Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kleptomania mungkin masih terdengar asing di kalangan masyarakat

awam sehingga tindakan berlebihan banyak dilakukan untuk menghakimi

masyarakat yang terkena penyakit ini. Kleptomania merupakan gangguan

kebiasaan dan impuls yang tidak terkendalikan (impulse control disorder).

Kleptomania diartikan sebagai bentuk gangguan impuls yang tidak dapat

dikendalikan oleh individu untuk memiliki barang-barang yang dilihatnya dengan

cara mencuri. Gangguan ini dilakukan secara berulang (kompulsi) dengan

berbagai alasan yang tidak rasional untuk memiliki benda-benda tersebut.1

Individu yang mempunyai gangguan kleptomania ditandai oleh kegagalan

menahan dorongan yang timbul untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau

tidak menghasilkan uang, ketika dorongan untuk mencuri itu muncul, ia akan

merasa tidak nyaman, gelisah dan dorongan tersebut akan semakin kuat, setelah

perilaku tersebut tersalurkan, individu tersebut akan merasakan kepuasaan. Pada

saat-saat tertentu individu dapat merasakan penyesalan terhadap kebiasaan

tersebut, akan tetapi penyesalan tersebut tidak dapat menghentikan kebiasaan

buruk tersebut, justru ketika muncul dorongan itu kembali, ia akan kembali

mencuri.1,2

Beberapa penelitian psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania

disebabkan oleh berbagai permasalahan dan fase masa anak-anak yang tidak

1
berjalan dengan semestinya, akibatnya dorongan mencuri merupakan salah satu

cara untuk mengembalikan masa tersebut. Secara pasti sebab-sebab kemunculan

kleptomania masih dalam perdebatan, namun diperkirakan ketidakseimbangan zat

kimia serotonin di dalam otak diduga menjadi penyebab bentuk abnormalitas

ini.1,2

Meskipun tidak ada data epidemiologi yang dilaporkan, tampaknya

kleptomania lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki

dengan rasio laki-laki-perempuan adalah 1:3. Prevalensi kleptomania diperkirakan

sekitar 0,6 persen, dimana 3,8-24 persen ditangkap karena mencuri di toko. DSM–

IV menyebutkan bahwa kleptomania muncul kurang dari 5% dari kasus pencurian

toko yang teridentifikasi.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kleptomania pertama kali dijelaskan pada tahun 1816 oleh Andre

Matthey seorang psikiater dari Swiss, pada saat itu disebut dengan

“klopemanie” yang yang dijelaskan sebagai suatu tindakan mencuri kompulsif

barang tidak berharga dan tidak dibutuhkan. Pada 1838, Marc dan Esquirol,

dalam menggambarkan sebuah kasus, membuat istilah “kleptomania”. Esquirol

melaporkan bahwa individu dengan gangguan ini sering mencoba untuk

menghindari perilaku mencuri. Pada akhir 1800an, beberapa penulis

menghubungkan kleptomania dengan intoksikasi suasana dari penemuan

terbaru pusat perbelanjaan di perkotaan. Pada abad ke 19 dan awal abad 20,

diskusi tentang kleptomania menjadi perdebatan terus menerus dalam bidang

kedokteran. Psikoanalis menginterpretasikan gejala-gejala kleptomania sebagai

refleksi dari pertahanan ego bawah sadar terhadap kecemasan, naluri yang

terlarang, konflik yang tidak diselesaikan, atau dorongan seksual.2

Ciri penting dari kleptomania adalah kegagalan rekuren untuk menahan

impuls untuk mencuri benda-benda yang tidak diperlukan untuk pemakaian

pribadi atau yang tidak memiliki arti ekonomi. Benda-benda yang diambil

seringkali dibuang, dikembalikan secara rahasia, atau disimpan bahkan

disembunyikan.1,2

Seperti gangguan pengendalian impuls lainnya, kleptomania ditandai

oleh ketegangan yang memuncak sebelum tindakan, diikuti oleh pemuasan dan

3
peredaan ketegangan dengan atau tanpa rasa bersalah, penyesalan, atau depresi

selama tindakan. Biasanya mecuri pada kleptomania adalah tidak direncanakan

dan tidak melibatkan orang lain.1,2

Kebanyakan orang dengan kleptomania tidak mencuri untuk kebutuhan

pribadi dan serIngkali mempunyai uang yang cukup untuk membeli barang

barang yang mereka beli. Lebih lanjut mereka menyadari bahwa itu merupakan

perilaku kriminal. Beberapa orang dapat mengidentifikasi pemicu spesifik

terhadap dorongan untuk mencuri. Sebagai tambahan, peningkatan ketegangan

dan tekanan untuk mencuri diikuti dengan kepuasan atau kelegaan segera,

mereka juga sering mengalami perasaan bersalah dan malu.1,2

Pada dasarnya pencurian bisa terdapat dalam episode tertentu atau lebih

kronis. Selain itu juga ada periode remisi yang lama antar episode pencurian.

Banyak penderita kleptomania membuat strategi tersendiri dalam usahanya

untuk menahan diri dari perilaku tersebut. Mereka biasanya menghindari pusat

perbelanjaan, mereka hanya pergi berbelanja jika ada yang menemani atau

bahkan berhenti pergi berbelanja sama sekali. Mereka juga bisa menjauhkan

diri secara sosial sebagai usaha untuk mengurangi kesempatan dalam

mencuri.10

2.2 Epidemiologi

Meskipun tidak ada data epidemiologi yang dilaporkan, tampaknya

kleptomania lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki

dengan rasio laki-laki-perempuan adalah 1:3. Prevalensi kleptomania

diperkirakan sekitar 0,6 persen, dimana 3,8-24 persen ditangkap karena

4
mencuri di toko. DSM–IV menyebutkan bahwa kleptomania muncul kurang

dari 5% dari kasus pencurian toko yang teridentifikasi.4

Sebuah studi terkini pada pada pasien dewasa yang dirawat di rumah

sakit dengan gangguan jiwa multipel (n=240) ditemukan bahwa 7,8% (n=16)

terdapat gejala konsisten dengan diagnosis kleptomania, dan 9,3% (n=19)

mempunyai diagnosis kleptomania seumur hidup. Dalam studi pada 102 remaja

yang dirawat karena berbagai macam gangguan jiwa ditemukan bahwa 8,8%

(n=9) menderita kleptomania. Karena angka kejadian pada remaja dan dewasa

hampir sama, menunjukkan bahwa jika kleptomania tidak ditanganin maka

akan menjadi kronis.4

2.3 Etiologi

Etiologi kleptomania pada dasarnya belum diketahui, beberapa penelitian

psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh berbagai

permasalahan dan fase masa anak-anak yang tidak berjalan dengan semestinya,

akibatnya dorongan mencuri merupakan salah satu cara untuk mengembalikan

masa tersebut.4

Walaupun etiologi kleptomania masih belum jelas namun ada beberapa

hipotesis yang menyatakan adanya disfungsi serotogenik pada korteks

prefrontal ventromedial yang mendasari kegagalan pengendalian impuls pada

individu kleptomania. Pada suatu studi yang meneliti individu kleptomania

dilaporkan bahwa jumlah dari 5-HT transporter pada individu kleptomania

adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan individu yang normal.4

Ada beberapa faktor resiko kleptomania:

5
Faktor Psikososial

Gejala kleptomania cenderung muncul pada saat adanya stress berat,

seperti kehilangan, perpisahan, dan berakhirnya sebuah hubungan yang

penting. Beberapa psikoanalis menekankan munculnya impuls yang agresif

pada kleptomania.5

Penulis psikoanalisis memfokuskan pada pencurian yang dilakukan

oleh anak-anak dan remaja. Anna freud menemukan bahwa pencurian pertama

dari dompet ibu mengindikasikan semua pencurian berasal dari hubungan ibu

dan anak. Karl Abraham menulis adanya perasaan anak yang diabaikan,

disakiti, dan tidak diinginkan.4

Faktor Biologis

Penyakit pada otak dan retardasi mental telah dihubungkan dengan

kleptomania, dimana juga berhubungan dengan gangguan kontrol impuls

lainnya. Tanda-tanda neurologis fokal, atrophy cortical, dan pembesaran

ventrikel lateral ditemukan pada beberapa pasien kleptomania. Telah

ditemukan juga teori mengenai gangguan pada metabolisme monoamin,

khususnya serotonin.4

Meskipun patogenesis neurobiologi bisa dibilang indikator paling valid

dari gangguan terkait, hanya ada sejumlah kecil penelitian tentang

kemungkinan neurobiologi kleptomania. Dalam sebuah penelitian

pengangkutan platelet serotonin, disfungsi yang sama terlihat pada subjek

dengan kleptomania dibandingkan individu dengan gangguan obsesif-

kompulsif.4

6
Sebuah laporan kasus menemukan bahwa kerusakan jaras orbitofrontal-

subkortikal dapat mengakibatkan kleptomania. Laporan kasus lain menemukan

kleptomania berasal dari trauma kepala dan defisit perfusi pada lobus temporal

kiri. Selain itu, penelitian baru-baru ini memeriksa mikrostruktur materi putih

lobus frontal yang menemukan bahwa penderita kleptomania integritas materi

putih di daerah frontal inferiornya telah menurun signifikan dan karena itu

berakibat gangguan konektivitas pada traktus dari limbik ke daerah thalamus

dan prefrontal.4

Faktor Genetik dan Keluarga

Dalam sebuah penelitian, 7% dari keluarga pasien generasi pertama

mempunyai gangguan obsesive kompulsif. Selain itu juga ditemukan adanya

mood yang meningkat pada anggota keluarga pasien kleptomania.4

Penelitian tentang riwayat keluarga kleptomania sangat terbatas. Dua

penelitian tanpa kontrol menemukan bahwa 7% sampai 25% anggota keluarga

penderita kleptomania bisa menderita gangguan obsesif kompulsif. Hanya pada

penelitian dengan menggunakan kelompok kontrol, tidak ditemukan perbedaan

yang berarti pada rasio gangguan obsesif–kompulsif antara keluarga generasi

pertama dari penderita kleptomania dibandingkan kontrol.4

2.4 Gambaran klinis

Ciri penting dari kleptomania terdiri dari dorongan atau impuls yang

rekuren, intrusif dan tidak dapat ditahan untuk mencuri benda-benda yang tidak

diperlukan. Pasien kleptomania mungkin juga mengalami depresi atau

kecemasan. Pasien kleptomania tidak selalu mempertimbangkan kemungkinan

7
penangkapan mereka, kendatipun penahanan yang berulang menyebabkan

penderitaan dan rasa malu. Pasien kleptomania mungkin merasa bersalah dan

cemas setelah mencuri namun hal ini tidak dapat menghentikannya. Sebagian

besar pasien kleptomania mencuri dari toko, tetapi mereka juga dapat mencuri

dari anggota keluarga atau teman mereka sendiri.4

Individu dengan kleptomania menyebutkan bahwa barang curian biasanya

dengan nilai yang kecil dan mudah didapat. Setelah mencuri barang tersebut,

penderita kemudian akan membuang, menimbun, mengembalikan secara

sembunyi-sembunyi, atau menghadiahkannnya kepada orang lain. Penderita

mungkin bisa menghindar saat tertangkap, tetapi tantangan biasanya tidak

sepenuhnya dalam jumlah. Meskipun perasaan senang, kepuasan atau

pembebasan pengalaman dialami pada waktu mencuri, penderita akan

mengalami perasaan bersalah, depresi atau penyesalan segera.4

Rata-rata onset usia perilaku mencuri adalah selama masa remaja,

meskipun ada laporan baru bahwa onset usia perilaku mencuri terjadi paling

cepat saat usia 4 tahun dan paling lambat pada usia 77 tahun. Usia yang

penting untuk evaluasi adalah paling lambat pada usia 30 tahun. Wanita

biasanya memperlihatkan evaluasi pada usia yang lebih muda daripada pria.

Panjangnya masa antara onset dan waktu evaluasi memperkuat rasa bersalah,

malu dan kerahasiaan yang terlibat dalam gangguan ini.4

2.5 Diagnosis

8
Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania berdasarkan Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat, teks revisi (DSM-IV-

TR), yaitu :10

1. Kegagalan berulang dalam menahan impuls untuk mencuri benda-benda

yang tidak diperlukan untuk keperluan pribadi atau untuk nilai ekonominya.

2. Meningkatnya perasaan ketegangan segera sebelum melakukan pencurian.

3. Rasa senang, puas, atau redanya rasa ketegangan pada saat bersamaan

melakukan pencurian.

4. Mencuri tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas

dendam, dan bukan sebagai respon suatu waham atau halusinasi.

5. Mencuri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan konduksi,

episode manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania (curi patologis) berdasarkan

PPDGJ-III, yaitu :3

1. Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama dan segera

sesudah melakukan tindakan pencurian

2. Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan, tetapi tidak

setiap kesempatan yang ada digunakan.

3. Pencurian basanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak bersama-sama

dengan pembantunya.

4. Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa bersalah pada waktu

diantara episode pencurian tetapi hal ini tidak mencegahnya mengulangi

perbuatan tersebut.

9
Curi patologis harus dibedakan dari:3

1. Pencurian berulang di toko tanpa gangguan jiwa yang nyata, dimana

perbuatannya direncanakan dengan lebih hati-hati dan terdapat motif

keuntungan pribadi yang jelas.

2. Gangguan mental organik (F00-F09), dimana berulang kali gagal untuk

membayar belanjaan sebagai konsekuensi berkurangnya daya ingat dan

kemerosotan fungsi intelektual lain.

3. Gangguan depresif dengan pencurian (F30-F33), beberapa penderita

depresi melakukan pencurian dan mungkin akan tetap mengulanginya

selama gangguan depresif masih ada.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

Perbedaan utama antara kleptomania dengan bentuk mencuri lainnya

adalah untuk suatu diagnosis kleptomania, mencuri harus selalu mengikuti

kegagalan untuk menahan impuls dan harus merupakan tindakan yang

tersendiri, dan benda-benda yang dicuri tidak dipergunakan dan tidak memiliki

arti ekonomi. Pada mencuri tanpa gangguan jiwa biasanya tindakan itu

direncanakan dan benda yang dicuri biasanya untuk digunakan atau memiliki

nilai ekonomi.5

Episode pencurian kadang-kadang terjadi pada masa gangguan psikotik,

seperti pada episode manik akut, depresi berat dengan gejala psikotik, atau

skizoprenia. Pencurian psikotik merupakan hasil dari peningkatan atau

penurunan patologis dari mood atau perintah dari halusinasi atau delusi.

Pencurian pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial merupakan

10
suatu yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan percaya diri, dengan

beberapa tingkat persiapan dan perencanaan, biasanya dilakukan dengan orang

lain. Pencurian antisosial biasanya melibatkan perilaku yang membahayakan

atau kekerasan, khususnya menghindari penangkapan. Rasa bersalah dan

penyesalan jarang sekali muncul, atau pasien selalu berbohong. Intoksikasi

akut obat dan alkohol bisa memicu pencurian pada individu dengan gangguan

jiwa lainnya atau tanpa psikopatologi yang berat. Pasien dengan Alzheimer

atau penyakit organik demensia lainnya bisa saja meninggalkan toko tanpa

membayar, yang lebih mengarah pada kelalaian daripada pencurian.5

2.7 Penatalaksanaan

Kebanyakan pasien menolak untuk mendapatkan bantuan sampai

mereka terlibat dalam proses hukum. Tidak ada terapi yang paling efektif

dalam penyembuhan gangguan ini, walaupun demikian beberapa terapi dapat

diberikan. Terapi yang dapat diberikan adalah secara farmakologis dan

psikoterapi.5

a. Psikofarmaka

Ada beberapa obat yang dilaporkan berhasil dan dapat digunakan pada

penderita kleptomania, yaitu :

1) Antidepressant

Karena kleptomania pada awalnya merupakan suatu bentuk gangguan

obsesif kompulsif, pendekatan farmakologis pertama adalah penggunaan

11
Selective Serotonin Reuptake inhibitors (SSRI). Beberapa laporan kasus

menunjukkan SSRIs mempunyai beberapa kamanjuran dalam pengobatan

kleptomania.5,6

Fluoxentine, fluvotamine, dan proxetine telah digunakan sebagai

monoterapi dalam pengobatan kleptomania. Pemilihan penggunaan SSRIs pada

pengobatan kleptomania karena diyakini bahwa pada penderita kleptomania

terjadi disfungsi serotogenik. Respon penggunaan SSRIs pada pasien

kleptomania berupa penurunan keinginan mencuri, perilaku mencuri, dan

peningkatan fungsi social serta fungsi pekerjaan.5,6

Dosis awal 20 mg perhari (1x1 kapsul perhari) pagi hari. Dosis dapat

ditingkatkan menjadi 40 mg perhari (1x2 kapsul) hingga 80 mg, diberi 1x

sehari atau dosis terbagi, tergantung respon pasien. Efektivitas fluoxetine

terlihat dalam 5-6 minggu. Tidak perlu meyesiuaikan dosis pada orang tua dan

orang gemuk. Pada gangguan hati (siros hati) dan ganggguan ginjal ringan

sampai sedang perlu menyesuaikan dosis, yaitu 1 x ½ kapsul. Dosis

pemeliharaan selama beberapa bulan.5,6

2) Mood stabilizers

Jenis obat ini bertujuan menyeimbangkan mood (suasana hati) sehingga

perubahan yang tepat atau tidak seimbang yang biasanya memicu dorongan

mencuri bisa diredakan, salah satu mood stabilizer untuk mencegah

kleptomania adalah lithium (Lithobid). Obat ini memberikan ketenangan bila

terjadi perubahan mood berupa dorongan dorongan kuat untuk mencuri timbul

secara mendadak.8

12
b. Psikoterapi

Terapi yang digunakan dalam penyembuhan kleptomania adalah

Cognitive-Behavioral Therapy (CBT). Pada CBT individu diharapkan dapat

mengindentifikasi perilaku yang salah, pikiran negatif dan mengubah pikiran

dan perilaku tersebut secara lebih sehat. Pada Cognitive-Behavioral Therapy

diberikan beberapa perlakuan seperti covert sensitization, dimana individu

diminta untuk membangkitkan hal-hal yang tidak mengenakkan saat akan

mencuri misalnya pasien di intruksikan untuk membayangkan jika diri nya

mencuri dan membayangkan efek negatifnya seperti tertangkap atau perasaan

mual dan sesak nafas. Aversion therapy merupakan sesi dimana individu

berusaha mengatur pernafasan secara tepat, menahan nafas untuk beberapa saat

ketika rasa tidak nyaman muncul yang akan melawan dorongan-dorongan

untuk mencuri tersebut untuk kembali muncul. Systematic desensitization,

membantu pasien untuk mencapai keadaan relaksasi melalui relaksasi otot dan

memerintahkan pasien untuk membayangkan tindakan selain episode mencuri,

juga menyarankan bahwa pasien lebih baik mengontrol dorongan untuk

mencuri dengan mengontrol kecemasan.5

Penatalaksanaan yang mengkombinasikan CBT dengan obat telah

menunjukkan keuntungan pada pasien dalam suatu laporan kasus. Seorang

pasien pria 43 tahun dengan cedera tumpul pada regio fronto temporal kepala

yang menyebabkan timbulnya gejala mirip kleptomania diterapi dengan

citalopram dan CBT dan dilaporkan adanya pengurangan dari seluruh gejala

kleptomania. Seorang pasien wanita 77 tahun dengan onset kleptomania yang

13
lambat (usia 73 tahun) dilaporkan berhentinya semua pencurian yang dilakukan

setelah terapi dengan pemberian kombinasi CBT, sertraline 50mg/hari, terapi

menasehati diri sendiri, dan membuat larangan sendiri dalam berbelanja.5,6

2.8 Prognosis

Kleptomania dapat mulai muncul pada masa anak-anak, walaupun

kebanyakan anak- anak dan remaja yang mencuri tidak akan menjadi kleptomania

pada saat dewasa. Onset gangguan ini sering muncul pada masa remaja akhir.

Wanita lebih sering mencari pertolongan psikiatri daripada pria. Pria lebih sering

dimasukkan ke penjara. Pria cenderung memeperlihatkan gangguan ini pada usia

50 tahun dan wanita usia 35 tahun.1

Perjalanan penyakit ini bisa bertambah dan berkurang tapi cenderung

menjadi kronis. Angka kesembuhan spontan tidak diketahui. Pada pasien dengan

penyakit yang serius biasanya sering tertangkap dan ditahan. Kebanyakan pasien

biasanya secara sadar mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku mereka.

Prgonosis dengan pengobatan bisa baik, tapi sedikit pasien yang datang secara

sadar untuk mencari pertolongan.1

14
BAB III

KESIMPULAN

1. Kleptomania merupakan gangguan kebiasaan dan impuls yang tidak

terkendalikan (impulse control disorder). Kleptomania diartikan sebagai

bentuk gangguan impuls yang tidak dapat dikendalikan oleh individu

untuk memiliki barang-barang yang dilihatnya dengan cara mencuri.

Gangguan ini dilakukan secara berulang (kompulsi) dengan berbagai

alasan yang tidak rasional untuk memiliki benda-benda tersebut.1,2,9

2. Pasien kleptomania mungkin merasa bersalah dan cemas setelah mencuri

namun hal ini tidak dapat menghentikannya.3,4

3. Pencurian pada kleptomania harus dibedakan dengan pencurian lain

seperti pencurian pada gangguan psikotik, gangguan kepribadian

antisosial, atau pada pasien Alzheimer.3,4

4. Kebanyakan pasien menolak untuk mendapatkan bantuan sampai mereka

terlibat dalam proses hukum. Psikofarmaka yang dapat digunakan adalah

antidepresan SSRIs, mood stabilizer, dan naltrexone, sedangkan

psikoterapi yang digunakan adalah Cognitive-Behavioral Therapy (CBT).6


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical


Psychiatry. 10th Edition : Jilid 1. Penerbit : Lippincott Williams & Wilkins.
2007.

2. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook


of Psychiatry 7th edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2010.

3. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan jiwa edisi ketiga (PPDGJ-III). Jakarta:


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. Hal :110.

4. Kohn, Karolyn. Conceptualization and Treatment of Kleptomani Behaviors


Using Cognitive and Behavioral Strategies. International Journal of
Behavioral Consultation and Therapy. 2006.
5. Franklin, Donald J, “impuls control Disorder”. 2010.

Diakses melalui www.psychologyinfo.com. Pada tanggal 12 Mei 2017.

6. Suinn, Richard M. “Kleptomania”, fundamentals of abnormal psychology.


Chicago: Nelson Hall. 2010.

7. Grant, Jon E, Odlaug, Brian L. Kleptomania: Clinical Characteristics and


Treatment. Rev. Bras. Psiquiatr. 2008.

8. Grant E Jon, Odlaug L Brian. J. Kleptomania : clinical characteristick and


treatment. University of Minnesota School of Medicine. 2010.

9. Fullerton A Ronald. J Kleptomania : A Brief Intellectual History. American


University in Cairo. 2003.

10. Scott Donald. Kleptomania Impuls Control Disorder. Psychology Abnormal.


2013.
18

Anda mungkin juga menyukai