1906378324
Rangkuman MPKT A
Secara ringkas, dampak masif korupsi dapat dirasakan dalam berbagai bidang antara lain :
Dampak ekonomi
Dampak sosial dan kemiskinan masyarakat
Dampak birokrasi pemerintahan
Dampak politik dan demokrasi
Dampak terhadap penegakan hukum
Dampak terhadap pertahanan dan keamanan
Dampak kerusakan lingkungan
Salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah ada di Indonesia adalah korupsi di
zaman orde baru. Mantan Presiden Soeharto ditempatkan sebagai Presiden terkorup sedunia
berdasarkan temuan Transparency International 2004 dengan total perkiraan korupsi sebesar
15-25 miliar dolar AS. Dana tersebut digunakan untuk membiayai tujuh yayasan milik
Soeharto; Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti
Sosial, Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti, Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila,
Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora. Berdasarkan putusan
Mahkamah Agung No 2896 K/Pdt/2009 tanggal 28 Oktober 2010, memutuskan Yayasan
Supersemar dihukum mengganti kerugian negara sebesar 315.002.183 US dolar dan
Rp.139.229.178 atau sekitar Rp 3,07 triliun. Namun, hingga kini putusan tersebut belum
dieksekusi lantaran aset Yayasan Supersemar tidak mencukupi untuk membayar ganti rugi.
Pemberantasan korupsi membutuhkan kesaman pemahaman mengenai tindak pidana
korupsi itu sendiri. Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa
dilakukan secara tepat dan terarah. Agar pemberantasan berjalan lebih efektif, terdapat tiga
strategi yang harus dilakukan.
Pertama, strategi represif. Strategi represif adalah upaya penindakan hukum untuk
menyeret koruptor ke pengadilan. Hampir sebagian besar kasus korupsi terungkap berkat
adanya pengaduan masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber
informasi yang sangat penting untuk diteruskan oleh KPK. Dalam strategi ini, tahap yang
dilakukan adalah penanganan laporan pengaduan oleh masyarakat, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan eksekusi.
Kedua, perbaikan sistem. Banyak sistem yang diterapkan di Indonesia memberikan
peluang tindak pidana korupsi. Sistem yang baik bisa meminimalisir terjadi tindak pidana
korupsi. Maka itu diperlukan perbaikan sistem, misalnya mendorong transparansi
penyelenggara negara, memberikan rekomendasi kepada kementrian dan lembaga terkait
untuk melakukan langkah-langkah perbaikan, memodernisasi pelayanan publik dengan online
dan sistem pengawasan yang terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.
Ketiga, edukasi dan kampanye. Edukasi dan kampanye adalah strategi pembelajaran
Pendidikan antikorupsi dengan tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai
dampak korupsi, mengajak masyarakat terlibat dalam pergerakan pemberantasan korupsi.
Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum, namun juga anak usia dini hingga
sekolah menengah akhir.
Namun, ketiga hal tersebut tidak bisa menjamin dapat membuat korupsi di Indonesia
menghilang. Semua berdasarkan individu dan kesadaran masing-masing. Untuk menagani
korupsi semua elemen masyarakat harus ikut serta dan berperan aktif dalam melawan
tindakan korupsi. Hal tersebut dapat dimulai, dengan melakukan kebiasan kecil, seperti tidak
menyontek. Karena suatu kebiasaan yang baik akan menciptakan hal-hal yang besar
kemudian hari.
Daftar Pustaka
Anugrah Nugroho, Yudi. “Kasus Besar Korupsi Masa Orde Baru”. 10 Oktober 2017. Web.
https://merahputih.com/post/read/simak-5-kasus-besar-korupsi-masa-orde-baru. Diakses pada
tanggal 13 April 2020
Sustriani Putri, Arum. “Korupsi: Pengertian, Penyebab, dan Dampak”. 11 Desember 2019.
Kompasiana. Web. https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-
pengertian-penyebab-dan-dampaknya?page=all. Diakses pada tanggal 13 April 2020
El Rahman, Vanny. “Tiga Alasan Kenapa Korupsi Marak Terjadi di Indonesia”. 2 Oktober
2018. IDN Times Jatim. Web. https://jatim.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/tiga-
alasan-kenapa-korupsi-marak-terjadi-di-indonesia/full. Diakses pada tanggal 13 April 2020