BAB I
PENDAHULUAN
Jerami padi di Indonesia belum dinilai sebagai produk yang memiliki nilai
ekonomis karena petani membiarkan siapa saja untuk mengambil jerami dari lahannya. Di
beberapa daerah, petani bahkan senang bila sawahnya bebas dari jerami. Jerami dianggap
sebagai sisa tanaman yang mengganggu pengolahan tanah dan penanaman padi. Oleh
karena itu sebagian besar petani membakar jerami yang dapat mengakibatkan polusi
udara di sekitarnya. Biasanya petani melakukan pembakaran di tempat setelah beberapa
hari padi dipanen dengan alasannya adalah lebih cepat dan murah untuk membersihkan
sisa panen tersebut. Kebiasaan ini tidak mudah dirubah dan petani juga memiliki karakter
untuk melihat bukti terlebih dahulu kemudian baru mengikutinya.
Disisi lain limbah plastik juga sangat melimpah ruah. Dari perkiraan Kementrian
Lingkungan Hidup, penduduk Indonesia menghasilkan 28,4 ribu ton sampah plastik/hari.
Dari jumlah tersebut sekitar 2,3% sampah plastik yang ada di kota besar merupakan
botol plastik minuman atau produk lain yang terbuat dari PET. Jumlah tersebut
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Terdapat hal yang menguntungkan juga dalam pemanfaatan limbah botol plastik
di Indonesia bila dibandingkan dengan Negara maju, karena banyaknya pemulung yang
telah memisahkan limbah botol plastik dengan limbah lainnya. Pemanfaatan limbah
plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle).
1
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Limbah botol plastik merupakan salah satu limbah yang tidak dapat terurai oleh
mikroorganisme, sebagian besar limbah botol plastik merupakan plastik berjenis PET.
Karena sifatnya yang tidak terurai oleh mikroorganisme, limbah botol plastik umumnya
didaur ulang menjadi produk baru (Surono, 2013). Namun daur ulang plastik yang
dilakukan hanya mampu mengurangi total limbah plastik sekitar 17%.
Maka dari itu ketiga limbah tersebut apabila tidak dimanfaatkan secara baik akan
menimbulkan masalah lingkungan dan kalau dapat memanfaatkannya akan menjadi
berkah bagi masyarakat dan lingkungan. Dimana limbah jerami dan limbah serutan kayu
akan memiliki nilai ekonomi lebih sebagai bahan baku pembuatan papan partikel sebagai
pengganti kayu yang sekarang sudah mahal harganya dan sulit mendapatkan kayu yang
berkualitas karena dampak kelangkaan kayu. Disisi lain orang yang pekerjaannya
mengambili barang bekas (limbah botol plastik) akan terbantu dalam penjualan hasil dari
pengumpulan limbah botol plastik. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi
masalah lingkungan dan memenuhi kebutuhan bahan bangunan tersebut adalah dengan
memanfaatkannya sebagai papan partikel.
2
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Partikel adalah salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari
partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan
perekat atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas. Dalam setiap tahapan
prosesnya banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan. Faktor utama adalah kadar air
partikel dan jenis perekat yang digunakan. Limbah kayu atau bahan selulosa lainnya
yang baik dalam pembuatan papan partikel adalah yang berkadar air antara 4 % - 8 %.
Kadar air yang terlalu tinggi akan mempersulit proses pengempaan dan proses perekatan,
sehingga meningkatkan volume perekat yang diperlukan sebaliknya, kadar air yang
terlalu rendah juga kurang baik karena menghasilkan papan partikel yang cenderung
rapuh atau retak-retak. Selain itu kadar air bahan baku pembuatan papan partikel perlu
dikontrol, karena sangat dipengaruhi kondisi udara sekelilingnya, dan bersifat
hidroskopis, artinya akan menyerap air dari air atau udara di sekelilingnya. (Maloney ,
1993)
Papan partikel digolongkan menurut cara pembuatan, ketahanan papan dan sifat-
sifat fisik tertentu yang menentukan sifat mekanis dan penggunaanya.
3
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Proses pembuatan papan partikel secara umum mencakup tahapan-tahapan yang bisa
dikelompokkan menjadi 6 kegiatan yaitu :
1. Pembuatan Partikel
Menurut Joesoef (1977) pembuatan partikel dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Pemotongan dengan mesin pencacah sehingga terbentuk paratikel dengan ukuran
tertentu.
b. Penyobekan atau pemecahan kadan dikombinasikan dengan pemotongan sehingga
menghasilkan ukuran partikel yang tidak tentu.
2. Penyaringan
Penyaringan dimaksud untuk memisahkan partikel yang sangat kasar atau yang sangat
halus. Partikel yang sangat kasar untuk diolah kembali sedangkan partikel yang sangat
halus tidak akan menambah kekuatan papan partikel yang dihasilkan karena partikel
halus akan memerlukan perekat yang banyak (Joesoef, 1977). Menurut (Prayitno,
1995) penyaringan digunakan untuk membuat partikel lebih seragam ukurannya
sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan kategori lolos atau tertahan ayakan.
3. Pengeringan
Pengeringan partikel diperlukan untuk memperoleh daya rekat dan kerapatan papan
yang baik (Joesoef.1977) kadar air akan mempengaruhi volume partikel pada
kerapatan tertentu dan akan mempengaruhi plastisitas partikel selama pemanasan
dalam pengepresan panas. Kadar air yang berlebihan akan menebabkan tekanan
internal uap air akan menjadi lebih besar dari ikatan perekat, sehingga saat tekanan
pres panas dilepas, uap air akan merusak papan partikel (Strickler.1959). Kadar air
yang optimal adalah berkisar antara 4% - 8%.
4. Pencampuran partikel dengan perekat
5
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Tujuan pemberian perekat adalah untuk memberikan bahan pengikat antar partikel
sehomogen mungkin (Prayitno 1995) selain perekat, bahan yang sering ditambahkan
untuk meningkatkan mutu papan partikel yaitu paraffin sebagai penolak air, lilin,
hardener atau bahan pengeras, bahan pengawet atau bahan tahan api.
Perekat thermoplastik adalah perekat yang mempunyai sifat akan melunak jika
dipanaskan dan kembali menjadi padat pada pendinginan. Perekat thermoplastik ini
umumnya terbentuk dengan reaksi polimersasi ahdisi misalnya acrylic resin, vin’I
resin, poly propylene dan lain-lain.
Penelitian plastik daur ulang sebagai matrik komposit kayu plastik dilakukan
(Setyawati 2003) dengan menggunakan plastik poly propylene daur ulang. Dalam
pembuatan komposit kayu plastik darut ulang, beberapa polimer thermoplastik dapat
digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperature permulaan dan
pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 2000C).
5. Pengempaan dan pemanasan
Pembentukan papan partikel dilakukan dengan membentuk mat (kasuran) dalam
cetakan dan diberi tekanan pendahuluan supaya mendapatkan kerapatan partikel yang
merata pada seluruh bagian papan, mempermudah masukan mat ke dalam alat pres
panas dan juga untuk efisiensi kerja dipres panas. Di dalam alat pres pans mat akan
mendapatkan tekanan dan pemanasan dengan waktu tertentu, waktu penekanan dan
suhu pemansan disesuaikan dengan jenis perekat yang digunakan, jenis/asal bahan
partikel, kerapatan dan ketebalan yang diinginkan (Kollman 1975).
6. Pengerjaan akhir
Pengerjaan akhir papan partikel meliputi pengkondisian, penyesuaian ukuran dan
penghalusan permukaan papan. Penyesuaian ukuran adalah pemotongan keempat sisi
papan sehingga didapat ukuran panjang dan lebar yang dipersyaratkan. Pengkondisian
dimaksudkan untuk menyesuaikan papan partikel dengan kondisi suhu dan
kelembaban lingkungan. Papan partikel yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat
higrokopis setelah keluar dari kempa panas akan menyerap uap air dalam jumlah
tertentu hingga pada kadar air kering airnya, penyerapan uap air akan mempengaruhi
ukuran papan, sehingga pemotongan papan dilakukan setelah papan partikel
mengalami pengkondisian.
6
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Pulp adalah bahan berserat yang didapat dari bahan lignoselulosa. Adapun bahan
lignoselulosa tersebut dapat berasal dari berbagai macam jenis tanaman baik itu dari
kayu, bamboo, ampas tebu, pelepah kelapa sawit, jerami padi dan lain-lain. Pulp tersebut
selain dapat digunakan untuk pembuatan berbagai jenis kertas juga dapat digunakan
sebagai bahan campuran dalam pembuatan papan partikel. (Anonim, 1990).
Menurut Saha (2004) komponen terbesar penyusun jerami padi adalah selulosa
(35-50 %), hemiselulosa (20-35 %) dan lignin (10-25 %) dan zat lain penyusun jerami
padi. Perbandingan komposisi kimia jerami padi dengan biomassa lainnya dapat dilihat
pada Tabel 1.
7
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Limbah kayu adalah kayu sisa potongan dalam berbagai bentuk dan ukuran
yang sudah tidak dapat digunakan dalam proses produksinya karena tidak dapat
menghasilkan produk (output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat
teknologi pengolahan tertentu yang digunakan (DEPTAN, 1970). Sedangkan menurut
Sunarso dan Simarmata (1980) dalam Iriawan (1993) limbah kayu adalah sisa-sisa kayu
atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada
waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan pada proses dan
waktu yang berbeda.
8
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
3. Limbah hasil dari proses industri kayu lapis dan penggergajian berupa serbuk kayu,
potongan pinggir, serbuk pengamplasan, log end (hati kayu) dan veneer (lembaran
triplek).
Simarmata dan Haryono (1986) dalam Iriawan (1993) menyatakan bahwa limbah
kayu dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa pohon yang
ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak dan bagian diatas cabang
pertama.
2. Limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain berupa lembaran
veneer rusak, log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa kupasan,
potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk pengamplasan,
sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit
Plastik thermoplast adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap
panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan akan
mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang
dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk yang
baru., yang termasuk plastik thermoplast anatar lain : PET (Poly Etylene Terephthalate),
PP (Poly Propylene), PS (Poly Styrene), HDPE (High Density Poly Ethylene) Nylon,
LDPE (Low Density Poly Ethylene), PVC (Poly vinyl Chloride), PC (Poly Carbonate)
dll. Plastik thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak
dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi,
plastik thermoset adalah: PU (Poly Urethene), UF (Urea Formaldehide), MF (Melamine
Formaldehyde), Polyester, Epoksi, dll. (https://sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-
2/polimer/)
Beberapa contoh temperatur leleh proses thermoplas dapat dilihat pada tabel 2.
sebagai berikut :
0 0
No Mineral C F
1 PET 165-200 340-412
9
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
2 PS 180-260 365-500
3 Nylon 260-290 500-554
4 PC (Poly Carbonat) 280-310 536-590
5 LDPE 160-240 320-464
6 HDPE 200-280 392-536
7 PP 200-300 392-572
8 PVC 160-180 320-365
Sumber :http//www.distributorplastik.com
Pemanfaatan limbah plastik PET (botol minuman) dengan cara daur ulang
umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu
limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk
tertentu sesuai kebutuhan (biji,pellet,serbuk,pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut,
sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan,
pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya. (Syafitrie,
2001).
Sifat-sifat papan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Jenis kayu
Jenis kayu menentukan seberapa rendah berat jenis papan partikel yang akan
dihasilkan. Pada umumnya kayu dengan berat jenis rendah akan menghasilkan papan
dengan kekuatan lebih tinggi dari pada kayu dengan berat jenis tinggi (Maloney,
1977). Haygreen dan Bowyer (1989) mengemukakan bahwa ciri terpenting dari kayu
yang mempengaruhi kecocokannya untuk pembuatan papan partikel adalah berat
10
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
jenisnya. Disebutkan pula bahwa semakin rendah berat jenis kayu makin tinggi
kekuatan papan partikel pada sembarang kerapatan.
2. Ukuran Partikel
Haygreen dan Bowyer (1989) mengemukakan bahwa bentuk dan ukuran pertikel akan
berpengaruh terhadap kekuatan dan stabilitas dimensi papan partikel. Kenampakan
papan partikel yang secara langsung dipengaruhi oleh ukuran partikel ini adalah sifat-
sifat mekanik (seperti keteguhan, lengkung, keteguhan tekan sejajar permukaan dan
lain-lain).
3. Kadar air dan distribusinya
Kadar air partikel berhubungan langsung dengan proses pengempaan panas, sehingga
sangat berpengaruh terhadap sifat papan partikel yang dihasilkan. Kadar air partikel
akan menguntungkan terbentuknya ikatan yang baik dengan perekat, namun bila
kadar air terlalu tinggi akan menimbulkan tekanan uap internal yang cukup besar,
sehingga meynebabkan rusaknya papan partikel. Menurut Heygreen dan Bowyer
(1996) kandugnan air yang lebih tinggi pada lapisan permukaan akan meynebabkan
pemampatan yang lebih tinggi saat pengempaan berlangsung. Haygreen dan Bowyer
(1996) mengemukakan bahwa kadar air partikel yang perlu dicapai adalah sekitar
kurang dari 10%. Kadar air partikel yang akan dipergunakan dalam pembuatan papan
partikel berkisar antara 4 % - 8 %. Joesoef (1977 dalam Prayitno 1995) menambahkan
bahwa, kadar air partikel sebagai bahan papan partikel yang diperlukan dalam proses
pengeringan hingga mencapai sekitar 5 %- 6 %. Kollman et al (1975) menyebutkan
bahwa kandungan air partikel setelah dikeringkan sebaiknya 3 % - 6 %, kadang-
kadang bervariasi antara 5 % - 12 %. Hal ini diperlukan karena kadar air partikel
merupakan faktor penting dalam pembuatan papan partikel.
4. Jenis dan jumlah perekat
Maloney (1977) mengemukakan tiga jenis perekat yang dipergunakan dalam industri
papan partikel, yaitu Poliester, Urea formaldehida, Penol formaldehida dan melamin
formaldehida. Dari keempat jenis perekat tersebut urea formaldehida lebih banyak
dipergunakan dalam pembuatan papan partikel, karena perekat jenis ini berwarna
netral (transparan) dan relative lebih murah. Menurut Kollman (1975) penggunaan
jumlah perekat dalam pembuatan papan partikel mempengaruhi sifat-sifat papan
partikel yang dihasilkan. Semakin besar presentase penggunaan perekat, papan
partikel yang diperoleh menjadi lebih kuat. Kenaikan jumlah perekat menyebabkan
11
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
sifat kekuatan meningkat secara asimtotis, artinya semakin banyak jumlah perekat
yang ditambah semakin rendah peningkatan kekuatan partikel. Pada penlitian yang
dilakukan (Musliman 2009) yang telah lulus uji fisik dan memenuhi persyaratan SNI
adalah dengan menggunakan perekat poliester sebanyak 5% dari berat.
1.5.2. Perekat
Perekat (adhesive, resin, glue, mucilage dan binder) adalah bahan yang mempunyai
sifat perekatan yang mampu merekat atau menjadikan satu bahan-bahan yang direkat
dengan cara penempelan atau persatuan permukaan akibat dari aksi gaya-gaya sekunder dan
primer (Prayitno, 1995).
Pada dasarnya perekat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok perekat
alam dan kelompok perekat buatan atau sintesis. Perekat alam merupakan perekat yang
dihasilkan oleh alam baik oleh hewan besar, serangga kecil, tumbuh-tumbuhan dan bahan
yang telah tersedia di alam tanpa pengolahan dan penggunaan teknologi yang rumit untuk
mempersiapkannya.
Pemilihan perekat yang tepat merupakan salah satu hal yang sangat penting.
Pemilihan perekat disesuaikan dengan tujian akhir penggunaan bahan yang direkat. Menrut
Brown (1952) beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan perekat
yaitu pertimbangan ekonomi, kebutuhan pembuatan, serta karakteristik dari hasil perekatan
yang diperoleh. Menurut Vlasov (1967), perekat dapat dibedakan berdasarkan jenis asal
bahan, cara pengerasan dan ketahanan terhadap air.
12
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
b. Perekat dari bahan nabati misalnya starch atau kanji ,contoh yang kita jumpai
ialah terbuat dari tepung tapioka. Bahan ini sudah dikenal sejak dahulu sebagai
bahan lem, ialah dengan cara memasaknya dengan air. Dextrin adalah hasil
modifikasi secara kimia dari kanji. Kedua bahan ini banyak digunakan pada
pembuatan kantong-kantong kertas, kotak-kotak karton, dan lain-lain..
c. Perekat sintesis atau resin, misalnya urea formaldehida, Kemajuan yang
dicapai dalam hal perekatan perkayuan ialah ditemukannya bahan perekat
sintetis pada tahun pertengahan 1930. Perekat sintatis ini ialah Phenol
Formaldehyde dan Urea Formaldehyde. Disebabkan lebih murah, maka Urea
Formaldehyde lebih banyak dipakai dibanding yang lainnya. Urea
Formaldehyde banyak dipakai pada pembuatan polywood. Pada pemakaiannya
kadang-kadang dicampur dengan tepung terigu untuk menjadikan hasil
perekatan fleksibel. Resin dicampur dengan hardener di dalam air kemudian
ditambahkan tepung terigu sebagai pengisi dan kemudian zat katalis. Adukan
ini disebarkan ke permukaan lapisan kayu dengan rol spreader. Lapisan-
lapisan kayu tipis (vinir) yang telah dispread dengan lem urea ini kemudian
disusun lapis tiga (triplek) dan dipres dengan dipanaskan dengan steam selama
4 sampai 7 menit, dengan temperature atau suhu dari steam antara 125 derajat
hingga 140 derajat Celcius.
2. Perekat berdasarkan proses perekatannya dibedakan atas :
a. Hot setting adhesive (thermosetting) merupakan perekat yang tidak dapat
kembali ke bentuk semula setelah dikenai panas. Perekat thermosetting yaitu
resin yang pada pemanasan mengalami reaksi kimia dengan pengaruh katalis,
sinar ultraviolet dan sebagainya, sehingga mengalami perubahan bentuk yang
permanen. Contohnya seperti urea, melamine, phenol, resorcinol, epoxy,
polyurethane dan unsaturated polyesters (poliester tidak jenuh)
b. Cold setting adhesive (thermoplastik) merupakan perekat yang pada kondisi
matang dapat kembali ke bentuk semula setelah dikenai pemanasan. Perekat
thermoplastik adalah plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya
panas. Derajat kristalinitas mempengaruhi sifat dari polimer dalam pembuatan
papan komposit. Jenis plastik thermoplastik yang sering dijumpai antara lain
polietilena (PE), polipropilena (PP), polistirena (PS), nylon, polietilena
terephthalate (PET), poliacetal (PC) dan lain sebagainya.
13
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Secara umum resin adalah bahan yang akan diperkuat dengan serat. Resin bersifat
cair dengan viskositas yang rendah, yang akan mengeras setelah terjadinya proses
polimerisasi. Resin berfungsi sebagi pengikat (bounding) antara serat yang satu dengan
yang lainnya sehingga menghasilkan ikatan yang kuat terbentuk material komposit yang
padu, yaitu material yang memiliki kekuatan pengikat (bound strength) yang tinggi
(Budinski K.G, 2003). Dalam kebanyakan hal, resin poliester tak jenuh ini disebut
poliester saja. Karena berupa resin cair dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras
pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu
pengesetan seperti banyak resin thermosetting yang lainnya, maka tak perlu diberi
tekanan untuk pencetakan. Berdasarkan karateristik ini, bahan ini dikembangkan secara
luas sebagai plastik penguat serat (FPR) dengan menggunakan serat gelas. Sifat dari
poliester sendiri adalah kaku dan rapuh. Mengenai sifat termalnya, karena banyak
mengandung monomer stirena, maka suhu deformasi termal lebih rendah dari pada resin
termoset lainnya dan ketahanan panas jangka panjangnya kira-kira 110-140°C.
Ketahanan dingin adalah baik secara relatif. Sifat listriknya lebih baik diantara resin
termoset, tetapi diperlukan penghilangan lembaban yang cukup pada saat pencampuran
dengan gelas (Jufri, 2007). Adapun kelebihan poliester dibandingkan resin lain adalah :
Kuat tidak mudah sobek, tahan terhadap suhu yang tinggi, tidak larut terhadap asam
organik, serat poliester mempunyai kekuatan yang tinggi, penyerapan air yang rendah
dan pengerutan yang minimal bila dibandingkan dengan serat industri yang lain (Cowd,
1991).
14
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
Pembuatan papan partikel dari jerami padi dan limbah plastik yang dilakukan
dalam penelitian ini dibatasi terhadap beberapa hal:
1.7. Hipotesis
1. Semakin tinggi kuat tekan yang digunakan, maka makin bagus papan partikel yang
dihasilkan.
2. Semakin banyak komposisi serutan kayu yang digunakan, maka papan partikel yang
dihasilkan akan semakin baik.
3. Semakin besar ukuran partikel jerami padi, serutan kayu dan plastik, maka papan
partikel yang dihasilkan semakin baik.
4. Semakin besar volume perekat yang digunakan, maka papan partikel yang dihasilkan
semakin baik.
15
Makalah Seminar Penelitian Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Jerami Padi, Limbah Serutan kayu dan
Limbah Plastik dengan Perekat Poliester
16