyal diskrit yang ada akan
disesuaikan levelnya dengan tetapan yang ada. Jika lebih kecil akan
dinaikkan dan jika lebih besar akan diturunkan. Prosesnya hampir sama
dengan pembulatan angka. Tetapan level yang ada tergantung pada resolusi
dari alat, karena tetapan level merupakan kombinasi angka biner, maka jika
bitnya lebih besar kombinasinya akan lebih banyak dan tetapan akan lebih
banyak. Ini membuat pembulatan level sinyal diskrit menjadi tidak jauh
dengan level aslinya. Dan bentukan sinyal akan lebih bervariasi sehingga
akan terbentuk seperti aslinya. Proses ini membuat sinyal lebih baik karena
bentukkannya lebih tetap. Proses ini juga mengecilkan error dari suatu
sinyal.
Gambar 3.4 Ilustrasi Kuantisasi Sinyal Analog
Banyaknya selang (interval) bergantung pada banyaknya bit yang akan
digunakan untuk proses penyandian. Jika konverter A/D n bit maka
jangkauan sinyal analog akan dikuantisasikan (dikelompokkan) menjadi
sejumlah 2n selang (interval). Pada Gambar 3.4 diperlihatkan ilustrasi
kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (n = 4).
3.3.7 Time Division Multiplexing (TDM)
Multipleksing adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk ke
sebuah proses di mana beberapa sinyal pesan analog atau aliran data digital
digabungkan menjadi satu sinyal. Tujuannya adalah untuk berbagi sumber
daya yang mahal. Contohnya, dalam elektronik, multipleksing mengizinkan
beberapa sinyal analog untuk diproses oleh satu analog-to-digital converter
(ADC), dan dalam telekomunikasi, beberapa panggilan telepon dapat
disalurkan menggunakan satu kabel.
3.4 Langkah Percobaan
3.4.1 Perakitan Modul
1. Hidupkan PC yang sudah di sediakan.
2. Hubungkan UniTrain Board dan Port USB pada CPU PC
menggunakan kabel data
3. Sambungkan Power Supply pada UniTrain Broad
4. Hidupkan Unitrain Board.

3.4.2 Pulse Amplitude Modulation of Sinusoidal Signal


Rangkai seperti Gambar di bawah ini :
1. Sinyal Input dan Sinyal Output dari Sample and Hold. Untuk
menampilkan sinyal Input dan sinyal Output dari Sample and Hold, pasang
jumper dari (A- ) ke (B-), lalu dari (B-) ke gnd multiplexing. Dari AF 1 in
multiplexing menuju 1,0 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing menuju
Agnd multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
pada Channel 2. Pasang jumper dari (A+) ke Output AF 1 in multiplexing
dan (B+) menuju S&H multiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1 Parameter Sinyal Input dan Sinyal Output dari Sample and Hold

Instrument: Oscilloscope
Time base: 100 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

2. Sinyal Input dan Sinyal Output dari PAM. Untuk menampilkan sinyal
Input dan sinyal Output dari PAM, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu
dari (B-) ke gnd multiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju 1,0 KHz
sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing menuju Agnd multiplexing, ini
adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang pada Channel 2.
Pasang jumper dari (A+) ke Output AF 1 in multiplexing dan (B+) menuju
PAM multiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Parameter Sinyal Input dan Sinyal Output dari PAM
Instrument: Oscilloscope
Time base: 100 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

3.4.3 Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal


Rangkai seperti Gambar di bawah ini

Gambar 3.7 Rangkaian Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal

1. Sinyal Input PAM di Demodulator. Untuk menampilkan sinyal Input


PAM di Demodulator, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu dari (B-) ke
gnd multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd demultiplexing, dan
clock multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync multiplexing menuju
sync demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju PCM in
demultiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
yang sudah dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju 1,0 KHz sine
multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
demultiplexing pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing menuju Agnd
multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
demultiplexing pada Channel 2 Pasang jumper dari (A+) ke Output AF 1 in
multiplexing dan (B+) menuju DAC PAM demultiplexing. Lakukan
pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.3 Parameter Sinyal Input PAM di Demodulator

Instrument: Oscilloscope
Time base: 100 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

2. Sinyal Demultiplexed dan Held Sebelum Filtrasi. Untuk menampilkan


sinyal Input PAM di Demodulator, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu dari
(B-) ke gnd multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd demultiplexing,
dan clock multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync multiplexing menuju
sync demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju PCM in demultiplexing,
ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang yang sudah
dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju 1,0 KHz sine multiplexing,
ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang demultiplexing pada
Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing menuju Agnd multiplexing, ini adalah
langkah kerja untuk menampilkan gelombang demultiplexing pada Channel
2 Pasang jumper dari (A+) ke Output AF 1 in multiplexing dan (B+) menuju
Channel 2 demultiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel dibawah
ini :
Tabel 3.4 Parameter Sinyal Demultiplexed dan Held Sebelum Filtrasi

Instrument: Oscilloscope
Time base: 100 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

3. Sinyal Output Sesudah di Filtrasi. Untuk menampilkan sinyal Output


sesudah di filtrasi, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu dari (B-) ke gnd
multiplexing. Dari gnd
multiplexing menuju gnd demultiplexing, dan clock multiplexing menuju clock
demultiplexing. Sync multiplexing menuju sync demultiplexing lalu PCM out
multiplexing menuju PCM in demultiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang yang sudah dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing
menuju 1,0 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang demultiplexing pada Channel 1. Dari AF 2 in
multiplexing menuju Agnd multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang demultiplexing pada Channel 2 Pasang jumper dari
(A+) ke AF 1 in multiplexing dan (B+) menuju AF 1 demultiplexing. Lakukan
pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.5 Parameter Sinyal Output Sesudah di Filtrasi

Instrument: Oscilloscope
Time base: 100 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

3.4.4 PAM Signals In Time Multiplex


Rangkai seperti Gambar di bawah ini

Gambar 3.8 Rangkaian PAM Signals In Time Multiplex


1. Sinyal Input di Channel 1 dan Channel 2. Untuk menampilkan sinyal
Input di Channel 1 dan Channel 2, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu
dari (B-) ke gnd multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd
demultiplexing, dan clock multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync
multiplexing menuju sync demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju
PCM in demultiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan
gelombang yang sudah dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju
1,0 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan
gelombang demultiplexing pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing
menuju 0,5 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang demultiplexing pada Channel 2. Pasang jumper
dari (A+) ke Output AF 1 in multiplexing dan (B+) menuju Output AF 2
multiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.6 Parameter Sinyal Input di Channel 1 dan Channel 2

Instrument: Oscilloscope
Time base: 200 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

2. Sinyal Output dari Channel 1 dan Channel 2 Setelah Proses Sampling.


Untuk menampilkan sinyal Output dari Channel 1 dan Channel 2 setelah
proses sampling, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu dari (B-) ke gnd
multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd demultiplexing, dan clock
multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync multiplexing menuju sync
demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju PCM in demultiplexing,
ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang yang sudah
dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju 1,0 KHz sine multiplexing,
ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang demultiplexing pada
Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing menuju 0,5 KHz sine multiplexing, ini
adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang demultiplexing pada
Channel 2. Pasang jumper dari (A+) ke S&H AF 1 in multiplexing dan (B+)
menuju S&H AF 2 in multiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.7 Parameter Sinyal Output dari Channel 1 dan 2 Setelah Proses Sampling
Instrument: Oscilloscope
Time base: 200 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

3. Sinyal Diskrit Setelah Proses Time Multiplexing. Untuk menampilkan


sinyal diskrit setelah proses time multiplexing, pasang jumper dari (A- ) ke
(B-), lalu dari (B-) ke gnd multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd
demultiplexing, dan clock multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync
multiplexing menuju sync demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju
PCM in demultiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan
gelombang yang sudah dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju
1,0 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan
gelombang demultiplexing pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing
menuju 0,5 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang demultiplexing pada Channel 2. Pasang jumper
dari (A+) ke PAM multiplexing dan (B+) menuju S&H AF 2 in
multiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.8 Parameter Sinyal Diskrit Setelah Proses Time Multiplexing
Instrument: Oscilloscope
Time base: 200 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A
4. Sinyal Demultiplex Sebelum Filtrasi. Untuk menampilkan sinyal diskrit
setelah proses time multiplexing, pasang jumper dari (A- ) ke (B-), lalu dari
(B-) ke gnd multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd demultiplexing,
dan clock multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync multiplexing
menuju sync demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju PCM in
demultiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
yang sudah dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju 1,0 KHz sine
multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
demultiplexing pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing menuju 0,5 KHz
sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan gelombang
demultiplexing pada Channel 2. Pasang jumper dari (A+) ke PAM
demultiplexing dan (B+) menuju S&H AF 2 in multiplexing. Lakukan
pengaturan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.9 Parameter Sinyal Demultiplex Sebelum Filtrasi
Instrument: Oscilloscope
Time base: 200 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div
Trigger: Channel A

5. Sinyal Output dari Channel 1 dan Channel 2. Untuk menampilkan


sinyal diskrit setelah proses time multiplexing, pasang jumper dari (A- ) ke
(B-), lalu dari (B-) ke gnd multiplexing. Dari gnd multiplexing menuju gnd
demultiplexing, dan clock multiplexing menuju clock demultiplexing. Sync
multiplexing menuju sync demultiplexing lalu PCM out multiplexing menuju
PCM in demultiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan
gelombang yang sudah dimultiplexing. Dari AF 1 in multiplexing menuju
1,0 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk menampilkan
gelombang demultiplexing pada Channel 1. Dari AF 2 in multiplexing
menuju 0,5 KHz sine multiplexing, ini adalah langkah kerja untuk
menampilkan gelombang demultiplexing pada Channel 2. Pasang jumper
dari (A+) ke AF 1 in demultiplexing dan (B+) menuju S&H AF 2 in
demultiplexing. Lakukan pengaturan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.10 Parameter Sinyal Output dari Channel 1 dan Channel 2
Instrument: Oscilloscope
Time base: 200 µs / div
Channel A: 1V / div
Channel B: 1V / div

Anda mungkin juga menyukai