Oleh:
Nama : Ali Imron Baedhowi
NIM : 171810301041
Kelompok :1
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum penentuan massa molar dengan penurunan titik
beku adalah
1. Mendapatkan pengetahuan tentang sifat koligatif dari larutan non-elektrolit
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Naptalen
Hasil termometer
3.2.2 Titik beku larutan Naftalen + Sulfur
Naftalen + Sulfur
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Penurunan Titik Beku
Zat Tf Tf rata-rata ΔTf
1 2
4.1.2 Penentuan Mr naftalen
ΔTf m as. Benzoate m as. Laurat Kf as. laurat Mr Δs beszoat
4.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini berjudul penentuan massa molar dengan
penurunan titik beku. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan menentukan tetapan titik beku
molal pelarut dan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui. Sifat-sifat fisik larutan
dapat mengalami perubahan apabila zat yang tidak mudah menguap dilarutkan ke dalam
suatu pelarut murni, misalnya sifat penurunan titik beku. Penurunan titik beku larutan adalah
salah satu contoh dari sifat koligatif. Titik beku merupakan nilai suhu dimana tekanan uap
cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Zat terlarut yang memiliki sifat nonvolatil akan
menurunkan titik beku pelarutnya, sehingga menyebabkan titik beku larutan lebih rendah
daripada titik beku pelarut murni. Larutan akan membeku apabila berada pada temperatur
lebih rendah dari pelarutnya.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan senyawa naftalen dan sulfur. Sulfur
merupakan zat terlarut yang bersifat non volatile. Proses pembekuan dari masing-masing
senyawa tersebut dilakukan dengan memanfaatkan suhu kamar sebagai penurun suhu sistem.
Percobaan pertama dilakukan dengan mengukur suhu dimana naftalen yang digunakan
sebagai pelarut murni berubah fasa dari cairan menjadi padatan. Proses ini dilakukan dengan
memasukkan 4.49 gram asam laurat pada tabung reaksi. Tabung reaksi dimasukkan dalam
beaker glass yang berisi akuades panas agar naftalen yang berbentuk padatan bisa menjadi
cairan sehingga bisa dihitung titik beku yang dimiliki dan harus dipastikan naftalen larut
sempurna. Tabung reaski yang berisi larutan naftalen dimasukkan pada beaker glass yang
berisi akuades dengan suhu kamar. Fungsi diletakkan dalam akuades dengan suhu kamar
yaitu untuk menurunkan suhu sistem hingga proses pembekuan dapat berlangsung. Proses
pembekuan tidak membutuhkan es batu dikarenakan titik beku asam laurat lebih tinggi dari
air sehingga untuk membekukannya tidak membutuhkan suhu yang terlalu rendah. Perubahan
suhu diamati melalui termometer, dan suhu yang diambil yaitu suhu ketika zat cair berubah
menjadi zat padat untuk pertama kalinya atau dapat dikatakan saat suhu mencapai titik yang
konstan. Fenomena ini juga dapat dilihat dari kenaikan perbedaan suhu yang terukur. Nilai
suhu yang dimiliki pada saat titik beku tercapai biasanya memiliki perbedaan yang cukup
besar dengan suhu yang dimiliki pada waktu setelahnya.
Percobaan kedua dilakukan dengan mengukur titik beku larutan pada padatan
campuran. Serbuk naftalen 4.49 gram yang telah dimasukan pada tabung reaksi ditambahkan
dengan sulfur 1.01 gram. Penambahan sulfur pada naptalen bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan zat non-volatil dalam mempengaruhi titik beku suatu larutan. Serbuk
asam laurat dan asam benzoat secara bersama-sama dicairkan dalam beaker glass panas.
Hasil yang diperoleh dari percobaan saat dilakukan penambahan sulfur menunjukkan
bahwa penambahan zat non-volatil menyebabkan titik beku larutan turun dan lebih rendah
dari pelarut murninya. Hasil tersebut terjadi karena penambahan sulfur dapat menyebabkan
penurunan energi bebas pelarut, sehingga kemampuan pelarut menjadi fase uap juga
berkurang. Faktor tersebut yang menyebabkan tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih
rendah dari tekanan uap pelarut murni. Menurut Atkins(1994) pelarut murni akan membeku
apabila tekanan uapnya memiliki nilai yang sama dengan tekanan uap pelarut murni pada
fasa padat, sehingga titik beku sebanding dengan tekanan uap, dan penurunan tekanan uap
juga menyebabkan penurunan pada titik beku larutan. Penurunan titik beku ini juga terjadi
akibat adanya partikel asam benzoat yang menghalangi interaksi antar molekul asam laurat
pada saat pembentukan fase padat. Hal tersebut yang menyebabkan terbentuknya interaksi
antar molekul akuades semakin lemah, sehingga suhu pada saat akuades membeku juga
semakin menurun.
Nilai suhu yang diperoleh pada pengukuran titik beku sulfur dan larutan naftalen
digunakan untuk mengukur besar Kf atau tetapan penurunan titik beku. Tetapan penurunan
titik beku didapatkan dari selsih titik beku yang dimiliki oleh senyawa murni dengan titik
beku yang dimiliki oleh senyawa campuran. Hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan ke
dalam rumus yang melibatkan besar molalitas asam benzoat dalam larutan. Hal tersebut
sesuai dengan Hukum Raoult yang menyatakan bahwa penurunan titik beku tidak tergantung
pada jenis zat, namun tergantung pada jumlah zat yang ditambahkan. Penghitungan ini juga
melibatkan faktor Van’t Hoff dikarenakan zat yang ditimbahkan merupakan larutan elektrolit
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini antara lain :
1. Penentuan tetapan titik beku pelarut dapat dilakukan dengan mengukur titik beku
pelarut murni dan larutan yang telah ditambah dengan sejumlah zat tertentu. Titik beku
yang diperoleh lalu dikurangkan untuk mengetahui penurunan yang dihasilkan. Selisih
yang diperoleh lalu dimasukkan ke dalam persamaan yang melibatkan molalitas zat
terlarut.
5.2 Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu praktikan berhati-hati saat proses pembekuan
sampel dan dipastikan tidak ada zat kontaminan yang masuk ke dalam sampel. Pengukuran
yang dilakukan harus benar-benar dilakukan dengan benar karena penentuan titik beku harus
tepat agar nilai Kf dan berat molekul yang diperoleh juga semakin akurat. Sensor yang
digunakan juga harus dipastikan dalam kondisi benar-benar bersih dan tidak terkontaminasi
zat lain saat digunakan pada proses pengukuran. Hal tersebut dikarenakan sensor sangat
sensitif dan akan menghasilkan nilai yang berbeda jika ada zat kontaminan meskipun dalam
jumlah kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. (1996). Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Bird, T. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry Edisi ke–3. Addison-Wesley Publishing Co Inc.
Massachusetts, pp.
Dogra, SK dan S Dogra. 1984. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : UI-Press.
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Labchem. 2020. Material Safety Data Sheet of Aquades [Serial Online]. (Diakses 18
Maret 2019).
Soekardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran Dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: Penerbit ITB.
Tim Penyusun. 2020. Penuntun Praktikum Kesetimbangan Kimia. Jember: Universitas
Jember.
Vernier, 2018. What are the differences between Logger Pro and Logger Lite?. [Serial
Online] https://www.vernier.com/til/2107/ (Diakses pada 30 Maret 2019).