Ketuban Pecah Dini Pengertian Dan Penyeb
Ketuban Pecah Dini Pengertian Dan Penyeb
Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum
terjadinya persalinan. Kondisi seperti ini harus segera dilakukan penanganan.
Karena jika dibiarkan akan menimbulkan permasalahan pada kesehatan sang ibu
dan janin yang dikandungnya. Terkadang hal ini menjadi sebuah momok yang
menakutkan bagi sebagian ibu hamil. Karena pastinya semua ibu hamil akan
mengharapkan proses kehamilan berlangsung dengan normal hingga melahirkan
anaknya kelak.
Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum
terjadinya persalinan. Kondisi seperti ini harus segera dilakukan penanganan.
Karena jika dibiarkan akan menimbulkan permasalahan pada kesehatan sang ibu
dan janin yang dikandungnya. Terkadang hal ini menjadi sebuah momok yang
menakutkan bagi sebagian ibu hamil. Karena pastinya semua ibu hamil akan
mengharapkan proses kehamilan berlangsung dengan normal hingga melahirkan
anaknya kelak.
Kecemasan tersebut sebenarnya cukup wajar terlebih dialami oleh ibu muda yang
baru pertama kali mengalami kehamilan. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengetahui penanganan dan beberapa hal yang menjadi mitos yang beredar di
kalangan masyarakat mengenai ketuban yang pecah yang seharusnya tidak
menjadikan mitos tersebut menjadi momok yang menakutkan bagi setiap ibu
hamil.
Ketuban pecah dini atau yang biasa disingkat dengan KPD, dalam ilmu medis bisa
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
KPD Prematur Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi sebelum umur
kehamilan dari sang ibu mencapai 37 minggu.
KPD Cukup Bulan Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi pada saat
kehamilan yang telah mencapai umur lebih dari 37 minggu.
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini ada banyak hal. Diantaranya adalah :
Terjadinya pecah pada selaput dikarenakan kondisi mulut rahim yang
lemah. Kondisi membran yang lemah disebabkan adanya infeksi pada
rahim atau vagina.
Adanya kelainan pada otot leher rahim. Otot leher rahim tersebut terlalu
lemah dan lunak. Sehingga mengakibatkan terbukanya leher rahim pada
saat masa-masa kehamilan dan desakan janin yang membesar.
Faktor psikologis. Adapun faktor psikologis yang menyebabkan pecahnya
ketuban misalnya trauma hubungan seksual. Hubungan intim yang tidak
wajar (disertai kekerasan dan posisi yang tidak lazim) mengakibatkan
trauma pada ibu hamil. Terlebih lagi jika sampai terjadi pendarahan pada
vagina.
Infeksi selaput ketuban. Adanya infeksi bakteri pada selaput ketuban
mengakibatkan ketuban mudah pecah.
Sebelumnya pernah mengalami kelahiran secara premature
Kebiasaan merokok ketika hamil dan kurangnya perawatan kandungan
saat kehamilan
7 4.
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering 5.
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain: 1.
Terjadi pembukaan prematur servik 2.
Membran terkait dengan pembukaan terjadi: a.
Devaskularisasi b.
Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan c.
Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang d.
Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan: 1.
Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis. 2.
Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi
asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998) Menurut Nugroho (2010),
pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonografi (USG):
8 1.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. 2.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.
F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan,
makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya
persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg. Sebagai gambabaran
umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat. 2.
Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas. 3.
Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009). Berikut bagan
penatalaksaan ketuban pecah dini:
2.2.Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:
a.
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
b.
Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya: 1.
Trauma: Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis 2.
Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002). 3.
Makrosomia: adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006).
4.
Hidramnion: adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung
cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan
jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja
c.
Kelainan letak janin dan rahim
: letak sungsang, letak lintang.
d.
Kemungkinan kesempitan panggul
: bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
e.
Korioamnionitis
: adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism
vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput
ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
f.
Penyakit Infeksi
: adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
g.
Faktor keturunan
(ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik).
h.
Riwayat KPD sebelumya
.
i.
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
.
j.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
.
2.3.Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.
2.4.Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (1999) antara lain: a.
Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b.
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi . c.
Janin mudah diraba. d.
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. e.
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
2.5.Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut: -
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. -
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan. -
Patofisiologi Pada infeksi intrapartum: a.
Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung
antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
b.
Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
c.
Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar
melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau
higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya,
predisposisi infeksi.
PATHWAY KETUBAN PECAH DINI
Kala 1 Persalinan
His yg berulang
gg. pd kala 1 persalinan
kontraksi & pembukaan serviks Mengiritasi nervus udendalis Stimulus nyeri Rasa
mulas & ingin mengejan Px. Melaporkan tdk nyaman
Gg. rasa nyaman
Nyeri akut Kanalis servikalis sllu terbuka akibat kelainan serviks uteri (abortus
dan riwayat kuterase Mdhnya pengluarn air ketuban Infeksi genetalia Kelainan
letak janin (sungsang) Tdk ada bag. terendah yg menutupi PAP yg menghalangi
tekanan trhdp membrane bag.bawah Proses biomekanik bakteri mngluarkn enzim
proteolitik Selaput ketuban mudah pecah Serviks inkompeten Gemeli, hidramion
Dilatasi berlebih serviks Selaput ketuban menonjol & mudah ecah Ketegang an
uterus berlebih Serviks tdk bisa menahan tekanan intrauterus
KETUBAN PECAH DINI
Air ketuban terlalu banyak keluar Klien tdk mengetahui pxbb dan akibat KPD
Tdk adanya pelindung dunia luar dg daerah rahim
Defisit pengetahuan Resiko infeksi
Distoksia (partus kering) Laserasi pd jalan lahir Kecemasan ibu trhdp keselamatan
janin & dirinya
Ansietas
sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan
dengan seksio sesaria.
2.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian
antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat di rumah
sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa
mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan
juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatif
dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan
adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan
pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera
dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi
persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi
yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi
gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga
mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya
diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD
yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata
karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain,
misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain komplikasi-
komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan
konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu
dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan konservatif
adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi
intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan
denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan
selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm
KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.(8) The
National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan
kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada
infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg
i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada Ketuban Pecah Dini:
a.
Konservatif
Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
Umur kehamilan kurang 37 minggu.
Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid
untuk mematangkan fungsi paru janin.
Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka
lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan
terminasi kehamilan.
b.
Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan
tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
Induksi atau akselerasi persalinan.
Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan. Hal-
hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah
ketuban
Yang harus segera dilakukan:
Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan
tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman.
Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air ketuban
akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.
B A B III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.
Pengkajian Fokus 1.
Biodata klien.
Biodata klien berisi tentang; Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2.
Keluhan utama
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan sedikit/banyak,
pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
3.
Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus.
4.
Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
5.
Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
6.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang
–
ulang.
7.
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic
seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga.
8.
Kebiasaan sehari
–
hari
1)
Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
3.2 Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana
yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah:2
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase)
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)
misalnya tumor, hidramnion, gemelli
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi
5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas
perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorhoe. (ANDALAS)
7. Faktor lain yaitu:
a. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
b. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
c. Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C
Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini
dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan
untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Infeksi merupakan
faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm dengan ketuban pecah dini.
Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.
Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis
adalah bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan
preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang
menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan
pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban.2
3.3 Diagnosis
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.
Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar. Pengeluaran
urin dan cairan vagina yang banyak dapat disalahartikan sebagai KPD.2
Pemeriksaan fisik kondisi ibu dan janinnya. Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami
takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.2
Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama
terhadap kecurigaan KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak
keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan
manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior. 3 Cairan yang keluar dari
vagina perlu diperiksa warna, bau dan pH nya. Air ketuban yang keruh dan berbau
menunjukkan adanya proses infeksi.1
Tentukan pula tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan.
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik dan dibatasi sedikit mungkin.1
Pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. 2
Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain:2
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes lakmus (tes Nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis) karena pH air ketuban 7 – 7,5
sedangkan sekret vagina ibu hamil pH nya 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap berwarna kuning. Darah dan infeksi vagina dapat
mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis): dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri dan konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam
dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sedehana.
3.4 Komplikasi
Ada tiga komplikasi utama yang terjadi yaitu peningkatan morbiditas dan
mortalitas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama persalinan dan
kelahiran yaitu risiko resusitasi, dan yang ketiga adanya risiko infeksi baik pada
ibu maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barier atau
penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput
ketuban seperti pada KPD, flora vagina normal yang ada bisa menjadi patogen
yang bisa membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Morbiditas dan
mortalitas neonatal meningkat dengan makin rendahnya umur kehamilan.
Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi dikenal dengan
korioamnionitis. Dari studi pemeriksaan histologis cairan ketuban 50% wanita
yang lahir prematur, didapatkan korioamnionitis (infeksi saluran ketuban), akan
tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi janin dapat terjadi
septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi lokal misalnya
konjungtivitis.
3.5 Penatalaksanaan
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.1
D. Manfaat
1) Mengetahui apa itu perdarahan post partum.
2) Mengetahui etiologi perdarahan post partum.
3) Mengetahui faktor predisposisi perdarahan post partum.
4) Mengetahui patofisiologi perdarahan post partum.
5) Menetahui gambaran klinik dari perdarahan post partum.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam
uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24
jam setelah anak lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu,
Early Postpartum yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late
Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. Tiga hal
yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum adalah menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya
syok, dan mengganti darah yang hilang.
B. Saran
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep perdarahan post
partum, memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dandapat memberikan Asuhan
Keperawatan yang tepat pada ibu perdarahan post partum.
PENGERTIAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER
PAYUDARA
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak
terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh
lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang
berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang
payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat
adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada
jaringan payudara (Karsono, 2006).
Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma
ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak
memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat
bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang
ganas yang terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari
gumpalan yang keras dan kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya
garis asimetris antara kedua payudara.Bila kanker sudah berkembang,
tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi
merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak
ditemukan di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49
tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, Kapita
selecta kedokteran Edisi 2 ).
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada lateral
atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari buatannya ke arah aksila, disebut
tonjolan spence atau ekor payudara.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang
masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut
duktus laktiferus.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri
Perforantes Anterior dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang
bercabang dari arteri aksilaris dan beberapa arteri Interkostalis.
Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial yang selain menuju
ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontra lateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis
ke hati, pleura dan payudara kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004)
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara
kontrasepsi modern (metode efektif) :
1. Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi
dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan
senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat
dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly
atau tablet berbusa (vaginal tablet).
Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi
permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil, AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan dan implant. Sedangkan cara kontrasepsi
permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi
tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Mochtar,
1998).
2.2 Intra Uterine Device (IUD) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1. Pengertian
IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus
berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan
memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih
(Irianto, 2007).
1. Jenis IUD
Walaupun di masa lampau IUD dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang
berbeda-beda, dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe :
1. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese
ring).
2. TCu 380A, berbentuk huruf “T” diselubungi oleh kawat halus yang terbuat
dari tembaga (Cu) tersebar di Indonesia.
3. TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T (ada di
Indonesia), mengandung tembaga
4. Mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung
progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel (Irianto,
2007).
1. Efektifitas
Dalam sebuah alat kontrasepsi seperti IUD memiliki kegagalan rata-rata 0,8
kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian (BKKBN,
2002).
Tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti IUD
Copper T 380A (380 mm2)
Tembaga di kedua lengan IUD ini menjamin tembaga akan dibebaskan di
bagian tertinggi fundus uteri.
Tiap kemasan IUD Copper T 380A mempunyai jangka waktu
penyimpanan selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap kemasan yang
masih utuh (tidak robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal
kadaluwarsa sebagaimana tercantum pada label kemasan. Setelah lewat
tanggal kadaluwarsa, IUD dalam kemasan yang belum terpakai harus
dibuang/dimusnahkan (BKKBN, 2002).
2.3 Mekanisme kerja IUD
Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Ini menjadi penting
untuk kita ketahui karena sebagai tenaga kesehatan dan calon akseptor kita berhak
memperoleh informasi yang benar tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan
digunakan.
1. Berikut merupakan Kerugian dari alat kontrasepsi IUD, yaitu:
1) Keputihan
2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
ü AKDR terlepas.
v Komplikasi Lain :
1) Akan terasa sakit dan kejang selama 3 -5 hari setelah pemasangan.
2) Mungkin dapat menyebabkan anemia jika pendarahan pada saat haid sangat
banyak.
3) Jika pemasangan tidak benar, bisa saja terjadi perforasi dinding uterus
(sangat jarang terjadi jika pemasangannya benar).
v Tidak baik digunakan pada perempuan yang rentan terkena penyakit menular
seksual karena sering berganti pasangan.
v Jika perempuan yang terkena IMS (infeksi menular seksual) memakai IUD,
dikhawatirkan akan memicu penyakit radang panggul.
Pada saat seorang perempuan memilih untuk ber-KB IUD, maka akan ada alat
kontrasepsi yang merupakan benda asing bagi rahim. Karena IUD ini berbahan
dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja
terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah
(spotting) di antara masa haid. Demikian pula ketika masa haid, darah yang keluar
menjadi lebih banyak karena ketika haid terjadi peluruhan dinding rahim. Proses
ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai
daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa haid
anda. Darah yang keluar bisa dibedakan, biasanya jika spotting yang keluar adalah
berwarna merah segar, sedangkan pada saat haid darah akan berwarna kecoklatan.
Jika pada saat haid anda mengalami kondisi yang lebih sakit dari biasanya, itu
juga ada kaitannya dengan IUD ini. Biasanya pada saat masa haid ini rahim akan
berkontraksi dan dinding rahim akan sedikit berdenyut dikarenakan ada benda
asing di dalam tubuh anda. Untuk mengatasi hal ini, anda dapat mengkonsumsi
obat penghilang rasa sakit yang banyak di jual bebas di apotek atau toko obat.
Kita perlu diketahui IUD mempunyai keterbatasan dimana agar kita dapat
mempertimbangkan dan meyakinkan pemilihan alat kontrasepsi ini sebagai
pilihan untuk ber-KB.
1. Keterbatasan alat kontrasepsi IUD diantaranya yaitu :
1. Memerlukan prosedur medis, termasuk diantaranya adalah
pemeriksaan pelvik sebelum dipasang IUD, seringkali perempuan
takut selama pemasangan.
2. Sedikit nyeri setelah pemasangan, namun biasanya akan hilang
dalam jangka waktu 1-2 hari.
3. Tidak dapat dipasang dan dikeluarkan oleh anda sendiri, namun
memerlukan bantuan petugas terlatih. Dalam hal ini adalah bidan
atau dokter.
4. Ada kemungkinan IUD bisa keluar dengan sendirinya dari rahim.
Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang baru saja melahirkan dan
segera dilakukan pemasangan IUD. Selain itu, posisi IUD di dalam
rahim juga dapat mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau
tidak. Namun kejadian ini sangat langka. Hanya 1 orang yang
gagal dari 1000 orang yang dipasangi IUD.
5. IUD tidak mencegah kehamilan ektopik atau kehamilan di luar
kandungan, karena IUD ini hanya mencegah kehamilan normal.
6. Anda harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan pemeriksaan ini, anda harus memasukkan jari anda ke
dalam vagina. Sebagian perempuan tidak mau melaksanakan ini.
1. Alat kontrasepsi IUD tidak boleh digunakan oleh wanita yang memiliki
kriteria sebagai berikut, yaitu :
Wanita yang mempunyai infeksi pelvis.
Wanita yang sedang menderita Penyakit Hubungan Seksual (PHS, AIDS,
Gonore,Klamidia).
Wanita dengan banyak partner selama 3 bulan terakhir.
Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya
(ovarium, endometrium).
Wanita dengan penyakit trofoblast ganas ( Mola, Koriokarsinoma) atau
TBC pelvik.
Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis).
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus
septic.
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.
1. Alat kontrasepsi IUD boleh digunakan oleh wanita yang memiliki kriteria
sebagai berikut, yaitu :
ü Usia reproduktif.
ü Keadaan nulipara.
Perokok
o Paska keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak telihat
adanya infeksi.
o Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
o Gemuk ataupun yang kurus.
o Sedang menyusui.
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2. Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL). Perlu di ingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan
segera atau selama 48 jam pascapersalinan.
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi.
5. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
1. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman uterus yang
telah diukur dengan sonde uterus.
2. Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR/IUD ke dalam
kanalis servikalis sampai ada tahanan.
3. Memegang dan menahan tenakulum dengan satu tangan dan tangan lain
menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong.
4. Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung
inserter setelah pendorong keluar.
5. Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis, potong
benang saat tampak keluar dari lubang tabung 3-4 cm.
6. Melepaskan tenakulum dan menekan bekas jeputan dengan kasa betadine
sampai perdarahan berhenti.
7. Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu
rendam di larutan klorin.