Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

Disusun Oleh:

Wiwie Herdalisa

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BOROBUDUR

JAKARTA

2017
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak

sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang dewasa. Demikian juga keluarga,

tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra

bagi perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan

yang berpusat pada keluarga (family centred care). Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi

masalah anak, apapun bentuknya, harus berlandaskan pada prinsip autraumatic care atau asuhan

yang terpeutik. Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip dasar ini. (Supartini,

Yupi. 2004)

Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan

peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL bertanggung Jawab

untuk 80% kasus Leukemia pada anak insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia

antara 3 sampai 5 tahun anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak

laki-laki Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka

kelangsungan hidup (surfifal rate) rata-rata yang lebih rendah.

           (Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).


Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik,

yang mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah meniatur orang dewasa,

melainkan individu yang berada pada pada proses tumbuh-kembang dan mempunyai kebutuhan

yang spesifik. Sepanjang rentang sehat sehat sakit, anak membutuhkan perawat baik secara

langsung maupun tidak langsung sihingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini

Yupi,2004)

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi

kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik. Pengajaran, sebagai fungsi dari

keperawatan, telah dimasukkan dalam undang-undang praktek perawat dan dalam American

Nurses Association Standards of Nursing Practice, Dengan demikian, pendidikan kesehatan

dianggap sebagai menjadi fungsi mandiri dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung

jawab utama dari proses keperawatan.(Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)

Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu adalah gangguan sistem

Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya

Leukemia yaitu faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan biologis. Leukemia

disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor exogen seperti: sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen,

preparat sulfat) dan faktor endogen seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan

keperawatan pada anak Edisi 2, Suriadi S.Kp MSN 2006)

Menurut H.L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor biologik, faktor

prilaku, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik merupakan faktor

yang berasal individu yang bersangkutan dan disebut faktor keturunan. Faktor keturunan ini
misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang

termasuk penyakit kanker..

Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit

kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun

timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun

kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker

meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh

tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker

merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi,

pernafasan dan pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

prevelensi tumor di masyarakat sebesar 4,3 per 1000 penduduk. Sedangkan Data statistik rumah

sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker

payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher

rahim (11,07%), kanker hati dan saluran empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non Hodgkin

(6,77%), dan Leukemia (5,93%). Leukemia merupakan kanker yang sering terjadi pada anak.

(http://www.depkes.go.id)

Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di

dunia bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada anak

terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia.

Sedangkan angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah

laporan internasional bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.

 (http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM  yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian

kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker

mata). Bahkan ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.

(http://www.koalisi.orang/detail.com)

B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak “A” dengan gangguan

sistem hematologi Leukemia

2.      Tujuan Khusus

2.1.   Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan merumuskan diagnosa

keperawatan yang terjadi pada klien anak “A” dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia

2.2.   Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan keperwatan pada klien anak “A”

dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia.

2.3.   Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anak “A” dengan

gangguan sistem hematologi : Leukemia.

2.4.   Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien anak “A” dengan gangguan

sistem hematologi : Leukemia.

2.5.   Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien anak “A” dengan gangguan

sistem hematologi : Leukemia.

2.6.   Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan pada klien anak “A” dengan

gangguan sistem hematologi : Leukemia.


TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian

a. Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam      jaringan pembentuk

darah. (Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)

b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang         abnormal dan

ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya

anemia trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006 Hal: 44)

c. Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam jaringan tubuh

yang membentuk darah.

     (Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)

d. Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas

dalam sumsum tulang dan darah.

     (Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)

e. Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi(bertambah banyak atau multifikasi)patologi dari

sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005, Hal.

349)

2.      Anatomi dan Fisiologi

a.       Kakakteristik Darah

Darah memiliki karakteristik khusus:

1)  Jumlah
Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam tubuhnya, yang bergantung

pada ukuran tubuhnya. Sekitar 38% sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia

tersusun berbagai sel darah, yang juga disebut “elemen penyusun.” Sisanya, yaitu sekitar 52%

sampai 62% merupakan plasma, bagian cair darah.

2)  Warna

Anda mungkin berkata pada diri Anda, “tentu, warnanya merah!” Warna merah

disinggung di sini meskipun sebenarnya warna merahnya bervariasi. Darah arteri tampak merah

terang karena mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah memindahkan kandungan

oksigennya ke jaringan sehingga memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting

dalam pengkajian sumber perdarahan. Jika warna darah merah terang, kemungkinan darah

berasal dari arteri yang terobek, dan jika warna darah merah gelap, kemungkinan darah tersebut

merupakan darah vena.

3)   pH

Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung agak basa Darah vena

biasanya memiliki pH yang lebih rendah daripada darah arteri karena mengandung karbon

dioksida dalam jumlah lebih besar.

4)   Viskositas

Berarti  pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih kental sekitar 3-5

kali dibanding air. Viskositas darah meningkat dengan adanya sel-sel darah dan protein  plasma,

dan kekentalan ini berpengaruh pada  tekanan darah normal.

b.      Plasma

Plasma adalah  bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air. Kemampuan

melarutkan air memungkinkan plasma rnengangkut berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari
saluran pencernaan disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan

diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar

endokrin diangkut oleh plasma menuju organ sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh

plasma. Sebagian besar karbon dioksida yang dihasilkan sel  diangkut oleh plasma dalam bentuk

ion bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk kembali, berdifusi ke dalam

alveoli. dan akan diembus keluar.

c.       Sel Darah

Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sel-sel darah

diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat

pada tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah

bening, dan kelenjar timus. 

1)   Sel Darah Merah

           Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf, yang berarti bagian

tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya. Nukleus sel darah merah mengalami disintegrasi

selama pematangan sel darah merah dan menjadi tidak dibutuhkan dalam menjalankan

fungsinya.

Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 sampai 6 juta per mm3 darah (milimeter

kubik sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah pada laki-laki sering kali

berada di ujung atas kisaran ini sedangkan pada wanita sering kali berada di ujung bawah

kisaran. Cara lain untuk menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit.

Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan darah ke dalam tabung kapiler kemudian

mensentrifugasikannya sehingga sel darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel

darah dan plasma dapat ditentukan. Karena sel darah merah adalah sel darah yang paling banyak,
total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38% sampai 48%. Hitung sel darah merah dan

hematokrit adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap

‘ .             a). Fungsi

Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi kemampuan

kepada sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah mengandung sekitar

300 juta molekul hemoglobin, yang masing-masing dapat mengikat empat molekul oksigen.

Pada kapiler di paru-paru sel darah merah akan rnengikat oksigen dan membentuk

oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik, hemoglobin akan memberikan sebagian besar

oksigennya dan hemoglobin menjadi berkurang. Penentuan kadar hemoglobin juga termasuk

bagian pemeriksaan hitung darah total; kisaran normalnya sekitar 12-18 gram per 100 ml darah.

Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral besi; terdapat empat atom besi

pada setiap molekul hemoglobin. Sebenarya atom besilah yang mengikat oksigen dan membuat

sel darah merah berwana merah.

b).  Produksi dan Pematangan

Sel darah merah dibuat di sumsum tulang merah pada tulang pipih dan tak beraturan.

Pada sumsum, tulang merah terdapat sel prekusor yang disebut Sel induk, yang secara terus-

menerus mengalami mitosis untuk memproduksi semua jenis sel darah, yang kebanyakan adalah

sel darah merah. Kecepatan produksinya sangat cepat (diperkirakan beberapa juta sel darah

merah baru setiap detik) dan faktor pengatur utamanya adalah oksigen. Jika tubuh dalam keadaan

hipoksia, atau kekurangan oksigen, ginjal akan memproduksi hormon eritropoietin, yang akan

menstimulasi sumsum tulang merah untuk meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah.

Keadaan ini akan muncul setelah hemoragi atau jika seseorang tinggal untuk suatu waktu pada
daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi eritropoietin, akan semakin banyak sel darah merah

yang tersedia untuk mengangkut oksigen dan memperbaiki keadaan hipoksia.

Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami beberapa tahap perkembangan;

hanya dua tahap perkembangan yang terakhir yang akan kita bicarakan. Normoblas adalah tahap

terakhir yang masih memiliki nukleus, yang kemudian akan mengalami disintegrasi. Retikulosit 

memiliki bagian retikulum endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat

diamati dengan mikroskop. Sel yang belum matang ini biasanya ditemukan pada sumsum tulang

merah meskipun sejumlah kecil retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal. Apabila

terdapat retikulosit atau normoblas dalam sirkulasi darah dengan jumlah besar, itu berarti bahwa

jumlah sel darah merah matang yang ada tidak cukup untuk mengangkut okeigen yang

dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan seperti ini meliputi hemoragi, atau ketika sel darah merah

matang menjadi rusak, seperti pada penyakit Rh pada bayi yang baru lahir dan malaria.

Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien. Protein dan besi dibutuhkan

untuk sintesis hemoglobin dan menjadi bagian molekul hemoglobin. Vitamin asam folat dan B12

dibutuhkan untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum tulang merah. Selama sel-sel ini

mengalami mitosis, sel tersebut secara terus-menerus momproduksi sel-sel kromosom baru.

Vitamin B12 juga disebut fakot ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu

makanan. Sel parietal pada lapisan lambung memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang

bergabung dengan vitamin B12 dan makanan untuk mencegahnya dicerna dan meningkatkan

absorpsinya pada usus halus. Defisiensi vitamin B12 atau faktor intrinsik akan mengakibatkan

anemia pernisiosa

c).  Umur Darah


Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah (SDM) mencapai usia

ini, SDM mudah rusak dan dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem makrofag jaringan (biasanya

disebut sistem retikuloendotelial atau RES). Organ yang mengandung makrofag

(artinya“pemangsa besar”) adalah hati, limpa, dan sumsum tulang merah. Sel darah merah lama

akan difagosit dan dicerna oleh makrofag. dan kandungan besinya akan dikembalikan ke dalam

aliran darah untuk kembali lagi ke dalam sumsum tulang merah yang digunakan untuk sintesis

hemoglobin baru.

d)   Golongan Darah

Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita mewarisi gen-gen dari orang

tua kita yang akan menentukan golongan darah kita. banyak faktor  atau golongan sel darah

merah; kita akan membahas dua yang paling penting, yaitu golongan ABO dan faktor Rh.

                        (1). Golongan Darah A, B, O

Golongan  A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A, B, AB, dan 0. Huruf A dan B

mewakili antigen (Protein-oligosakarida) pada membran sel darah merah. Seseorang yang

memiliki golongan.

Golongan darah A, B, O

Golongan Antigen pada sel darah Antibody pada plasma

merah
A A Anti-B

B B Anti-A

AB A dan B Tidak ada antibody

O Tidak ada antigen Anti-A dan anti-B


Tabel.1.1
Seseorang yang memiliki golongan.darah A memiliki antigen A pada sel darah

merahnya, dan seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B. Golongan darah AB

berarti orang tersebut memiliki kedua antigen A dan B, dan golongan O berarti tidak ada antigen

A maupun antigen B.

Pada plasma setiap orang terdapat antibodi alami untuk antigen-antigen yang tidak ada

dalam sel darah merah. Oleh karena itu, seseorang dengan golongan darah A memiliki antibodi

anti-B pada plasmanya; seseorang dengan golongan darah B memiliki antibodi anti-A, golongan

darah AB tidak rnemiliki antibodi anti-A maupun anti-B, dan golongan darah 0 memiliki

antibodi anti-A maupun anti-B.

Antibodi alamiah ini sangat penting pada transfusi. Jika memungkinkan, seseorang harus

menerima darah dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan darahnya; hanya jika tidak

tersedia golongan darah tersebut, baru dapat diberikan golongan darah lain. Sebagai contoh,

seseorang dengan golongan darah A membutuhkan transfusi darah karena hemoragi. Jika

diberikan darah dengan golongan B, apa yang akan terjadi? Resipien dengan golongan darah A

memiliki antibodi anti-B yang akan berikatan dengan antigen golongan darah B sel darah merah

donor. Sel darah merah golongan darah B pertama-tama akan menggumpal (aglutinasi) dan

kemudian pecah (hemolisis), yang akan menggagalkan tujuan transfusi. Akibat lain yang lebih

serius adalah hemoglobin dan eritrosit yang mengalami hemolisis akan menyumbat kapiler

ginjal, yang dapat menimbulkan kerusakan ginjal ataupun gagal ginjal. Oleh karena itu,

penggolongan darah dan pencocokan silang darah donor dan darah resipien di laboratorium

rumah sakit menjadi sangat penting sebelum melakukan transfusi. Prosedur ini membantu

menjamin bahwa darah donor tidak akan menyebabkan reaksi transfusi hemolitik pada resipien.
Anda mungkin pernah mendengar konsep yang menyatakan bahwa golongan darah 0

adalah “donor universal”. Biasanya golongan darah 0 negatif bisa diberikan kepada orang

dengan golongan darah lain. Hal ini karena golongan darah 0 tidak memiliki antigen A maupun

antigen B pada sel darah merahnya, sehingga tidak akan terjadi reaksi terhadap antibodi apapun

yang dimiliki resipien. Istilah “negatif” digunakan untuk menunjukkan faktor Rh, yang akan kita

bahas kemudian.

(2). Faktor Rh

        Adalah tipe antigen lain (sering disebut D) yang mungkin terdapat pada sel darah merah.

Seseorang yang sel darah merahnya memiliki antigen Rh disebut Rh positif, sedangkan yang

tidak memiliki antigen Rh disebut Rh negatif. Seseorang dengan Rh negatif  tidak memiliki

antibodi alami terhadap antigen Rh, oleh karena itu antigen ini dianggap asing. Jika seseorang

dengan Rh negatif menerima darah dengan Rh positif karena suatu kesalahan, maka akan

terbentuk antibodi sebagaimana pembentukan antibodi ketika terdapat bakteri ataupun virus.

Kesalahan transfusi yang pertama sering tidak menyebabkan rnasalah, karena produksi atibodi

berlangsung perlahan-lahan        selama perjalanan yang pertama. Namun, pada transfusi

selanjutnya, ketika antibodi anti-Rh sudah ada, akan terjadi reaksi transfusi, disertai hemolisis

dan kernungkinan kerusakan ginjal.

2)    Sel Darah Putih

Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima macam sel darah putih;

semuanya memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah dan memiliki nukleus

ketika matang. Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal ataupun muncul dalam beberapa

lobus. Dengan pewarnaan khusus untuk pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus

untuk setiap sel darah putih.


Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung darah lengkap) adalah 5000—

10.000 per mm3. Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila dibanding hitung sel

darah merah normal. Sebagian besar sel darah putih tidak terdapat di dalam pembuluh darah,

tetapi berfungsi dalam cairan jaringan.

a).  Kiasifikasi dan Tempat Produksi

Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok: granular

dan tidak bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum tulang merah; yaitu

neutrofil, eosinofil, dan basofil, yang akan terlihat dengan warna granula yang lebih terang ketika

diwarnai. Leukosit tidak bergranula adalah limfosit dan monosit, yang diproduksi pada jaringan

limfatik, limpa, kelenjar getah bening, dan timus, sebagaimana juga diproduksi pada sumsum

tulang merah. Hitung jenis sel darah putih (bagian hitung darah total) adalah persentase setiap

jenis leukosit. Kisaran normal ditunjukkan pada Tabel dibawah, disertai nilai normal hitung

darah lengkap lain.

b). Hitung Darah Lengkap

Pengukuran Kisaran normal


Sel darah merah 4,5-6 juta/mm3

Hemoglobin 12-18 gram/100 ml

Hemaktokrit 38-48%

Retikulosit 0%-1,5%

Sel darah putih (total) 5000-10.000/mm3

Neutrofil 55-70%

Eosinofil 1-3%

Basofil 0,5-1%

Limfosit 20-35%
Monosit 3-8%

Trombosit 150.000-300.000/mm3
Tabel 1.2

c). Fungsi

Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu melindungi tubuh dan

penyakit infeksi dan membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Setiap jenis leukosit

memiliki suatu peranan untuk menjaga homeostasis yang sangat penting ini.

Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen. Neutrofil adalah yang

paling banyak menjalankan fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini dengan sangat efisien,

monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga memfagosit jaringan yang sudah rusak

amati pada tempat cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi mungkin.

Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi protein asing. Hal ini penting

terutama pada reaksi alergi dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil

mengandung gra heparin dan histamin. Heparin adalah suatu anti koagulan yang membantu

mencegah pembekan yang tidak normal dalam pembuluh darah. F mm, seperti yang Anda ingat,

dilepaskan sel bagian proses inflamasi, dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang

memungkinkan jaringan, protein, dan sel darah putih berkumpul di daerah yang mengalami

kerusakan

3)   Trombosit

Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan merupakan sat lengkap,

melainkan fragmen atau pecahan sel. Hitung normal trombosit bagian dalam hitung darah

lengkap) adalah 150.000-300.000 / mm3 (batas atasnya bisa meningkat menjadi 500.000).

Trombositopenia adalah istilah untuk hitung trombosit yang rendah.

      a). Tempat Produksi


Sebagian sel induk pada sumsum tulang merah berdiferensiasi menjadi sel besar yang

dinamakan megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang memasuki sirkulasi.

Bagian yang terdapat di dalam sirkulasi mi adalah trombosit, yang bisa hidup sekitar lima sampai

9 hari, jika tidak digunakan sebelum hari tersebut.

            b).  Fungsi Trombosit

Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang berarti mencegh kehilangan

darah. Ada tiga mekanisme yang terjadi, dan trombosit terkait dalam setiap mekanismenya.

(1)      Spasme Vascular

Ketika pembuluh darah besar, seperti arteri atau vena cedera berotot polos dinding

pembuluh darah tersi akan berkontraksi sebagai respons terhadap kerusakan yang terjadi (disebut

respons flagenik). Trombosit yang terdapat di dalam yang mengalami kerusakan akan

melepaskan konstriksi pembuluh darah. Diameter pembuluh darah tersebut akan segera

mengecil, dan lubang yang kecil tersebut akan segera tertutup oleh gumpalan darah. Jika

pembuluh darah tidak mengecil terlebih dahulu, bekuan darah yang terbentuk akan segera

tersapu oleh dorongan akibat tekanan darah.

c).  Sumbat Trombosit

Ketika suatu kapiler mengalami ruptur, kerusakan yang terjadi terlalu kecil untuk memulai

pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka yang kasar akan menyebabkan trombosit

Iengket dan melekat pada pinggiran luka dan saling melekat satu sama lain. Trombosit tersebut

akan membentuk suatu sawar rnekar atau dinding untuk menutup kerusakan yang terjadi pada

kapiler. Kerusakan kapiler cukup sering terjadi dan pembentukan sumbat trombosit sekecil

apapun sangat dibutuhkan untuk menutup kerusakan tersebut.Apakah sumbat trombosit cukup

efek untuk luka yang terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar? Jawabannya adalah tidak,
karena sumbat trombosit tersebut akan tersapu oleh aliran darah secepat pembentukannya,

Apakah spasme vaskular cukup efektif pada kerusakan kapiler? Sekali lagi, jawabannya adalah

tidak, karena kapiler juga tidak memiliki otot polos sehingga kapiler tidak bisa berkonstriksi

sama sekali.

(1)      Pembekuan Kimiawi

Rangsangan untuk pembekuan darah adalah permukaan yang kasar pada pembuluh darah,

atau kerusakan pada pembuluh darah, yang juga menciptakan permukaan yang kasar. Semakin

besar kerusakan yang terjadi, semakin cepat pembekuan darah yang terjadi, dan biasanya dimulai

dalam 15 sampai 20 detik.

Mekanisme pembekuan merupakan suatu rangkaian reaksi yang melibatkan zat kimia

yang dalam keadaan normal beredar dalam darah, dan zat-zat lain dilepaskan ketika pembuluh

darah rusak.

 (buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3, 2007)

3.      Klasifikasi

a.  Leukimia akut

1). Leukimia Limfositik Akut (ALL)

Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling

sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dan puncak

insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi

2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)


Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit,

grnulosit (basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat

terkena, insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan Leukemia

Nonlimfositik yang paling sering terjadi

                                   (Muttaqin arif. 2009)

                        b. Leukimia Kronis

1). Leukimia Limfositik Kronis (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang

ditemukan pada orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-laki. LLK

dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam

sumsum tulang, darah perifer, dan tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang mencapai

100.000+/mm3 atau lebih. Pada lebih dan 90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B.

Karena limfosit B berperan pada sintesis imunoglobulin pasien dengan LLK mengalami

insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan respons antibodi. Studi sitogenetik

menunjukkan leblh dari 80% pasien mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang mungkin

menunjukkan prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan pada

pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit absolut atau karena

limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. waktu penyakitnva berkembang, hati juga

membesar. Pasien yang hanya menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun

atau lebih lama. Dengan terkenanya organ, terutama lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan

trombositopenia (jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP  pada kurang dari

setahun merefleksikan prognosis sangat buruk dengan harapan hidup median kurang dari 2
tahun. Sekitar 10% pasien mengalami transformasi agresif serupa dengan sindrom Richter

(limfoma agresif).

Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau trombositopenia

atau keduanya, memerlukan intervensi dengan steroid atau agen kemoterapi atau keduanya.

Pasien dengan penyakit derajat rendah diobservasi bertahun-tahun tanpa intervensi aktif

yang diperlukan selama beberapa tahun. Pengobatan diindikasikan bila pasien mengalarni

pansitopenia yang meningkat dengan infeksi, peningkatan limfadenopati dan organomegali,

anemia dan trombositopenia akibat penggantian sumsum tulang, dan perubahan kualitas hidup

pasien. Pengobatan ditujukan pada pengurangan massa limfositik sehingga membalikkan

pansitopenia dan menghiiangkan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh pembesaran organ.

Beberapa pasien dengan anemia hemolitik autoimun yang secara medis tidak memberikan

respons atau trombositopenia mungkin memerlukan splenektomi. Agen pengakil, seperti

kiorambusil dan sikiofosfarnid, aktif pada pengobatan LLK. Fludarabin antimetabolit purin,

diberikan 3-5 hari sebagai agen tunggal .juga efektif dan dapat digabung dengan agen aktif  lain

seperti sikiofosfamid jika pasien menjadi refrakter. Pendekatan baru terhadap pengobatan

keganasan sel B seperti LLK adalah pemakaian terapi biologi, menggunakan antibodi

monoklonal ini mencakup rituximab (anti-CD20) dan Campath IH (anti-CD52), keduanya

memperoleh persetujuan FDA.

(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)

  2).   Leukemia Sel Berambut

Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik sel B indolen. Nama

mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan darah dan

sumsum tulang yang diwarnai.


(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)

 3).   Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)

Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel

normal dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic

yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% klien dengan LMK.

LMK jarang menyerang individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat sesuai

pertambahan usia.  

                                 (Muttaqin arif. 2009)

Riset terbaru telah mengungkapkan bahwa leukemia merupakan penyakit kompleks dengan

heterogenitas yang beragam.akibatnya,klasifikasi leukemia menjadi semakin kompleks,rumit,dan

sangat pentin,karena identifikasi subtipe leukemia memiliki implikasi terapeutik dan

prognostik.Berikut ini merupakan uraian ringkas mengenai sistem klasifikasi yang baru-baru ini

dipakai:

1.      Morfologi

Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak-anak adalah:leukemia

limfoid akut(acute lymphoid leukemia,ALL) dan leukemia nonlimfoid(mielogenus)akut(acute

nonlymphoid [myelogenous]leukemia, ANLL/AML.).sinonim untuk ALL0 meliputi leukemia

limfatik, limfositik, limpoblastik, dan limfoblastoid. Biasanya istilah istilah leukemia sel tunas

(stem cell) atau sel blast juga mengacu pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML

meliputi leukemia granulositik,  mielositik, monositik,mielogenus, monoblastik,dan

monomieloblastik.

2.      Penanda(marker)sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL dengan AML.sebagai

contoh,ALL akan menunjukkan warna positif setelah diberi terminal deoxynucleotidyl

transferase(TdT)sementara AML memperlihatkan sifat nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)

3.      Pemeriksaan kromosom

Análisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam menegakkan diagnosis

leukemia limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko

20 kali lipat untuk mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-anak lain. Anak-anak

yang memiliki lebih dari 50 kromosom pada sel-sel leukemia(hiperdiploid) mempunyai

prognosis yang paling baik(Margolin dan Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga

ditemukan pada sel-sel leukemia dapat menunjukkan prognosis yang baik seperti pada trisomi 4

dan 10,atau prognosis yang buruk,seperti pada t(9:22)atau kromosom Philadelphia.

4.      Penanda imunologik permukaan-sel

Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL menjadi tiga kelas yang

besar:ALL non-T, non-B memiliki prognosis yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai

antigen leukemia limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai CALLA-positif,terdapat pada

permukaan selnya(Margolin dan Poplack,1997)

4.      Etiologi

            Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :

a.       Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell Leukmia

lymphoma virus/HTLV)

b.      Radiasi : sinar X

c.       Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor


d.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

e.       Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome

                             (Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2006)

5.       Insiden

            Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di

dunia bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada anak

terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia.

Sedangkan angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah

laporan internasional bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.

(http://www.koalisi.orang/detail.com)

Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian

kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker

mata). Bahkan ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.

(http://www.koalisi.orang/detail.com)

Menurut data bagian Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat. Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di

ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah penderita

leukemia sebanyak 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009 dengan  jumlah pasien sebanyak 120

orang.

f.    Patofisiologi

a.  Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya

proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia

dan trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan

tubuh dan mudah mengalami infeksi.

c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow daninfiltran organ, sistem saraf

pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak

pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.

d.                        Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,

nodus limfe, dan nyeri persendihan.

 (Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)

g.       Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

a.  Pilek tidak sembuh-sembuh

b.  Pucat, lesu, mudah terstimulasi

c.  Demam dan anorexia

d.  Berat badan menurun

e.  Petekie, memar tanpa sebab

f.  Nyeri pada tulang dan persendian

g.  Nyeri abdomen

h.  Limphadenopathy

i. Hepatosplenomegaly

j. Abnormal WBC

i & Rita Yuliani, 2006: 162)

h.       Test Diagnostik


1.   Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.

2.   Aspirasi sum-sum tulang (BMP):hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.

3.   Biopsi sum-sum tulang.

4.   Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.

5.   Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa:menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.

(Arif Muttaqin, 2009:419 & Suriadi, Rita Yuliani, 2006:162)

i.        Penatalaksanaan Medik

a.    Transfusi darah

Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia yang berat dan

perdarahan masih dapat diberikan transfusi trombosit.

b.   Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi dosis dikurangi

demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c.    Transpalansi sumsum tulang

d.   Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan

perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi

daunorubicin, hydrochloride (cerubidin), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine

(purinethol).

( Handayani Wiwik, 2008)

j.        Pengobatan

                        Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada pengalamannya. Umumnya

pengobatan ditunjukkan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih

lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan

sebagai berikut :

a.    Induksi Remisi

                   Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan pemberian berbagai obat di atas, baik

secara sistematik maupun intratekal sampai sel blas dalam sum-sum tulang kurang dari 5

%.hampir segera setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4

hingga 6 minggu. Obat-obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah

kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin dan L-asparraginase, dengan atau tanpa

doksorubiisinn (daonomisin) dan sitosin.

                   Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur darah yang

normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang sangat

menentukan. Tubuh pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan

perdarahan spontan.

b.   Konsolidasi

                  Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.

c.    Rumatan (maintenance)

                   Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama

biasanya dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis biasa.

                   Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan

baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia.

d.   Reinduksi
                 Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 – 6 bulan

dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10 – 14 hari

                 Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya

relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi

reinduksi dengan prednisone dan vinkristin, di sertai pemberian kombinasi obat lain yang belum

digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah

diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah remisi.

e.    Transpalansi sumsum tulang.

                             Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-anak yang

menderita ALL danAML dengan hasil yang baik. Transpalansi ini tidak dikomendasikan untuk

anak-anak yang menderita ALL selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin

memberikan hasil yang menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML

lebih buruk, transpalansi sumsum tulang alogenik biasa dipertimbangkan selama masa remisi

pertama.

         (Wong’s essentials of pediatric nursing. 2009 Hal: 1139)

B.     Konsep Dasar Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan

manusia. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada

kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-

langkah proses keperawatan yaitu :

A.    Pengkajian

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang

menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada

ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak

enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia

(Wong’s pediatric nursing 2009. Hal:1140)

Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi

1.   Biodata

a)   Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.

b)   Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dan alamat.

2.   Riwayat kesehatan sekarang

a)   Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b)   Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.

3.   Riwayat kesehatan sebelumnya

a)   Riwayat kehamilan/persalinan.

b)   Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

c)   Riwayat pemberian imunisasi.


d)  Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

e)   Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.

4.   Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III),

Campak, Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi. 

5.   Riwayat Tumbuh Kembang

a.          Pertumbuhan Fisik

                 - Berat badan

                BBL                              : 2500 gr – 4000 gr

                3 - 12 bulan                   : umur (bulan) + 9

                                                     2

     1 - 6 tahun                     : umur (tahun) x 2 + 8

                6 - 12 tahun                   : umur (tahun) x 7 – 5

                                                             2

- Tinggi Badan

                 Tinggi badan lahir         : 45 - 50 cm

                 Umur 1 tahun               : 75 cm

                 2 - 12 tahun                  : umur (tahun) x 6 + 7

                 Atau

                 1 tahun                          : 1,5 x TB lahir

                 4 tahun                          : 2 x TB lahir

                 6 tahun                          : 1,5 x TB setahun

                 13 tahun                        : 3 x TB lahir


                 Dewasa                         : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)

b.         Perkembangan tiap tahap usia

                         - Berguling                              : 3-6 bulan

                         - Duduk                                   : 6-9 bulan

                         - Merangkak                            : 9-10 bulan

                         - Berdiri                                   : 9-12 bulan

                         - Jalan                                      : 12-18 bulan

                         - Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

                         - Bicara                                    : 2-3 tahun

                         - Berpakaian tanpa dibantu     : 3-4 tahun

                                    (Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).

6.   Pemeriksaan fisik

a)   Keadaan Umum

Meliputi : Baik, Jelek, Sedang

b)   Tanda-tanda vital

-  TD        :   Tekanan Darah

-  N         :   Nadi

-  P          :   Pernapasan

-  S          :   Suhu

c)   Antropometri

-    TB         :  Tinggi badan 


-    BB        :  Berat badan

-    LLA      :  Lingkar lengan atas

-    LK        :  Lingkar kepala

-    LD        :  Lingkar dada

-    LP         :  Lingkar perut

d)  Sistem pernafasan

Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan

wheezing.

e)   Sistem cardiovaskuler

Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary

reffiling time.

f)    Sistem pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah

mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.

g)   Sistem muskuloskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

h)   Sistem integumen

        Rambut  :   warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak

        Kulit       :   warna, temperatur, turgor dan kelembaban

        Kuku      :   warna, permukaan kuku, dan kebersihannya

i)     Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

j)     Sistem penginderaan


      Mata       :  Lapang pandang dan visus.

      Hidung   :  Kemampuan penciuman.

      Telingan :  Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.

k)   Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

l)     Sistem neurologis

1)      Fungsi cerebral

2)      Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.

3)      Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).

4)      Kemampuan berbicara.

5)      Fungsi kranial :

a)   Nervus I (Olfaktorius)     : Suruh anak menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,

mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).

b)   Nervus II (Optikus)         : Periksa ketajaman penglihatan anak, Persepsi terhadap cahaya dan

warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer.

c)   Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa kelopak mata terhadap

posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.

d)  Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.

e)   Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan

giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat

merasakan sentuhan di ats pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari
samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk

menguji refleks berkedip dan refleks kornea.

f)    Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata secara lateral.

g)   Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula),

Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan

meminta anak yang lebih besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau memperlihatkan

gigi, (amati bayi ketika senyum dan menangis).

h)   Nervus VIII (akustikus)  : Uji pendengaran anak

i)     Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasi rasa larutan pada

lidah posterior.

j)     Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel

lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X

mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan

epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.

k)   Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan,

minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.

l)     Nervus XII (hipoglosus)  : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap

deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan

tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah

anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji kekuatannya.

6)       Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot

7)      Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran

8)      Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan


7.   Pemeriksaan diagnostic

a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.

                        Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml

                        Retikulosit : Jumlah biasanya rendah

                        Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)

                        SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur (“menyimpang ke

kiri”).mungkin ada sel blast Leukimia

      b) PT/PTT : memanjang

      c) LDH : Mungkin meningkat

      d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat

      e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan mielomositik.

       f) Copper serum : Meningkat

       g) Zink serum : Menurun

        h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih dari sel blast, dengan

prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.

i)    Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan 

                      (Doen

C.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association

NANDA) adalah “suatu penilalan klinis tentang respon individu, keluarga. atau kornunitas

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

dimana perawat bertanggung gugat ‘ (Wong, 2004)


Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen

kemoterapi

f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,

mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,

imobilitas.

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

A.   Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai

tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dan pasien

dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut

(Wong ,2004: 595-602)


a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi Rasional
a)      Pantau suhu dengan teliti a) untuk mendeteksi kemungkinan

infeksi

b) Ternpatkan anak dalam ruangan


b) untuk meminimalkan terpaparnya

khusus anak dan sumber infeksi

c) Anjurkan semua pengunjung dan stafc)  untuk meminimalkan pajanan pada

rumah sakit untuk menggunakan  organism infektif

teknik mencuci tangan dengan baik 

d) Gunakan teknik aseptik yang cermat 

untuk semua prosedur invasive d) untuk mencegah kontaminasi silang

e) Evaluasi keadaan anak terhadap atau menurunkan resiko infeksi

tempat tempat munculnya infeksie) untuk intervensi dini penanganan

seperti tempat penusukan jarum, infeksi

ulserasi mukosa, dan   masalah gigi

f).Inspeksi membran mukosa mulut.

Bersihkan mulut dengan baik

g) Berikan periode istirahat tanpaf) rongga mulut adalah medium yang

gangguan baik untuk pertumbuhan organism

g) menambah energi untuk

h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia penyembuhan dan regenerasi seluler
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan h) untuk mendukung pertahanan alami

tubuh

i) diberikan sebagai profilaktik atau

mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi Rasional
a)      Evaluasi laporan kelemahan,a)    menentukan derajat dan efek

perhatikan ketidakmampuan untuk ketidakmampuan

berpartisipasi dalam aktifitas sehari-

hari

b)      Berikan lingkungan tenang dan perlub)   menghemat energi untuk aktifitas

istirahat tanpa gangguan dan regenerasi seluler atau

penyambungan jaringan

c)      Kaji kemampuan untuk berpartisipasic)   mengidentifikasi kebutuhan

pada aktifitas yang diinginkan atau  individual dan membantu pemilihan

dibutühkan intervensi

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah       trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi Rasional
a)    Gunakan semua tindakan untuka)   karena perdarahan memperberat

mencegah perdarahan khususnya kondisi anak dengan adanya anemia

pada daerah ekimosis b)   karena kulit yang luka cenderung


b)      Cegah ulserasi oral dan rectal untuk berdarah

c)    untuk  mencegah perdarahan

c)      Gunakan jarum yang kecil pada saat

melakukan injeksi d)  untuk  mencegah perdarahan

d)     untuk  mencegah perdarahan e)  untuk memberikan intervensi dm1

e)      Laporkan setiap tanda-tanda dalam       mengatasi perdarahan

perdarahan (tekanan darah menurun,

denyut nadi cepat, dan pucat) f) karena aspirin mempengaruhi

f)       Hindari obat-obat yang mengandung fungsi trombosit

aspirin   g)  untuk mencegah perdarahan

g)      Ajarkan orang tua dan anak yang

lebih besar untuk mengontrol


d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

 Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.

Intervensi Rasional
a)      Berikan antiemetik awal sebeluma)   untuk mencegah mual dan muntah

dimulainya kemoterapi

b)      Berikan antiemetik secara teraturb)   untuk mencegah episode berulang

pada waktu dan program kemoterapi

c)      untuk mencegah episode berulang

c)   karena tidak ada obat antiemetik

yang secara umum berhasil hindari

memberikan makanan yang

d)     Anjurkan makan dalam porsi kecil beraroma menyengat


tapi sering d)  karena jumlah kecil biasanya

e)   Berikan cairan intravena sesuai ditoleransi dengan baik

ketentuan e)   untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen

kemoterapi

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

Intervensi Rasional
a)      lnspeksi mulut setiap hari untuka)   untuk mendapatkan tindakan yang

adanya ulkus oral segera

b)      Untuk mendapatkan tindakan yangb)   untuk mencegah trauma

segera

c)  Gunakan sikat gigi berbulu lembut,c)   untuk menghindari trauma

aplikator berujung kapas, atau jan      

yang dibalut kasa

d)  Berikan pencucian mulut yang seringd)  untuk rneningkatkan penyembuhan

dengan cairan salin normal atau    

tanpa larutan bikarbonat e)   untuk menjaga agar bibir tetap

e)  Gunakan pelembab bibir lembab dan mencegah pecah    

pecah (fisura)

f)   karena bila digunakan pada faring,

f)    Hindari penggunaan larutan lidokain dapat menekan refleks     muntah

pada anak kecil yang mengakibatkan resiko aspirasi

dan dapat menyebabkan kejang


g)   agar makanan yang masuk dapat

ditoleransi anak

g)   Berikan diet cair, lembut dan lunak h)  untuk mendeteksi kemungkinan

infeksi

h)  Inspeksi mulut setiap hari i)     untuk membantu melewati area

nyeri

i)  Dorong masukan cairan denganj)     dapat mengiritasi jaringan yang luka

menggunakan sedotan dan dapat membusukkan  gigi,

j)  Hindari penggunaa swab gliserin, memperlambat penyembuhan

hidrogen peroksida dan susu dengan rnemecah protein dan dapat

magnesia mengeringkan mukosa

k)   untuk mencegah atau mengatasi

mukositis

l)     untuk mengendalikan nyeri

k)  Berikan obat-obat anti infeksi sesuai

ketentuan

l)  Berikan analgetik

f.  Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan     anoreksia, malaise,

mual dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi Rasional
a)   Dorong orang tua untuk tetap rileksa)   jelaskan bahwa hilangnya nafsu

pada saat anak makan makan adalah akibat langsung   dan


mual dan muntah serta kemoterapi

b)   untuk mempertahankan nutrisi yang

b) Izinkan anak memakan semua optimal

makanan yang dapat ditoleransi,  

rencanakan untuk memperbaiki

kualitas gizi pada saat selera makan

anak meningkat c)   untuk memaksimalkan kualitas

c)  Berikan makanan yang disertai intake nutrisi

suplemen nutrisi gizi, seperti susu

bubuk atau suplemen yang dijual

bebas d)  untuk mendorong agar anak mau

d) Izinkan anak untuk terlibat dalam makan

persiapan dan pemilihan makanan e)   karna jumlah yang kecil biasanya

e) Dorong masukan nutrisi dengan ditoleransi dengan baik

jumlah sedikit tapi sering f)     kebutuhan jaringan metabolik

f) Dorong pasien untuk makan diet ditingkatkan begitu juga cairan

tinggi kalori kaya nutrient untuk menghilangkan produk sisa

suplemen dapat memainkan peranan

penting dalam mempertahankan

masukan kalori dan protein yang

adekuat

g)   membantu dalam mengidentifikasi

g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan malnutrisi protein kalori, khususnya


lipatan kulit trisep bila BB dan   pengukuran

antropometri kurang

g. Nycri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia

Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterirna anak

Intervensi Rasional
a)      Mengkaji tingkat nyeri dengan skalaa)   informasi memberikan data dasar

0 sampai 5 untuk mengevaluasi      kebutuhan

atau keefekti fan

b)  Jika mungkin, gunakan prosedur-b)  untuk meminimalkan rasa tidak

prosedur (misal pemantauan suhu aman

non   invasif, alat akses vena

c)   Evaluasi efektifitas penghilang nyeric)   untuk menentukan kebutuhan

dengan derajat kesadaran dan sedasi perubahan dosis. Waktu pemberian

atau obat

d) Lakukan teknik pengurangan nyeri

e) Berikan obat-obat anti nyeri secara


d)  sebagai analgetik tambahan
teratur
e)   untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,

imobilitas

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi Rasional
a) Berikan perawatan kulit yang cermat,
a)      karena area ini cenderung
terutama di dalam mulut dan daerah mengalami ulserasi

perianal

b) Ubah posisi dengan sering b)      untuk merangsang sirkulasi dan

mencegah tekanan pada kulit

b)      Mandikan dengan air hangat dan


c)      mempertahankan kebersihan tanpa

sabun ringan mengiritasi kulit

d) Kaji kulit yang kering terhadap efek


d)     efek kemerahan atau kulit kering

samping terapi kanker dan pruritus,ulserasi dapat terjadi

dalam area radiasi pada beberapa

agen kemoterapi

e) Anjurkan pasien untuk


tidak
e)      membantu mencegah friksi atau
menggaruk dan menepuk kulit yang
trauma kulit
kering

f) Dorong masukan kalori protein yang


f)       untuk mencegah keseimbangan
adekuat
nitrogen yang negatif
g) Pilih pakaian yang longgar dan
g)      untuk meminimalkan iritasi
lembut diatas area yang teradiasi
tambahan

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan

 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi Rasional
a)      Dorong anak untuk memilih wig
a)      untuk membaritu mengembangkan
(anak perempuan) yang serupa gaya penyesuaian rambut terhadap

dan warna rambut anak sebelum kerontokan rambut

rambut mulai rontol b)     karena hilangnya perlindungan

b)      Berikan penutup kepala yang adekuat rambut

selama pemajanan pada sinar

matahari, angin atau dingin c)      untuk menyamarkan kebotakan

c)      Anjurkan untuk menjaga agar rambut parsial

yang tipis itu tetap bersih, pendek dan

halus d)     untuk menyiapkan anak dan

d)     Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh keluarga terhadap perubahan

dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin penampilan rambut baru

warna atau teksturnya agak berbeda

e) Dorong hygiene, berdandan, dan alat-


e)      untuk meningkatkan penampilan

alat yang sesuai dengan jenis

kelamin ,misalnya wig, skarf, topi, tata

rias.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia

 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi

Intervensi Rasional
a)      Jelaskan alasan setiap prosedur yang
a)      untuk meminimalkan kekhawatiran

akan dilakukan pda anak yang tidak perlu

b)      Jadwalkan waktu agar keluarga dapat


b)     untuk mendorong komunikasi dan

berkumpul tanpa gangguan dan staf ekspresi perasaan


c)      Bantu keluarga merencanakan masa

depan, khususnya dalam membantu


c)      untuk meningkatkan perkembangan

anak menjalani kehidupan yang anak yang optimal

normal

d)     Dorong keluarga untuk


d)     memberikan kesempatan pada

mengespresikan perasaannya keluarga untuk menghadapi rasa

mengenai kehidupan anak sebelum takut secara realistis

diagnosa dan prospek anak untuk

bertahan hidup

e)      Diskusikan bersama keluarga


e)      untuk mempertahankan komunikasi

bagaimana mereka memberitahu anak yang terbuka dan jujur

tentang hasil tindakan dan kebutuhan

terhadap pengobatan dan

kemungkinan terapi tambahan f)       untuk mencegah bertambahnya rasa

f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal kekhawatiran keluarga

yang tidak sesuai dengan kenyataan

yang ada

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak

 Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian    anak

Intervensi Rasional
a) Kaji tahapan berduka terhadap anak
a)      pengetahuan tentang proses berduka

dan keluarga memperkuat normalitas perasaan

atau reaksi terhadap apa yang

dialarni dan dapat membantu pasien

dan keluarga lebih efektif

menghadapi kondisinya

b)      untuk menetapkan hubungan saling

c)      Berikan kontak yarg konsisten pada percaya yang mendorong

keluarga komunikasi

c)   untuk meyakinkan bahwa harapan

d)      Bantu keluarga merencanakan mereka diimplementasikan

perawatan anak, terutama pada tahapd)   memperkuat normalitas perasaan

terminal atau reaksi terhadap apa yang

e)      Fasilitasi anak untuk mengespresikan dialami

perasaannya melalui bermain

E. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah

dibuat untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,

penguasaan keterampilan dan pengetahuan hams dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan

yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah ditentukan dapat

tercapai (Wong. 2004:33 1).

F. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil yang diharapkan

pada klien dengan leukemia adalah:

1)      Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

2)      Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan

peningkatan toleransi aktifitas.

3)      Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

4)      Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

5)      Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

6)      Masukan nutrisi adekuat

7)      Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan  bukti-bukti

ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

8)      Kulit tetap bersih dan utuh

9)      Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu

menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode mi dan

anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

10)   Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan

pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta

kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.

11)  Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan

Anda mungkin juga menyukai