Nim : 20185121001 Makul : Farmakologi Kebidanan Dosen : Indah Purwaningsih, M.Farm, APT Kelas : DIII Kebidanan Tk.II
1. Jelaskan apa itu reseptor?
Jawaban : Reseptor adalah molekul protein yang menerima sinyal kimia dari luar sel. Ketika sinyal kimia semacam itu berikatan dengan reseptor, maka menyebabkan beberapa bentuk respons seluler/jaringan, misalnya perubahan aktivitas listrik sel. Reseptor dapat terikat pada membran sel, sitoplasma, atau nukleus, yang masing-masing hanya dapat dilekati oleh jenis molekul sinyal tertentu. Molekul pemberi sinyal yang melekat pada suatu reseptor disebut ligan, yang dapat berupa suatu peptida atau molekul kecil lain seperti neurotransmiter, hormon, obat, atau toksin. Reseptor digunakan dalam farmakologi untuk menunjukkan kelas makromolekul seluler yang bersangkutan secara khusus dan langsung dengan sinyal kimia diantara dan didalam sel. Kombinasi hormone, neurotransmitter, atau utusan intraseluler dengan reseptor (s) hasil dalam perubahan aktivitas seluler. Oleh karena itu reseptor tidak hanya harus mengenali molekul tertentu yang mengaktifkannya, tetapi juga ketika pengakuan terjadi dapat mengubah fungsi sel dengan menyebabkan misalnya perubahan dalam permeabilitas membrane atau perubahan dalam transkripsi gen/ gen turunan.
2. Apa hubungan reseptor dengan efek obat?
Jawaban : Obat yang mengaktifkan reseptor dengan berikatan dengan reseptor tersebut disebut agonis. Sebagian besar agonis berikatan melalui ikatan ion, hidrogen, dan van der Waals (jumlah gaya tarik dan dorong antara molekul). Ikatan-ikatan ini bersifat reversibel. Sedangkan sebagian kecil agonis berikatan dengan reseptor secara kovalen, dan ikatan ini bersifat ireversibel. Reseptor sering digambarkan sebagai protein yang bisa berikatan ataupun tidak berikatan dengan ligan agonis. Ketika reseptor berikatan dengan ligan agonis, maka akan menghasilkan efek obat. Ketika tidak berikatan, maka efek obat tidak akan muncul. Keadaan reseptor dibagi menjadi berikatan dan tidak berikatan, yang masing-masing menghasilkan bentuk yang berbeda. Agonis secara sederhana sering digambarkan sebagai pengaktif reseptor. Dalam hal ini, besarnya efek obat tergantung dari total jumlah reseptor yang terikat. Sehingga efek obat paling maksimal terjadi ketika semua reseptor terikat. 3. Ada berapa jenis reseptor didalam tubuh? Jawaban : Berdasarkan pada struktur dan mekanisme molekul mereka a. Reseptor saluran ion ligan-gated Terdiri dari subunit protein yang membentuk pori sentral (misal: reseptor nikotin, reseptor GABA). b. Reseptor digabungkan G-protein Yaitu reseptor protein yang mengikat protein G membentuk suatu kelompok reseptor dengan tujuh heliks yang membentuk membran. Reseptor ini berkaitan dengan respon fisiologis oleh second messenger c. Reseptor terkait kinase Adalah reseptor pada permukaan yang mempunyai aktivitas tirosin kinase intrinsik (misal: reseptor insulin, sitokin dan faktor pertumbuhan). d. Reseptor inti Untuk membentuk hormon steroid dan hormon tiroid terdapat dalam inti sel yang mengatur transktipsi dan selanjutnya sintesis protein. Namun berdasarkan lokasi mereka ditubuh yaitu : a. Reseptor permukaan sel b. Reseptor sitoplasma c. Reseptor intra inti d. Reseptor mengambang 4. Terkait dengan Covid-19, jelaskan tentang reseptor ACE-2 (Angiotensin Converting Enzyme-2) yang merupakan target dari virus SARS-COV-2? Jawaban : Ada beragam kemungkinan inang perantara untuk SARS-CoV-2, termasuk trenggiling, tetapi tidak pada tikus. Ada banyak kesamaan SARS-CoV-2 dengan SARS- CoV asli. Menggunakan pemodelan computer menemukan bahwa protein lonjakan SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki struktur 3-D yang hampir identik dalam domain pengikatan reseptor yang mempertahankan gaya van der Waals. Protein spike SARS- CoV memiliki afinitas pengikatan yang kuat untuk ACE2 manusia, berdasarkan studi interaksi biokimia dan analisis struktur Kristal. Protein lonjakan SARS-CoV-2 dan SARS-CoV berbagi identitas 76,5% dalam sekuens asam amino dan yang penting, protein lonjakan SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki tingkat homologi yang tinggi. Wan et al melaporkan bahwa residu 394 (glutamin) dalam domain pengikat reseptor SARS-CoV-2 (RBD), sesuai dengan residu 479 dalam SARS-CoV, dapat dikenali oleh lisin kritis 31 pada reseptor ACE2 manusia. Analisis lebih lanjut bahkan mengatakan bahwa SARS-CoV-2 mengenali ACE2 pada manusia lebih efisien daripada SARS-CoV meningkatkan kemampuan SARS-CoV-2 untuk mentransmisikan dari orang ke orang. Dengan demikian, protein spike SARS-CoV-2 diprediksi juga memiliki afinitas pengikatan yang kuat terhadap ACE2 manusia. Kesamaan ini dengan SARS-CoV sangat penting karena ACE2 adalah reseptor SARS-CoV fungsional in vitro dan in vivo. Diperlukan untuk entri sel inang dan replikasi virus berikutnya.