Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“UJI EFEK SEDASI HIPNOTIK”

Disusun oleh :
Aprilya Tri Wahyuningsih 2443016014
Ricky 2443016023
Sienny Kosasih 2443016060
Irlin Ayu Tri Yanuaristi 2443016124
Tania Anggela Anggraini 2443016200
I Gusti Agung Ayu P. 2443016243

PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2018
BAB 1
TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Untuk membedakan efek obat sedatif dan hipnotik pada hewan coba.
2. Untuk mengetahui berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk menguji efek
sedatif
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori tentang Obat Uji


Obat sedatif adalah obat yang dapat mengurangi ansietas dan berefek
menenangkan. Sedangkan obat hipnotik adalah obat yang dapat menimbulkan kantuk
dan menolong timblunya serta mempertahankan keadaan kantuk atau tidur. Efek
hipnotik lebih mendepresi sistem saraf pusat daripada sedasi dan mudah dicapai oleh
kebanyakan obat dalam golongan sedatif hanya dengan meningkatkan dosis
(Katzung,2011). Jika dosis obat golongan sedatif ditingkat kembali dari efek hipnotik
maka dapat menimbulkan efek anastesia. Peningkatan dosis selanjutnya dapat
menyebabkan koma hingga meninggal.

Gambar 2.1. Struktur Fenobarbital (Departemen Kesehatan RI, 2014)


Obat sedasi hipnotik memiliki beberapa golongan diantaranya golongan
benzodiazepin dan barbiturat. Golongan barbiturat berasal dari derivat asam barbiturat
(2,4,6-trioksoheksa-hidropirimidin). Asam barbiturat tersebut dapat menimbulkan efek
sedasi-hipnotik, depresi sistem saraf pusat dan efek lainnya bila di posisi no 5 ada gugus
alkil atau aril. Fenobarbital tergolong dalam golongan barbiturat dimana pada posisi no
5 mengandung C2H5 dan cincin benzena C6H6 (Gunawan,2012). Pada fenobarbital dosis
sedasi yang dianjurkan untuk fenobarbital sebanyak 15-30 mg 2-3 kali sehari
(Katzung,2011).
Efek utama golongan barbiturat adalah depresi sistem saraf pusat. Semua tinggat
depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anastesia, koma,
sampai kematian. Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya
kesadaran, dan dosis kecil pada barbiturat dapat meingkatkan reaksi terhadap
rangsangan nyeri. Selain itu efek hipnotik barbiturat meningkatkan total lama tidur dan
memperngaruhi tingkatan tidur yang bergantung kepada dosis. Barbiturat dapat
mengurangi masa tidur laten, jumlah terbangun dan lama tidur REM dan tidur
gelombang pendek. Barbiturat juga dapat menyebabkan depresi pernapasan ayng
sebandign dengan besarnya dosis. Jika pemberian barbiturat dosis sedatif, hampir tidak
memperngaruhi pernapasan, sedangkan dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan
frekueansi dan amplitudo napas, ventilasi alveol sedikit berkurang, sesuai keadaan tidur
fisiologis. Pemberian oral dosis yang sangat tinggi atau suntikan IV yang terlalu cepat
dapat menyebabkan depresi saluran napas lebih berat (Gunawan,2012).
Pada dosis oral sedatif hipnotik, tidak adanya efek yang nyata terhadap sistem
kardiovaskular. Frekuensi nadi dan tekanan darah sedikit menurun seperti dalam
keadaan tidur fisiologis. Namun pemberian barbiturat dosis terapi IV secara cepat dapat
menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak, meskipun secara selintas Pada
barbiturt dosis sangat tinggi berpengaruh langsung terhadap kapiler sehingga syok
kardiovaskular (Gunawan,2012).
Barbiturat biasanya diberikan secara oral diabsorbsi cepat dan sempurna. Barbiturat
bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat dari pada bentuk asam bebasnya,
terutama bila dalam bentuk sediaan cair. Mula kerja bervariasi mulai dari 10-60 menit,
bergantung pada zat serta bentuk formulasinya dan dihambat oleh adanya makanan di
lambung jika diberikan secara per oral. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat
melalui plasenta. Fenobarbital merupaka barbiturat yang kurang larut lemak, maka ia
akan dimetabolisme dan/atau dikonjugasi hampir sempurnadi hati sebelum
diekskresikan melalui ginjal. Oksidasi pada gugusan atom C-5 merupakan metabolisme
yan terutama menghentikan aktivitas biologisnya. Oksidasi tersebut akan menyebabkan
adanya bentuk keton, alkohol, fenol dan asam karboksilat dalam urin sebagai obat bebas
atau konjugatnya dengan glukuronat. Dengan waktu paruh fenobarbital 80-120 jam
memperlihatkan bahwa fenobarbital memiliki waktu paruh yang cukup lama sehingga
lama pula untuk dieliminasi dari tubuh secara sempurna dalam waktu 24 jam..
Walaupun demikian, semua barbiturat akan diakumulasi selama pemberian berulang,
kecuali jika diberikan penyusaian dosis. Selain itu lamanya obat menetap dalam darah
akan menyebabkan terjadinya toleransi dan penyalahgunaan obat (Gunawan,2012).
Beberapa efek samping dari golongan barbiturat ialah hangover/after effects
berupa vertigo, mual, muntah dan diare. Kadang dapat menimbulkan kelainan
emosional dan fobia dapat tambah hebat. Selain hangover/after effects dapat juga
menimbulkan efek samping eksitasi paradoksal, nyeri dan hipersensitivitas.
Hipersensitivitas yang terjadi berupa alergi terutama terjadi pada individu yang
menedrita asma, urtikaria, angiedema, dan keadaan serupa (Gunawan,2012).
Interaksi obat yang paling sering meilbatkan hipnotik-sedasi adalah obat depresan
sistem saraf pusat lain, yang dapat menyebabkan aditif. Interaksi ini memiliki beberapa
manfaat terapi jika obat-obat ini digunakan sebagai tambahan obat anastesi. Namun jika
tidak diantisipasi, interaksi dapat berakibat berat meliputi peningkatan depresi dengan
penggunaan banyak obat lain secara bersamaan.

2.2. Landasan Teori tentang Metode Pengujian Obat


Pada praktikum ini digunakan beberapa alat untuk megetahui tingkat sedasi atau
hipnotik yang terjadi pada mencit. Alat-alat yang digunakan berupa platform, rotarod
dan hole board. Platform adalah suatu alat terbuat dari kayu, dimana mencit akan
diletakkan di atas platform dan dilakukannya pengamatan terhadap aktivitas dalam
menjengukkan atau menundukkan kepala sambil keluar dari tepi platform. Jumlah
jenggukan pada tepi platform dicatat (Muliadi et al.,2015).

Gambar 2.2. Rotarod (https://neurodiscovery.harvard.edu/nbl-equipment, diakses


13 Februari 2018)
Rotarod adalah suatu balok silinder yang berputar dengen kecempatan lambat fan
konstan, dimana mencit akan diletakkan di atas balok silinder dan dicatat waktu berapa
lapa mencit dapat bertahan di atas balok silinder yang sedang berputar. Metode terakhir
yaitu hole board. Hole board merupakan alat berisi banyak lubang-lubang, dimana
mencit akan memasukan kepala hingga kedua ke dalam secara berulang. Hal ini
menindikasikan suatu perilaku eksplorasi. (Muliadi et al.,2015).

Gambar 2.3. Hole Board (https://www.dreamstime.com/royalty-free-stock-photo-


albino-laboratory-rat-moving-hole-board-image12292355, diakses 13 Februari 2018)

BAB 3. METODE DAN SKEMA PENGUJIAN AKTIVITAS OBAT


3.1. Alat dan Bahan
1. Mencit Jantan
2. Fenobarbital-Na
3. Aquadest
4. Jarum suntik 1 ml
5. Timbangan
6. Platform
7. Hole board
8. Rotarod

3.2. Cara Perhitungan Dosis dan Pengenceran Larutan


Jenis Obat : Fenobarbital-Na (100mg/mL)
Dosis F40 : 40 mg/kgBB (ip)
Dosis F80 : 80 mg/kgBB (ip)
Berat mencit : 30 gram

1. Kontrol
Volume pemberian ip 0.05 ml akuadest

2. Fenobarbital 40 (F40)
1
Volume  mg
x dosis( mg g ) x berat(g)
%C( ml )
1 40
Volume  x x 40
100 1000
Volume  0.016 ml
Karena batas minimum jarum suntik 0.05 ml maka dilakukan pengenceran
Volume  Volume x Faktor Pengenceran
Volume  0.016 x 3
Volume  0.048 ml
Sehingga
Volume fenobarbital 0.05 ml
Volume Larutan ad 0.15 ml
Volume pemberian ip 0.048 ml ~ 0.05 ml

3. Fenobarbital 80 (F80)
1
Volume  x dosis( mg g ) x berat(g)
%C( mg ml )
1 80
Volume  x x 30
100 1000
Volume  0.024 ml
Karena batas minimum jarum suntik 0.05 ml maka dilakukan pengenceran
Volume  Volume x Faktor Pengenceran
Volume  0.024 x 2
Volume  0.048 ml
Sehingga
Volume fenobarbital 0.05 ml
Volume Larutan ad 0.1 ml
Volume pemberian ip 0.048 ml ~ 0.05 ml

3.3. Klasifikasi Hewan Coba yang Digunakan


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia 
Sub Ordo : Myoimorphia
Famili : Muridae
Genus : Mus 
Spesies : Mus musculus 

3.4. Skema Kerja Praktikum


BAB 4.
HASIL PRAKTIKUM
BAB 5.
PEMBAHASAN
BAB 6.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2014, Farmakope Indonesia V, Departemen Kesehatan RI,


Jakarta.
Gunawan, S.G. 2012, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Katzung, B.G. 2011, Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Muliadi, Y.K., Tamayanti, W.D. dan Soegianto, L. 2015, Uji Efek Sedasi dan Durasi
Waktu Tidur Ekstrak Etanol Herba Putri Malu (Mimosa microphylla D.) pada
Mencit (Mus musculus) Galur Swiss Webster, Jurnal Farmasi Sains dan Terapan,
2(2):23-27

Anda mungkin juga menyukai