Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS PREMATUR DENGAN BERAT LAHIR

RENDAH DI PAVILIUN ANGGREK RSUD KABUPATEN JOMBANG

(Midwifery Care In Premature Neonates With Low Birth Weight In The Orchid Pavilion Hospitals
District Jombang)

Ni’matul Wahyuni1 Hexawan Tjahja W. 2


1
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Pemkab Jombang
2
Puskesmas Cukir Diwek Jombang

ABSTRAK
Pendahuluan : Usia kehamilan merupakan salah satu prediktor penting bagi kelangsungan hidup
janin dan kualitas hidupnya. Persalinan prematur terjadi sebelum janin genap berusia 37 minggu.
Persalinan prematur dapat mengakibatkan berat badan bayi rendah. Tujuan penelitian ini untuk
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Neonatus Prematur dengan Berat Lahir Rendah di Paviliun
Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang. Metode : penelitian ini mengguanakan
design study kasus dengan menggunakan 2 responden dengan masalah kebidanan yang sama yaitu,
neonatus usia 1 hari dengan usia gestasi 35-36 minggu dengan berat badan lahir rendah (>2500).
Hasil : Dari hasil penelitian pada kedua responden, hanya satu yang mengalami peningkatan berat
badan dalam waktu 3 hari, selama dilakukan perawaran di RSUD Jombang, kedua responden tidak
mengalami hipotermi, sianosis, henti napas sewaktu-waktu, TTV dalam batas normal dan
kebutuhan nutrisi tercukupi. Pembahasan : Setelah peneliti membahas tentang Manajemen
Asuhan Kebidanan Pada By Ny. E dan By Ny. T yaitu Neonatus prematur dengan berat lahir
rendah berdasarkan landasan teori dan penerapan manajemen asuhan kebidanan, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan dan saran-saran yang mengacu pada pembahasan. Saran dari
penelitian ini antara lain, bisa menjadi sumber wawasan dalam ilmu kebidanan, dan bisa
disempurnakan lagi untuk peneliti selanjutnya. Selain itu Bidan juga harus meningkatkan asuhan
kebidanannya sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara maximal di tempat pelayanan
kesehatan.

Kata Kunci : prematur, berat lahir rendah.

ABSTRACT
Introduction : The gestational age is one of important prediktor for survival the fetus and the
quality of his life. Childbirth premature happen before the fetus the even was to 37 weeks.
Childbrith premature can result in weight baby low. The purpose of this research to implement the
care of obstetrics in neonatus premature to the weight of low birth in paviliun aggrek at general
hospital in jombang regency. Method : Researcher this metodology used design study case with 2
respondents to the issue of the same obstetric case, namely neonatus age one day with age of
gestation 35-36 weeks with weight of low birth. Result : The researcher on both respondents, only
one that experienced an increase in weight in 3 days as them treatment at general hospital, both of
respondent did not experienced hipotermi, cyanosis, stopping breath at any time, vital sign in
normal limit and nutrision is full filed. Discussion : After the researchers discuss of management
the care of obstetrics on baby of mrs. E and mrs. T that is neonatus premature to the weight of low
birth based on the teory and the application of obstetrics management care, then the researcher
can take conclusions and recommendations that refers at a obstetrics and could refined to next
researchers. In addition the midwife also have to increase care obstetrics that would give the care
of obstetrics in max in health center.

Key Word : Premature, Low Weight of brith


PENDAHULUAN enam yang lahir mengalami prematur atau 15,5
per 100 kelaahiran hidup (675.700 jiwa) terlahir
Usia kehamilan merupakan salah satu prematur.26
prediktor penting bagi kelangsungan hidup janin Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun
dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi
disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37- masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan
41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid lahir rendah. Di Jawa Timur terdapat
terakhir pada siklus 28 hari. Persalinan prematur peningkatan angka kejadian BBLR yaitu 10%
adalah persalinan yang terjadi sebelum janin pada tahun 2010 menjadi 11% pada tahun 2013
genap berusia 37 minggu (Prof. DR. dr Sofie R. (Riskesdas, 2013)
Krisnadi dkk, 2009) Berdasarkan laporan Dinkes Kabupaten
Dibandingkan dengan bayi yang lahir Jombang, jumlah BBLR yang dilaporkan tahun
cukup bulan, bayi prematur terutama yang lahir 2012 dimana jumlah BBLR 751 bayi (37%),
dengan usia kehamilan < 32 minggu, dengan kasus BBLR 113 (23%), asfiksia
mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, neonatal 53 (21%), Tetanus Neonatorum 1
karena mereka mempunyai kesulitan untuk (0,4%), infeksi 13 (5%), cacat bawaan 29 (12%),
beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim trauma lahir 5 (2%), dan penyebab lain 34
akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya (13,6%). Bayi lahir dengan berat badan normal
seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem adalah 20.266 bayi. Pada tahun 2013 jumlah
pencernaannya (Prof. DR. dr Sofie R. Krisnadi kasus sebanyak 756 kasus (3,8%), kasus BBLR
dkk, 2009) 110 (39,1%), asfiksia neonatal 56 (19,9 %),
Sekitar 75% kematian prenatal disebabkan infeksi 32 bayi (11,3%), cacat bawaan 27
oleh prematuritas. Sekitar seperlima bayi yang (9,6%), dan penyebab lain 56 (19,9%), bayi lahir
lahir di bawah usia 32 minggu tidak dapat dengan berat badan normal adalah 20.062 bayi.
bertahan hidup dalam tahun pertama Keadaan ini meningkat bila dibandingkan
dibandingkan dengan 1% kematian bayi yang dengan tahun 2012. Kasus BBLR menjadi
lahir dengan usia 33-36 minggu dan hanya perhatian khusus karena sering kali
sekitar 0,3% kematian bayi bila lahirnya pada menyebabkan kematian bayi (Dinas Kesehatan
usia cukup bulan (Prof. DR. dr Sofie R. Krisnadi Jombang, 2014)
dkk, 2009) Berdasarkan data di RSUD Jombang
Setiap tahun dilaporkan ada sekitar 15 juta tanggal 7 januari sampai 26 Mei 2015 terdapat
bayi lahir prematur di dunia, lebih dari satu Neonatus prematur dengan BBLR sebanyak 94
dalam 10 kelahiran. Kelahiran prematur Neonatus dan Neonatus Prematur dengan
meningkat tiap tahun hampir di semua negara, Syndrom gawat napas sebanyak 6
World Health Organization (WHO) Neonatus(Catatan Data Pasien Paviliun Anggrek
menargetkan bahwa hingga tahun 2015, 16 juta RSUD Jombang, 2015)
bayi dapat diselamatkan.26 Penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR
BBLR memberikan kontribusi sebesar 60- adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia
80% dari semua kematian neonatal. Prevalensi kehamilan semakin besar risiko jangka pendek
global BBLR adalah 15,5%, yang berjumlah dan panjang dapat terjadi seperti hipotermi,
sekitar 20 juta BBLR setiap tahun dan 95,5% hipoglikemia, hiperglikemia, gangguan
dari mereka berasal dari negara berkembang. perkembangan dan pertumbuhan
Ada variasi yang signifikan dari pravelensi (Proverawati,2010). Untuk itu perlu dilakukan
BBLR dari beberapa negara dengan, insiden perawatan khusus pada bayi BBLR. Hal itu
tertinggi Asia Tengah (27,1%) dan terendah di harus segera dilakukan perawatan seperti alat
Eropa (6,4%). BBLR dapat disebabkan karena bantu pernapasan, nutrisi, perawatan intesif
kelahiran prematur (kelahiran sebelum usia inkubator atau dengan Metode Kanguru. Bila
kehamilan 37 minggu).27 tidak dilakukan perawatan pada bayi BBLR
Dalam data WHO tahun 2013, angka akan mengakibatkan kesakitan bahkan kematian
kelahiran bayi pada 2010 di Indonesia sebanyak (Atika Proverawati,2010)
4.371.800 jiwa. Dari jumlah tersebut, satu dari
Sehubungan dengan hal diatas maka menetek kepada ibunya, reflek-reflek pada
penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut kedua bayi tersebut masih lemah.
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Prematur Pada hari ke 2
dengan Berat Lahir Rendah di Paviliun Anggrek Kasus 1 dan 2 neonatus prematur
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten dengan berat lahir rendah, reflek menghisap bayi
Jombang. sudah tampak baik, dan berat badan bayi naik.
namun tidak terjadi peningkatan berat badan
METODE PENELITIAN pada bayi ke 2.
Intervensi
Penelitian ini menggunakan metode Yang diberikan pada kedua kasus
penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus tersebut yaitu terus melatih reflek menghisap
dengan pendekatan asuhan kebidanan yang agar pemberian nutrisi untuk bayi bisa terpenuhi
meliputi pengkajian, diagnosa kebidanan, sesuai kebutuhannya dan bisa langsung menetek
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. pada ibu. Serta berat badan bayi bisa meningkat.
Penelitian dilaksanakan di Paviliun Dari intervensi yang telah diberikan
Anggrek RSUD Kabupaten Jombang selama 5 sebelumnya dan dari intervensi yang telah
hari, yaitu tanggal 31 Juli samapai 04 Agustus diberikan pada hari ke 2 ini pada kasus 1 bayi
2015 subyek penelitian adalah dua pasien mengalami peningkatan berat badan, berat lahir
dengan maslah kebidanan yang sama yaitu 2100 dan hari ke 2 berat badan bayi 1 menjadi
Neonatus prematur dengan berat lahir rendah. 2150, maka kebutuhan nutrisi bayi yang
diberikan menjadi 24 cc susu setiap 3 jam sekali
HASIL PENELITIAN sedangkan bayi 2 tidak mengalami berat badan,
kebutuhan bayi 2 yang diberikan pada hari ke 2
Penelitian telah dilaksanakan masing- menjadi 25 cc susu setiap 3 jam sekali. Pada
masing selama kurun waktu 3 hari. Subyek kedua bayi sudah mulai ada kemajuan pada
penelitian yang dipergunakan adalah 2 reflek rooting dan menghisap, bayi juga sudah
responden dengan masalah kebidanan yang sama menetek pada ibunya secara langsung.
yaitu neonatus prematur dengan berat lahir Pada hari ke 3
rendah usia 1 hari dengan usia gestasi 35-36 Kasus 1 dan 2 Neonatus prematur
minggu dengan berat kurang dari 2500 gram. dengan berat lahir rendah hari ke-3, reflek
Pada hari ke 1 menghisap bayi semakin memperlihatkan
Kasus 1 dan 2 Neonatus prematur kemajuannya, bayi juga lebih sering menyusu
dengan berat lahir rendah, bayi lahir dengan usia pada ibunya, namun hanya pada bayi kasus 1
gestasi 35/36 minggu dan berat lahir 2100 gr. yang berat badannya semakin naik, sedangkan
Dan pada kasus 2 bayi lahir dengan berat 2250 pada kasus 2 berat badan bayi tetap.
gram dengan usia bayi 1 hari. Intervensi
Intervensi Yang dapat diberikan pada kedua kasus
Yang dapat diberikan pada ke dua kasus tersebut yaitu tetap melatih refleks menghisap
tersebut ialah dengan cara melakukan pada bayi dengan menyusui bayinya secara
pemeriksaan TTV yaitu nadi, suhu, RR untuk langsung agar nutrisi yang diberikan setiap
deteksi dini adanya komplikasi yang timbul, harinya sesuai dengan kebutuhan, ibu juga bisa
memberikan nutrisi yang sesuai dengan memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan
kebutuhan bayi serta melatih reflek rooting dan cara menyusui yang benar.
menghisap, dan diberikan kehangatan agar tidak Dari intervensi yang telah diberikan
terjadi hipotermi. sebelumnya dan dari intervensi yang telah
Nutrisi yang diberikan sesuai dengan diberikan pada hari ke 3 pada kasus 1 bayi
kebutuhan bayi yaitu bayi 1 pada hari pertama semakin mengalami peningkatan berat badan
diberikan susu 16 cc setiap 3 jam sekali dan bayi yaitu dari 2150 gram menjadi 2200 gram, maka
2 diberikan susu 17 cc setiap 3 jam sekali kebutuhan nutrisi yang diberikan menjadi 33 cc
dengan botol (dot), dan bayi juga dilatih untuk susu setiap 3 jam sekali dan bayi 2 tidak
mengalami peningkatan berat badan maka
kebutuhan nutrisi yang diberikan pada bayi 2 dengan meletakkan bayi di box dan diberi lampu
menjadi 34 cc susu setiap 3 jam. Kedua bayi 60 watt dengan jarak 60 cm, lalu pada hari ke 3
sudah bisa menghisap dengan baik dan ibu bisa bayi dicoba untuk diberi selimut saja didalam
menyusui dengan benar. box dan tidak diberi lampu, untuk nutrisinya
Dari data tersebut tidak didapatkan kedua bayi di beri susu ASI/PASI dengan botol
masalah potensial dan tidak ada kebutuhan (dot) dan disusukan langsung pada ibunya
segera. Intervensi dan implementasi yang apabila ibu menjenguk bayinya sambil
dilakukan pada kasus 1 dan 2 keseluruhan merangsang reflek menghisapnya, melakukan
hampir sama. penimbangan setiap hari, dan melakukan
Selama 3 hari pelaksanaan penelitian, pemeriksaan tanda-tanda vital setiap hari untuk
pada kasus 1 dan 2 terjadi perbedaan pada deteksi dini adanya komplikasi pada bayi.
kenaikan berat badan. Namun, tanda-tanda vital Implementasi yang sudah dilakukan
dan reflek-reflek pada bayi semakin membaik. pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu sesuai dengan
Bayi juga sudah menetek langsung pada ibunya. intervensi yang telah diberikan yaitu
Evaluasi dalam studi kasus ini memberikan kehangatan, memberikan nutrisi,
dilaksanakan pada hari ke 3, dalam studi kasus melakukan penimbangan setiap hari dan
ini asuhan yang diberikan berhasil yaitu pada memeriksa tanda-tanda vitalnya selama 3 hari.
kasus 1 dan 2 tidak terjadi hipotermi, henti
napas, dan masalah potensial lain yang dapat KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi sewaktu-waktu pada bayi prematur. Pada
bayi 1 juga terjadi kenaikan berat badan dimulai KESIMPULAN
pada hari ke dua dan ke tiga.
Dari hasil evaluasi pada kasus 1 dan
PEMBAHASAN kasus 2 pada hari ke 1-3 kedua bayi lahir pada
usia gestasi 35/36 minggu dengan berat lahir,
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif. bayi 1 2100 gram dan bayi 2 2250 gram, kedua
Dari hasil pengkajian data dasar hari ke 1 antara bayi diberikan kehangatan didalam box dan
kasus 1 dan kasus 2 pada keluhan utama dari diberi lampu, serta diberikan nutrisi dengan di
ibu, sama-sama mengatakan bayinya lahir pada beri susu ASI/PASI dengan botol (dot) dan
usia kandungan kurang dari 9 bulan dan berat disusukan langsung pada ibunya apabila ibu
lahirnya rendah, yaitu kurang dari 2500 gram. menjenguk bayinya sambil merangsang reflek
Dengan dilakukan anamnesa dengan pasien, menghisap yang masih lemah dan menelan yang
keluarga dan bidan. Dapat ditegakkan diagnosa sudah baik. Rangsangan reflek menghisap
pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu neonatus dilakukan setiap diberikan nutrisi, dan reflek
prematur dengan berat lahir rendah hari ke 1 dan menghisap pada kedua bayi semakin baik pada
dengan masalah reflek menghisap yang lemah. hari ke 2 dan ke 3, penimbangan juga dilakukan
Untuk kebutuhannya yaitu diperlukan setiap hari dan berat badan bayi 1 meningkat
merangsang reflek menghisap dengan setiap harinya sedangkan pada bayi ke 2 tidak
memberikan nutrisi, yaitu menetek langsung mengalami peningkatan. Berat badan bayi 1
pada ibunya . pada hari 3 yaitu 2200 gram dan pada bayi 2
Dalam penelitian ini tidak ditemukan 2250 gram. Selain itu, bayi tidak mengalami
masalah potensial, namun masih bisa terjadi hipotermi dan sianosis, asupan nutrisi bayi
henti napas sewaktu-waktu dan hipotermi. Dan tercukupi dan tanda-tanda vital dalam batas
kebutuhan segera yang harus dilakukan yaitu normal.
menjaga kehangatan bayi didalam box bayi
dengan diberikan lampu 60 watt dengan jarak 60 SARAN
cm, dan melakukan kolaborasi dengan tim medis
untuk penanganan lebih lanjut. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Intervensi yang diberikan pada kasus 1 Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan
dan kasus 2 secara keseluruhan hampir sama, lebih meningkatkan asuhan kebidanan yang
yaitu pada hari 1 dan 2 bayi diberi kehangatan diberikan pada bayi prematur yaitu memantau
pertumbuhan bayi prematur yang disertai Mochtar, Rustam. 2009. Synopsis Obstetric.
dengan berat lahir rendah serta Bagi Tempat Jakarta : EGC
Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
memfasilitasi atau memberikan kebijakan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
terhadap tenaga kesehatan untuk lebih Medika.
memperhatikan pentingnya merangsang reflek Pantiawati, Ika. 2010. Bayi dengan Berat Lahir
menghisap dan menelan pada bayi prematur. Rendah (BBLR). Yogyakarta : Nuha
Medika.
DAFTAR PUSTAKA Priyono, Yunisa. 2010. Merawat Bayi Tanpa
Babi Sister. Yogyakarta : PT. Buku Kita.
Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Prof. DR. dr Sofie R. Krisnadi dkk. 2009.
Anak Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Pematuritas. Bandung : PT Refika
Salemba Medika. Aditama.
Ambarwati, Eny Retna 2010. Asuhan Kebidanan Proverawati, Atika. 2010. Bayi dengan Berat
Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta : Nuha
Astriningsih, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Medika.
Tinggi. Jakarta : EGC. Riskesdas. 2013. http: // www . riskesdas
Bayihatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan .litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 09
Nifas Normal. Jakarta : EGC. Juni 2015.
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan World Health Organisation. 2012.
Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC. www.who.com
Catatan Data Pasien Paviliun Anggrek RSUD World Health Organisation. 2013.
Jombang. 2015 www.who.com
Dinas Kesehatan Jawa Timur 2015.
http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal
04 Mei 2015.
Dinas Kesehatan Jombang. 2014. Profil
Kesehatan Jombang : 2014
dr. Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi
0-12 Bulan : Panduan Bagi Ibu Baru
Untuk Menjalani Hari-hari Nyaman dan
Bahagia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Dwienda R, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan
kebidanan Neonatus, bayi/balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta
: IKAPI.
Farer, Hellen. 2005. Perawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
IDAI. 2013. http://www.idai.or.id. Tanggal 27
Agustus 2013. Diakses tanggal 09 Agustus
2015.
Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2014.
Lissauer, Tom & Avroy Fanaroff. 2009. At A
Glance Neonatologi. Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama.
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai