Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH: KEPERAWATAN HIV AIDS

ANALISIS KASUS

Disusun oleh:

SISKA LESTIA

18.20.2965

Dosen Pengampu:

AGUSTINA LESTARI., S.Kep., Ns., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KASUS:

Seorang wanita memiliki suami yang bekerja diluar daerah yang memaksa untuk mereka
hidup terpisah dan hanya bertemu satu kali dalam setahun, mereka memiliki seorang anak
berumur 4 tahun. Setelah usia perkawian mencapai 5 tahun suaminya meninggal karena sakit,
dan diketahui sakit yang diderita suaminya adalah AIDS. Wanita tersebut segera
memeriksakan diri dan anaknya ke RS dan diketahui mereka berdua juga mengidap AIDS
karena ditularkan oleh suaminya dan diturunkan kepada anaknya. Mengetahui hal tersebut
wanita tersebut sangat sedih, kerabat yang mengetahui mulai menjauhi mereka dan
mengucilkannya.

Analisis kasus terkait:

1. Bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh wanita dan anaknya dalam menghadapi
masalah yang sedang dialaminya?
2. Menurut anda apakah yang akan terjadi akibat munculnya stigma dan diskriminasi
pada ODHA?
3. Bagaimana menurut anda peran serta keluarga dan masyarakat dalam mengurangi
stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS
sekarang ini?
4. Bagaimana peran perawat terhadap stigma dan diskriminasi ODHA terkait aspek etik
dan legal dalam mengenai HIV/AIDS
5. Apa yang harus dilakukan untuk menangani masalah dan mencegah masalah muncul
kembali?

Hasil Analisis:

1. Hal yang harus dilakukan wanita dan anaknya tersebut dalam menghadapi stigma dan
diskriminasi dari kerabat dan lingkungannya adalah dengan tetap berpikir positif,
seperti yang dikatakan oleh Goffman (Crossman, 2016). Seseorang (ODHA) harus
mengasumsikan bahwa orang normal hanyalah tidak memiliki informasi memadai dan
bukan pembenci. Tidak perlu merespon hinaan, dan orang yang di stigma harus
mengabaikan atau dengan sabar menyangkal serangan atau pandangan yang
melatarbelakanginya. Orang-orang dengan stigma harus mencoba membantu
mengurangi ketegangan dengan basa-basi dan menggunakan lelucon atau bahkan
“ejekan terhadap dirinya sendiri”. Orang-orang dengan stigma harus memperlakukan
orang-orang “normal” seakan-akan mereka mendapat kehormatan sebagai si
bijaksana. Orang-orang dengan stigma harus membiarkan pertanyaan-pertanyaan
yang mengganggu dan bersedia dibantu. Orang-orang dengan stigma harus
menggunakan taktik waktu jeda dalam percakapan untuk pemulihan dari keterkejutan
karena sesuatu yang mungkin diucapkan oranglain. Orang-orang dengan stigma harus
mengikuti etiket penyingkapan, misalnya dengan menggunakan ketidakmampuan
sebagai topik dalam pembicaran serius. Seorang yang distigma harus melihat dirinya
“normal” agar mudah menghadapi orang “normal”. Interaksi antara orang-orang
dengan stigma dengan lingkungannya sejatinya penuh tekanan, karena mereka harus
mengelola emosi-emosi yang kuat, pemikiran-pemikiran dan tindakannya terkait
stigma yang diterimanya. Selain itu, pentingnya konsep diri untuk orang-orang stigma
(ODHA) yang mencintai dirinya sendiri, seperangkat persepsi yang relatif stabil.
Konsep diri adalah cara kita melihat diri kita, yang langsung berdampak pada
seseorang yang berhubungan dengan dunia sekitar. Seseorang dengan konsep diri
yang positif, tidak hanya berpikir tentang dirinya dan diterima oleh orang lain, tetapi
juga merasa lebih nyaman dan melakukan lebih baik dalam situasi yang mendua.
Selain itu dalam menghadapi stigma terhadap penyakitnya, ODHA dapat melakukan
salah satu dari dua strategi, yaitu pertama: tidak berterus terang mengenai status
HIV/AIDS-nya, dan kedua: berterus terang tentang kondisinya.
2. Yang akan terjadi akibat stigma dan diskriminasi pada ODHA:
a. Semua ODHA pernah mengalami stigma dan diskriminasi berupa gosip, olok-
olok, sebutan negatif, pengutukan, penghinaan dan dihakimi yang membuat syok
kejiwaan ODHA yang akhirnya kekhawatiran membebaninya.
b. Semua ODHA yang mendapatkan stigma dan diskriminasi berupa kehilangan hak
dan kekuasaan untuk mengambil keputusan atas dirinya sendiri.
c. Merasa dihukum oleh lingkungannya dan sebagian ODHA memilih
mengisolasikan dirinya untuk menghindari stigma dari lingkungannya.
d. Perasaan malu dan membenci diri pada penilaian masyarakat.
e. Menghambat upaya pencegahan dan perawatan ODHA.
3. Menurut saya, keluarga dan masyarakat sangat berperan penting dalam mengurangi
stigma yang diterima oleh ODHA dari lingkungannya. Keluarga dan masyarakat
seharusnya tidak melakukan tindakan diskriminatif terhadap ODHA. Keluarga dan
masyarakat dapat berperan sebagai pendukung ODHA dalam berbagai aspek.
Terutama dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan penderita HIV/AIDS untuk
menyemangati ODHA. Dengan dukungan dari keluarga akan membuat ODHA
merasa lebih baik, dukungan dari keluarga dapat mengurangi tekanan psikososial
yang dirasakan ODHA, sehingga ODHA dapat memberikan respon yang positif
terhadap orang-orang sekitarnya. Keluarga ODHA juga dapat memberikan dukungan
dengan cara mencari informasi-informasi tentang HIV/AIDS yang akurat. Salah
satunya dengan bertanya kepada dokter, perawat dan petugas kesehatan lain. Dengan
adanya informasi tersebut, pihak keluarga dapat mengurangi stigma negatif terhadap
ODHA.
Hal yang menyebabkan lingkungan ODHA sering memberikan stigma negatif dan
mendiskriminasikan ODHA adalah kurangnya informasi tentang HIV/AIDS, dan
disinilah peran keluarga dan masyarakat agar lingkungan ODHA yang masih belum
memahami terkait HIV/AIDS mendapatkan informasi yang akurat untuk mengurangi
stigma dan diskriminasi ODHA.
4. Peran perawat secara aspek legal terhadap stigma dan diskriminasi ODHA tertuang
dalam pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kesehatan. Pada bagian kelima pasal 30 menjelaskan tentang pengobatan dan
perawatan bagi ODHA sebagai berikut: ayat 1, setiap fasilitas pelayanan kesehatan
dilarang menolak pengobatan dan perawatan ODHA. Ayat 2, dalam hal fasilitas
kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak mampu memberikan pengobatan dan
perawatan, wajib merujuk ODHA ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang mampu
atau ke rumah sakit rujukan ARV. ODHA juga memiliki undang-undang kesehatan
perlindungan hukum dan HAM. Sehingga perawat memiliki peran legal dalam
membantu mengurangi stigma dan diskriminasi ODHA dilingkungannya. Peran
perawat secara aspek etik adalah dengan menghormati otonomi klien, menegakan asas
kejujuran, tidak merugikan klien, menjaga kerahasiaan infomasi klien, dan adil
kepada seluruh klien, tidak membedakan ras, suku, agama, pendidikan, gender, status
sosial dan tidak ikut memberikan stigma negatif kepada ODHA dengan prinsip etik
yaitu empati, solidaritas dan tanggung jawab.
5. Berbagai kebijakan maupun program untuk mencegah dan menanggulangi
penyebaran HIV/AIDS sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, tidak saja oleh
pemerintah, tetapi juga oleh lembaga-lembaga, baik swadaya masyarakat, nasional
maupun international. Meskipun demikian, masih ditemukan kendala-kendala yang
menghambat kesuksesan jalannya program-progam tersebut. Salah satunya adalah
stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang diidentifikasi menderita
HIV/AIDS. Kondisi ini tentu saja memengaruhi keefektifan program dalam
memerangi epidemi HIV/AIDS. Penyebaran HIV/AIDS yang cenderung semakin
meningkat, yang menjadi persoalan bukan hanya terbatas pada penyakitnya saja,
tetapi juga terkait stigma pada ODHA. Masalah stigma yang masih kurang
mendapatkan perhatian dan sulit untuk ditangani.
Menangani dan mencegah stigma dan diskriminasi pada ODHA memang tidak
mudah, diperlukan banyak pihak yang berkontribusi didalamnya, baik dari petugas
kesehatan, keluarga dan masyarakat. Karena menghapus stigma negatif terhadap
ODHA adalah hal yang sulit. Sosialisasi dan penyuluhan yang sering dilakukanpun
terkadang belum dipahami oleh masyarakat. Seluruh pihak perlu menanamkan
pemahaman yang jelas bahwa stigma dan diskriminasi pada ODHA merupakan
bentuk pelanggran hak asasi manusia.
Daftar Pustaka

Elisa, J. (2019). Peran Keluarga Dalam Mengurangi Tekanan Emosional Pada


Perempuan Pengidap HIV. Dalam https://scholar.google.co.id/ diakses pada tanggal 1
April 2020.

Lamaka, I.H., Pandelaki, K., & Pinontoan, O.R. (2018). Bentuk Dan Akibat Stigma
Serta Diskriminasi Terhadap Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Di Kota Kotamobagu
Tahun 2018. Paradigma, 6(2). Dalam https://scholar.google.co.id/ diakses pada
tanggal 1 April 2020.

Makmur, R. (2017). Strategi Komunikasi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)


Menghadapi Stigma Masyarakat. LUGAS Jurnal Komunikasi, 1(1), 68-83. Dalam
https://scholar.google.co.id/ diakses pada tanggal 1 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai