Anda di halaman 1dari 4

MAKAN TANAH LIAT BAIK UNTUK PENCERNAAN

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Laila Ainaiya 2017103005110
Eko Prayitno 2017103005110
Nadia Sekar Ningrum 201710300511032
Nadia Nurfaizah 2017103005110
Dian Wulandari 2017103005110

Universitas Muhammadiyah Malang


Fakultas Ilmu Kesehatan
D3 Keperawatan
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ampo adalah makanan atau camilan tradisional yang terbuat dari tanah liat yang
berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, terutama wilayah Tuban. Bahan
dasar makanan ini murni terbuat dari tanah liat tanpa ada campuran bahan apapun. Ampo
biasanya dikonsumsi sebagai makanan ringan atau camilan, terutama digemari oleh
kalangan wanita yang sedang hamil dan kegemaran anak-anak untuk terlibat dalam
mengonsumsi ampo.
Ampo terasa hambar dengan sensasi asap karena memang terbuat dari tanah yang
diasapi, sejak jaman dahulu begitulah bentuk dan rasanya ampo. Melihat bentuk dan
warna ampo yang seperti Cokelat, Ada gurauan yang mengatakan ampo adalah Cokelat
Ala Jawa atau Cokelat Van Java.

1.2 Manfaat
1. Mengetahui Budaya apa saja yang bisa mempengaruhi kesehatan masyarakat ?
BAB 2
ISI

Mitos : Makanan dari tanah liat yang diberi nama "Ampo" ini sudah menjadi makanan
tradisional yang dipercaya oleh masyarakat di Pulau Jawa, terutama masyarakat di Jaw
Timur, Tuban. Dipercaya dapat menguatkan sistem pencernaan. Bahkan memakan tanah
liat juga dipercaya sebagai obat yang dapat mengobati beberapa macam penyakit.

Keuntungan : Sebuah studi menyebutkan bahwa ternyata tanah liat atau lempung yang
steril tersebut memiliki efek menyamankan perut dan membantu melindungi dari
serangan virus dan bakteri. Tanah liat juga bisa mengikat hal yang berbahaya seperti
mikroba, patogen dan virus. Sehingga lempung yang dimakan itu bisa menjadi semacam
pelindung, semacam masker lumpur untuk usus.

Kerugian : Ada risiko yang jelas dalam konsumsi tanah liat yang terkontaminasi oleh
kotoran hewan atau manusia, khususnya risiko dari telur parasit, seperti cacing gelang
yang dapat tinggal selama bertahun-tahun di dalam tanah dan dapat menimbulkan
masalah. juga dapat meningkatkan risiko terjangkit Tetanus. Namun, risiko ini umumnya
sudah dipahami oleh sebagian besar masyarakat atau suku yang mengonsumsi tanah liat.
Kegemaran anak-anak untuk terlibat dalam mengonsumsi ampo membuat mereka lebih
rentan terhadap infeksi cacing. Bahaya lain yang terkait dengan mengonsumsi tanah liat
mencakup kerusakan enamel gigi, menelan berbagai bakteri, berbagai bentuk pencemaran
tanah, dan obstruksi usus. Namun proses pengolahan tanah liat yang cukup bagus dengan
cara memasak atau dipanggang dapat mengurangi risiko tersebut.

Cara Pembuatan : Cara membuat Ampo sangat sederhana dan mudah. Namun, tanah
yang digunakan sebagai bahan baku membuat ampo tidak bisa sembarangan, melainkan
harus berjenis tanah liat yang bertekstur lembut dan bebas dari pasir, kerikil, atau batu.
Dari tanah yang sudah dikumpulkan, pembuat kemudian membentuk semacam adonan
berbentuk kotak atau bentuk tertentu lainnya dengan menambahkan air secukupnya agar
adonan tanah menjadi kalis dengan ciri tidak lengket di tangan. Untuk membuat adonan
kotak tersebut, tanah ditambah air sedikit demi sedikit sambil sesekali ditumbuk dengan
alat semacam palu besar dari kayu. Setelah adonan kotak siap, proses berikutnya adalah
mengikis atau menyerut tanah di bagian atas adonan sedikit demi sedikit dengan
menggunakan bilah pisau bambu. Hasil serutan tanah yang berbentuk seperti stik wafer
dengan panjang 6-8 cm itu yang disebut ampo. Ampo kemudian dikumpulkan dan
ditempatkan pada semacam periuk gerabah tanah liat untuk diasapi di atas tungku kayu
bakar.
BAB 3
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai