Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KASUS

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA


DEWASA
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga)
Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto M. Kep.,Sp. Kom

Oleh:
Kelompok F
Wahyu Qurana 082310101007
Annisa Dianasari 082310101009
Chahyarina Putri 082310101043
Nurlaili Fatmawati 082310101045
Rina Dwi Yanti 082310101050
Dewi Pspita Sari 082310101053
Fitrio Deviantony 082310101056
Iman Firmansyah 082310101065
Rismawan Adi Y 082310101066
Alfian Fahrosi 082310101069
Agung Maulana 082310101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2011

1
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA ANAK DEWASA

Kasus:
Keluarga Bp. S usia 50 tahun, pendidikan terakhir SPG, pekerjaan guru SD. Bp. S
mempunyai seorang istri, ibu T usia 48 tahun, pekerjaan ibu RT, mempunyai dua
orang anak, yang pertama An. L (35 tahun), S1, guru SD dan yang kedua An. M
(30 tahun), SMA bekerja di bengkel, keduanya belum menikah. Keluarga berasal
dari suku Jawa dan termasuk ke dalam keluarga inti. Keluarga Bapak S berada di
tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa muda, di mana dari dua orang
anaknya belum menikah dan tinggal dalam satu rumah. Keluarga Bapak S sudah
menjalankan sebagian tugas perkembangan keluarga seperti mempertahankan
keintiman pasangan dengan selalu menyampaikan keluhan yang dirasakan antar
suami istri, namun untuk merawat orang tua yang sakit khususnya pada Ibu T,
tugas perkembangan yang belum selesai adalah memandirikan anak. Kondisi
Bapak S mengalami hemiparese kaki kiri sehingga Ibu T menjalankan semua
tugas Bapak S selaku kepala keluarga dengan dibantu dengan An. L tetapi An. T
sendiri merasa tidak mau untuk dilibatkan dalam urusan rumah tangga, dengan
alasan An. T baru lulus SMA dan masih perlu banyak main dengan teman-
temannya sehingga cenderung belum mau terlibat dalam perawatan Bapak S di
rumah sehingga Ibu T melakukan semua urusan rumah tangganya, yang pada
akhirnya patut diduga Ibu T cukup stres. Hal ini ditandai tekanan darahnya yaitu
170/100 mmHg.

2
Analisa Kasus:
Tugas Perkembangan Keluarga Anak Dewasa
Dalam kasus telah diketahui bahwa keluarga Bp. S berada pada tahap VI
adalah keluarga dengan pelepasan anak dewasa. Tugas perkembangan keluarga
anak dewasa adalah:
1. Memperluas lingkungan keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk me-
masukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya.
Idealnya di tahap tugas perkembangan keluarga ini, terdapat perluasan
lingkungan keluarga yaitu dengan kehadiran anggota keluarga baru melalui
pernikahan dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu sendiri. Namun
pada kasus diketahui bahwa kedua anak masih belum menikah sehingga tugas
perkembangan keluarga ini belum terpenuhi. Orang tua masih belum dapat
memandirikan anak (anak masih berada di dalam rumah atau tidak adanya
emptynest). Orang tua belum kehilangan peran pengasuhan pada anak-anaknya.
Tugas perkembangan keluarga pada anak dewasa yaitu tahap VI akan berjalan
lebih lama karena kedua anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMA dan memutuskan untuk bekerja. Beberapa
karena alasan ekonomi atau biaya hidup mandiri yang tinggi, perbedaan orang
tua, dan lingkungan/pergaulan keluarga (Mitchell, Wister, Burch, 1989). Survei
yang dilakukan di Kanada adanya kecenderungan anak yang tumbuh dalam
keluarga tiri atau orang tua tunggal akan lebih cepat meninggalkan rumah
daripada anak yang tumbuh dalam keluarga kandung.
2. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan per-
kawinan.
Pada tahap perkembangan keluarga ini, telah terpenuhi oleh keluarga.
Hal ini dikarenakan antara suami dan istri tetap terjalin hubungan perkawinan
yang harmonis. Kedua pasangan (suami istri) mempertahankan belajar hidup
bersama dengan saling menyediakan, menyesuaikan, dan memenuhi kebutuhan
dasar lain dari masing-masing tugas pribadi. Pasangan mampu melakukan
akomodasi yang mutual dalam berbagai cara. Tampak bahwa antara suami istri

3
mampu saling mendukung, berkomunikasi secara terbuka dan jujur, serta
melakukan pendekatan dengan perasaan saling menghargai.
3. Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini, masih belum bisa berjalan
optimal. Hal ini dikarenakan adanya anak yang tidak mau terlibat dalam urusan
rumah tangga atau perawatan anggota keluarga (orang tua) yang sakit.
Perawatan anggota keluarga yang sakit (adanya masalah kesehatan kronik)
yaitu suami hanya dapat dilaksanakan oleh istri. Istri memiliki keberfungsian
secara formal (mengurus urusan rumah tangga). Pada beberapa etnik tertentu,
keluarga dipandang sebagai penanggung jawab utama untuk generasi men-
datang, untuk keturunan, dan secara sekunder bertanggung jawab pada generasi
sebelumnya.

Asuhan Keperawatan Keluarga


Pengkajian Keluarga Anak Dewasa
1. Karakteristik Keluarga
Nama kepala keluarga Bp. S dengan pendidikan terakhir SPG, pekerjaan
guru SD. Tipe keluarga Bp. S merupakan Nuclear Family. Dalam bentuk
keluarga ini, tantangan terbesar akan berfokus pada perihal memandirikan
anak. Komposisi keluarga berjumlah 4 orang, yaitu Bp. S sebagai suami,
ibu T sebagai istri, serta An. L dan An. M sebagai anak.
Berikut ini merupakan tabel komposisi keluarga Bp. S, yaitu:
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pekerjaan
Kelamin dengan KK
1. Bp. S Laki-laki Suami 50 tahun Guru SD
Ibu rumah
2. Ibu T Perempuan Istri 48 tahun
tangga
3. An. L Perempuan Anak 35 tahun Guru SD
4. An. M Laki-laki Anak 30 tahun Wiraswasta

4
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga Bp. S bersama dengan istri serta kedua anaknya berada dalam
tahap perkembangan keluarga tahap ke VI keluarga: keluarga melepaskan
anak dewasa muda menurut Duvall.
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, yaitu:
a. memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda,
termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari
pernikahan anak-anaknya.
b. Membantu orang tua suami istri yang sudah mulai menua dan
sakit.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah dalam kondisi rumah yang terurus dengan baik.
b. Sistem pendukung keluarga (ecomap)
Bp. S, Ibu T, An. L, An. M, dan An T tinggal dalam satu rumah.
Hubungan antara Bp S dg Ibu T baik dan harmonis. Ibu T merawat
Bp. S yang mengalami Hemipares. Ibu S dibantu dengan An L dan
An. M yang telah bekerja dalam merawat Bp. S. An.T yang bungsu
dan baru lulus SMA tidak mau untuk dilibatkan dalam perawatan
Bp.S karena An.T lebih suka bermain keluar dengan teman-
temannya dan jarang berada di rumah.

5
Bp. S Ibu T

An. L An. M An. T

4. Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
Kondisi pernikahan Bp. R dan Ibu S harmonis. Komunikasi
keluarga sangat efektif, keluarga mampu mempertahankan
keintiman menyampaikan keluhan yang dirasakan antar suami
isteri.

b) Struktur Peran
Peran formal dimainkan oleh Bp. S sebagai suami atau pencari
nafkah dan Ibu S sebagai istri sebagai pengatur rumah tangga.
Konflik peran terjadi pada keluarga Bp. S, lantaran Ibu S
melakukan double peran baik peran formal maupun infornal, sejak
Bp.S sakit, Ibu S melakukan semua tugas Bp.S selaku kepala
keluarga. Peran ibu S sebagai istri dalam memelihara rumah tidak
optimal dilakukan dikarenakan tidak terdapat kerjasama dalam
keluarga, dikarenakan An.T tidak mau dilibatkan dalam urusan
Rumah Tangga.

5. Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif dalam keluarga Bp. S tidak berjalan dengan baik.
An.T sibuk sendiri dengan urusannya sendiri dan tidak mau
dilibatkan dalam urusan rumah tangga, dengan alasan An.T baru

6
lulus SMA dan masih perlu banyak main dengan temannya,
sehingga cenderung belum mau terlibat dalam perawatan Bp.S
dirumah.
b) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Bp. Smengalami krisis perawatan pada bapak yang
mengalami Stroke, dan menambah korban baru dengan
bertumpukkan peran Ibu.S sehingga ibu stres. Aktivitas rekreasi
tidak dilakukan oleh keluarga Bp. S sehingga Ibu diduga
mengalami stres.
c) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi pada keluarga Bp.S sudah baik, karena di usia
subur mampu mengendalikan jumlah anak dan mampu
membesarkan anak dengan baik.

6. Stress dan Koping Keluarga


Stressor yang dialami keluarga Bp. S (Bp. S dan Ibu S) yaitu
masalah dalam memandirikan anak. Stressor yang dialami oleh Ibu. S
sendiri adalah Ibu.S tidak mampu untuk memandirikan anak dan
melibatkannya dalam urusan rumah tangga.
Koping yang digunakan dalam menyelesaikan stressor dalam
keluarga Bp.S cenderung konstruktif, keluarga dapat mengutarakan
keluhan yang dirasakan antar suami istri. Tetapi Ibu S tidak dapat
menyelesaikan semua urusan rumah tangga hanya di bantu An.L,
sedangkan An.T tidak mau dilibatkan dalam urusan rumah tangga.

7
Pohon Masalah:
Koping Individu Tidak efektif

Perubahan penampilan peran Koping keluarga Melemah Komunikasi keluarga disfungsional

beban Ibu T bertambah di bantu An.L & An.M An.T tidak mau melakukan semua urusan Rumah Tangga

Ibu T mengambil alih urusan Bp.S Tugas perkembangan memandirikan Anak Belum selesai

Bp.S sakit dan Ibu S Ibu RT

Keluarga dengan Anak

8
Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi Rasional

1. Komunikasi keluarga 1. Kaji kemampuan komunikasi yang ada 1. Kemampuan komunikasi


disfungsional berhubungan dalam keluarga. menggambarkan pola komunikasi
dengan ketidakmampuan dalam keluarga efektif atau tidak
keluarga S dalam mengenal
prinsip dan penerapan 2. Bantu keluarga dalam mengenal penyebab 2. Dapat membantu mengenal penyebab
komunikasi yang efektif pada komunikasi yang tidak efektif komunikasi yang tidak efektif untuk
An.T. mencegah komunikasi yang
disfungsional

3. Ajarkan keluarga tentang prinsip-prinsip 3. Membantu keluarga dalam mengenal


komunikasi yang efektif. komunikasi yang efektif

4. Anjurkan keluarga untuk saling berbagi 4. Untuk membangun komunikasi yang


informasi atau ide dengan anggota keluarga efektif

5. Anjurkan keluarga untuk bicara perlahan, 5. Untuk membangun komunikasi yang


rileks, tidak terburu-buru, tidak menghakimi efektif
saat berkomunikasi dengan anggota
keluarga

6. Bantu keluarga dalam menemukan cara 6. Membantu keluarga dalam mengatasi


terbaik untuk menangani komunikasi masalah komunikasi disfungsional.
disfungsional.

9
7. Beri kesempatan pada keluarga untuk 7. Keluarga lebih dapat mengerti tentang
menerapkan prinsip komunikasi efektif . penerapan dari prinsip-prinsip
komunikasi yang efektif.

2 Koping Ny. T tidak efektif 1. Kaji perilaku dan interaksi dalam keluarga, 1. Perilaku dan interaksi anggota keluarga
berhubungan dengan identifikasi tingkah laku yang tidak menggambarkan mekanisme koping
ketidakmampuan keluarga S mendukung pada perawatan kesehatan! dalam menghadapi masalah.
dalam melakukan pengambilan
keputusan dalam
menyelesaikan masalah. 2. Tingkatkan hubungan saling percaya, 2. Keterbukaan menciptakan komunikasi
keterbukaan, dan sifat empati dalam yang efektif.
keluarga!

3. Bantu keluarga kenali masalah! 3. Untuk menentukan permasalahan yang


dihadapi keluarga dan tingkat koping
yang dimiliki.

4. Dorong keluarga untuk mendiskusikan cara 4. Perilaku destruktif dalam penyelesaian


pengambilan keputusan yang sehat! masalah dapat dihindari dan
membangun mekanisme koping yang
sehat.

5. Bantu keluarga dalam menemukan cara 5. Menghindari perilaku destruktif dalam


terbaik untuk menangani perilaku destruktif menghadapi masalah.
dalam penyelesaian masalah!

6. Identifikasi sifat dukungan dari dalam dan 6. Dukungan sebagai motivasi baik
luar keluarga baik spiritual, sosial! intrinsik maupun ekstrinsik dalam

10
membangun mekanisme koping adaptif
3 Koping keluarga S melemah 1. Kaji perilaku dan interaksi dalam 1. Perilaku anggota keluarga
berhubungan dengan keluarga, sadari tingkah laku yang menggambarkan mekanisme koping
ketidakmauan salah satu merusak. dalam keluarga.
anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga lain 2. Tingkatkan hubungan saling percaya, 2. Membangun komunikasi efektif dalam
yang sakit keterbukaan dalam keluarga. keluarga

3. Bantu keluarga dalam mengenal masalah 3. Sebagai dasar penentuan strategi


koping
4. Diskusikan dengan anggota keluarga 4. Memberikan kesadaran pada anggota
tentang pentingnya dalam merawat keluarga untuk memahami pentingnya
anggota keluarga lain yang sakit. merawat anggota keluarga yang sakit

5. Buatkan penjadwalan menjaga keluarga 2. Memberikan kesempatan pada tiap


yang sakit dengan kesepakatan bersama anggota keluarga untuk memilih
keluarga jadwal menjaga sesuai pilihan

4 Perubahan penampilan peran 1. Kaji pandangan keluarga terkait perubahan 1. Mengetahui pandangan keluarga
Bp. S dan Ibu T di keluarga peran Bp. S dan Ibu T. tentang perubahan peran yang terjadi.
Bp.S berhubungan dengan
ketidakmampuan Bp S dalam 2. Kaji harapan keluarga tentang peran yang 2. Mengidentifikasi harapan keluarga
melakukan aktivitas normal diharapkan dari masing-masing anggota tentang peran yang ditampilkan oleh
serta adanya peran ganda ibu T keluarga. masing-masing anggota keluarga.
dalam keluarga.
3. Berikan informasi pada keluarga terkait 3. Keluarga dapat mengetahui peran
dengan peran yang berubah pada ayah dan yang diembannya dalam keluarga.
peran ganda pada ibu (informal dan formal)

11
dalam keluarga.

4. Ajarkan masing-masing anggota keluarga 4. Meningkatkan pemahaman keluarga


dalam pelaksanaan perannya. dalam pelaksanaan perannya.

5. Anjurkan masing-masing anggota keluarga 5. Dukungan dari anggota keluarga akan


untuk saling mendukung dalam pelaksanaan menambah motivasi dalam
peran. melaksanakan peran sebaik mungkin.

12
Tindakan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru

a) Terapi Keluarga
Salah satu bentuk terapi keluarga yang dapat dilakukan yaitu terapi
key triangle, dimana dengan terapi ini perawat dapat menggali perasaan
dan mengidentifikasi respon verbal dan nonverbal masing-masing anggota
keluarga. Dalam terapi ini perawat melakukan kontrak pertemuan dengan
masing-masing anggota keluarga secara tersendiri untuk mengetahui
permasalahan keluarga yang dialami tiap anggota keluarga. Setelah kedua
anggota keluarga tersebut bersedia untuk dipertemukan dalam satu situasi,
perawat memfasilitasi hal tersebut. Dalam situasi tersebut, perawat hanya
bertugas memfasilitasi, penyelesaian masalah tetap berada pada ditangan
Keluarga S.

b) Terapi Modalitas Keluarga


Bentuk terapi modalitas yang dapat diterapkan pada Keluarga Bp. S yaitu:
1) Konseling
Perawat dapat memfasilitasi pemberian konseling pada Ibu S
terkait dengan stres yang dihadapi, dari sini dapat digali apa yang
menyebabkan ibu S stres dan menggali harapan Ibu S terhadap
masalah keluarga.
2) Range of Motion (ROM)
Salah satu indikasi terapi Range of Motion (ROM) adalah pasien
pasca stroke. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif).

13
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.


Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. edisi 3. alih
bahasa: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: EGC.
Friedman, Marilyn., Bowden, Vicky., Johnes, Elaine. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Rasni, Hanny. 2010. Buku Pedoman Kuliah Teori dan Praktikum Asuhan
Keperawatan Keluarga. Universitas Jember.

14

Anda mungkin juga menyukai