WAHAM
A. DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak
mungkin, contoh masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”)
dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya (Purba dkk, 2008).
Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi pikirannya
padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan yang telah
terpaku/terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan
kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika disuruh membuktikan berdasar akal
sehatnya, tidak bias. Atau disebut juga kepercayaan yang palsu dan sudah tidak
dapat dikoreksi (Baihaqi, 2007).
Delusi atau waham merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa seorang
individu meyakini sutu kebenaran, yang kemungkinan besar bahkan hamper pasti,
jelas, tidak mungkin. Tentu saja, banyak orang memegang keyakinan yang
kemungkinan besar bias menjadi salah, seperti keyakinan akan menang lotre. Self
deception (penipuan atau pembodohan diri sendiri ) semacam ini berbeda dengan
delusi, setidaknya dalam tiga cara atau tiga hal hal berikut :
Pertama, self-deception tidaklah secara penuh mustahil, sedangkan waham
memang sering begitu. Memang mungkin memenangi lotre, tetapi tidak mungkin
bahwa tubuh anda menghilang/melarut atau mengambang di udara.
1. Faktor Predisposisi
1. Teori Biologis
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.
Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam
anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan
anakanak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua
dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak
tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan
tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi
antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme
pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif
dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam
kepribadian.
2. Faktor Presipitasi
1. Biologis
2. Stres Lingkungan
C. SUMBER KOPING
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat
berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat
meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara
aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa
pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar
biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang,
klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri
dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada
orang lain, gelisah.
Menurut Kaplan dan shadok( 1997):
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali bila
ada sistem waham abnormal yang jelas.
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki wham
spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip
hari”.
d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengataka
bahwa ia sakit kanker.)
E. KEMAMPUAN PASIEN
1. Daya Nilai Sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar (situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari) dan bertindak yang sesuai dalam situasi tersebut
dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial
budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian antisosial maka daya nilai
sosialnya sering terganggu.
2. Uji Daya Nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan (Kaplan dan Shadock,
1997)
Kemampuan menilai realita berkaitan dengan kemampuan untuk
Pada orang-orang yang tidak normal, keinginan dan harapan seringkali terlalu jauh
dibandingkan dengan kenyataan. Hal ini disebabkan oleh orientaasi orang tersebut terlalu
bersifat subyektif atau terhadap dirinya sendiri saja. Orangorang dewasa atau normal dalam
membuat suatu keputusan bahkan merumuskan keinginan senantiasa memperhatikan
mengenai kemungkinan suatu keinginan tercapai. Artinya, mempertimbangkan realitas,
orientasi bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada pihak-pihak lain yang tersangkut.
Sebaliknya, pada mereka yang kurang sehat mental, antara keinginan dan kenyataan tidak
banyak berbeda, sehingga tidak memperlihatkan adanya motivasi dan usaha (Wiramihardja,
2007).
Pada mereka yang dinilai tidak mampu mengenali realitas, sering melakukan apa
yang disebut oleh Freud sebagai defends mechanism. Defends mechanism ini bersifat
alamiah dan timbul karena individu berkeinginan untuk mempertahankan diri dari ancaman-
ancaman yang timbul dari realitas yang tidak mampu ia tanggulangi. Bentuk-bentuk defends
mechanism semakin hari semakin banyak, karena pada dasarny manusia ingin bertahan dari
jenis-jenis ancaman tersebut. Jenis-jenis ancaman ini akan bertambah banyak pada
kehidupan yang lebih kompleks atau modern, diantaranya:
F. POHON MASALAH
Kerusakan komunikasi verbal Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
1. Defenisi
3. Tindakan
e. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3. Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
NO Kemampuan / Kompetensi
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5. Evaluasi
Proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
pasien atau kemampuan, hasil yang diharapkan dari pasien yang mengalami waham setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Pasien mampu:
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000