Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TUJUAN INSRTRUKSIONAL DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Agni Danaryanti, M.Pd.
Asdini Sari, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Faridah Fitriyani 1710118320007

Isdayanti 1710118320016

Zainuddin 1710118210032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam,
karena atas izin dan kehendak-Nya jua makalah sederhana ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Pembelajaran
Matematika. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai
Tujuan Instruksional dalam Pembelajaran Matematika.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenaan
dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan limpahan ilmu
berguna kepada kami.
Kami menyadari makalah ini belum sempurna, tetapi dalam makalah ini
kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan juga kritik yang bersifat membangun agar lebih baik
dalam pengerjaan akan datang. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat
berguna bagi orang lain yang membacanya.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................ 1

D. Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II ISI ............................................................................................................... 3

A. Pengertian Tujuan Instruksional .................................................................... 3

B. Macam - Macam Tujuan Instruksional .......................................................... 3

C. Perumusan Tujuan Instruksional ................................................................... 5

D. Tujuan Instruksional dalam Pembelajaran Matematika ................................ 8

E. Standar Kompetensi Lulusan ......................................................................... 9

F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ...................................................... 11

G. Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran ..................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan manusia pasti memiliki
maksud atau tujuan. Tujuan dibuat sebagai pendorong dalam melakukan suatu
kegiatan serta sebagai titik akhir yang harus dicapai dari kegiatan yang
dilakukan.
Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mengembangkan potensi
manusia serta membentuk manusia yang cerdas dan beradab. Tujuan itu lalu
dijabarkan lagi menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus. Salah satu istilah yang
dikenal dalam pembelajaran adalah tujuan instruksional. Tujuan instruksional
adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar.
Sebagai mahasiswa pendidikan matematika, sangat penting bagi kita untuk
memahami apa yang dimaksud dengan tujuan instruksional dan bagaimana
implementasinya dalam pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud tujuan instruksional?
2. Bagaimana pembagian atau macam-macam tujuan instruksional?
3. Bagaimana merumuskan tujuan instruksional?
4. Bagaimana tujuan instruksional dalam pembelajaran matematika?
5. Apa Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
serta Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Pembelajaran Matematika?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
bertujuan:
1. Mengetahui pengertian tujuan instruksional.
2. Mengetahui pembagian atau macam-macam tujuan instruksional.

1
3. Mengetahui cara merumuskan tujuan instruksional.
4. Mengetahui implementasi tujuan instruksional dalam pembelajaran
matematika.
5. Mengetahui Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar, serta Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Pembelajaran
Matematika
D. Manfaat
Adapun, manfaat yang diharapkan dari makalah ini yaitu:
1. Dapat menjadi sumber informasi mengenai tujuan instruksional, khususnya
dalam pembelajaran matematika.
2. Dapat memotivasi pembaca untuk mencari tahu atau melakukan riset lebih
mendalam tentang tujuan instruksional, khususnya dalam pembelajaran
matematika.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Tujuan Instruksional


Secara umum, tujuan diartikan sebagai hal yang ingin dicapai atau diperoleh
setelah melakukan suatu proses atau tindakan. Sementara itu, instruksional
merupakan kata yang merujuk kepada proses pembelajaran. Jadi, tujuan
instruksional dapat diartikan sebagai hal-hal yang ingin dicapai atau didapat
setelah melakukan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai tentu saja adalah
keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi tertentu. Robert
F. Mager mengartikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi
tertentu. Sementara menurut Fred Percival dan Henry Ellington, tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Tujuan instruksional disusun agar arah yang ingin dituju dalam proses
pembelajaran menjadi jelas, dan proses belajar mengajar dapat dilakukan
dengan efektif. Tujuan instruksional juga penting bagi guru dalam melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswanya. Dengan adanya tujuan instruksional,
guru akan lebih mudah menilai hasil belajar siswanya karena sudah mengetahui
kompetensi apa yang ia harapkan dapat dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran.
Adapun manfaat tujuan instruksional, baik umum maupun khusus, antara
lain:
a. menyusun instrumen tes,
b. merancang strategi instruksional,
c. menyusun spesifikasi dan memilih media yang cocok, dan
d. melaksanakan proses belajar.
B. Macam - Macam Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu tujuan
instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan

3
instruksional umum merupakan tujuan yang dinyatakan secara umum, atau
dengan kata lain menyangkut semua bidang dan aspek pembelajaran. Sementara
itu, tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan instruksional
umum dan menyatakan tujuan-tujuan yang lebih spesifik mengenai suatu
bidang pelajaran dan aspek tertentu.
Berdasarkan taksonomi Bloom, tujuan instruksional dapat diklasifikasikan
ke dalam tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasikan.
Tujuan penilaian kognitif adalah untuk mengukur kemampuan berpikir
yang mencakup kemampuan intelektual sederhana yaitu mengingat sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode, atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti mengetahui dan memahami, serta sedikit
menerapkan. Sedangkan tingkat menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkatan kognitif diterapkan
secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan ke depannya akan
semakin baik.
Bentuk tes kognitif antara lain tes atau pertanyaan lisan, pilihan ganda,
uraian, isian singkat, memasangkan, portofolio, dan performans.
b. Ranah afektif
Kemampuan pada ranah afektif hanya dapat dilihat melalui laporan diri
siswa secara terpisah oleh pengamatan guru. Seperti kita tahu, ada beberapa
komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap, minat, konsep
diri, dan nilai. Selanjutnya penilaian afektif tidak boleh mewakili semua

4
mata pelajaran, tetapi harus menjadi pengawal pada mata pelajaran tertentu
tetapi dengan format penilaian yang berbeda dan dengan sudut pandang
yang berbeda pula. Contohnya kita akan menilai aspek afektif siswa dalam
belajar matematika. Maka penilaiannya seputar pendapat siswa terhadap
proses pembelajaran yang diikutinya, cara belajar matematika, rasa percaya
diri siswa dalam belajar, tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas belajar
matematika, kegigihan dalam menyelesaikan permasalahan matematika,
kemampuan bekerja sama, serta keberanian dalam menyelesaikan
permasalahan matematika.
Dengan demikian, tujuan dalam penilaian afektif yaitu untuk menilai
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
c. Ranah psikomotorik
Ranah ini dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan. Namun biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai
dengan ranah kognitif. Misalnya kemampuan siswa dalam melukis garis
bagi pada segitiga. Untuk melakukannya, siswa tentunya harus mengetahui
dan memahami apa yang dimaksud dengan garis bagi dan prosedur untuk
melukisnya.
Tes untuk menilai ranah psikomotorik dapat berupa tes simulasi
ataupun tes unjuk kerja.
C. Perumusan Tujuan Instruksional
Dalam merumuskan tujuan instruksional, hal pertama yang perlu dilakukan
yaitu menentukan tujuan instruksional umum. Kemudian, dari tujuan umum
dijabarkan tujuan instruksional khusus yang rumusannya jelas, terperinci, dan
menunjukkan perilaku yang dapat diamati.
Pada sistem pendidikan di Indonesia, dalam menyusun atau membuat tujuan
instruksional, guru harus mengacu kepada kurikulum yang disusun oleh
pemerintah. Kurikulum yang digunakan saat ini yaitu kurikulum 2013 revisi.
Kurikulum 2013 memuat Standar kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan
Kompetensi Dasar yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dalam
merumuskan tujuan instruksional. Selain itu, dalam merumuskan tujuan

5
instruksional, guru juga harus memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta
materi apa yang akan diajarkan.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan instruksional
khusus yaitu usahakan menggunakan kata-kata yang menuntut siswa
melakukan sesuatu yang dapat diamati hasilnya, atau istilahnya adalah kata
kerja operasional. Misalnya, daripada menggunakan kata ‘mengetahui’ yang
sulit diamati, lebih baik menggunakan kata ‘menuliskan’ atau ‘menyebutkan’
yang dapat diamati. Kemudian, perlu disebutkan secara jelas dan spesifik
terhadap hal apa siswa harus melakukan sesuatu. Misalnya ‘siswa mampu
menuliskan sifat-sifat persegi panjang’. Komponen tujuan lain yang juga perlu
diperhatikan yaitu kondisi dan tingkat keberhasilan. Kondisi di sini maksudnya
yaitu pada kondisi atau keadaan apa siswa diharapkan mampu melakukan hal
yang diminta. Sementara tingkat keberhasilan berkaitan dengan sampai sejauh
mana siswa diharapkan mampu melakukan tugas yang diminta.
Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan aspek
kompetensi yang akan diajarkan dan dinilai. Mengutip Arikunto (1999: 137-
139), kata kerja operasional yang dapat digunakan di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Kata kerja operasional pada aspek kognitif
1) Pengetahuan/Mengingat
Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan,
menjodohkan, menyebutkan, menyatakan.
2) Pemahaman/Memahami
Membedakan, menduga, menerangkan, menjelaskan, memperluas,
menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan
kembali.
3) Aplikasi/Menerapkan
Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan,
menggunakan, memanipulasikan, memodifikasikan, mengoperasikan,
meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan.

6
4) Analisis/Menganalisis
Memerinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasikan,
mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan,
memilih, memisahkan, membagi.
5) Sintesis/Mencipta
Mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan,
membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan, mengorganisasikan,
menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekonstruksikan.
6) Evaluasi/Menilai
Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan,
mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan,
memutuskan, menafsirkan.
b. Kata kerja operasional pada aspek afektif
1) Receiving
Menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan,
mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, menjawab.
2) Responding
Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat,
melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih,
menceritakan, menulis.
3) Valuing
Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti,
membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca,
melaporkan, memilih, bekerja, mengambi bagian, mempelajari.
4) Organization
Mengubah, mengatur, menggabungkan, melengkapi, mempertahankan,
menerangkan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, menyiapkan,
mengorganisir, mengintegrasikan, menghubungkan, menyintesiskan.
5) Characterization by value or value complex
Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan,
mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan,
menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.

7
c. Kata kerja operasional pada aspek psikomotor
Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada
aktualisasi kata-kata yang dapat diamati meliputi:
1) Muscular or motor skills
Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),
melompat, menggerakkan, menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects
Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan,
membentuk, mengoperasikan.
3) Neuromuscular coordination
Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng,
memadukan, memasang, memotong, menarik, menggunakan.
D. Tujuan Instruksional dalam Pembelajaran Matematika
Tujuan instruksional dalam pembelajaran matematika adalah tujuan yang
menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dimiliki peserta didik sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur dalam pembelajaran
matematika.
Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang
terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, dan sistematis, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai
pada konsep yang paling kompleks.
Tujuan pengajaran matematika adalah tujuan dari suatu proses interaksi
antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan dalam bidang matematika.
Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah:
a. Mempersiapkan siswa menggunakan matematika dan pola pikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
b. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan
pola pikir dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang.

8
Secara khusus tujuan kurikulum pengajaran matematika di SMA dalam
kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut.
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, serta menunjukkan
persamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin
tahu, membuat prediksi, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
peta, grafik, atau diagram.
Dalam matematika, siswa tidak hanya dituntut sekadar menghitung, tetapi
juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah. Baik itu
mengenai masalah dalam matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu
lain, dan juga masalah dalam kehidupan sehari-hari.
E. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan
standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria
kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara
Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan
pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu
perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan
dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi
Lulusan di masa yang akan datang.

9
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi
pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar
Kompetensi Lulusan untuk jenjang SMP sederajat, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 yaitu:
a. Dimensi Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab,
pembelajar sejati sepanjang hayat, dan sehat jasmani dan rohani sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
b. Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Mampu mengaitkan pengetahuan
di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
c. Dimensi Keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai
dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
Adapun Kompetensi Lulusan untuk jenjang SMA sederajat yaitu:
a. Dimensi Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab,
pembelajar sejati sepanjang hayat, dan sehat jasmani dan rohani sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
internasional.
b. Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora. Mampu mengaitkan

10
pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan
regional dan internasional.
c. Dimensi Keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain
secara mandiri.
F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Secara hierarkis, Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan
untuk menetapkan Kompetensi yang bersifat generik pada tiap Tingkat
Kompetensi. Kompetensi yang bersifat generik ini kemudian digunakan untuk
menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata pelajaran.
Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk
menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan
dan jenjang pendidikan.
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan
sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya
keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek
spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).
Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, dinyatakan bahwa
Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap tingkat kelas. Adapun Kompetensi dasar merupakan kemampuan
dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu
mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada
kompetensi inti.

11
Kompetensi Inti untuk tingkat SMP sederajat, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 Tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu sebagai berikut.
1) Sikap Spiritual
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2) Sikap Sosial
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
3) Pengetahuan
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detail, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4) Keterampilan
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah
konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
Adapun Kompetensi Inti untuk tingkat SMA sederajat yaitu sebagai berikut.
1) Sikap Spiritual
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2) Sikap Sosial
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.

12
3) Pengetahuan
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4) Keterampilan
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif,
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai
dengan kaidah keilmuan.
Rumusan Kompetensi Dasar untuk tingkat SMP dan SMA sederajat untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16 Permendikbud Nomor
24 Tahun 2016.
G. Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi atau sering juga hanya disebut sebagai
Indikator merupakan penanda pencapaian Kompetensi Dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan dari Kompetensi Dasar sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah,
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur.
Dalam mengembangkan indikator perlu diperhatikan
a. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan
dalam Kompetensi Dasar;
b. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; serta
c. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu
a. indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan

13
b. indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis
soal yang dikenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata
kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal
yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian
kompetensi.
Indikator memiliki fungsi yaitu sebagai berikut.
a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
Secara hierarkis, dari Indikator Pencapaian Kompetensi kemudian
dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran atau disebut juga tujuan
instruksional. Dari tujuan instruksional ini, guru kemudian menyusun rencana
dan desain pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Pasani, C. F., & Danaryanti, A. (2016). Penilaian Pembelajaran Matematika.
Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Matematika FKIP ULM.
Wahyudin, U. (t.thn.). Perumusan Tujuan Instruksional. Diambil kembali dari
http://file.upi.edu/Direktori?FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/19600
9261985031-UYU_WAHYUDN/Perumusan_tujuan_instruksional.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai