2 Pengertian EEG
Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi kelainan aktivitas elektrik otak.
Sedangkan menurut dr. Darmo Sugondo membedakan antara Electroencephalogram dan
Electroencephalografi. Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak
dengan alat pencatatan yang peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut
Electroencephalogram. Jadi Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit
kepala disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi, tergantung pada
tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman.6,7
Saat subyek santai, mata tertutup, gambaran EEG nya menunjukkan aktivitas sedang dengan
gelombang sinkron 8-14 siklus/detik, disebut gelombang alfa. Gelombang alfa dapat direkam dengan
baik pada area visual di daerah oksipital. Gelombang alfa yang sinkron dan teratur akan hilang, kalau
subyek membuka matanya yang tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta (> 14
siklus/detik). Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal, merupakan tanda bahwa orang
terjaga, waspada dan terjadi aktivitas mental. Meski gelombang EEG berasal dari kortek,
modulasinya dipengaruhi oleh formasio retikularis di subkortek.
Formasio retikularis terletak di substansi abu otak dari daerah medulla sampai midbrain dan
talamus. Neuron formasio retikularis menunjukkan hubungan yang menyebar. Perangsangan
formasio retikularis midbrain membangkitkan gelombang beta, individu seperti dalam keadaan
bangun dan terjaga. Lesi pada formasio retikularis midbrain mengakibatkan orang dalam stadium
koma, dengan gambaran EEG gelombang delta. Jadi formasio retikularis midbrain merangsang ARAS
(Ascending Reticular Activating System), suatu proyeksi serabut difus yang menuju bagian area di
forebrain. Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan serabut difus
kesemua area di kortek serebri.
ARAS mempunyai proyeksi non spesifik dengan depolarisasi global di kortek, sebagai kebalikan dari
proyeksi sensasi spesifik dari thalamus yang mempunyai efek eksitasi kortek secara khusus untuk
tempat tertentu. Eksitasi ARAS umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori spesifik
dari thalamus. Dalam keadaan normal, sewaktu perjalanan ke kortek, sinyal sensorik dari serabut
sensori aferen menstimulasi ARAS melalui cabang-cabang kolateral akson. Jika sistem aferen
terangsang seluruhnya (suara keras, mandi air dingin), proyeksi ARAS memicu aktivasi kortikal
umum dan terjaga.7
Gambar 1. Perangkat EEG
Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang berhubungan dengan
kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan teknik modern seperti CT Scan dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dapat memeriksa otak, namun EEG tetap berguna mengingat sifatnya yang
non-destruktif, dapat digunakan secara on line dan sangat murah harganya dibandingkan kedua
metoda. Disamping keunggulan lain, sinyal EEG dapat mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran,
serta menangkap persepsi seseorang terhadap rangsangan luar.
b. Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak, Parkinson
f. Narcolepsy
g. Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum perawatan
Sebagai tambahan EEG juga dapat digunakan untuk membantu dalam memonitoring beberapa
tindakan seperti :
Sebelum melakukan tindakan EEG, maka pasien ada beberapa hal yang harus dipersiapkan,
diantaranya yaitu :7,8
b. Tingkat kesadaran penderita harus dicatat, untuk menghindari salah interpretasi EEG
c. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus diidentifikasi, oleh karena beberapa obat-
obatan tertentu yang dapat mempengaruhi frekuensi maupun bentuk gelombang otak. -Saat terbaik
perekaman adalah pada saat bebas obat sehingga gelombang otak yang didapat adalah gelombang
otak yang bebas dari pengaruh obat
d. Premedikasi, dosis dan berapa lama sebelum perekaman harus diidentifikasi dengan jelas.
f. Kulit kepala dalam keadaan bersih, bebas kotoran, debu, minyak dan kulit yang mati. sampolah
rambut serta membilas dengan air bersih saat mandi sore atau pagi hari sebelum di lakukan test
h. Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi, teh, cola, dan coklat) sedikitnya 8
jam sebelum test. Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab gula darah rendah
( hypoglycemia) dapat menghasilkan test abnormal
i. Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar pasien tidak tertidur saat dilakukan
test, jika anak-anak akan di EEG coba untuk tidur sebentar tepat sebelum dilakukan test
j. Penyuluhan penderita sebelum perekaman tentang tujuan dilakukannya EEG, apa yang
dilakukan teknisi terhadap dirinya sebelum dan saat perekaman, apa yang harus dilakukan penderita
saat perekaman dan apa yang akan dirasakan oleh penderita saat perekaman
a. Lokasi / distribusi
b. Frekuensi
d. Usia
e. Bangun
f. Tidur
Sinyal EEG dapat diketahui dengan menggunakan elektroda yang dilekatkan pada kepala. Tegangan
sinyalnya berkisar 2 sampai 200 μV, tetapi umumnya 50 μV. Frekuensinya bervariasi tergantung
pada tingkah laku. Daerah frekuensi EEG yang normal rata-rata dari 0,1 Hz hingga 100 Hz, tetapi
biasanya antara 0,5 Hz hingga 70 Hz. Variasi dari sinyal EEG yang terkait dengan frekuensi dan
amplitudo mempengaruhi diagnostik. Daerah frekuensi EEG dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian untuk analisis EEG, yaitu :9,10
1. Gelombang di posterior :
a. Gelombang Alpha
Gelombang alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik. Gelombang alfa terlihat normal pada
saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur)
Distribusi : bagian posterior kepala (oksipital, parietal dan temporal posterior) dapat meluas ke
sentral, verteks dan midtemporal
Reaktivitas : Amplitudo berkurang saat buka mata, aktivitas mental sedangkan frekuensi
berkurang saat mengantuk
b. Gelombang lambda
Karakteristik : dapat terlihat saat bangun, buka mata, polaritas positif, asimetri (normal), di daerah
oksipital, jelas terlihat usia 2 – 15 thn, dan jarang terlihat pada usia tua . Gelombang Lambda
mempunyai amplitudo : 20 – 50 uV .
Reaktivitas : gelombang ini tampak jika melihat suatu objek,dan menghilang saat tutup mata.
2. Gelombang Mu
Gelombang ini sering disebut juga comb rhythm, rolandic alpha. Frekuensi seperti Alpha (8-10 Hz)
terdapat pada 20 % orang dewasa, sering pada usia 8 – 16 tahun dan lokasinya di daerah sentral,
dapat tampak unilateral atau bilateral.
Gambar 4. Gelombang Mu
3. Gelombang Beta
Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik. Gelombang ini secara normal
ditemukan ketika siaga atau menjalani pengobatan tertentu, seperti benzodiazepines atau
pengobatan anticonvulsants. Distribusi terutama frontal dan central dengan amplitudo : 10 – 20 uV
(dewasa) dan 60 uV (anak usia 12-18 bulan). Gelombang Beta dapat lebih jelas terlihat saat
mengantuk, maupun atas pengaruh obat-obatan (barbiturat, benzodiazepin). Perbedaan amplitude
kanan dan kiri lebih dari 35 % merupakan suatu abnormalitas.
4. Gelombang Theta
Gelombang Theta mempunyai frekuensi : 4 – 7 Hz, di daerah frontal atau fronto-central (tutup
mata) , dan Temporal (4 – 7 Hz) biasanya pada orang tua .Gelombang theta jelas terlihat saat
hiperventilasi,mengantuk dan tidur. Amplitudo : 30 – 80 uV
Gelombang delta mempunyai suatu frekwensi kurang dari 3 siklus per detik. Gelombang secara
normal ditemukan hanya pada saat sedang tidur dan anak-anak muda
2. Aktivasi
Selama pemeriksaan EEG, dilakukan aktivasi yang bertujuan untuk mempermudah mendapatkan
gambaran EEG yang khas maupun yang abnormal. Aktivasi yang digunakan adalah Hiperventilasi dan
stimulasi fotik.
a. Hiperventilasi
Aktivasi ini digunakan untuk melihat gambaran EEG pada kejang bentuk Lena (absance). Saat
hiperventilasi pasien di suruh untuk nafas dalam, anak – anak biasanya disuruh untuk meniup balon,
atau kertas. Lama hiperventilasi ini 3 menit, tetapi bila kemumngkinan kejang bentuk lena, dilakukan
selama 5 menit. Gambaran normal akan terlihat gelombang lambat yang menyeluruh (Theta sampai
Delta). Hati-hati bila dilakukan pada pasien usia tua, kelainan serebrovaskuler, tumor otak dan
tekanan tinggi intra kranial.
b. Stimulasi Fotik.
Saat rekaman EEG diberikan stimulasi cahaya dengan frekuensi 1 – 20 kali / detik. Respon yang akan
didapat adalah photic driving yang terlihat di bagian oksipital bilateral. Bila photic driving tidak ada,
tidak dikatakan bahwa abnormal.
3. EEG Saat
Tidur
Pada rekaman EEG diperlukan gambaran EEG saat bangun maupun saat tidur. Rekaman EEG saat
tidur dapat ditemukan gelombang yang abnormal, karena itu di dalam setiap rekaman EEG
diusahakan pasien dapat tidur. Gelombang Normal saat tidur perlu dikenali oleh para pembaca EEG,
agar tidak keliru dengan gelombang yang abnormal.
Amplitudo maksimum di Central, monofasik, durasi 100 – 200 msec, amplitudo : 40 – 100 uV,
terlihat pada saat tidur stadium 1. Pada anak mulai terlihat saat usia 5 bulan .
b. Gelombang K Kompleks
Frekuensi : 14 – 15 Hz, bilateral, sinkron, ritmis, terutama di Verteks, sentral juga Frontal. Pada anak
usia 2 bulan dapat asinkron dan asimetris, tetapi saat anak berusia 18 bulan gel spindel sinkron
bilateral, dan saat usia 2 tahun, sudah seperti dewasa. Durasi 0.5 – 1 detik, jelas terlihat saat tidur
stadium 2.
d. Gelombang Post
Gelombang tajam, monofasik dengan amplitudo : 20 – 70 µV, merupakan gelombang positif dengan
distribusi di oksipital bilateral, snkron, frekuensi 4-5 Hz, dan terlihat saat tidur stadium 1.
e. Hipnagogik Hipersinkroni
Saat transisi tidur – bangun berupa akktivitas Theta – delta, dengan amplitudo tinggi, menyeluruh,
maksimum di fronto-central, sinkron, ritmik. Terutama anak usia 1-5 thn, jarang setelah 11 thn
Tidur Stadium 1
Aktivitas Beta meningkat di Fronto-central dan tampak pula aktivitas Theta di posterior dan
temporal. Gelombang Verteks dan POSTs juga terlihat
Tidur Stadium 2
Gelombang yang tanpak saat tidur stadium 1 adalah : Spindel, K kompleks, Beta di fronto-central,
aktivitas theta di posterior dan temporal, dijumpai gelombang Vertex, POSTs. Aktivitas alpha tidak
terlihat.
Tidur Stadium 3 Dan 4
Pada tidur stadium 3, 20 – 50 % terdiri dari gelombang dgn frekuensi < 2 Hz, amplitude > 75 µV.
Pada tidur stadium 4, lebih dari 50 % terdiri dari gelombang dengan frekuensi kurang dari 2 Hz,
tampak pula gelombang Spindel, dan K kompleks. Tidak tampak gelombang Alpha , gelombang
verteks dan POSTs .
Elektroda EEG ukurannya lebih kecil daripada elektroda ECG. Elektroda EEG dapat diletakkan secara
terpisah pada kulit kepala atau dapat dipasang pada penutup khusus yang dapat diletakkan pada
kepala pasien.11,12
Untuk meningkatkan kontak listrik antara elektroda dan kulit kepala digunakan elektroda jelly atau
pasta. Bahan elektroda yang umumnya digunakan adalah perak klorida. EEG direkam dengan cara
membandingkan tegangan antara elektroda aktif pada kulit kepala dengan elektroda referensi pada
daun telinga atau bagian lain dari tubuh. Tipe merekam ini disebut monopolar. Tetapi tipe merekam
bipolar lebih populer dimana tegangan dibandingkan antara dua elektroda pada kulit kepala.
a. Amplifier
Amplifier digunakan karena EEG harus memiliki penguatan yang tinggi dan karakteristik noise yang
rendah sebab amplitudo tegangan EEG sangat rendah. Amplifier yang digunakan harus bebas dari
interferensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan elektronik yang lain. Noise sangat berbahaya
di dalam kerja EEG karena gelombang elektroda yang dilekatkan pada kulit kepala hanya beberapa
mikrovolt ke amplifier. Amplifier digunakan untuk meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus
bahkan beribu-ribu kali dari sinyal yang lemah yang hanya beberapa mikrovolt.
b. Kontrol Sensitivitas
Keseluruhan sensitivitas dari sebuah alat EEG adalah penguatan dari amplifier dikalikan dengan
sensitivitas dari alat penulisan. Jika sensitivitas alat penulisan adalah 1 cm/V, amplifier harus
mempunyai keseluruhan penguatan 20.000 untuk 50 μV sinyal untuk memantulkan untuk
menghasilkan nilai penguatan diatas. Langkah-langkahnya adalah kapasitor digabungkan. Sebuah
alat EEG mempunyai dua tipe dari kontrol penguatan. Pertama adalah variabel kontinu dan
digunakan untuk menyamakan sensitivitas semua channel. Kedua adalah kontrol beroperasi sejalan
dan dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengurangi sensitivitas dari suatu channel oleh sesuatu
yang dikenal. Kontrol ini biasanya dikalibrasi dalam desibel. Penguatan amplifier normalnya diset
sehingga sinyalnya sekitar 200 μV dipantulkan pena diatas daerah linearnya.
c. Filter
Ketika direkam oleh elektroda, EEG mungkin berisi kerusakan otot dalam kaitannya dengan kontraksi
dari kulit kepala dan otot leher. kerusakannya besar dan tajam sehingga menyebabkan kesulitan
besar dalam klinik dan interpretasi otomatis EEG. Cara paling efektif untuk mengurangi kerusakan
otot adalah dengan menyarankan pasien untuk rileks, tapi ini tidak selalu berhasil. Kerusakan ini
umumnya dihilangkan menggunakan low pass filter. Filter pada alat EEG mempunyai beberapa
pilihan posisi yang biasanya ditandai dengan tetapan waktu. Suatu nilai satuan tetapan waktu yang
diset untuk kontrol frekuensi rendah adalah 0,03; 0,1; 0,3; dan 1,0 detik. Tetapan waktu ini sesuai
dengan 3 dB menunjuk pada frekuensi 5,3; 1,6; 0,53; dan 0,16 Hz. Di atas frekuensi cut-off dan
dikontrol dengan filter high-frekuensi. Beberapa nilai dapat dipilih, diantaranya adalah 15, 30, 70,
dan 300 Hz.
d. Sistem Penulisan
Sistem penulisan pada EEG umumnya menggunakan sistem ink writing tipe direct-writing ac
recorder yang menyediakan respon frekuensi hingga 60 Hz pada 40 mm puncak ke puncak. Tipe
umum dari direct-recorder adalah tipe stylus yang langsung menulis pada kertas yang digerakkan di
bawahnya. Pada umumnya di dalam sistem direct-writing recorder, digunakan galvanometer yang
mengaktifkan lengan penulis yang disebut pen atau stylus. Mekanismenya dimodifikasi dari
pergerakan D’Arsonval meter.
Sebuah kumparan dari kawat tipis berputar pada suatu bingkai aluminium segi-empat dengan
ruang udara antara kutub suatu magnet permanen. Poros baja yang dikeraskan dikaitkan dengan
bingkai kumparan sedemikian sehingga kumparan berputar dengan friksi minimum. Paling sering,
jewel dan poros digantikan oleh taut-band sistem. Suatu pen ringan terikat dengan
kumparan. Spring berkait dengan bingkai mengembalikan pen dan kumparan selalu ke suatu titik
acuan. Ketika listrik mengalir sepanjang kumparan, suatu medan magnet timbul yang saling
berhubungan dengan medan magnet dari magnet permanen. Hal itu menyebabkan kumparan
mengubah sudut posisinya seperti pada suatu motor listrik. Arah perputaran tergantung dari arah
aliran arus di dalam kumparan. Besar defleksi dari pen adalah sebanding dengan arus yang mengalir
melalui kumparan.
Penulisan stylus dapat mempunyai tinta di ujungnya atau dapat mempunyai suatu ujung yang
menjadi kontak dengan suatu sensitif elektro, tekanan yang sensitif atau panas kertas sensitif. Jika
suatu penulisan lengan dari panjang yang ditetapkan digunakan, sumbu koordinat akan menjadi
kurva. Dalam rangka mengkonversi kurva linier dari ujung penulisan ke dalam kurva gerak lurus,
berbagai mekanisme telah dipikirkan untuk mengubah panjang efektif dari lengan penulisan
sehingga bergerak ke tabel perekaman. Instrumen taut-band lebih disukai dibandingkan dengan
instrumen poros dan jewel karena lebih menguntungkan untuk meningkatkan sensitivitas listrik,
mengeliminasi friksi, lebih baik pengulangannya dan meningkatkan daya tahannya.
e. Noise
Amplifier EEG dipilih untuk level minimum derau yang dinyatakan dalam kaitan dengan ekuivalen
tegangan masuk. Dua mikrovolt sering dinyatakan dapat diterima oleh perekam EEG. Noise berisi
komponen dari semua frekuensi dan perekaman noise dapat meningkatkan bandwith dari sistem.
Oleh karena itu, penting untuk membatasi bandwith yang dibutuhkan untuk menghasilkan sinyal.
f. Penggerak Kertas
Hal ini disediakan oleh suatu motor sinkron. Sebuah mekanisme penggerak kertas yang stabil dan
akurat perlu dan normal untuk mempunyai beberapa kecepatan kertas yang tersedia untuk dipilih.
Kecepatan pada 15, 30, dan 60 mm/s penting. Beberapa mesin juga menyediakan kecepatan di luar
daerah ini.
g. Saluran
EEG direkam secara serempak dari sebuah susunan yang terdiri atas banyak elektroda. Elektroda
dihubungkan untuk memisahkan amplifier dan sistem penulisan. Mesin EEG komersial dapat
memiliki sampai 32 saluran, walaupun 8 atau 16 saluran lebih umum.
Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya diketahui Standard Minimal. Perekaman
EEG menurut The American EEG Society Guidelines in EEG, yaitu memakai minimal 16
channel/elektrode pencatat yang bekerja secara simultan. Setiap area di otak bisa memberikan pola
yang sama atau berbeda pada waktu yang bersamaan, dan menurut pengalaman diperlukan
perekaman pada minima l8 area di otak secara simultan untuk mendapatkan distribusi pola EEG.
Perekaman dengan 8 channel secara simultan diperkirakan cukup mencakup permukaan otak untuk
menghindari misinterpretasi. Semua elektroda ini harus mencakup area frontal, central, parietal,
oksipital, temporal, auricular atau mastoid, vorteks dan elektroda ground. Kedua system monopolar
(referensial) dan bipolar (diferensial) harus digunakan secara rutin. Setiap system montage
mempunyai keunggulan dan kekurangan, sehingga penggunaan kedua system sekaligus adalah
esensial untuk mendapatkan informasi yang akurat. Di dalam pelaksanaan EEG, harus ada prosedur
buka tutup mata. Aktifitas alfa dapat memberi informasi tentang fungsi abnormal otak. Aktifitas
paroksismal dapat pula dicetuskan oleh prosedur ini. Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir
rekaman. Perubahan setting alat selama perekaman harus dicatat. Lama perekaman minimal 15-20
menit pada penderita sadar. Bila ada prosedur stimulasi fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama
perekaman harus ditambah. EEG adalah sample waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20
menit adalah waktu yang sangat singkat untuk menarik suatu kesimpulan dari suatu kerja atau
suatu fungsi otak seseorang. Oleh karena itu semakin lama perekaman maka semakin besar
kemungkinan kita untuk menemukan abnormalitasnya.
EEG pada umumnya berlangsung selama 2 jam. Setelah test, pasien boleh beraktivitas seperti biasa.
Pasien dalam posisi tiduran berbaring pada suatu tempat tidur atau relax di kursi dengan mata
tertutup. Electroda EEG ditempelkan ke tempat berbeda di atas kepala dengan menggunakan suatu
pasta lengket agar electroda dapat menempel. Electroda dihubungkan lewat kawat suatu mesin
yang memperkuat suara dan arsip aktivitas dalam otak . Arsip aktivitas elektrik sebagai rangkaian
berbentuk ombak/keriting yang digambar oleh suatu baris pena pada kertas atau sebagai suatu
gambaran pada layar komputer.7,8 Coba untuk tenang, dengan mata tertutup sepanjang
perekaman, dan yang melakukan perekaman akan mengamati pasien secara langsung untuk
memberi intruksi agar pasien :
a. Bernafas dengan cepat ( hyperventilasi). Pada umumnya lama pernapasan kurang lebih 20 x
per menit
c. Tidur, Jika pasien tidak mampu untuk tertidur maka akan diberi suatu obat penenang, dengan
tujuan untuk mengevaluasi masalahpada saat tidur.
EEG Normal adalah gambaran EEG tanpa adanya pola abnormal yang berhubungan dengan kelainan
secara klinik. EEG normal tidak menjamin fungsi dan struktur serebral yang normal, karena tidak
semua kelainan struktur dan fungsi otak menyebabkan abnormalitas pada EEG. Sedangkan EEG
Abnormal tidak selalu menggambarkan abnormalitas serebral.12.
Aktivitas listrik merupakan salah satu karakteristik dari semua sel hidup, termasuk sel-sel saraf.
Walaupun demikian, tidak keseluruhan sel saraf yang berjumlah 2,6 x 109 itu dianggap
menyebabkan gelombang-gelombang listrik di permukaan sebagaimana terekam dengan EEG. Jadi
yang dapat mengakibatkan gelombang-gelombang EEG adalah sel-sel saraf di korteks, walaupun
diketahui juga bahwa struktur-struktur subkortikal, seperti talamus dan formatio retikularis
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap gelombang-gelombang kortikal itu.
Dari ketiga jenis bentuk sel-sel kortikal (spindle, stellatum dan piramidal), sel-sel piramidallah yang
dianggap merupakan sumber potensial listrik dari gelombang-gelombang permukaan. Dari berbagai
penyelidikan disimpulkan bahwa terdapat bukti kuat yang menyarankan bahwa gelombang-
gelombang permukaan itu merupakan penjumlahan (summation) daripada potensial listrik
pascasinaptik, baik yang bersifat inhibisi atau eksitasi, yang berasal dari soma dan dendrit-dendrit
besar sel piramidal. Potensial listrik pascasinaptik itu timbul akibat aktifitas neurotransmiter yang
dilepaskan oleh ujung presinaptik, yang melepaskannya setelah menerima tanda-tanda listrik dari
hubungan-hubungannya. Acetilkholin dianggap sebagai transmiter eksitasi yang penting, dan GABA
sebagai transmiter inhibisi yang terpenting di otak. Ujung-ujung presinaptik menerima lepas muatan
listrik dari sel-sel di thalamus.
Menurut penyelidikan bahwa inti-inti nonspesifik di talamus merupakan the probable pacemaker
dari pada potensial listrik sel-sel pyramidal. Lepas muatan yang timbul pada soma dan dendrit-
dendrit besar itu kemudian melalui cairan dan jaringan tubuh sampai pada elektroda-elektroda EEG.
Dengan demikian jelaslah bahwa rekaman yang dihasilkan oleh electrode kulit kepala merupakan
contoh dari pada aktivitas dekat permukaan, yang tentunya telah banyak mengalami pelemahan,
penyebaran, penyimpangan dalam perjalanannya yang melalui cairan jaringan, jaringan otak, cairan
serebrospinal, tulang tengkorak dan kulit kepala itu.12,13
Salah satu penemuan Hans Berger adalah bahwa kebanyakan EEG orang dewasa normal mempunyai
irama dominant dengan frekuensi 10 siklus per detik, yang di sebutnya sebagai irama alfa. Pada
umumnya kini yang dimaksud dengan iarama alfa adalah irama dengan frekuensi antara 8-13 spd,
yang paling jelas terlihat di daerah parieto-oksipital, dengan voltase 10-150 mikrovolt, berbentuk
sinusoid, relative sinkron dan simetris antara kedua hemisfer. Suatu asimetri ringan dalam voltase
adalah normal, mengingat adanya dominasi hemisfer. Pada umumnya suatu perbedaan voltase 2 : 3
adalah dalam batas-batas normal, asalkan voltase yang lebih tinggi terlihat pada hemisfer non
dominant. Yang lebih penting maknanya adalah bila terdapat perbedaan frekwensi antara kedua
hemisfer. Suatu perbedaan frekwensi yang konsisten dari 1 spd atau lebih antara kedua hemisfer
mungkin sekali diakibatkan suatu proses patologis di sisi dengan frekwensi yang lebih rendah.12
Irama alfa terlihat pada rekaman individu dalam keadaan sadar dan istirahat serta mata tertutup.
Pada keadaan mata terbuka irama alfa akan menghilang, irama yang terlihat adalah irama lamda
yang paling jelas terlihat bila individu secara aktif memusatkan pandangannya pada suatu yang
menarik perhatiannya.
Ditinjau dari irama alfanya dapat dibedakan tiga golongan manusia, sekelompok kecil yang
memperlihatkan sedikit sekali atau tidak mempunyai irama alfa, sekelompok kecil lagi yang tetap
memperlihatkan irama alfa walaupun kedua mata dibuka, dan diantara kedua ekstrem ini terletak
sebagian besar manusia yang menunjukkan penghilangan irama alfa ketika membuka mata.
Berturut-berturut ketiga kelompok ini disebut sebagai kelompok alfa M (minimal atau minus), alfa P
(persisten), alfa R (responsive).
Suatu irama yang lebih cepat dari irama alfa ialah irama beta yang mempunyai frekuensi di atas 14
spd, dapat ditemukan pada hamper semua orang dewasa normal. Biasanya amplitudonya daopat
mencapai 25 mikrovolt, tetapi pada keadaan tertentu bisa lebih tinggi. Pada keadaan normal terlihat
terutama di daerah frontal atau presentral.
Irama yang lebih lambat dari irama alfa adalah tidak jarang pula ditemukan pada orang dewasa
normal. Irama teta mempunyai frekuensi antara 4-7 spd. Suatu irama yang lebih pelan dari teta
disebut irama delta adalah selalu abnormal bila didapatkan pada rekaman bangun, tetapi
merupakan komponen yang normal pada rekaman tidur. Frekuensi irama delta ialah ½ - 3 spd.
Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. Perhatian cenderung untuk menghapuskan
irama alfa, merendahkan voltase secara umum dan mempercepat frekuensi. Termasuk perhatian ini
adalah usaha introspeksi dan kerja mental (misalnya berhitung). Demikian pula setiap stimulus
visual, auditorik dan olfaktorik akan merendahkan amplitudo dan menimbulkan ketidak teraturan
irama alfa. Penurunan kadar O2 dan atau CO2 darah cenderung menimbulkan perlambatan,
sebaliknya peninggian kadar CO2 menimbulkan irama yang cepat. Faktor usia juga mempunyai
pengaruh penting pula dalam EEG. Rekaman dewasa sebagaimana digambarkan di atas pada
umumnya dicapai pada usia 20-40 tahun. Rekaman neonatus berusia di bawah satu bulan
memperlihatkan amplitude yang rendah dengan irama delta atau teta. Antara usia 1-12 bulan
terlihat peninggian voltase, walaupun irama masih tetap delta atau teta. Antara 1-5 tahun terlihat
amplitudo yang tinggi, irama teta yang meningkat dan mulai terlihat irama alfa, sedangkan irama
delta mengurang. Antara 6-10 tahun amplitude menjadi sedang, irama alfa menjadi lebih banyak,
teta berkurang, delta berkurang sampai hilang. Antara 11-20 tahun voltase terlihat sedang sampai
tinggi, dominsi alfa mulai jelas, teta minimal, delta kadang-kadang masih terlihat di daerah belakang.
Di atas 40 tahun mulai lagi terlihat gelombang lambat 4-7 spd di daerah temporal dan di atas 60
tahun rekaman kembali melambat seperti rekaman anak-anak. Perubahan tahap-tahap tidur
berpengaruh besar pula terhadap rekaman EEG. Dalam keadaan mengantuk terlihat pengurangan
voltase dan timbul sedikit perlambatan. Pada keadaan tidur sangat ringan dapat terlihat adanya
gelombang-gelombang mirip paku bervoltase tinggi, bifasik dengan frekuensi 3-8 spd, simetris dan
terjelas di daerah parietal (parietal humps). Gambaran ini paling jelas pada usia 3-9 tahun dan terus
terlihat sampai usia 40 tahun. Pada keadaan tidur ringan terdapat (sleep spndle) terdapat
gelombang tajam berfrekuensi 12-14 spd yang sifatnya simetris. Pada keadaan tidur sedang sampai
dalam rekaman didominir oleh gelombnag-gelombang lambat tak teratur dengan frekuensi ½ - 3
spd.
2.9 Hasil
Normal a. Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas
elektrik
Abnormal a. Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari
aktivitas elektrik