A. DASAR HUKUM
Undang – Undang No.21 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang – Undang N0.
20 Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001.
Terakhir diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
B. PENGERTIAN BPHTB
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan
hak atas tanah dan bangunan. Adapun pengertian perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
1
D. HAK ATAS TANAH SEBAGAI PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
1. Hak milik
2. Hak guna usaha
3. Hak guna bangunan Hak pakai
4. Hak milik atas satuan rumah susun Hak pengelolaan
2
5. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi / badan yang digunakan untuk
kepentingan ibadah.
H. TARIF BPHTB
Tarif BPHTB adalah paling tinggi sebesar 5% (pasal 88 ayat 1).
I. DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.
Yang dimaksud Nilai Perolehan Objek Pajak adalah dalam hal :
a. Jual Beli adalah harga transaksi
b. Tukar Menukar adalah Nilai Pasar
c. Hibah adalah Nilai Pasar
d. Hibah Wasiat adalah Nilai Pasar
e. Waris adalah Nilai Pasar
f. Pemasukan dalam perseroan/badan hukum lainnya adalah Nilai Pasar
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah Nilai Pasar
h. Peralihan Hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum adalah Nilai Pasar
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah Nilai
Pasar
j. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan di luar pelepasan hak adalah
Nilai Pasar
k. Penggabungan usaha adalah Nilai Pasar
l. Peleburan usaha adalah Nilai Pasar
m. Pemekaran usaha adalah Nilai Pasar
n. Hadiah adalah Nilai Pasar
o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah Harga Transaksi yang Tercantum dalam
Risalah Lelang
p. Pemberian hak baru
3
Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual
Objek Pajak Yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan dasar
pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.
Apabila Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan belum ditetapkan, besarnya Nilai Jual
Objek Pajak bumi dan bangunan ditetapkan oleh menteri.
Jika didalam kasus terdapat dua nilai yaitu nilai perolehan dan nilai jual, maka yang dipakai
sebagai dasar pengenaan pajak adalah nilai yang terbesar.
4
K. UNTUK BPHTB YANG TERUTANG DARI WARIS, HIBAH WARIS SEBESAR 50% DARI
BPHTB YANG SEHARUSNYA TERUTANG.
Contoh Kasus 1:
Bapak Enjum membeli tanah dan bangunan dengan nilai perolehan objek pajak (harga
transaksi) Rp70.000.000. NPOPTKP yang ditetapkan pemerintah daerah setempat adalah
Rp60.000.000. Berapakah besarnya BPHTB terutang oleh Bapak Enjum?
Nilai Perolehan Objek Pajak Rp70.000.000
NPOPTKP Rp60.000.000 -
NPOPKP Rp10.000.000
BPHTB terutang 5% x Rp10.000.000 = Rp500.000
Contoh kasus 2:
Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan diatasnya
dengan nilai pasar sebesar Rp700.000.000. Berapa BPHTB terutang atas warisan tersebut
jika ditetapkan NPOPTKP sebesar Rp350.000.000?
Nilai Perolehan Objek Pajak Rp700.000.000
NPOPTKP Rp350.000.000 -
NPOPKP Rp350.000.000
BPHTB yang seharusnya terutang : 5% x Rp350.000.000 = Rp 17.500.000
BPHTB terutang : 50% x Rp 17.500.000 = Rp 8.750.000
5
c.
Contoh Kasus 3:
Seorang wajib pajak memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 21 Maret 2012
Nilai Perolehan Wajib Pajak Rp110.000.000
NPOPTKP Rp 60.000.000 -
NPOPKP Rp 50.000.000
BPHTB Terutang : 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2012 ternyata
ditemukan data yang belum lengkap yang menunjukan bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak
sebenarnya adalah sebagai berikut.
Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 160.000.000
NPOPTKP Rp 60.000.000 -
NPOPKP Rp 100.000.000