Anda di halaman 1dari 4

Shofyan Nugrah Prasetya

1906378324
Rangkuman MPKT A

Fakta Korupsi di Indonesia

Pengertian korupsi adalah suatu tindakan dari seseorang yang menyalahgunakan


sebuah kepercayaan dalam suatu masalah maupun organisasi guna memperoleh
keuntungan pribadi. Korupsi sendiri berasal dari bahasa Latin ‘corruptio’ yang
merupakan kata kerja dari ‘corrumpere’ dan mempunyai arti rusak, membutar balikkan,
busuk, menggoyahkan, ataupun menyogok. Menurut bahasanya, korupsi berarti suatu
tindakan pejabat publik baik itu politisi ataupun pegawai negeri berikut pihak lainnya
yang terlibat dalam tindakan yang tidak wajar dan tidak benar atau dapat disebut ilegal
dalam menyalahgunakan kepercayaan publik yang telah dikuasakan kepada seseorang
ataupun beberapa orang guna memperoleh suatu keuntungan sepihak saja.
Di Indonesia korupsi sangat marak dan ini sudah menjadi kebiasaan. Hal
ini terbukti dari indeks persepsi korupsi Indonesia versi World Bank 2007. Sejarah mencatat
praktik korupsi di Indonesia sudah tumbuh subur dari masa ke masa. Praktik korupsi seiring
dengan jalannya sistem penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang
seharusnya diharapkan dapat menyejahterakan rakyat Indonesia. Ada empat hal yang
menyebabkan korupsi masih marak terjadi di Indonesia.
Pertama, korupsi terjadi karena pelakunya memiliki kesempatan. Seperti yang kita
ketahui korupsi palling banyak dilakukan oleh kalangan elit politik. Dalam hal ini, para
pelaku melihat celah untuk merugikan negara melalui kelonggaran sistem atau prosedur yang
berlaku. Ketika celah tersebut terlihat para koruptor menghalalkan segala cara agar dapat
mengambil anggaran negara.
Kedua, mendapat tekanan dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini terdapat dua faktor
lingkungan yaitu lingkungan tempat bekerja dan lingkungan kerja. Tekanan yang datang dari
lingkungan kerja biasanya datang dari atasan atau pimpinan yang mengajak berbuat korupsi.
Sedangkan lingkungan keluarga datang dari nilai masyarakat yang berlaku. Berdasarkan dua
faktor tersebut hal ini membuat para koruptor tidak ragu melakukan korupsi tanpa
mementingkan norma-norma yang ada.
Ketiga, adanya pembenaran dalam melakukan korupsi. Ketika seseorang melakukan
korupsi, pelaku pasti akan mencari pembenaran dalam melakukan hal tersebut. Hal ini
berlaku apabila pelaku tersebut memiliki integritas yang rendah. Ketika seseorang memiliki
intergritas yang rendah orang tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Namun,
hal tersebut akan berbeda apabila orang tersebut memiliki integritas yang tinggi.
Keempat, hukuman yang berlaku terlalu ringan untuk para koruptor. Seperti yang kita
ketahui, hukuman korupsi di Indonesia tergolong ringan dibanding dengan negara lain.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, tepatnya pada Pasal 2 ayat 2. Pelaku korupsi dihukum paling singkat 4 tahun dan
denda 200 juta, paling lama selama 20 tahun dan denda 1 miliar. Hal ini lah yang membuat
para pelaku tindak pidana korupsi tidak jera karena hukuman tersebut berupa kurungan yang
memiliki masa waktu.
Korupsi adalah hal yang konstan dalam masyarakat dan terjadi di semua peradaban.
Korupsi mewujud dalam berbagai bentuk serta menyebabkan berbagai dampak, baik pada
ekonomi dan masyarakat luas. Berbagai penelitian maupun studi komprehensif soal dampak
korupsi terhadap ekonomi dan juga masyarakat luas telah banyak dilakukan hingga saat ini.
Hasilnya, korupsi jelas menimbulkan dampak negatif. Korupsi menghambat pertumbuhan
ekonomi dan memengaruhi operasi bisnis, lapangan kerja, dan investasi. Korupsi juga
mengurangi pendapatan pajak dan efektivitas berbagai program bantuan keuangan Tingginya
tingkat korupsi pada masyarakat luas berdampak pada menurunnya kepercayaan terhadap
hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke
infrastruktur hingga perawatan kesehatan.

Secara ringkas, dampak masif korupsi dapat dirasakan dalam berbagai bidang antara lain :
 Dampak ekonomi
 Dampak sosial dan kemiskinan masyarakat
 Dampak birokrasi pemerintahan
 Dampak politik dan demokrasi
 Dampak terhadap penegakan hukum
 Dampak terhadap pertahanan dan keamanan
 Dampak kerusakan lingkungan

Salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah ada di Indonesia adalah korupsi di
zaman orde baru. Mantan Presiden Soeharto ditempatkan sebagai Presiden terkorup sedunia
berdasarkan temuan Transparency International 2004 dengan total perkiraan korupsi sebesar
15-25 miliar dolar AS. Dana tersebut digunakan untuk membiayai tujuh yayasan milik
Soeharto; Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti
Sosial, Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti, Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila,
Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora. Berdasarkan putusan
Mahkamah Agung No 2896 K/Pdt/2009 tanggal 28 Oktober 2010, memutuskan Yayasan
Supersemar dihukum mengganti kerugian negara sebesar 315.002.183 US dolar dan
Rp.139.229.178 atau sekitar Rp 3,07 triliun. Namun, hingga kini putusan tersebut belum
dieksekusi lantaran aset Yayasan Supersemar tidak mencukupi untuk membayar ganti rugi.
Pemberantasan korupsi membutuhkan kesaman pemahaman mengenai tindak pidana
korupsi itu sendiri. Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa
dilakukan secara tepat dan terarah. Agar pemberantasan berjalan lebih efektif, terdapat tiga
strategi yang harus dilakukan.
Pertama, strategi represif. Strategi represif adalah upaya penindakan hukum untuk
menyeret koruptor ke pengadilan. Hampir sebagian besar kasus korupsi terungkap berkat
adanya pengaduan masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber
informasi yang sangat penting untuk diteruskan oleh KPK. Dalam strategi ini, tahap yang
dilakukan adalah penanganan laporan pengaduan oleh masyarakat, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan eksekusi.
Kedua, perbaikan sistem. Banyak sistem yang diterapkan di Indonesia memberikan
peluang tindak pidana korupsi. Sistem yang baik bisa meminimalisir terjadi tindak pidana
korupsi. Maka itu diperlukan perbaikan sistem, misalnya mendorong transparansi
penyelenggara negara, memberikan rekomendasi kepada kementrian dan lembaga terkait
untuk melakukan langkah-langkah perbaikan, memodernisasi pelayanan publik dengan online
dan sistem pengawasan yang terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.
Ketiga, edukasi dan kampanye. Edukasi dan kampanye adalah strategi pembelajaran
Pendidikan antikorupsi dengan tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai
dampak korupsi, mengajak masyarakat terlibat dalam pergerakan pemberantasan korupsi.
Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum, namun juga anak usia dini hingga
sekolah menengah akhir.
Namun, ketiga hal tersebut tidak bisa menjamin dapat membuat korupsi di Indonesia
menghilang. Semua berdasarkan individu dan kesadaran masing-masing. Untuk menagani
korupsi semua elemen masyarakat harus ikut serta dan berperan aktif dalam melawan
tindakan korupsi. Hal tersebut dapat dimulai, dengan melakukan kebiasan kecil, seperti tidak
menyontek. Karena suatu kebiasaan yang baik akan menciptakan hal-hal yang besar
kemudian hari.
Daftar Pustaka
Anugrah Nugroho, Yudi. “Kasus Besar Korupsi Masa Orde Baru”. 10 Oktober 2017. Web.
https://merahputih.com/post/read/simak-5-kasus-besar-korupsi-masa-orde-baru. Diakses pada
tanggal 13 April 2020

KPK.go.id. Komisi Pemberantasan Korupsi. Web. https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-


kritis-terhadap-korupsi/infografis/3-strategi-pemberantasan-korupsi. Diakses pada tanggal 13
April 2020

Sustriani Putri, Arum. “Korupsi: Pengertian, Penyebab, dan Dampak”. 11 Desember 2019.
Kompasiana. Web. https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-
pengertian-penyebab-dan-dampaknya?page=all. Diakses pada tanggal 13 April 2020

Yusron. “Korupsi”. 26 Oktober 2019.Web. https://belajargiat.id/korupsi/. Diakses pada


tanggal 13 April 2020.

Siregar, Maju. “Penyebab Maraknya Korupsi Pada Penyelenggaraan Pemerintah Daerah”. 31


Desember 2018. Sinar Indonesia. Web. https://hariansib.com/Opini/Penyebab-Maraknya-
Korupsi-Pada-Penyelenggaraan-Pemerintah-Daerah. Diakses pada tanggal 13 April 2020

El Rahman, Vanny. “Tiga Alasan Kenapa Korupsi Marak Terjadi di Indonesia”. 2 Oktober
2018. IDN Times Jatim. Web. https://jatim.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/tiga-
alasan-kenapa-korupsi-marak-terjadi-di-indonesia/full. Diakses pada tanggal 13 April 2020

Anda mungkin juga menyukai