Anda di halaman 1dari 27

DIABETES MELLITUS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak 2

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

SUCI DEWI DAMAYANTI (1811313002)

MUTIARA FITRA (1811313004)

MUTIARA HARIYANTO (1811313006)

HACIDIRA VICHALOVA (1811313008)

RANY HARTI (1811313010)

DEDI HIDAYAT (1811313012)

AZZURA RISNAIRAJ (1811313014)

NELVI KURNIA PUTRI (1811313016)

TISYA MUTIARA RAHMADINI (1811313018)

SHINDY OCTAVIANY (1811313020)

NELFIZA SALSABILLA (1811313022)

ITA PURNAMA SARI (1811319002)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
keperawatan anak 2 yang berjudul “ Diabetes Mellitus”

Makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah bekontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pera pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karna keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 9 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian ....................................................................................................3
2.2 Diagnosa dan Intervensi ................................................................................7
2.3 Implementasi .................................................................................................9
2.4 Evaluasi ..................................................................................................... 11
2.5 Penatalaksanaan Medis............................................................................... 12
2.6 Promosi Kesehatan..................................................................................... 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Brunner Dan Suddarth, 2002 mengatakan diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Padila,2012:1).
Arjatmo, 2002 mengatakan penyakit diabetes mellitus ( DM ) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula ( glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Padila,2012:1).
Penyakit diabetes mellitus (DM) ini sudah lama dikenal, orang mesir pada tahun 1552 SM sudah
mengenal penyakit yang ditandai dengan sering kencing manis dalam jumlah banyak, penurunan berat
badan cepat, dan rasa sakit. Pada tahun 400 SM seorang india sushrutha, menamai penyakit ini kencing
madu dan tahun 200 SM penyait ini pertama kali disebut diabetes mellitus ( diabetes = mengalir terus,
mellitus = manis) ( Tarwoto, 2012:150).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi diabetes mellitus di dunia
adalah 1.9 % dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan
tahun 2012 angka kejadian diabetes mellitus di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa ( Fatimah, 2015 : 93).
Menurut IDF (2014) angka kejadian diabetes mellitus di indonesia sebesar 9,116.03 kasus. ( Chaidir, Reny ;
Wahyuni, A.S ; Furkhani,D.W, 2017 :133)
Secara umum, Diabetes Melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Diabetes Mellitus yang
tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe1). Kebanyakan Diabetes tipe-1 adalah anak-anak dan
remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya diketahui mereka harus langsung
memakai insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin
(Soegondo, 2004). Diabetes Melitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada
Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Sampai saat ini, Diabetes tipe-1
tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah Diabetes tipe-1.
Kebanyakan klien Diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini
mulai diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
klien Diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada
Diabetes tipe-1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini Diabetes tipe 1 hanya dapat
diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah
melalui alat monitor pengujian darah (Maulana, 2008).
Berdasarkan latar belakang ini, maka perawat diharuskan untuk memperlajari, memahami, dan ikut
serta dalam perawatan penyakit diabetes mellitus atau DM dengan lebih mendalam.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu memahami teori mengenai diabetes mellitus.

1
b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kepada pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu menentukan asuhan keperawatan kepada pasien diabetes mellitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Nama : Anak perempuan X
Umur : 2,5 Tahun
Agama :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Status :-

2) Riwayat kesehatan sekarang


a. Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh
b. Kesemutan
c. Menurunnya BB
d. Meningkatnya napsu makan
e. Sering haus
f. Banyak kencing
g. Menurunnya ketajaman penglihatan

3) Riwayat kesehatan dahulu


a. Riwayat penyakit pankreas
b. Hipertensi
c. MCI
d. ISK berulang

4) Riwayat kesehatan keluarga


a. Riwayat keluarga dengan DM
5) Pola fungsi kesehatan (Gordon)
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki
diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan
terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi

3
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).

4
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan
nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
k. Nilai Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.

6) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

5
d. Sistem pernapasan
Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang.
takikardi/bradikardi,hipertensi/hipotensi,aritmia,kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstremitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, refleks
lambat, kacau mental, disorientasi.

7) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi), Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine: hijau (+). kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

6
2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Difisiensi Keseimbagan Cairan (0601, Hal Manajemen Cairan (4120, Hal 157)
192)
Volume cairan Definisi : Meningkatkan keseimbangan cairan
Indikator:
bb asupan cairan  Tekanan darah skala 5 (tidak dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan
dari tingkat cairan tidak normal atau tidak
kurang dd terganggu) diinginkan.
penurunan turgor  Keseimbangan intake dan output Aktivitas :
kulit, haus, dan dalam 24 jam skala 5 (tidak
 Mempertahankan keakuratan catatan intake
penurunan terganggu)
dan output
tekanan nadi,  Berat badan stabil skala 5 (tidak
 Memonitor status hidrasi (kelembaban
penurunan terganggu)
membran mukosa, nadi, tekanan darah
haluaran urine.  Turgor kulit skala 5 (tidak
ortostatik ), jika diperlukan
(Domain 2, Kelas terganggu)
5, Diagnosis  Memonitor vital sign
 Hematocrit skala 5 (tidak
00027, Hal 181)  Memonitor hasil labolaratorium yang sesuai
terganggu)
dengan retensi cairan (BUN, Ht dan
osmolalitas urin)
 Memonitor masukan makanan atau cairan
dan hitung intake kalori harian klien

Monitor Cairan (4130 , Hal 229)

Definisi : Pengumpulan dan analisis data


pasien dalam pengaturan keseimbangan
cairan

Aktivitas :

 Menentukan faktor resiko dari


ketidakseimbangan
 Memonitor intake dan output
 Memonitor serum dan jumlah elektrolit
dalam urin
 Memonitor serum albumin dan jumlah
protein total
 Memonitor serum dan osmolaritas urin
 Mempertahankan keakuratan catatan intake
dan output
 Memonitor warna, jumlah dan berat jenis
urin.

2 Ketidakseimbangan Status Nutrisi : Asupan Makan Manajemen Nutrisi (1100, Hal 197)

7
nutrisi : kurang dan Cairan (1008, Hal 553)
dari kebutuhan Indikator : Definisi : Menyediakan dan meningkatkan
tubuh bb asupan diet intake nutrisi yang seimbang
 Intake makanan melalui oral
kurang dd berat Aktivitas :
adekuat (skala 5)
badan 20% atau lebih
 Intake cairan melalui oral  Identifikasi adanya alergi terhadap makanan
di bawah rentang
adekuat(skala 5)  Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
berat badan ideal,
menentukan jumlah kalori dan jenis gizi
diare. (Domain 2,
Status Nutrisi : Asupan Nutrisi yang diperlukan dalam memenuhi
Kelas 1, Diagnosis ( 1009, Hal 553) kebutuhan gizi klien
00002, Hal 153)
 Intake kalori dalam batas  Mengatur diet yang diperlukan
normal(skala 5)  Monitor kalori dan asupan makanan
 Intake protein dalam batas  Monitor terjadinya kecenderungan
normal(skala 5) terjadinya penurunan dan kenaikan berat
 Intake lemak dalam batas badan
normal(skala 5)  Membantu pasien untuk menerima program-
 Intake karbohidrat dalam batas program gizi komunitas
normal(skala 5)
 Intake serat dalam batas Terapi Nutrisi (4400, Hal 443)
normal(skala 5) Definisi : Pemberian makanan dan cairan untuk
 Intake mineral dalam batas membantu proses metabolic pada pasien
malnutrisi atau (pasien) yang beresiko tinggi
normal(skala 5)
mengalami malnutrisi.

 Monitor intake makanan/cairan dan hitung


masukan kalori perhari
 Monitor instruksi diet yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien perhari
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis gizi
yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi klien
 Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai diet
dinjurkan
 Berikan pasien dan keluarga contoh tertulis
mengenai diet yang dianjurkan
3 Kerusakan Integritas Jaringan dan Manajemen Tekanan (3500, Hal 213)
Membaran Mukosa (1101, Hal
integritas kulit bb Definisi : Meminimalkan tekanan pada bagian
107)
gangguan volume  Perfusi jaringan skala 5 (tidak tubuh
cairan, nutrisi tidak terganggu)  Berikan pakaian yang tidak ketat pada pasien
adekuat, dd  Intergritas kulit skala 5 (tidak  Tahan diri dari memeberikan tekanan pada
gangguan integritas terganggu) bagian tubuh yang terkena dampak

8
kulit (Domain 11,  Nekrosis skala 5 (tidak  Tinggikan ekstremitas yang cedera
Kelas 2, Diagnosis terganggu)  Balikkan posisi pasien minimal setiap 2 jam,
00046) sesuai jadwal khusus
Penyembuhan Luka : Sekunder  Monitor area kulit dari adanya kemerahan dan
(1103, Hal 432) adanya pecah-pecah
 Granulasi skala 5(baik)  Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
 Pembentukan bekas luka 5 (baik)  Monitor status nutrisi pasien
 Ukuran luka berkurang 5 (baik)  Monitor sumber tekanan dan gesekan

Perawatan luka (3660, Hal 373)

Definisi : Pencegahan komplikasi luka dan


peningkatan penyembuhan luka.

 Monitor karakteristik luka, termasuk drainase,


warna, ukuran, dan bau
 Bersihkan dengan normal saline atau
pembersih yang tidak beracun
 Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang
diperlukan
 Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
 Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
 Pertahankan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka
 Perikasa luka setiap mengganti balutan
 Beri unit TENS (stimulasi saraf transkutan
listrik) untuk meningkatkan penyembuhan
luka
 Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur
perawatan luka

3. IMPLEMENTASI

Menurut Perkeni (2011), penataksanaan diabetes melitus terdiri dari :

1)Edukasi
Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup dan Perilaku
telah terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan penyandang diabetes melitus
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, masyarakat.Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi:

9
a) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk
kelompok resiko tinggi.
b) Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk pasien
baru. Materi edukasi berupa pengertian diabetes, gejala,
penatalaksanaan, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik.
c) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada pasien
tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi dan
perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.

2)Terapi gizi atau Perencanaan Makan


Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut
Smeltzer et al, (2008) bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:

a)Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes melitus


b)Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan
mineral
c)Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil
d)Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada pasien diabetes
melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan
menurun
e)Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari diabetes melitus.

3)Latihan jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan juga dapat meningkatkan kadar
HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (ADA,
2012).Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti :

10
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknnya
disesuiakan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

4)Terapi farmakologis
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olah raga
yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin.Pasien diabetes
melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.pasien diabetes melitus
tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes
memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin
dan tablet (ADA, 2012).

5) Monitoring keton dan gula darah


Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah
secara optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien
diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya hipoglikemiadan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan
keempat pilar di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus
(Smeltzer et al,2008)

4. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut.
1. Kondisi tubuh pasien stabil, tidak terjadi gangrene, tidak terjadi nyeri
2. Turgor kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan
3. Tanda-tanda vital normal
4. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
5. Cairan dan elektrolit pasien diabetes normal.
6. Infeksi dan komplikasi tidak terjadi
7. Rasa lelah atau keletihan berkurang/penurunan rasa lelah
8. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi nya yang menderita diabetes
melitus, efek prosedur dan proses pengobatan.

Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan diabetes mellitus dan apabila
dari poin satu sampai dengan poin 8 tersebut sudah tercapai oleh seorang pasien, maka dapat
disimpulkan bahwa pasien tersebut sudah sehat dan dapat meninggalkan rumah sakit. Tetapi

11
pasien tetap harus memperhatikan kadar gula dalam darahnya, dengan cara makan makanan
yang sehat, bergizi dan rendah gula.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tarwoto, 2012 meenjelaskan dalam bukunya yang berjudul keperawatan medikal
bedah gangguan sistem endokrin mengenai penatalaksanaan medis dan keperawatan dari
penyakit diabetes mellitus, yaitu :
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan DM adalah :
 Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.
 Mencegah komplikasi vaskuler dan neurophati.

Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis (Tarwoto, 2012 : 165).


Pinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah dalam rentang normal.
Untuk mengontrol gula darah, ada lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :
a. Managemen diet DM
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien DM. Tujuan yang
paling penting dalam manajemen nutrisi dan diet adalah mengontol total kebutuhan kalori
tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal. (Tarwoto, 2012 : 165).
1. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus, idea obesitas), jenis kelamin,
usia, aktivitas fisik. (Tarwoto, 2012 : 166).
Kartini Sukardji dalam Sidartawan S, 2007mengatakan pada pasien kurus kebutuhan
kalori sekitar 2300-2500 kalori, berat badan kdeal antara 1700-2100 kalori dan gemuk
antara 1300-1500 kalori (Tarwoto, 2012 : 166).
2. Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori tubuh, yaltu sekitar
50% - 60 % (Tarwoto, 2012 : 166).
3. Kebutuhan protein
Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10%-20% dari kebutuhan
kalori atau 0.8 g/kg/hari (Tarwoto, 2012 : 166).
4. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30 % dari total kalori, sebaikrya dari lemak nabati dan
sedikit dari lemak hewani (Tarwoto, 2012 : 166).
5. Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g perhari dari berbagai bahan makanan atau rata-rata
25 g/hari (Tarwoto, 2012 : 166).
b. Latihan fisik
Tarwoto, 2012 dalam bukunya yang berjudul keperawatan medikal bedah gangguan
sistem endokrin menjelaskan bahwa latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan,
karena pada saat latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas,
Latihan fisik bertujuan :
1. Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat.

12
2. Menurunkan berat badan dan mempertaharkan berat badan normal.

3. Meningkatkan sensitifitas insulin.

4. Meningkatkan kadar HDL (high density ipoprotein) dan menurunkan kadar


trigliserida.

5. Menurunkan tekanan darah

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olah raga seperti latihan erobic, jalan, lari,
bersepeda, berenang. Yang perhu diperhatikan dalam latihan fisik pasien DM adalah
frekuensi, intensitas, durasi waktu dan jenis latihan. Misalnya pada olah raga sebaiknya
secara teratur 3 x/mg, dengan intensitas 60- 70 % dari heart rate maximum (220-umur),
lamanya 20-45 menit (Tarwoto, 2012 : 166).
C. Obat-obatan
1. Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH) Elektif pada DM tipe II, jika
managemen nutrisi dan latihan gagal (Tarwoto, 2012 : 167).
Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :
 Sulfonilurea : bekerja dengan merangsang beta sel pankreas untuk melepaskan
cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah Glibenklamid,
Tolbutamid, Klorpropamid.

 Biguanida : bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di usus, misalnya


mitformin, glukophage (Tarwoto, 2012 : 167).
2. Pemberian hormon insulin (Tarwoto, 2012 : 167).
3. Pasien dengan DM tipe satu tidak mampu memproduksi Insulin dalam tubuhnya, sehingga
sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe II yang tidak tergantung
pada insulin, tetapi memerlukannya sebagai pendukung untuk menurunkan glukosa darah
dalam mempertahankan kehidupan (Tarwoto, 2012 : 167).
Tarwoto, 2012 dalam bukunya yang berjudul keperawatan medikal bedah gangguan
sistem endokrin menjelaskan bahwa tujuan pemberian Insulin adalah meningkatkan transport
glukosa ke dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa.

d. Pendidikan Kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM adalah pendidikan kesehatan.
Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada pasien DM adalah:
1. Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, patofisiologi dan test
diagnosis.

2. Diet atau managemen diet pada pasien DM.

3. Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.

13
4. Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan hipoglikemia

5. Pemberian obat-obatan DM dan dan cara injeksi insulin.

6. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah darah secara mandiri (Tarwoto, 2012 :
168).
e. Monitoring glukosa darah
Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
serta yang paling penting adalah bagaimana menonitor glukosa darah secara mandiri.
Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waldu atau pengukuran gula
sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa, pengukuran 2 jam setelah makan dan
pengukuran pada saat puasa (Tarwoto, 2012 : 170)

6. PROMOSI KESEHATAN

A. OBAT

1. TERAPI TANPA OBAT


a. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein
dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan
lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat
membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa
risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat
seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

14
b. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang
disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain
sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit
per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara
5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas
reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

2. TERAPI OBAT

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga)
belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu
dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam
bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

3. TERAPI INSULIN

Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM


Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak
lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM
Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme
karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian
besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir
30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.

4. TERAPI OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan


pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat
menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan
penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan

15
dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.
Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus
mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi
kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi
yang ada.

5. TERAPI KOMBINASI

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau
OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan
sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan
merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa
biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki
efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya
mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa
kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes
yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

B. DIET
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien DM.
Tujuan yang paling penting dalam manajemen nutrisi dan diet adalah
mengontol total kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapai
kadar serum lipid normal. (Tarwoto, 2012 : 165).

1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus, idea obesitas), jenis kelamin, usia,
aktivitas fisik. (Tarwoto, 2012 : 166).
Kartini Sukardji dalam Sidartawan S, 2007mengatakan pada pasien kurus kebutuhan kalori
sekitar 2300-2500 kalori, berat badan kdeal antara 1700-2100 kalori dan gemuk antara 1300-
1500 kalori (Tarwoto, 2012 : 166).
2) Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori tubuh, yaltu sekitar 50% -
60 % (Tarwoto, 2012 : 166).
3) Kebutuhan protein
Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10%-20% dari kebutuhan kalori
atau 0.8 g/kg/hari (Tarwoto, 2012 : 166).

16
4) Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30 % dari total kalori, sebaikrya dari lemak nabati dan sedikit
dari lemak hewani (Tarwoto, 2012 : 166).
5) Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g perhari dari berbagai bahan makanan atau rata-rata 25 g/hari
(Tarwoto, 2012 : 166).

C. OLAHRAGA

Bagi orang yang menderita diabetes olahraga membantu mengontrol berat badan,
menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol jahat LDL dan trigliserida, meningkatkan
kolesterol HDL yang sehat, memperkuat otot dan tulang, mengurangi kecemasan, dan
meningkatkan kesehatan Anda secara umum. Ada manfaat tambahan bagi penderita diabetes:
olahraga menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas tubuh Anda
terhadap insulin, melawan resistensi insulin.
Menurut Sheri Colberg-Ochs, PhD, pendiri Diabetes Motion Academy di Santa
Barbara, Califorinia, dan profesor emerita ilmu olahraga di Old Dominion University di
Norfolk, Virginia berolahraga dapat membantu meningkatkan aksi insulin dan menjaga gula
darah tetap terkendali.

Jenis olahraga yang disarankan untuk penderita penyakit diabetes, antara lain:

1. Latihan Aerobik

Latihan aerobik membantu tubuh Anda menggunakan insulin dengan lebih baik.
Latihan ini dapat menguatkan jantung dan tulang Anda, meningkatkan sirkulasi darah,
mengurangi stres, dan mengurangi risiko penyakit jantung dengan menurunkan glukosa darah
dan tekanan darah serta meningkatkan kadar kolesterol.

Menurut sebuah penelitian dari Universiti Kebangsaan Malaysia, latihan aerobik


adalah latihan yang meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi sistem
kardiovaskular dan pernapasan. Latihan aerobik adalah strategi terapeutik yang bermanfaat
untuk diabetes tipe 2 karena memiliki efek yang bermanfaat bagi parameter fisiologis dan
mengurangi faktor risiko metabolik pada diabetes mellitus yang resistan terhadap insulin.
Latihan aerobik sedang dapat menjaga tekanan darah pada pasien neuropati diabetik.

17
Adapun latihan aerobik yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu berenang, bersepeda,
treadmill, berjalan, mendayung, berlari dan lompat tali.

2. Berjalan

Berjalan mungkin adalah salah satu kegiatan yang paling diresepkan untuk penderita
diabetes tipe 2. Jalan cepat yang dilakukan dengan kecepatan yang meningkatkan detak
jantung adalah latihan aerobik, dan penelitian menunjukkan efek yang bermanfaat bagi
penderita diabetes yang melakukan kegiatan aerobik setidaknya tiga hari dalam seminggu
selama total 150 menit.

3. Aerobik air

Bagi orang yang menderita diabetes, olahraga di kolam renang atau pool workout,
seperti aerobik air dan berjalan di dalam kolam renang, adalah latihan kardio intensitas
rendah yang membakar kalori dan meningkatkan fleksibilitas. Olahraga ini bahkan aman bagi
orang yang menderita neuropati diabetik atau gangguan saraf akibat diabetes, yang sering
menyebabkan kelemahan, mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit di tangan dan kaki. Untuk
orang-orang mengalami mati rasa di kaki, olahraga di air jauh lebih baik dan lebih lembut di
kaki. Jika Anda juga menderita radang sendi, olahraga air baik untuk dilakukan karena
berdampak rendah pada persendian.

4. Bersepeda Statis

Bersepeda juga merupakan bentuk latihan aerobik, yang membuat jantung Anda lebih
kuat dan paru-paru Anda berfungsi lebih baik. Sepeda statis sangat ideal bagi penderita
diabetes karena Anda dapat melakukannya di dalam ruangan dan tidak terpengaruh cuaca.
Bersepeda meningkatkan aliran darah ke kaki Anda, yang merupakan manfaat besar bagi
penderita diabetes, dan membakar banyak kalori untuk menjaga berat badan Anda pada
tingkat yang sehat..

5. Tai Chi

Olahraga Cina ini menggunakan gerakan tubuh yang lambat dan halus untuk
menenangkan pikiran dan tubuh. Pada 2009, para peneliti di University of Florida
mempelajari 62 wanita Korea yang ditugaskan di salah satu dari dua kelompok, kelompok
kontrol dan kelompok olahraga yang mempraktikan Tai Chi dengan rutin. Mereka yang

18
menyelesaikan sesi tai chi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kontrol gula darah.
Mereka juga melaporkan peningkatan vitalitas, energi, dan kesehatan mental.

6. Yoga

Yoga menggabungkan fluid movement atau gerakan yang mengalir yang membangun
fleksibilitas, kekuatan dan keseimbangan. Yoga bermanfaat bagi orang dengan berbagai
kondisi kronis, termasuk diabetes karena dapat menurunkan stres dan meningkatkan fungsi
saraf, yang mengarah pada peningkatan kesehatan mental dan kebugaran. Menurut the
American Diabetic Association (ADA), yoga dapat meningkatkan kadar glukosa darah
karena peningkatan massa otot.

Berdasarkan panduan dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI),


dianjurkan untuk memeriksa gula darah terlebih dahulu sebelum melakukan olahraga.
Apabila kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL, diharuskan untuk makan terlebih dahulu
sebelum melakukan olahraga. Dan sebaliknya, apabila kadar gula darah lebih dari 250
mg/dL, sebaiknya olahraga ditunda dulu.

D. EDUKASI

Pasien dengan status baru mengalami onset diabetes mellitus tipe 1, membutuhkan
edukasi ekstensif untuk dapat menangani penyakitnya secara efektif dan aman. Hal ini
diupayakan untuk meminimalkan komplikasi jangka panjang. Dokter memberikan edukasi
dan pengetahuan kepada pasien anak, orangtuanya dan/atau pengasuh mengenai:

 Pemahaman bahwa penyakit ini merupakan penyakit kronis yang berlangsung seumur
hidup dan membutuhkan kontrol gaya hidup dan makanan secara ketat untuk
mencegah terjadinya komplikasi
 Memberikan harapan kepada pasien dan keluarga bahwa walau penyakit ini
berlangsung seumur hidup, tetapi bila ditangani dengan benar maka prognosis akan
baik
 Cara menyuntikkan insulin sendiri di rumah serta tanda dan gejala
hipoglikemia akibat suntikan insulin, dan cara mengatasinya
 Edukasi cara spesifik pengontrolan makan, dan jadwal diet
 Self-monitoring berupa monitor dan pencatatan kadar gula darah harian, umumnya
dilakukan pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur

19
a. Edukasi Terkait Hipoglikemia

Pasien yang diterapi dengan insulin dapat mengalami hipoglikemia dengan gejala
umum berupa kepala terasa seperti melayang, ringan, kebingungan, gemetaran, keringatan,
dan sakit kepala. Bila terjadi, edukasi pasien untuk segera makan permen atau gula, dan
membawanya ke manapun pasien pergi bila sewaktu-waktu diperlukan. Dalam situasi
emergensi, pengasuh, anggota keluarga atau orangtua pasien juga diajarkan untuk
menyuntikkan glukagon secara subkutan atau intramuskular. Segera bawa pasien ke praktik
dokter terdekat atau ke rumah sakit setelah penanganan awal tersebut.

Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:


Materi edukasi pada tingkat awal adalah:
1. Perjalanan penyakit DM

2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

3. Penyulit DM dan risikonya

4. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan

5. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin
serta obat-obatan lain

6. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri
(hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)

7. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia

8. Pentingnya latihan jasmani yang teratur

9. Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada kehamilan)

10. Pentingnya perawatan kaki

11. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :


12. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM

13. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM

14. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain

15. Makan di luar rumah

20
16. Rencana untuk kegiatan khusus

17. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM

18. Pemeliharaan/Perawatan kaki Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan


pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi,
perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi, dan
dokumentasi.

b. Edukasi
• Edukasi/pendidikan merupakan unsur strategis pada pengelolaan DM tipe-1, harus
dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai tingkat pengetahuan serta status sosial
penderita/keluarga.
• Sasaran edukasi adalah pasien (anak atau remaja) dan kedua orang tua, serta pengasuhnya.
• Edukasi tahap pertama dilakukan saat diagnosis ditegakkan (biasanya selama perawatan di
rumah sakit). Edukasi ini meliputi: pengetahuan dasar tentang DMT1 (terutama perbedaan
dengan tipelain), pengaturan makanan, insulin (jenis, cara pemberian, efek samping,
penyesuaian dosis sederhana dll), dan pertolongan pertama pada kedaruratan medik akibat
DMT1 (hipoglikemia, pemberian insulin pada saat sakit).
• Edukasi tahap kedua selanjutnya berlangsung selama konsultasi di poliklinik. Pada tahap
ini, edukasi berisi penjelasan lebih terperinci tentang patofisiologi, olahraga, komplikasi,
pengulangann terhadap apa yang pernah diberikan serta bagaimana menghadapi lingkungan
sosial.

21
BAB III

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (hasdianah, 2012:8). Diabetes mellitus juga
diklasiikasikan menjadi 4 yaitu diabetes tipe 1 dan 2, serta diabetes karena malnutrisi,
diabetes sekunder juga Diabetes melitus gestasional.

Asuhan keperawatan yang dimunculkan pada makalah ini adanya pengkajian, dengan
diagnosa keperawatan resiko infeksi, kerusakan integritas kulit, ketidakseimbangan nutrisi,
dan defisiensi volume. Terdapat penatalaksanaan medis yang bertujuan menormalkan fungsi
dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi vaskuler dan
neurophati. Serta terdapar promosi kesehatan untuk pengobatan, diet, olahraga, dan
pencegahan.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca (perawat) lebih memahami masalah penyakit diabetes
melitus sehigga dapat melakukan asuhan keperawatan yang efektif, dan di harapakan kepada
pembaca apabila dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan maka silahkan memberikan
kritikan dan saran agar penulis dapat menjadi lebih teliti lagi dalam penulisan makalah
berikutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

hasdianah, (2012). Mengenal diabetes mellitus pada orang dewasa dan anak-anak

dengan solusi herbal.

Tarwoto, (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. DKI

Jakarta : CV. Trans Info Media

NANDA –I diagnosa keperawatan : defenisi dan klasifikasi 2018 – 2020, ed. 11. Editor,budi anna
keliat. Jakarta : EGC

Bulechek, glorita M. etc. Nursing Interventions Classification ( NIC). edisi keenam. Singapura :
CV.MOCOMEDIA

Moorhead,Sue.etc. Nursing Outcomes Clasification ( NOC ). Edisi kelima. Singapura.:


CV.MOCOMEDIA

- PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT DIABETES MELLITUS, http:// farmalkes.kemenkes.go.id

- Guntur.2018. Pengelolaan dan Pengobatan Hipertiroidi. Di http:// core.ac.uk (diakses 9 April 2020)

Idris, Fachmi ( 2014) Pengintegrasian Program Preventif Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2PT Askes
(Persero) ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Universitas Sriwijaya
Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai