B. Briyan Yudha Octa Pratama (4518042081) Kelas A
B. Briyan Yudha Octa Pratama (4518042081) Kelas A
4518042081
FAKULTAS TEKNIK
2020
PENDAHUALAN
Wilayah Pesisir dan kepulauan, merupakan wilayah yang kaya akan potensi
sumber daya sehingga perlu di kelola serta dikendalikan, agar sumber daya yang
terkandung di dalamnya dapat di manfaatkan dengan sebaik mungkin demi
kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir pada khususnya dan wilayah upland
pada umumnya. Khususnya di Indonesia, dengan letaknya yang sangat strategis
yaitu terletak di daerah tropis. Sekitar 75 % dari luas wilayah nusantara
merupakan lautan dengan 81.000 Km2 panjang garis pantai Indonesia atau sekitar
14 % dari panjang garis pantai dunia dengan luas lautan sekitar 5,8 juta Km2.
Memiliki sekitar 17.000 pulau yang terdiri dari sekitar 1.000 pulau yang
berpenghuni dan sekitar 16.000 buah pulau yang tidak berpenghuni (DKP, 2002).
Begitu kaya Indonesia akan pulau dan wilayah pesisir memberikan gambaran
bahwa sumber daya yang terkandung di dalamnya sangat melimpah. Sehingga
perlunya penataan ruang pesisir dan kepulauan di wilayah pesisir sehingga
tercipta tata ruang yang serasi, selaras dan seimbang dalam pengembangan serta
mengatur hubungan antar fungsi ruang guna tercapainya tata ruang yang
berkualitas. Studi kasus di Kota Makassar, pesisir Kota Makassar merupakan
wilayah pertumbuhan awal terbentuk dan berkembangnya Kota Makassar,
Sulawesi Selatan. Beberapa pendekatan dalam Makalah ini coba diuraikan
berdasarkan studi kasus dengan membahas beberapa langkah-langkah tentang
penataan wilayah pesisir, mulai dari rencana, zonasi, manajemen serta rencana
tindak atau design. Seperti yang diamanatkan oleh UU No. 27 tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Permen No. 16 Tahun 2008
Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan
Kepemen No. 34 Tahun 2002 Tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil.
LATAR BELAKANG
Kawasan pesisir pesisir merupakan wilayah perairan laut yang terkait dengan
kegiatan budidaya dan wilayah daratan yang berada di belakang garis sempadan
pesisir yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan sosial ekonomi di wilayah
sempadan pesisir dan perairan laut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pesisir
dan Pulau-pulau kecil, bahwa daerah pesisir di hitung ke daerah darat yaitu dari
garis pantai sampai batas administrasi, sedangkan ke laut dihitung dari garis
pantai sepanjang 12 mil ke arah pantai. Sehingga kawasan pesisir merupakan
daerah atau kawasan yang kaya akan potensi baik dari sis ekonomi, Wisata,
Sumber daya serta potensi besar bencana.
Penataan ruang wilayah pesisir dan laut relatif lebih dinamis dibandingkan dengan
penataan ruang wilayah daratan. Dari ketiga aspek yang mempengaruhi penataan
ruang, yaitu aspek fisik, sosial dan ekonomi, ketiganya relatif lebih dinamis pada
penataan ruang wilayah pesisir.
Aspek fisik pada penataan ruang wilayah daratan hampir tidak berubah selama
berlakunya rencana tata ruang, kecuali jika terjadi bencana alam yang merubah
secara drastis rupa bumi wilayah perencanaan. Sebaliknya penataan ruang pada
wilayah pesisir, perubahan aspek fisik harus diperhatikan secara khusus, karena
wilayah pesisir merupakan bentang alam yang senantiasa berubah akibat
intensifnya gaya-gaya di daratan dan di lautan. Di samping akibat gaya-gaya yang
bersifat alamiah tersebut, wilayah pesisir dapat pula berubah akibat perbuatan
manusia, proses reklamasi dan lagunisasi merupakan dua contoh yang mulai
banyak terjadi di Indonesia.
Dilihat dari aspek ekonomi, wilayah pesisir juga mengakibatkan perubahan yang
sangat cepat pada nilai atau opportunity cost dari lahan pesisir. Kebutuhan
pengembangan pelabuhan akibat membengkaknya arus perdagangan, kebutuhan
lahan untuk pengembangan Water Front City akibat bertambahnya jumlah
penduduk yang berpendapatan menengah ke atas yang menuntut adanya lokasi
permukiman yang lebih berkualitas, pengembangan tambak akibat kenaikan
permintaan ikan/udang di pasar dunia, eksploitasi lahan pesisir menjadi tambang
galian C akibat berbagai kepentingan dalam kebijakan peningkatan pendapatan,
merupakan empat contoh klasik dari dinamika perekonomian yang memiliki
dampak yang cukup besar terhadap penataan ruang wilayah pesisir.
Dalam konteks ini, penataan ruangwilayah pesisir agar kawasan pesisir dan
kepulauan dapat menjadi kawasan yang sangat strategis serta kawasan yang
mampu memberikan pendapatan di daerah belakangnya. Khususnya di Kota
Makassar, perkembangan Kota Makassar berawal dari pesisir Kota Makassar,
sehingga perlu pengelolaan serta pengendalian secara prinsip yang mampu
mempertahankan nilai historis, nilai fisik lahan, nilai wisata, nilai ekonomi, serta
nilai social yang terkandung di dalam kawasan pesisir Kota Makassar.
Kawasan pesisir meliputi wilayah daratan yang terkait pada wilayah perairan
maupun wilayah laut berppengaruh terhada wilayah daratan dan tata guna tanah.
Di luar dari batas dari kawasan pesisir dan laut yang dimaksud itu mungkin saja
mencerminkan interaksi antara pesisir dan laut, tetapi dapat pula tidak terjadi
interaksi pesisir dan laut. Pada kawasan pesisir terdapat banyak penduduk dan
pusat-pusat transportasi, tempat pendaratan ikan, kegiatan pertanian yang penting,
industry (usaha) di bidang perikanan dan pariwisata, serta menempatkan kawasan
tersebut merupakan struktur lahan yang penting untuk lkasi barbagai fasilitas
(prasarana dan sarana) pelayanan umum (ekonomi dan sosial).
Kawasan pesisir memiliki kekayaan dan kebhinekaan sumber daya alam. Pesisir
pantai dan habitat (hutan bakau, estuary, daerah tambak, terumbu karang, rumput
laut, delta dan lainnya) merupakan daerah yang produktif secara bilogi tetapi
mudah mengalami degradasi karena peristiwa alamiah. Kawasan pesisir telah
mensupport sebagian besar penduduk dunia karena peranannya di bidang ekonmi
dan budaya, kawasan pesisir diharapkan akan menampung pertumbuhan
penduduk pada masa depan. Beban peningkatan jumlah penduduk mendorong
peningkatan pembangunan yang membawa dampak peningkatan polusi,
berkurangnya habitat (jenis ikan dan satwa,) erosi pesisir/pantai, intrusi air
asin/laut, dan dampaknya terhadap peningkatan permukaan laut.
Dalam konteks kawasan pesisir dan lautan, planning, design, dan management
process adalah penting. Planning, design dan management process adalah
interactive dan independent
• Planning : adalah suatu proses yang berurusan dengan suatu system persoalan-
persoalan, yang dilihat dari perspektif “holistik” atau total, dengan maksud
menentukan solusi secara rasional terhadap persoalan-persoalan tersebut. Suatu
contoh perencanaan adalah pengembangan suatu strategi untuk mensurvei suatu
daerah dengan maksud memiliki lokasi taman laut atau pengembangan rencana
pengawasan.
• Designe : adalah suatu proses yang diturunkan (berasal) dari planning dalam
mana solusi solusi-solusi diuji dan /atau diimplementasikan secara kreatif.
Contohnya adalah desain arsitektural dari suatu pusat taman regional untuk
mengatur kunjungan para pengunjung.
Indonesia sebagai negara maritime yang terbesar di dunia yang berarti memiliki
pantai/pesisir terpanjang, merupakan tuntutan dan kebutuhan untuk
menyempurnakan pengelolaan kawasan pesisirnya, dengan demikian diharapkan
pemanfaatan sumberdayanya dapat terlaksana lebih efektif dan efesiens, dapat
secara produktif dan optimal dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan,
yang berwawasan lingkungan perlu dukungan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan para perencana pembangunan dan perumus/pembuat kebijakan
pembangunan serta diperlukan pula dana dan kesadaran masyarakat menjaga
kelestarian lingkungan terutama pada kawasan pesisir dan laut disamping
peraturan perundang-undangan untuk mengurangi/membatasi dilakukannya
tindakan-tindakan yang negative terhadap kelestarian lingungan.
Penelitian mengenai tipe pasang surut dipesisir kota Makassar dilakukan di tiga
tempat, yaitu di Pantai Tanjung Alam, Pantai Barombong dan di muara Sungai
Jeneberang. Tipe pasang surut di Pantai Tanjung Alam adalah campuran condong
ke harian tunggal, dengan bentuk topografi dasar laut landai, pasang surut yang
ditemukan di Pantai Barombong adalah tipe campuran mendekati semidiurnal dan
juga dikategorikan sebagai pantai landai, sedangkan tipe pasang surut di muara
Sungai Jeneberang yaitu tunggal.
Data meteorologi mengenai arah angin pembangkit ombak dan arus bertiup dari
arah Barat Daya, Barat, Barat Laut dan Utara. Kecepatan angin yang dominan
terjadi adalah 8,0 – 10,7 m/detik (64 %). Arus yang terjadi cenderung bergerak ke
utara menyusur pantai. Kecepatan rerata arus permukaan 0,058 m/s. Kecepatan
rerata arus estimasi 0,94 m/detik maksimum pada musim barat. Di pantai Tanjung
Alam memiliki perairan tenang hingga berombak terukur 0,14 – 0,25 m dengan
periode rata-rata 4,5 – 5,3 detik, hasil estimasi ombak menunjukkan bahwa tinggi
ombak bervariasi antara 0,44 – 2,24 m dengan periode antara 2,57 – 6,67 detik
dan maksimum pada musim barat. Adapun kecepatan arus di pulau Barrang
Lompo serta perairan di sekitarnya berkisar antara 0,01 – 0,33 ± 0,05 m/detik.
Sebaran sedimen yang lain datang dari sungai Tallo dengan debit alir 143,07 liter/
detik. Kecepatan sedimentasi sungai Tallo yang bermuara di pelabuhan Paotere
berkisar antara 29,6 hingga 76,1 cm dengan rata-rata kecepatan sedimentasi 52,85
cm/tahun. Lambatnya kecepatan aliran sungai Tallo dengan laju sedimentasi yang
cukup tinggi, menimbulkan kecen-derungan mengalami perubahan alur
membentuk meander. Ditambah dengan kondisi kemiringan yang landai
(1/10.000) dan pasang surut air laut yang dapat menjalar hingga jarak 20 km,
maka kecepatan sedimentasi seperti ini menjadi rawan bagi daerah pelabuhan
Paotere, pemukiman termasuk Kawasan Industri Makassar.
Pada pantai Kota Makassar khusus-nya pantai Losari sudah didapati kandungan
limbah yang berasal dari terurainya bahan-bahan organik yang berasal dari limbah
rumah sakit, rumah tangga, perhotelan, dan pedagang kaki lima. Hal ini
menurunkan kualitas air yang secara fisik ditandai dengan perubahan warna air
laut dan bau yang tak sedap.
1. Konsep Penataan Ruang dan Pengelolaan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kota Makassar
Sehingga dalam hal ini perencanaan wilayah pesisir secara nasional dapat diambil
kebijakan bahwa di suatu wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil telah ditentukan
kebijakan, kelembagaan serta rencana strategis apa yang dapat diterapkan. Kota
Makassar dalam masuk dalam struktur pola ruang Pulau Sulawesi sebagai
Kawasan Andalan Makassar dan Sekitarnya dan Pelabuhan Soekarno Hatta di
Kota Makassar dalam Struktur Ruang Pulau Sulawesi Sebagai Pelabuhan Utama
Primer.
Kota Makassar dapat dibedakan beberapa zona, mulai dari zona pemanfaatan
untuk Kawasan perlindungan setempat baik alami maupun buatan, Ekonomi,
wisata, pelabuhan internasional, Perdagangan, estuaria di daerah muara
Jeneberang dan zonasi daerah terumbu karang di gugus pulau kecil di sekitar Kota
Makassar.
Pada detail plan rumusan atau kajian berdasarkan empat variable yaitu Secara
teknis aspek yang harus dikaji adalah sebagai berikut:
a. Tata Ruang
Menyangkut pengembangan ruang yang lebih operasional teru¬tama fisik dalam
rangka menunjang terbentuknya struktur dan pola penggunaan ruang. Kajiannya
akan didasarkan pada kemampuan teknis fisik dasar maupun teknis artifisial.
b. Infrastruktur
Menyangkut penilaian terhadap jaringan, pola dan kebu¬tuhan pengembangan
dari prasarana jaringan jalan dan utilitas. Infrastruktur ini akan banyak
mempengaruhi kualitas lingkungan, baik lingkungan perumahan maupun
lingkungan fungsional lainnya. Khususnya infrastruktur di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil untuk mendukung kegiatan atau aktivitas sekitar.
c. Kerekayasaan
Menyangkut penilaian terhadap kondisi fisik dasar, dalam kaitannya dengan
pengembangan infrastruktur, baik itu jaringan jalan, jaringan utilitas, maupun
bangunan dari penilaian ini diharapkan dapat menyusun pradesign dari jaringan
jalan, jaringan utilitas, maupun bangunan.
d. Estetika
Menyangkut penilaian terhadap aspek buatan manusia dan alam. Penilaian aspek
buatan manusia sebagai dasar mengenali ciri sosial budaya masyarakat,
mengidentifikasi kualitas lingkungan secara keseluruhan. Dalam
pengembangannya diharapkan dapat memanfaatkan faktor alam, seperti
pepohonan, taman-taman/ruang terbuka dan lain-lain yang disesuaikan dengan
pola tata ruang yang diren¬canakan.
Sehingga dalam perencanaan penataan ruang dalam hal ini pengelolaan wilayah
pesisir sangat menekankan pada aspek mitigasi, agar mampu mengelola sumber
daya wilayah pesisir. Penyelenggaraan mitigasi bencana Wilayah Pesisir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 UU No. 27 Thn 2007 dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek:
- sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat;
- kelestarian lingkungan hidup;
- kemanfaatan dan efektivitas; serta
- lingkup luas wilayah.
- Manajemen Bencana
Ibarat sebuah siklus, pengelolaan bencana gempa dan tsunami itu mulai dari
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan
rekonstruksi),
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Kawasan Pembangunan Semeja. Graha Ilmu :
Yogyakarta
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pembangunan Kelautan dan Kewilyahan. Graha
Ilmu : Yogyakarta
BAPPENAS, World Bank, Departemen Dalam Negeri RI, dan Departemen
Kelautan dan Perikanan RI. 2004. Bahan Sosialisasi Nasional Marginal Fishing
Community Development Pilot. Jakarta.
Bencana Tsunami (Bahan Presentase Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil). DKP : Jakarta
Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan. Pradnya Paramita : Jakarta
Buku Saku Kota Makassar.2007. www.kotamakassar.go.id
Dahuri, Rokhmin dkk. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita : Jakarta
Departemen Kelautan dan Perikanan. 12 Buku Petunjuk Teknis Perencanaan
Wilayah Pesisir dan Laut : Jakarta
Diposaptono, Subandono dkk. 2007. Hidup Akrab Dengan Gempa dan Tsunami.
DKP : Jakarta
Diposaptono, Subandono dkk. 2008. Renzon Berbasis Mitigasi (Bahan
Presentase Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil). DKP : Jakarta
Kepmen No 34 Tahun 2002 Tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil
Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Humaniora:
Bandung.
Laporan Pendahuluan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kota Lama Makassar.
PU : Sulawesi Selatan
Latief, Hamzah dkk. 2008. Zonasi Wilayah Pesisir Berbasis Mitigasi. DKP: Jakarta
Mulyadi.2007. Ekonomi Kelautan.PT Raja Graffindo Persada: Jakarta
UU 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UU 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
UU 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.