Journal Reading - Stase Psikiatri
Journal Reading - Stase Psikiatri
DISUSUN OLEH:
2015730129
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan resume journal
reading yang berjudul The International Society for the Study of Women's Sexual
Health Process of Care for Management of Hypoactive Sexual Desire Disorder in
Women.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada tim pengajar FKK
Universitas Muhammadiyah Jakarta dan rekan-rekan yang telah membantu
penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
para dokter muda yang sedang menempuh stase psikiatri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
LAMPIRAN JOURNAL........................................................................................iii
1.1. Definisi......................................................................................................1
1.3. Fisiologi.....................................................................................................2
1.5. Diagnosis...................................................................................................4
1.6. Tatalaksana................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
LAMPIRAN JOURNAL
iii
BAB I
RESUME JOURNAL
I.1. Definisi
Hypoactive sexual desire disorder (HSDD) atau gangguan hasrat seksual
hipoaktif, merupakan gangguan disfungsi seksual yang paling umum pada
perempuan dan terbukti berhubungan dengan kondisi emosi negative dan masalah
psikologikal seperti depresi, dll. Seseorang dikatakan mengidap HSDD apabila
memiliki gejala salah satu dari dibawah ini dengan onset minimal 6 minggu.
HSDD dapat bersifat dari lahir atau didapat dan general atau situasional.
Definisi ini harus dipahami dalam konteks biopsikososial dan oleh karena itu
dapat diterapkan pada skema diagnostic somatic dan psikiatrik.
1
I.3. Fisiologi
Sexual desire diatur oleh daerah-daerah kunci di otak melalui aksi
berbagai neurotransmiter. Sistem dopamin, melanokortin, oksitosin, vasopresin,
dan norepinefrin memediasi eksitasi seksual, sedangkan sistem opioid, serotonin,
endocannabinoid, dan prolaktin memediasi penghambatan seksual. Walaupun
penyebab biologis HSDD masih belum dapat diketahui, HSDD yang
digeneralisasi cenderung melibatkan kecenderungan terhadap proses
penghambatan atau neuroadaptasi yang menghasilkan penurunan eksitasi,
peningkatan inhibisi, atau campuran keduanya.
2
I.4. Algoritma Manajemen HSDS
3
I.5. Diagnosis
Figure 1. DSDS
4
umum tetapi dapat memenuhi kriteria untuk keinginan / minat seksual rendah
situasional atau seumur hidup yang rendah. Jika pasien menjawab "ya" untuk
pertanyaan 1 hingga 4 dan "tidak" untuk semua faktor dalam pertanyaan 5, ia
telah menggeneralisasi HSDD yang didapat. Jika ada faktor-faktor dalam
pertanyaan 5 hadir, HCP harus mengevaluasi dan mempertimbangkan diagnosis
diferensial termasuk etiologi biologis keinginan rendah, serta memutuskan apakah
tanggapan terhadap pertanyaan 5 menunjukkan HSDD yang diperoleh secara
umum atau keinginan / minat seksual situasional rendah.
5
Investigasi laboratorium dan pencitraan ditentukan oleh riwayat medis
wanita dan temuan pemeriksaan fisik.
6
I.6. Tatalaksana
I.6.1. Lini pertama dan lini kedua terapi edukasi
Pendidikan dapat disusun dalam 3 bagian. Pertama, berikan informasi
tentang fungsi seksual normal. Kedua, mendidik pasien tentang faktor-faktor yang
berasal dari riwayat seksual dan medis yang dapat mengganggu hasrat seksual.
Ketiga, HCP dapat menilai motivasi untuk pengobatan dan mendiskusikan pilihan
pengobatan. Jika pasien memiliki pasangan, melibatkan pasangan dalam
perawatan mungkin dapat membantu. Pendidikan harus berlanjut sepanjang
proses, termasuk tindak lanjut pasien.
7
I.6.2. Modifikasi factor yang berperan
Tingkat intervensi selanjutnya mencakup modifikasi faktor-faktor yang
dianggap berperan dalam HSDD.
8
BAB II
ANALISIS PERBANDINGAN JURNAL DENGAN
PEDOMAN DI INDONESIA
I.7. Definisi dan Prevalensi
Jurnal Pedoman di Indonesia
Hypoactive sexual desire disorder HSDD atau gangguan minat terhadap
(HSDD) atau gangguan hasrat
kegiatan atau fantasi seksual yang
seksual hipoaktif, merupakan
gangguan disfungsi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak
paling umum pada perempuan dan
diharapkan bila dilihat dari umur dan
terbukti berhubungan dengan
kondisi emosi negative dan situasi kehidupan orang yang
masalah psikologikal seperti
bersangkutan.1
depresi, dll.
Prevalensi HSDD menurut studi Prevalensi kasus HSDD masih sangat
PRESIDE di Amerika, dari 31,531, sulit ditentukan pada studi populasi.
sebanyak 37,7% memiliki keluhan Dalam suatu survei demografi yang
rendahnya hasrat seksual sebagai luas didapatkan bahwa sekitar 10%
keluhan paling umum pada wanita di Amerika Serikat didapatkan
gangguan seksual dan sebanyak menderita gangguan hasrat seksual
10% terdiagnosis dengan HSDD.2 rendah. Data dari Indonesia, terdapat
survey pada tahun 2011 66,2% di
daerah Bandar Lampung dilaporkan
mengidap HSDD.3
Berdasarkan uraian diatas untuk definisi HSDD atara jurnal dan
pedoman di Indonesia, sama. Untuk prevalensi terjadinya berdasarkan
pedoman di Indonesia HSDD masih sulit untuk ditentukan pada studi populasi
dan sama halnya pada jurnal. Pada keduanya, prevalensi lebih banyak pada
perempuan dengan factor komorbid seperti adanya gangguan mental atau
kondisi medis lainnya.
I.8. Diagnosis HSDD
Jurnal Pedoman di Indonesia
Gejala dirasakan sekurang – Hilangnya nafsu seksual
kurangnya 6 bulan
merupakan masalah utama
Kurangnya motivasi untuk
melakukan aktivitas yang membuat pasien datang
seksual, seperti: ke dokter untuk
menurunnya atau tidak ada
sama sekali rasa atau memeriksakan dirinya dan
pikiran mengenai seks atau bukan merupakan gangguan
9
fantasi tentang seks. sekunder dari gangguan
Kehilangan minat untuk
seksual lainnya (gangguan
mengajak atau ikut serta
dalam aktivitas seksual, ereksi atau dyspareunia)
termasuk sikap menghindari
Berkurangnya nafsu seksual
situasi yang mengarah ke
aktifitas seksual. tidak menyingkirkan adanya
Dan kombinasi dengan
kenikmatan atau bangkitan
gejala klinis tekanan pribadi
yang signifikan seperti rasa seksual, tetapi menyebabkan
frustasi, rasa bersalah, berkurangnya aktivitas
kesedihan yang mendalam,
ketidakmampuan, dan seksual termasuk frigiditas.4
khawatir.
10
Pilihan obat yang dapat mengajarkan kompetensi
diberikan golongan CNS seksual, memperbaiki
agent (flibanserin dan
bupoprion) dan terapi komunikasi seksual, dan
hormonal (injeksi mengurangi kecemasan akan
transdermal testosterone)
perfoma saat melakukan
aktivitas seksual.
Tatalaksana medis: obat
oral, injeksi substansi
vasoaktif, operasi, dan
vacuum device therapy.
Berdasarkan uraian diatas untuk tatalaksana HSDD atara jurnal dan
pedoman di Indonesia, pada jurnal lini pertama dan kedua masih dilakukan
terapi edukasi yang bersifat seperti konseling. Dan untuk konselingnya
dilakukan secara rutin setiap minggu sambil dilakukan follow up mengenai
keluhan pasien serta edukasi dilakukan bersama dengan pasangannya. Untuk
terapi edukasi tidak dijelaskan pada pedoman Indonesia. Untuk terapi medis
baik pada jurnal dan pedoman Indonesia sama – sama menggunakan terapi
oral dan terapi hormone berupa injeksi transdermal. Sedangkan untuk terapi
seks baik pada jurnal dan pedoman Indonesia sama – sama telah dijelaskan
hanya saja pada jurnal terapi seks merupaka terapi lini ketiga atau berupa
terapi pilihan terakhir setelah terapi edukasi.
11
BAB III
KESIMPULAN
Pada jurnal ini HSDD atau gangguan nafsu seksual hipoaktif merupakan
gangguan yang paling umum terjadi pada wanita pre menopause dan post
menopause yang memiliki factor komorbid seperti kondisi medis atau kondisi
mental lainnya. HSDD ini sendiri dapat ditegakkan diagnosisnya apabila gejala
yang dirasakan selama minimal 6 bulan dan tidak bersamaan dengan gangguan
seksual lainnya.
12
factor komorbid yang berperan menyebabkan HSDD. Ketiga, apabila pilihan
pertama dan kedua sudah dilakukan dan belum ada perbaikan dilakukan terapi
psikologis berupa terapi seksual yang bertujuan meningkatkan rasa percaya diri,
memberikan edukasi dan berkomunikasi dengan cara aktivitas seksual. Dan yang
terakhir adalah terapi medikamentosa berupa terapi oral dan terapi hormonal yang
dilakukan dengan cara injeksi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14